Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas

yang ditandai adanya mengi episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat
penyumbatan saluran napas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran
pernapasan kronik. Asma merupakan salah satu penyakit kronik yang tersebar
diseluruh belahan dunia dan sejak 20 tahun terakhir prevalensinya semakin
meningkat pada anak-anak baik di negara maju maupun negara sedang
berkembang. Peningkatan tersebut diduga berkaitan dengan pola hidup yang
berubah dan peran faktor lingkungan terutama polusi baik indoor maupun
outdoor.11
Prevalensi asma pada anak berkisar antara 2-30%. Badan kesehatan dunia
(WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma, jumlah ini
diperkirakan akan terus bertambah sebesar 180.000 orang setiap tahun. Sumber
lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta orang di seluruh
dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini. Di Indonesia,
prevalensi asma pada anak sekitar 10% pada usia sekolah dasar dan sekitar 6,5%
pada usia sekolah menengah pertama.12
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh badan penelitian
dan pengembangan kesehatan dalam rangka mengetahui berbagai prevalensi
penyakit pada tahun 2007 mendapatkan bahwa prevalensi penyakit asma bronkial
di Indonesia adalah sebesar 3,32%. Prevalensi asma bronchial terbesar adalah di

provinsi Gorontalo yaitu sebesar 7,23%, dan terendah adalah di provinsi NAD
(Aceh) sebesar 0,09%.15
Patogenesis asma berkembang dengan pesat, Pada awal tahun 60-an,
bronkokonstriksi merupakan dasar patogenesis asma, kemudian pada 70-an
berkembang menjadi proses inflamasi kronis, sedangkan tahun 90-an selain
inflamasi juga disertai adanya remodelling. Berkembangnya patogenesis tersebut
berdampak pada tatalaksana asma secara mendasar, sehingga berbagai upaya telah
dilakukan untuk mengatasi asma. Pada awalnya pengobatan hanya diarahkan
untuk mengatasi bronkokonstriksi dengan pemberian bronkodilator, kemudian
berkembang dengan antiinflamasi sehingga obat antiinflamasi dianjurkan
diberikan pada asma, kecuali pada asma yang sangat ringan.13
Karakteristik asma bronkial pada anak digambarkan melalui faktor-faktor
risiko yang terdapat pada anak penderita asma bronkial. Faktor risiko asma
bronkial adalah berbagai faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya serangan
asma bronkial, kejadian asma bronkial, berat ringannya penyakit, serta kematian
akibat penyakit asma bronkial.14 Beberapa faktor tersebut sudah disepakati oleh
para ahli, sedangkan sebagian lain masih dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut
antara lain adalah jenis kelamin, usia, sosio-ekonomi, alergen, infeksi, atopi,
lingkungan, dan lain-lain.16
Pengetahuan mengenai definisi, cara mendiagnosis, pencetus, patogenesis
dan tatalaksana yang tepat dapat mengurangi kesalahan berupa underdiagnosis
dan overtreatment serta overdignosis dan undertreatment pada pasien. Sehingga

diharapkan dapat mempengaruhi kualitas hidup anak dan keluarganya serta


mengurangi biaya pelayanan kesehatan yang besar.

Anda mungkin juga menyukai