Anda di halaman 1dari 22

PONDASI TIANG PANCANG & PONDASI TURAP

(Makalah)

DISUSUN OLEH :

Nama : Saleha Yulita Kharie


Npm : 0723 14 11 002

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
beriringan salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa umatnya ke alam yang berilmu pengetahuan seperti saat
sekarang ini.
Makalah ini memuat tentang Pondasi Tiang Pancang & Pondasi Turap.
Dengan adanya makalah ini saya berharap kita semua dapat lebih
mengetahui tentang bagaimana Pondasi Tiang & Pondasi Turap itu. Semoga
dengan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas lagi kepada
kita semua. Dalam penulisan makalah ini mungkin masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu saya berharap pembaca dapat
memberikan kritikan dan saran yang membangun. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.

Ternate, 02 Januari 2017

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN :
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN :
2.1. Perencanaan Pondasi Tiang Pancang
2.1.1.
Material atau bahan yang digunakan
2.1.2.
Alat Pancang
2.1.3.
Perhitungan Pondasi Tiang Pancang
2.1.4.
Kontrol Gaya yang Dipikul Terhadap Gaya Ijin Tiang
2.1.5.
Kelebihan dan Kekurangan Pondasi Tiang Pancang
2.2. Definisi dan Fungsi Turap
2.2.1Jenis Jenis Turap
2.2.2Tipe tipe Dinding Turap
2.2.3Konsep Perencanaan Turap
2.2.4Metode Perhitungan
BAB III PENUTUP :
2.3. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pembangunan suatu konstruksi, pertama tama sekali yang


dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi
( struktur bawah ) baru kemudian melaksanakan pekerjaan struktur
atas. Pembangunan suatu pondasi sangat besar fungsinya pada suatu
konstruksi. Secara umum pondasi didefinisikan sebagai bangunan
bawah tanah yang meneruskan beban yang berasal dari berat
bangunan itu sendiri dan beban luar yang bekerja pada bangunan ke
tanah yang disekitarnya. Bentuk dan struktur tanah merupakan suatu
peranan yang penting dalam suatu pekerjaan konstruksi yang harus
dicicermati karena kondisi ketidaktentuan dari tanah berbedabeda.
Pondasi sebagai struktur bawah secara umum dapat dibagi dalam 2
(dua) jenis, yaitu pondasi dalam dan pondasi dangkal. Pemilihan jenis
pondasi tergantung kepada jenis struktur atas apakah termasuk
konstruksi beban ringan atau beban berat dan juga tergantung pada
jenis tanahnya.
Secara umum permasalahan pondasi dalam lebih rumit dari
pondasi dangkal. Pondasi Tiang Pancang

adalah bagian-bagian

konstruksi yang dibuat dari kayu, beton dan baja, yang digunakan
untuk

mentransmisikan

beban-

beban

permukaan

ke

tingkat

permukaan yang lebih rendah dalam massa tanah. Sedangkan Turap


adalah konstruksi yang dapat menahan tekanan tanah di sekelilingnya,
mencegah terjadinya kelongsoran dan biasanya terdiri dari dinding
turap

dan

penyangganya.

Konstruksi

dinding

turap

terdiri

dari

beberapa lembaran turap yang dipancangkan ke dalam tanah, serta


membentuk formasi dinding menerus vertikal yang berguna untuk
menahan timbunan tanah atau tanah yang berlereng.

1.2. Rumusan Masalah


Didalam makalah ini akan dibahas mengenai :
Pondasi Tiang Pancang
1. Bagaimana Perencanaan Pondasi Tiang Pancang?

2. Material atau bahan apa yang digunakan?


3. Alat-alat berat apa yang digunakan dalam pemancangan?
4. Bagaimana Perhitungan Pondasi Tiang Pancang?
5. Bagaimana Kontrol Gaya yang Dipikul Terhadap Gaya Ijin Tiang?
6. Apa Kelebihan dan Kekurangan Pondasi Tiang Pancang?
Pondasi Turab
1. Apa Definisi dan Fungsi dari Turap?
2. Apa saja Jenis jenis Turap ?
3. Tipe apa saja yang ada dalam dinding Turap?
4. Bagaimana Konsep Perencanaan Turap?
5. Metode apa saja dalam Perhitungan Turap?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perencanaan Pondasi Tiang Pancang
Pondasi Tiang Pancang adalah bagian-bagian konstruksi yang dibuat
dari kayu, beton dan baja, yang digunakan untuk mentransmisikan bebanbeban

permukaan ke tingkat permukaan yang lebih rendah dalam massa tanah.


Dalam
perencanaan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa
macam
tipe pondasi. Pemilihan tersebut berdasarkan :
1. Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi
tersebut.
2. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas.
3. Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan.
2.1.1 Material atau bahan yang digunakan
a. Tiang Pancang Kayu
Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan sebagai
tiang pancang pada suatu dermaga. Tiang pancang kayu dibuat dari
batang pohon yang cabang-cabangnya telah dipotong dengan hati-hati,
biasanya diberi bahan pengawet dan didorong dengan ujungnya yang
kecil sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang ujungnya yang besar
didorong untuk maksud-maksud khusus, seperti dalam tanah yang sangat
lembek dimana tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros.
Kadang

kala

ujungnya

runcing

dilengkapi

dengan

sebuah

sepatu

pemancangan yang terbuat dari logam bila tiang pancang harus


menembus tanah keras atau tanah kerikil.
Pemakaian

tiang

pancang

kayu

ini

adalah

cara

tertua

dalam

penggunaan tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama
dan tidak mudah busuk apabila tiang katu tersebut dalam keadaan selalu
terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan
lebih cepat rusak atau busuk apabila dalam keadaan kering dan basah
yang selalu berganti-ganti. Sedangkan pengawetan serta pemakaian
obat-obatan

pengawet

untuk

kayu

hanya

akan

menunda

atau

memperlambat kerusakan daripada kayu, akan tetapi tetap tidak akan


dapat melindungi untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang pancang kayu
ini biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25
sampai 30 ton untuk setiap tiang.
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerahdaerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah
Kalimantan, sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang panjang
dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk digunakan sebagai
tiang pancang.
Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu tersebut adalah : bahan
kayu yang dipergunakan harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak
cacat, contohnya kayu berlian. Semula tiang pancang kayu harus
diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk memastikan bahwa
tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan
toleransi yang diijinkan. Semua kayu lunak yang digunakan untuk tiang
pancang memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai
dengan AASHTO M133 86 dengan menggunakan instalasi peresapan
bertekanan.
Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, pengawetan dengan
tangki terbuka secara panas dan dingin, harus digunakan. Beberapa kayu
keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya,
kebutuhan untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu
dan beratnya kondisi pelayanan.
b. Tiang Pancang Beton
Precast Reinforced Concrete Pile
Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton
bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting),
kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Karena
tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan

nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar, maka tiang
pancang beton ini haruslah dieri penulangan-penulangan yang cukup
kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu
pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar,
biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi
tidak membawa kesulitan untuk transport.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton untuk
setiap tiang), hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan
tiang pancang beton precast ini panjang dari pada tiang harus dihitung
dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang dari pada tiang ini kurang
terpaksa harus dilakukan penyambungan, hal ini adalah sulit dan
banyak memakan waktu.
Precast Prestressed Concrete Pile
Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton
prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai
gaya prategangnya.
Cast in Place Pile
Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat
dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan
cara mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah pada waktu
penyelidikan tanah. Pada Cast in Place ini dapat dilaksanakan dua
cara:
1) Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian
diisi dengan beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik
keatas.
2) Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian
diisi dengan beton, sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di
dalam tanah.
c. Tiang Pancang Baja
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja
gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan.
Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi
dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K250. Kebanyakan
tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari baja

maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah
seperti halnya pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang
baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang
pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap
texture tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan
kelembaban tanah.
a) Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka
karat yang terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah
tersebut hampir mendekati keadaan karat yang terjadi pada
udara terbuka.
b) Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen
maka akan menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan
karat yang terjadi karena terendam air.
c) Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah
lapisan tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung
oxygen

maka

lapisan

pasir

tersebut

juga

akan

akan

menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.


Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang
dekat dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karenaAeratedCondition (keadaan udara pada pori-pori tanah) pada lapisan tanah
tersebut dan adanya bahan-bahan organis dari air tanah. Hal ini dapat
ditanggulangi dengan memoles tiang baja tersebut dengan (coaltar)
atau dengan sarung beton sekurang-kurangnya 20 ( 60 cm) dari
muka air tanah terendah. Karat /korosi yang terjadi karena udara
(atmosphere corrosion) pada bagian tiang yang terletak di atas tanah
dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada konstruksi baja biasa.
2.1.2 Alat Pancang
Alat Pancang Tiang, dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang
dipancang dengan alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer)

mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Skema dari
berbagai macam alat pemukul. Alat-alat perlengkapan pada kepala tiang
dalam pemancangan. Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup
kepala tiang yang kadang-kadang dibentuk dalam geometri tertutup.

a) Pemukul Jatuh (drop hammer)


Drop Hammer adalah palu berat yang diletakkan pada ketinggian
tertentu di atas tiang. Palu tersebut kemudian dilepaskan dan
jatuh mengenai tiang. Pada kepala tiang dipasang semacam
topi/cap (shock absorber) untuk menghindari tiang rusak akibat
tumbukan hammer. Cap ini biasanya terbuat dari kayu.Pemukul
jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas.
Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas
dan

menumbuk

tiang.

Pemakaian

alat

tipe

ini

membuat

pelaksanaan pemancangan berjalan lambat, sehingga alat ini


hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang kecil.
b) Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)
Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang
bergerak naik oleh udara atau uap yang terkompresi, sedangkan
gerakan turun ram disebabkan oleh beratnya sendiri. Energi
pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram dikalikan
tinggi jatuh.
c) Pemukul Aksi Double (double-acting hammer)
Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk
mengangkat ram dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya
Kecepatan pukulan dan energi output biasanya lebih tinggi
daripada pemukul aksi tunggal.
d) Pemukul Diesel (diesel hammer)
Diesel Hammer adalah alat pemancang tiang yang paling
sederhana. Alat ini memiliki satu silinder dengan dua mesin
diesel, piston/ram, tangki bahan bakar, tangki pelumas, pompa

bahan

bakar,

injector,

dan

mesin

pelumas.

Pada

pengoperasiannya, energi alat didapat dari berat ram yang


menekan udara di dalam silinder.Pemukul diesel terdiri dari
silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi bahan bakar.
Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan
menggunakan bahan bakar minyak. Energi pemancangan total
yang dihasilkan adalah jumlah benturan dari ram ditambah
energi hasil dari ledakan.
Pemukul Getar (vibratory hammer)
e) Pemukul Getar(vibratory hammer)
Vibratory Pile Driver merupakan alat yang memiliki beberapa
batang horizontal dengan beban eksentris. Pada saat pasangan
batang berputar dengan arah yang berlawanan, berat yang
disebabkan

oleh beban eksentris menghasilkan getaran pada

alat. Getaran yang dihasilkan tersebut menyebabkan material di


sekitar pondasi yang terikat pada alat, akan ikut bergetar. Alat ini
sangat sesuai digunakan pada tanah yang lembab.Pemukul getar
merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi
tinggi.
f) Hydraulic Hammer
Alat ini memiliki cara kerja berdasarkan perbedaan tekanan pada
cairan

hidrolis.

Hidraulic

Hammer

ini

dimanfaatkan

untuk

memancangkan pondasi tiang baja H dan pondasi lempengan


baja dengan cara dicengkeram, didorong, dan ditarik. Alat ini
sesuai digunakan ketika ada keterbatasan daerah operasi karena
tiang

pancang

yang

dimasukkan

cukup

pendek.

Untuk

memperpanjang tiangnya dapat dilakukan penyambungan pada


ujung-ujungnya.
2.1.3 Perhitungan Pondasi Tiang Pancang
a) Perhitungan Daya Dukung Pondasi Tiang

Metode Mayerhof (1956) yang digunakan untuk menghitung besarnya


daya dukung pondasi tiang berdasarkan data SPT adalah :
Qult =
=

Qb + Qs
4 . N . Ab + N . As
50

Dimana :
Qult = Daya dukung pondasi tiang (ton)
N

= Nilai SPT pada ujung tiang

Ab

= Luas penampang ujung tiang (m2)

= Rata-rata nilai SPT sepanjang tiang

As

= Luas kulit/selimut tiang (m2)

b) Perhitungan Daya Dukung Ijin Pondasi Tiang


Rumus umum yang digunakan untuk menghitung besarnya daya
dukung ijin pondasi tiang adalah :
Qijin = Qult
F
Dimana :
Qijin = Daya dukung ijin pondasi tiang (ton)
Qult = Daya dukung batas pondasi tiang (ton)
F
= Faktor keamanan akibat bahaya kelongsoran daya dukung (F
= 2,5 -3)
2.1.4 Kontrol Gaya yang Dipikul Terhadap Gaya Ijin Tiang
Untuk kontrol gaya yang dipikul tiap tiang terhadap daya dukung ijin
tiang harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Gaya yang dipikul tiap tiang < Daya Dukung Ijin Tiang
Gaya yang dipikul tiap tiang adalah total beban mati dan beban bergerak.

Pembebanan :
Akibat beban mati
Akibat beban hidup
Kombinasi pembebanan (SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.2.2 hal 13)
Total beban = DD + DL
Apabila diasumsikan tiap tiang memikul beban yang sama, sehingga total
beban dapat dibagi dengan jumlah tiang.

Beban yang dipikul per tiang

Total Beban

Jumlah Tiang Pancang


2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Pondasi Tiang Pancang
Dari sedikit pemaparan mengenai pondasi tiang pancang di atas, pada
masa dekade sekarang ini Perkembangan desain pondasi tiang pancang
telah maju dengan pesat seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi
rancang bangun dalam dunia teknik sipil. Penggunaan Tiang Pancang dalam
berbagai konstruksi sipil turut mengalami perbaikan dan penyempurnaan,
jenis pondasi ini masih menjadi pilihan yang utama terutama untuk daerah
(site) lapangan yang kurang menguntungkan.
Perilaku

dan

respon tiang

pancang maupun struktur

tanah di

sekitarnya akan membantu proses desain berjalan dengan baik dengan


tingkat akurasi dan validitas hasil desain yang tinggi. Hambatan utama yang
dihadapi dalam melakukan desain pondasi adalah kurang di dapatnya
informasi yang memadai mengenai perilaku dan respon pondasi maupun
struktur tanah di bawah permukaan tanah. Kesulitan ini selain masih
terbatasnya peralatan yang secara langsung dapat memantau perilaku dan

respon

tiang

di

kedalaman

tanah,

juga

sifat

kenonlinearan

tanah

mempengaruhi hasil desain yang diperoleh.


Penggunaan Program Komputer untuk menyelesaikan permasalahan
desain pondasi tiang pancang banyak dipergunakan dengan berbasis
pendekatan

metode

beda

hingga

(difference

finite

method)

untuk

penyelesaian secara numerik. Diantaranya Program Komputer GROUP yang


digunakan untuk penyelesaian desain kelompok pondasi tiang pancang dan
analisis perilaku pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang termasuk dalam kategori pondasi dalam, dapat
mendaya-gunakan kekuatan friksi tanah maupun bearing. Tentu saja ini
tergantung dari jenis tanahnya dan panjang pondasi tersebut. Sangat cocok
jika kedalaman tanah keras cukup jauh dari permukaan tanah. Tetapi dalam
pelaksanaannya memerlukan alat pancang, jika cukup panjang dan beban
berat maka tiang pondasinya harus dibuat dari precast PC Pile atau tiang
baja, untuk beban ringan mungkin precast RC Pile masih bisa. Pondasi
sumuran hanya mengandalkan fenomena bearing saja, sehingga cocok jika
tanah keras dekat permukaan tanah. Jika tanah keras terlalu dalam maka
pelaksanaannya

menjadi

masalah

tersendiri.

Kadang-kadang

dihitung

sebagai pondasi dangkal. Tiang pancang unggul terhadap beban vertikal, jika
ada beban horizontal maka daya dukungnya relatif kecil. Oleh karena itu jika
dalam perencanaan strukturnya menerima gaya horizontal maka diperlukan
juga tiang pancang miring. Semakin miring semakin besar daya dukung
horizontalnya tetapi pelaksanaannya tidak gampang, jika terlalu miring lalu
pakai alat pancang biasa. Bisa-bisa tiangnya patah karena ada eksentrisitas.
Gerakan tanah akibat gempa akan bersama-sama dengan pondasi.
Pondasi sumuran, ukurannya lebih masif dibanding tiang pancang, sehingga
kemungkinan untuk dapat bergerak bersama-sama dengan tanah lebih
banyak. Jadi jika pondasinya tertanam cukup dalam maka fondasinya sendiri
relatif tahan terhadap kondisi tersebut. Kerusakaan akan terjadi jika gerakan

tersebut mempunyai pengaruh pada struktur di atasnya yang karena


mempunyai massa maka akan mengakibatkan gaya dinamik. Jika gaya
dinamik struktur di atas pondasi dan pondasi tidak selaras maka timbul gaya
restraint. Ini yang harus diwaspadai.
Hal yang harus diperhatikan pada proses pemancangan khusus tiang
baja adalah kemungkinan terjadinya pile overstress, kondisi dimana tiang
baja sudah mengalami distorsi akibat terlalu lama dalam pemukulan
menggunakan hammer saat pemancangan. Tiang baja mengalami distorsi
dan sudah tidak dapat masuk ke dalam tanah, hal ini yang harus
diperhatikan

oleh

operator

saat

pemancangan

agar

menghentikan

pemukulan hammer.
Karena umumnya sistem jembatan, struktur atas dan struktur bawah
tidak menyatu maka dapat terjadi slip (deformasi horizontal yang berbeda
satu sama lain). Mekanisme tersebut dapat menyerap enerji gempa. Yang
perlu diwaspadai adalah mekanisme slip perlu diberi ruang gerak yang
cukup, jangan sampai girder jembatan lepas dari tumpuannya. Selain itu,
sebelum proses pemancangan dimulai, pastikan titik koordinat dan sudut
dari tiang pancang sudah sesuai dengan gambar rencana, dan lakukan
koordinasi dengan Pengawas pekerjaan.

2.2. Definisi dan Fungsi Turap

DEFINISI TURAP
Turap adalah konstruksi yang dapat menahan tekanan tanah di
sekelilingnya, mencegah terjadinya kelongsoran dan biasanya terdiri
dari dinding turap dan penyangganya. Konstruksi dinding turap terdiri
dari beberapa lembaran turap yang dipancangkan ke dalam

tanah,

serta membentuk formasi dinding menerus vertikal yang berguna


untuk menahan timbunan tanah atau tanah yang berlereng. Turap

terdiri dari bagian-bagian yang dibuat terlebih dahulu (pre-fabricated)

atau dicetak terlebih dahulu (pre-cast). (Sri Respati, 1995)


FUNGSI TURAP
Fungsi turap adalah :
a) Struktur penahan tanah, misalnya pada tebing jalan raya
atau tebing sungai
b) Struktur penahan tanah pada galian
c) Struktur penahan tanah yang berlereng atau curam agar
tanah tersebut tidak longsor
d) Konstruksi
bangunan yang ringan, saat kondisi tanah
kurang mampu untuk mendukung dinding penahan tanah

2.2.1 Jenis Jenis Turap


1. Turap Kayu
Turap kayu digunakan untuk dinding penahan tanah yang tidak begitu
tinggi, karena tidak kuat menahan beban-beban lateral yang besar.
Turap ini tidak cocok digunakan pada tanah berkerikil, karena turap
cenderung pecah bila dipancang. Bila turap kayu digunakan untuk
bangunan permanen yang berada di atas muka air, maka perlu
diberikan lapisan pelindung agar tidak mudah lapuk. Turap kayu
banyak digunakan pada pekerjaaan-pekerjaan sementara, misalnya
untuk penahan tebing galian.
2. Turap Beton
Turap beton merupakan balok-balok yang telah di cetak sebelum
dipasang dengan bentuk tertentu. Balok-balok turap dibuat saling
mengkait satu sama lain. Masing-masing balok, kecuali dirancang kuat
menahan beban-beban yang bekerja pada turap, juga terhadap bebanbeban yang akan bekerja pada waktu pengangkatannya. Ujung bawah
turap

biasanya

dibentuk

meruncing

untuk

memudahkan

pemancangan.
Turap beton biasa digunakan pada bangunan permanen atau pada
detail-detail konstruksi yang agak sulit.
3. Turap Baja

Turap baja adalah jenis paling umum yang digunakan, baik digunakan
untuk bangunan permanen atau ssementara karena beberapa

sifat-

sifatnya sebagai berikut:


I. Tahan terhadap tegangan dorong tinggi yang dikembangkan di
II.
III.
IV.

dalam bahan keras atau bahan batuan


Mempunyai berat relatif yang tinggi
Dapat dipakai berulang-ulang
Umur pemakaiannya cukup panjang baik di atas maupun di
bawah air dengan perlindungan sederhana menurut NBS (1962)
yang meringkaskan data tentang sejumlah tiang pancang yang

V.

diperiksa setelah pemakaian yang berlangsung lama


Mudah menambah panjag tiang pancang dengan mengelas

VI.

maupun dengan memasang baut


Sambungan-sambungan sangat sedikit mengalami deformasi bila
di desak penuh dengan tanah dan batuan selama pemancangan.

2.2.2 Tipe tipe Dinding Turap


Terdapat 4 tipe dinding turap yaitu :
I.

Dinding Turap Kantilever


Dinding turap kantilever merupakan turap yang dalam menahan
beban lateral mengandalkan tahanan tanah didepan dinding.
Defleksi lateral yang terjadi relatif besar pada pemakaian turap
kantilever. Karena luas tampang bahan turap yang dibutuhkan
bertambah besar dengan ketinggian tanah yang ditahan (akibat
momen lentur yang timbul). Turap kantilever hanya cocok untuk

II.

menahan tanah dengan ketinggian/kedalaman yang sedang.


Dinding Turap Diangker

Dinding turap diangker cocok untuk menahan tebing galian yang


dalam, tetapi masih juga bergantung pada kondisi tanah. Dinding
turap ini menahan beban lateral dengan mengandalkan tahanan
tanah pada bagian turap yang terpancang kedalam tanah
III.

dengan dibantu oleh angker yang dipasang pada bagian atasnya.


Dinding Turap dengan Landasan (platform)
Dinding turap semacam ini dalam menahan tekanan tanah
lateral dibantu oleh tiang-tiang, dimana diatas tiang tiang-tiang
tersebut dibuat landasan untuk meletakkan bangunan tertentu.
Tiang-tiang

pendukung

landasan

juga

berfungsi

untuk

mengurangi beban lateral pada turap. Dinding turap ini dibuat


bila di dekat lokasi dinding turap direncanakan akan dibangun
jalan kereta api, mesin derek atau bangunan-bangunan berat
IV.

lainnya.
Bendungan Elak Seluler
Bendungan elak seluler (celullar cofferdam) merupakan turap
yang berbentuk sel-sel yang diisi dengan pasir. Dinding ini
menahan tekanan tanah dengan mengandalkan beratnya sendiri.

2.2.3 Konsep Perencanaan Turap


Berdasarkan hasil penelitian dan survey lapangan yang telah dilakukan
pada

lokasi

yang

mempertimbangkan

akan
tingkat

dibangunnya
kesulitan

turap

dalam

ini,

serta

dengan

pelaksanaannya,

disusun

beberapa konsep perencanaan turap antara lain :


a) Turap yang direncanakan tidak mengganggu atau merusak aliran air
sungai (tidak mengganggu luas penampang basah sungai)
b) Turap berfungsi sebagai dinding yang dapat menahan kelongsoran
tebing sungai dan melindungi tebing sungai terhadap gerusan air.
c) Turap dapat menahan tekanan tanah aktif serta tekanan air dan bebanbeban lainnya yang bekerja pada dinding turap.

d) Turap

direncanakan

memiliki

ketahanan

jangka

panjang

pada

lingkungan dengan siklus basah, kering dan dan lembab.


e) Turap juga berfungsi sebagai pelataran terbuka (open space) yang
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan publik.
f) Struktur turap terdiri dari tiang turap, dinding turap dan plat penutup
tiang (pile cap).
g) Dinding turap memiliki tekanan tanah lateral tanah aktif dan air,
sedangkan tiang turap berfungsi memiliki gaya aksial dan lateral yang
bekerja pada dinding turap, lantai penutup berfungsi sebagai beban
aksial (counter weight) dan juga dapat dimanfaatkan sebagai open
space.
2.2.4 Metode Perhitungan
Perhitungan stabilitas turap dilakukan dengan menggunakan metode
perhitungan

Pemancangan

Turap

Kantilever

dan

Pemancangan

Turap

Diangker dengan memperhitungkan berbagai variasi elevasi muka air pada


sisi aktif dan sisi pasif turap dan memperhitungkan panjang kedalaman
pembenaman

untuk

kondisi

pancang

turap

dari

baja.

Dari

hasil

perhitungan tersebut didapatkan momen lentur maksimum (M maks) dan


momen bending yang timbul pada turap dan besarnya gaya angkur.

1) Metode Perhitungan Ujung Bebas (Free Earth Method)


Dalam metode ini diasumsikan bahwa kedalaman

turap

tidak

mencapai tanah keras sehingga ujung bawah turap tidak cukup kaku
dan dapat berotasi. Kedalaman turap dibawah dasar galian dianggap
tidak cukup untuk menahan tekanan tanah yang terjadi pada bagian
atas dinding turap. Anggapan dalam analisis stabilitas turap diangker
dengan metode ujung bebas :
a) Turap merupakan bahan yang sangat kaku dibandingkan dengan
tanah disekitarnya.
b) Kondisi tekanan tanah yang bekerja dianggap memenuhi syarat
teori Rankie atau Coulomb.

c) Turap dianggap berotasi dengan bebas diujung bawah dan tidak


diizinkan bergerak secara lateral ditempat angker.
2) Metode Perhitungan Ujung Tetap (Fixed Earth Method)
Dalam metode
ini diasumsikan bahwa kedalaman turap sudah
mencapai tanah keras sehingga ujung bawah tetap kaku. Kedalaman
penembusan turap dibawah dasar galian dianggap sudah cukup dalam,
sehingga tanah dibawah

dasar galian mampu memberikan tahanan

pasif yang cukup untuk mencegah ujung bawah turap berotasi.


Anggapan dalam analisis stabilitas turap diangker dengan metode
ujung tetap :
a) Kondisi tekanan tanah yang bekerja dianggap memenuhi syarat
teori Rankine atau Coulomb.
b) Turap bebas berotasi, namun tidak diizinkan bergerak pada
angkernya.
c) Titik balik ditentukan dari teori elastisitas.
Pada metode ujung tetap hanya cocok untuk turap yang secara
keseluruhan terletak dalam tanah granuler. Menurut Hary
Hardiyatmo

(2002),

untuk

menghitung

stabilitas

Christady

turap

dipakai

persamaan teori tekanan tanah Rankine dengan rumus sebagai berikut


:

Pa

Pa

1 sin

1 + sin

1 + sin

1 sin

Dimana :
Pa

Tekanan tanah aktif (t/m2)

tan2 45 -
2

tan2

45 +
2

Pp

Tekanan tanah pasif (t/m2)

Berat volume tanah dibawah air (t/m3)

Jarak dari permukaan tanah (m)

Sudut geser dalam untuk tanah ( )

BAB III
PENUTUP
2.4. Kesimpulan
Pondasi tiang pancang adalah bagian dari suatu konstruksi yang dibuat
dari kayu, baja, atau beton yang dipakai untuk meneruskan beban
beban dari struktur bangunan atas kelapisan tanah pendukung
dibawahnya pada kedalaman tertentu. Secara umum pemakaian
pondasi tiang pancang dipergunakan apabila tanah dasar dibawah
bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung yang cukup untuk
memikul berat bangunan dan beban diatasnya, dan juga bila letak
tanah keras yang memiliki daya dukung yang cukup untuk memikul

berat dari beban bangunan diatasnya terletak pada posisi yang sangat
dalam.
Turap adalah dinding vertical yang relative tipis yang berfungsi untuk

menahan tanah juga untuk menahan masuknya air ke dalam lubang


galian. Karena pemasangan yang mudah dan biaya yang murah, turap
banyak digunakan pada pekerjaan-pekerjaan seperti, penahan tebing
galian sementara, penahan longsong, stabilitas lereng, bangunanbangunan pelabuhan, bendungan serta bangunan lainnya. Dinding
turap tidak cocok untuk menahan tanah timbunan yang tinggi karena
akan memerlukan luas tampang bahan turap yang besar. Selain itu,
dinding

turap

mengandung
pemancangan.

juga

tidak

banyak

cocok

digunakan

batuan-batuan,

pada

karena

tanah

yang

menyulitkan

Anda mungkin juga menyukai