Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pendidikan di Jerman dengan baik meski banyak kekurangan didalamnya. Kami
juga berterimakasih kepada Bapak Drs. Sumardi S.Pd M.Hum selaku dosen
matakuliah Sejarah Pendidikan yang telah memberikan materi ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah
wawasan pengetahuan kita mengenai pendidikan menurut Mohammad Syafei.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu saya berharap adanya kritik, saran,
serta usulan demi perbaikan makalah yang saya buat.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya.
Saya mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon
kritik dan sarannya yang membangun.

Jember, 2 Desember 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................1
DAFTAR ISI....................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................3
1.1 Latar Belakang.....................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................4
1.4 Manfaat................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................5
2.1 Sejarah Pendidikan Jerman...................................................5
2.2 Struktur Pendidikan Jerman..................................................6
2.2.1 Pendidikan Dasar............................................................6
2.2.2 Pendidikan Menengah....................................................7
2.2.3 Pendidikan Tinggi...........................................................8
2.3 Manajemen Pendidikan di Jerman........................................8
2.3.1 Biaya Pendidikan............................................................9
2.3.2 Personalia.......................................................................9
2.3.3 Kurikulum.......................................................................9
2.3.4 Sistem Ujian dan Sertifikasi........................................10
BAB III PENUTUP..........................................................11
3.1 Simpulan............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................12

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan telah terbukti berperan penting dalam peningkatan kualitas


kehidupan masyarakat baik secara individual maupun kolektif. Keyakinan akan
urgensi pendidikan ini mengantarkan peradaban manusia kepada pembentukan
sistem pendidikan yang sesuai dengan keunikan setiap komunitas untuk mencapai
tujuan pendidikan yang mereka inginkan. Beragam sistem pendidikan di dunia
yang kaya akan perbedaan baik dalam tingkatan kebijakan maupun teknis
pelaksanaan dapat kita lihat dan cermati. Keberagaman sistem pendidikan tersebut
memunculkan

upaya

benchmarking

dengan

sistem

pendidikan

yang

dikembangkan negara lain untuk mengetahui posisi sistem pendidikan yang ada di
negeri sendiri. Dengan demikian, penguatan keunggulan dan perbaikan kelemahan
akan dapat dilakukan secara akurat, efektif dan efisien.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan derasnya
arus informasi mengenai sistem pendidikan di berbagai kawasan. Upaya-upaya
memahami beragam sistem pendidikan di berbagai belahan dunia telah
memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan dan perbaikan
pendidikan di banyak negara. Negara Jerman dipilih karena keunggulan yang
dimiliki dalam sistem pendidikannya. Saat ini Jerman merupakan salah satu
negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia yaitu menduduki peringkat
ketigabelas, seperti dikutip dari Education for All Global Monitoring Report 2011,
UNESCO.
Tahun 1970 sistem pendidikan Jerman sudah mampu meraih tujuan-tujuan
yang dicanangkan, hanya sekitar 25 tahun setelah Jerman rata dengan tanah akibat
kekalahan dalam Perang Dunia II. Berbagai keunggulan Jerman di bidang
kedokteran, teknologi, sastra, dan seni merupakan keberhasilan sistem pendidikan
Jerman yang secara gemilang telah mampu menjawab berbagai permasalahan
yang ada pasca kekalahan Perang Dunia II. Tak aneh bila saat ini Jerman menjadi
negara tujuan bagi banyak mahasiswa internasional.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana sejarah pendidikan Jerman ?


1.2.2 Bagaimana struktur pendidikan di Jerman ?
1.2.3 Bagaimana manajemen pendidikan di Jerman ?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah diatas kita dapat menyimpulkan bahwa tujuan


dibuatnya makalah ini, diantaranya :
1.
2.
3.
4.

Memenuhi tugas dari Bapak Drs. Sumardi S.Pd M.Hum.


Mengetahui sejarah pendidikan di Jerman
Mengetahui struktur pendidikan yang ada di Jerman
Bagaimana manajemen pendidikan yang ada di Jerman

1.4 Manfaat

Manfaat dibuatnya makalah ini adalah agar pembaca dapat memahami pendidikan
yang ada di Jerman.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pendidikan Jerman

Berdasarkan sejarah, pendidikan di Jerman berdasarkan dua sumber yaitu


gereja dan negara. Sudah menjadi tradisi semenjak awal abad pertengahan bahwa
geraja selalau terlibat dalam pendidikan, sedangkan the Lander (asal mula
kekuasaan daerah) selalau pula mengatakan bahwa merekalah yang bertanggung
jawab atas pendidikan. Pengumuman resmi mengenai wajib belajar pada beberapa
daerah semanjak akhir abad ke-17 dapat dianggap sebagai penanda resmi bahwa
masalah pendidikan adalah tanggung jawab negara. Semenjak itu, pengaruh gereja
secara umum mulai berkurang. Maka masalah pendidikan mulai saat itu terletak
terutama pada kekuatan politik para guru, orang tua, siawa/mahasiswa sebagai
perubahan dalam sistem pendidikan.
Dalam Republik Federal Jerman pasca perang, sistem sekolah tiga jalur
dan universitas dengan sistem ekonomi adalah bentuk yang digunakan. Oleh
karena Undang-undang Federal, yang bertanggung jawab mengenai pendidikan,
semenjak itu pula pembicaraan di tingkat Lander berlangsung terus tentang
tujuan reformasi pendidikan. Pemerintah negara bagian (State) yang Sosial
Demokrat cenderung untuk menempatkan pendidikan sebagai hak azasi dengan
penekana pada, usaha pendidikan itu atas inisiatif sendiri, persamaan, dan
tindakan

pengimbalan,

sementara

pihak

Kristen

Demokrat

Konservatif

menginginkan tujuan dan kegiatan pendidikan itu bersifat kolektif untuk


kepentingan masyarakat, seperti penyiapkan lulusan yang berkualitas.
Politik pendidikan dan formulasi tujuan pendidikan merupakan topik
yang hangat dalam kelompok Republik Demokrasi. Pada tahun 1949, lebih dari
2/3 guru-guru yang bertugas dibawah partai Sosialis Nasional diganti dengan
guru-guru baru yang telah mendapat pendidikan jangka pendek. Dengan demikian
kecocokan dengan peraturan komunis dapat tercapai lebih meyakinkan. Maka
berlangsunglah model pendidikan Soviet, seperti prinsip pengajaran politeknik
(1958-59), dengan tujuan formal pendidikan untuk membentuk pribadi sosialis.
Sistem pendidikan berjalan secara ketat, denagn kontrol politik tersentralisasi,
serta perencanaan ekonomi dan sosial yang sesuai dengan doktrin negara.

Dengan hilangnya dasar ideologi yang utama, dan sistem politik pun
berubah, reunifikasi jerman memaksa Lander jerman timur menyesuaikan sistem
pendidikannya dengan struktur yang ada di Jerman Barat. Maka dalam konstitusi
Negara (baru) serta dalam pembukaan Undang-undang tentang Sekolah khusus
dan Universitas ditetapkan tujuan umum pendidikan dengan tekanan pada
pengembangan individualitas dan partisipasi dalam kehidupan.

2.2 Struktur Pendidikan Jerman

Struktur system pendidikan Jerman secara formal meliputi : pendidikan


dasa, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (bergantung pada Negara
bagian). Wajib sekolah di Jerman berlaku Sembilan atau sepuluh tahun, dengan
normal, anak masuk sekolah pada usia enam tahun. Namun demikian, sebagian
anak-anak Jerman ada yang mengikuti pendidikan pra-sekolah(Kindergarten)
secara sukarela pada usia tiga sampai lima tahun.
Adapun system pendidikan Jerman dapat divisualisasikan sebagai berikut :
2.2.1 Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar dengan lama pendidikan umumnya empat tahun (usia
enam sampai sembilan tahun). Kecuali Ibukota Negara (Berlin) yang
melaksanakan system enam tahun, sementara beberapa Negara bagian yang lain
melaksanakan pengajaran tambahan dua tahun pada grade lima dan enam dalam
suatu lembaga perantara yang memberikan berbagai jenis pelajaran sebagai
persiapan masuk ke program-program sekolah menengah.
Negara bagian lain menyediakan bentuk yang lain pula, dengan
memberikan pelajaran-pelajaran khusus pada grade lima dan enam, dan siswa
dapat dengan mudah pindah dari sekolah satu ke sekolah lainnya, sesuai dengan
program yang diingini.

2.2.2 Pendidikan Menengah


Sekolah menengah di Jerman dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu
Restschule, Realschule, Gymnasium, dan Gesamtschule. Restschule merupakan
jenis sekolah menengah yang memberikan pengajaran yang yang diarahkan untuk
memasuki pemagangan setelah empat siswa menerima sertifikat tamat belajar.
Program ini memberikan pelajaran khusus untuk mempersiapkan siswa
menghadapi kariernya dimasa mendatang, dan juga mengajarkan bahasa asing
(biasanya Inggris). Program Restschule dikategorikan sebagai program yang
paling ringan tuntutan akademiknya di Jerman pada grade tujuh sampai sembilan.
Realschule merupakan program sekolah yang mempersiapkan siswa untuk
memasuki karier sebagai pegawai atau buruh kelas menengah. Program ini
memiliki tuntutan akademik yang lebih tinggi daripada restschule. Semenjak
1970-an, tamatan sekolah ini telah menjadi persyaratan untuk memasuki programprogam pemagangan. Sertifikat dari sekolah ini juga menjadi kunci untuk
memasuki berbagai jalur pendidikan yang lebih tinggi.
Gymnasium, gymnasium bertujuan untuk mempersiapkan siswa ke
pendidikan tinggi, walaupun tidak semua lulusannya melanjutkan ke perguruan
tinggi. Pada grade lima sampai sepuluh. Isi kurikulum bervariasi sesuai dengan
jenis sekolah yang dimasuki. Mulai grade sebelas, siswa dapat memilih
spesialisasi dalam susunan yang agk rumit. Setelah berhasil menyelesaikan ujian
pada grade tigabelas siswa berhak memasuki perguruan tinggi.
Gesamtschule merupakan sekolah yang menekankan program secara
komprehensif bagi semua anak dalam suatu bidang, dan anak-anak akan
memperolah sertifikat yang berbeda sesuai dengan bidang yang dipilihnya.
Namun karena terjadi banyak kontroversi pada program sekolah jenis ini, maka
tidak semua daerah yang membuka sekolah ini (hanya dibuka di daerah yang
beraliran sosial democrat).

2.2.3 Pendidikan Tinggi


Lembaga pendidikan tinggi di Jerman terdiri dari dua jenis, yaitu :
Pertama, akademi/politeknik/Fachhoschulen yang ditempuh selama dua belas
tahun pendidikan lengkap, Kedua, Universitas, tidak ada persyaratan program
tertentu untuk memasuki universitas, dan tidak ada perbedaan yang jelas antar
program sarjana dan program pascasarjana. Sertifikat pertama diperoleh setelah
empat atau empat tahun pelajaran. Selain pendidikan formal, di Jerman juga
berkembang pendidikan nonformal yang berupa Pendidikan Vokasional, teknik,
dan bisnis yang diwajibkan bagi anak-anak yang tamat dengan ijazah pendidikan
umum pada tingkat Realschule dan juga yang tidak dapat ijazah setelah tamat
belajar selama sembilan tahun.
Pendidikan ini merupakan prasyarat untuk mendapatkan pekerjaan dan
pelaksanaannya dapat diikuti secara paruh waktu atau purna waktu. Pendidikan
nonformal yang lain berupa pendidikan orang dewasa yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, sesuai dengan tuntutan zaman dan
perubahan ekonomi, sosial, politik yang sangat cepat.
2.3 Manajemen Pendidikan di Jerman

System pendidikan di Jerman adalah desentralisasi, mulai dari level


sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah. Beberapa Lander (penguasa
daerah) membuat berbagai ketentuan kontsitusi mereka masing-masing mengenai
pengaturan masalah-masalah pendidikan, dan seluruhnya melalui proses
legislative. Pengaturan ini meliputi penetapan tujuan pendidikan, struktur, isi
pengajaran, dan prosedur dalam system daerah mereka masing-masing.
Adapun yang bertanggung jawab tehadap pelaksanaan pendidikan di
dalam Negara adalah Kementerian Kabinet atau Kementerian Kebudayaan. Pada
Negara-negara bagian yang luas daerahnya, sekolah tidak dikontrol secara
langsung oleh kementerian Negara bagian, tetapi melalui Badan Administrasi
Regional yang merupakan bagian dari Bada Eksekutif. Masyarakat setempat
biasanya juga punya tanggung jawab menyediakan infrastruktur yang diperlukan
dan adakalanya juga terlibat dalam pengangkatan staf.

2.3.1 Biaya Pendidikan


Alokasi biaya pendidikan sepenuhnya bersumber dari Lander (daerah) dan
masyarakat setempat, kecuali untuk pendidikan tinggi. Menjadi tanggung jawab
pemerintah federal. Hampir semua program pendidikan di Jerman bersifat gratis
(termasuk pembebasan uang kuliah di pendidikan tinggi). Pemerintah federal juga
memberikan bantuan uang kepada sebagian siswa sekolah menengah dan kira-kira
90% dari biaya operasional sekolah dibantu oleh pemerintah federal.
2.3.2 Personalia
Hanya guru-guru Gymnasium dan sebagian guru-guru spesialis untuk
bidang keuangan yang dididik di tingkat Universitas (S1), dengan tekanan utama
bidang kehlian daripada bidang keguruan. Namu demikian sejak 1960, telah mulai
dicanangkan persyaratan kualifikasi yang sama untuk semua guru, minimal telah
dididik di Universitas. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan
metode mengajar ditempuh melalui in-service training.
2.3.3 Kurikulum
Kurikulum dirumuskan oleh Kementerian Pendidikan sesuai Negara
bagian masing-masing, dibawah kendali Lander. Sebagaian besar Lander
mewajibkan mata pelajaran di pendidikan dasr sebagai berikut : German;
mathematics; social studies (usually taught as Sachunterricht); history (usually
taught as Sachunterricht ) geography (usually taught as Sachunterricht); biology
(aspects of biology are taught within science, which is usually taught as
Sachunterricht ); physics (aspects of physics are taught within science, which is
usually taught as Sachunterricht); chemistry (aspects of chemistry are taught
within science, which is usually taught as Sachunterricht ); art; music; sport;
religion; and modern foreign languages.
Sedangkan untuk sekolah menengah,

kurikulum

berbeda-beda

penekannannya, sesuai jenis sekolah sebagaimana dijelaskan di depan. Namun


paling tidak pada setiap jenis sekolah menengah tersebut memuat materi pelajaran

sebagai berikut: German; mathematics; on foreign language (usually English);


natural and social sciences; music; art; and sport.
2.3.4

Sistem Ujian dan Sertifikasi.


Penilaian akhir tahun siswa di dasarkan pada hasil analisis terhadap kinerja

siswa. Dari Grade dua (primer, umur tujuh) dan seterusnya, hanya terdapat
laporan setengah-tahunan meliputi komentar terhadap kemajuan dan nilai yang
diperoleh dengan membandingkan kinerja mereka dengan apa ada pada selain
dalam sebuah kelompok pengajaran. Terdapat satu kecenderungan ke arah
pelaporan proses belajar dan kinerja, dan terhadap keikutsertaan kelas serta
perilaku sosial di sekolah. Anak-anak yang nilainya dan hal lainnya tidak cukup
harus (dapat memilih) untuk mengulang kembali di awal tahun baru. Tidak ada
nilai ujian atau ijasah di sekolah dasar, yang ada hanya sebuah laporan kinerja
siswa pada akhir tahun. Ujian nasional di selenggarakan pada grade sepuluh dan
dua belas

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan

Berdasarkan sejarah, pendidikan di Jerman berdasarkan dua sumber yaitu


gereja dan negara. Sudah menjadi tradisi semenjak awal abad pertengahan bahwa
geraja selalau terlibat dalam pendidikan, sedangkan the Lander (asal mula
kekuasaan daerah) selalau pula mengatakan bahwa merekalah yang bertanggung
jawab atas pendidikan. Pengumuman resmi mengenai wajib belajar pada beberapa
daerah semanjak akhir abad ke-17 dapat dianggap sebagai penanda resmi bahwa
masalah pendidikan adalah tanggung jawab negara. Semenjak itu, pengaruh gereja
secara umum mulai berkurang. Maka masalah pendidikan mulai saat itu terletak
terutama pada kekuatan politik para guru, orang tua, siawa/mahasiswa sebagai
perubahan dalam sistem pendidikan.
Struktur system pendidikan Jerman secara formal meliputi : pendidikan
dasa, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (bergantung pada Negara
bagian). Wajib sekolah di Jerman berlaku Sembilan atau sepuluh tahun, dengan
normal, anak masuk sekolah pada usia enam tahun. Namun demikian, sebagian
anak-anak Jerman ada yang mengikuti pendidikan pra-sekolah(Kindergarten)
secara sukarela pada usia tiga sampai lima tahun.
System pendidikan di Jerman adalah desentralisasi, mulai dari level
sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah. Beberapa Lander (penguasa
daerah) membuat berbagai ketentuan kontsitusi mereka masing-masing mengenai
pengaturan masalah-masalah pendidikan, dan seluruhnya melalui proses
legislative. Pengaturan ini meliputi penetapan tujuan pendidikan, struktur, isi
pengajaran, dan prosedur dalam system daerah mereka masing-masing.
Adapun yang bertanggung jawab tehadap pelaksanaan pendidikan di
dalam Negara adalah Kementerian Kabinet atau Kementerian Kebudayaan. Pada
Negara-negara bagian yang luas daerahnya, sekolah dikontrol oleh Badan
Administrasi Regional yang merupakan bagian dari Bada Eksekutif. Masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Nur,

Agustiar

Syah.2001,Perbandingan

Sistem

Pendidikan

15

Negara.Bandung:Lubuk Agung.
Rohman,

Arif.

2010.Pendidikan

Komparatif:

Menuju

Perbandingan Antar Negara.Yogyakarta:Laksbang Mediatama.

ke

Arah

Anda mungkin juga menyukai