Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan teknologi merupakan salah satu upaya untuk melakukan
perbaikan atau modifikasi dari berbagai proses yang saat ini sedang
berjalan. Indonesia sedang membangun sektor industri dan juga
sedang berbenah diri dalam menghadapi era perdagangan bebas 2020
dengan semua dampaknya pada semua segi kehidupan kita.
Adanya berbagai resiko serta faktor bahaya ditempat kerja adalah
keadaan yang tidak mungkin dihindari. Artinya tidak ada kondisi tempat
kerja yang tidak mempunyai resiko (zero risk). Timbulnya kecelakaan
kerja serta penyakit akibat kerja dapat merugikan perusahaan baik
kerugian material secara langsung maupun menurunnya moral daripada
pekerja secara tidak lansung. Selanjutnya kondisi seperti ini dapat
menurunkan timbulnya berbagai hal yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja maka diperlukan penerapan
praktek-praktek manajemen dengan penekanan berbagai resiko yang
dihadapi dalam tempat kerja. Namun dilain pihak, dengan meningkatnya
perkembangan di sektor industri yang ditandai dengan munculnya proses
baru, bahan baku, produk industri baru dan sebagainya telah membawa
dampak meningkatnya risiko bahaya kebakaran.
Dalam hal ini sistem tanggap darurat merupakan suatu sistem untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal hal yang tidak diinginkan yang
dapat menimbulkan kerugian fisik maupun material. Oleh karena itu peran
dari emergency response plan sangat penting menggingat banyaknya
kejadian kebakaran yang berakibat fatal dikarenakan belum adanya
penerapan emergency response plan di tempat tersebut.
Laporan Kerja Praktek di PT Indonesia Power UP Mrica
Page 1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Periode Maret 2016)
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
PT. Indonesia Power UP Mrica Banjarnegara mrupaka unit bisnis yang
memanfaatkan air waduk P.B Soedirman menjadi tenaga pembangkit listrik.
Keberadaan pembangkit Mrica sendiri dapat menimbulkan dampak
lingkungan dan Keselamatan dan kesehatan kerja khususnya dalam
penanganan penanggulangan kebakaran. Oleh karena itu penulis ingin
mengetahui program kesehatan lingkungan serta kesehatan dan
keselamatan kerja di PT. Indonesia Power UP Mrica Banjarnegara.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan dan Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Indonesia Power UP Mrica
Banjarnegara
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran umum PT. Indonesia Power UP Mrica
b. Untuk mengetahui gambaran umum program kesehatan lingkungan di
PT. Indonesia Power UP Mrica.
c. Untuk mengetahui sarana dan sistem pemadam kebakaran yang
tersedia di PT. Indonesia Power UP Mrica.
d. Untuk mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di PT.
Indonesia Power UP Mrica.
e. Untuk mengetahui prosedur evakuasi di PT. Indonesia Power UP
Mrica.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Keadaan Darurat Kebakaran
Menurut Departemen Tenaga kerja (2003) Keadaan Darurat merupakan
situasi atau kejadian yang tidak normal yang terjadi tiba-tiba dan dapat
menggangu kegiatan komunitas dan perlu segera ditanggulangi. Adapun
penyebab darurat tersebut antaa lain :
1. Bencana alam (natural disaster) seperti banjir, kekeringan, angin topan,
gempa dan petir.
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
2. Kegagalan teknis, pemadaman listrik, kebocoran nuklir, peristiwa
kebakaran atau ledakan dan kecelakaan lalu lintas.
3. Huru hara seperti perang, kerusuhan.
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Eter, Alcohol, Aseton, Benzene, Minyak Tanah, Bensin, Spiritus,
Solar, Oli dan sebagainya
c. Benda Gas
Gas mudah terbakar dalam industri adalah gas alam hydrogen,
asetilen, etilen oksida, Elpiji, Acetylene, Butane, LNG dan
sebagainya.
2. Sumber-sumber panas
Sumber- sumber panas antara lain:
a. Sinar matahari
b. Listrik
c. Panas yang berasal dari reaksi kimia
d. Komperensi udara
Panas yang berasal dari sumber-sumber tersebut dapat berpindah tempat
melalui 4 cara yaitu :
a. Radiasi : perpindahan panas yang memancarkan ke segala arah.
b. Konduksi : perpindahan panas melalui benda (perambatan panas).
c. Konveksi : perpindahan panas yang menyebabkan perbedaan
tekanan udara.
d. Locatan Bunga Api : suatu reaksi antara energy panas dengan udara
(O2)
3. Oksigen (O2)
Dalam keadaan normal prosentase oksigen (O2) di udara
bebas adalah 21% karena oksigen adalah suatu gas pembakar.
Suatu tempat dinyatakan masih mempunyai tempat keaktifan
pembakaran tidak akan terjadi bila kadar oksigennya lebih dari 15%,
sedang pembakaran tidak akan terjadi bila kadar oksigen kurang dari
12%.
Unsur-unsur yang harus ada untuk terjadinya kebakaran ada 3
unsur yaitu: adanya sumber panas, bahan bakar, dan oksigen. Ketiga
unsur tersebut biasa digambarkan dalam bentuk segitiga api sebagai
berikut:
Laporan Kerja Praktek di PT Indonesia Power UP Mrica
Page 5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Periode Maret 2016)
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Panas
Oksigen
Bahan Bakar
E. Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan macam-macam kebakaran
berdasarkan jenis-jenis apinya penggolongan kebakaran ini diperlukan,
agar dapat ditentukan sistem pemadaman api yang tepat, sehingga
dapat dipilih alat-alat atau bahan-bahan yang cocok untuk kelas
kebakaran tersebut. Klasifikasi kebakaran di Indonesia ditetapkan melalui
peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transsmigrasi No:04/Men/1980
tanggal 14 April 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan
APAR. Klasifikasi kebakaran di Indonesia pada dasarnya berafiliasi ke
klasifikasi NFPA (National Fire Protection Asosiation) yang didirikan pada
tahun 1896 di Amerika, yaitu :
1. Kelas A : Adalah kebakaran dari bahan benda padat yang mudah
terbakar, misalnya kayu, kertas, plastic, tekstil, busa dan lain-lainnya.
Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung
goni yang dibasahi dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau racun
api tepung kimia kering.
2. Kelas B : Adalah kebakaran dari bahan cair atau gas yang mudah
terbakar, misalnya: bensin, solar, minyak tanah, bensol, oli, spiritus, dll.
Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa : pasir dan Alat
Api Ringan (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Dilarang
Laporan Kerja Praktek di PT Indonesia Power UP Mrica
Page 6
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Periode Maret 2016)
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
memakai air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada
berat jenis bahan diatas sehingga bila kita menggunakan air maka
kebakaran akan melebar kemana-mana.
3. Kelas C : Adalah kebakaran yang disebabkan karena arus listrik pada
peralatan- peralatan, misalnya: mesin, generator, panel listrik, dan
lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa:
Alat Pemadam Kebakaraan (APAR) atau racun api tepung kimia.
Matikan dulu sumber listrik agar kita aman dalam memadamkan
kebakaran.
4. Kelas D : Adalah kebakaran dari bahan logam, misalnya : Titanium,
Magnesium, Kalsium, Lithium, Uranium, dan lain-lainnya.
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
bahaya.
d) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan
e) Penerapan yang tidak tegas, terutama yang menyangkut bagian
kritis dari perawatan, system penanggulangan kebakaran, baik
system tekanan udara dan instalasi pemadaman kebakaran tidak
diawasi dengan baik.
2. Faktor Teknis sebagai penyebab kebakaran dan peledakan biasanya
terjadi melalui proses fisik atau mekanis dimana faktor penting yang
menjadi peranan dalam proses ini adalah :
a) Timbulnya panas akibat suhu atau bunga api akibat dari
pengetasan benda- benda maupun adanya api terbuka melalui
proses kimia yaitu terjadi sewaktu pengangkutan bahan-bahan
kimia berbahaya. Penyimpanan dan penanganan (handling) tanpa
memperhatikan petunjuk yang ada.
b) Melalui tanaga listrik pada umumnya terjadi karena hubungan
pendek, sehingga menimbulkan panas atau bunga api dan
dapat menyalakan atau membakar komponen yang lain.
3. Faktor alam sebagai penyebab kebakaran dan peledakan yakni:
a. Petir/ halilintar : akibar Petir/ halilintar sering menyebabkan
kebakaran hutan, juga kebakaran rumah atau gedung-gedung yang
tidak dilengkapi dengan penangkal petir.
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
tersedia dalam jumlah yang cukup, sehingga api dapat menyala
dengan bebas dan membakar seluruh isi ruangan. Pada tahap ini
dapat terjadi peristiwa flashover, yaitu seisi ruangan, karena mempunyai
titik nyala yang hampir sama, akan menyala secara bersamaan. Api
akan terus menyala dengan leluasa sampai salah satu dari oksigen atau
bahan bakar habis.
o
Tahap kebakaran mantap/steady mulai bila suhu 250 C saat
mana bahan-bahan combustible mulai menimbulkan gas-gas/uap-uap
o
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
penyemprotan tidak boleh tersumnbat
d. Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak
dengan bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan bak
gasket atau packing masih dalam keadaan baik.
e. Gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik
f. Bagian dari alat pemadam api tidak boleh berlubang atau cacat
karena karat
g. Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukan,
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
a. Isi tabung harus sesuai dengan berat yang telah ditentukan dan
tepung keringnya dalam keadaan tercurah bebas.
b. Ulir tutup kepala tidak boleh rusak, dan saluran keluar tidak
boleh buntu atau tersumbat.
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan praktik kerja lapangan dilaksanakan pada :
Waktu
: 1 Maret 31 Maret 2016
Tempat
: PT. Indonesia Power UP Mrica, Kabupaten Banjarnegara
Jalan Raya Banyumas KM. 8 Banjarnegara 53471.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kegiatan praktik kerja lapangan mahasiswa program studi
D-IV Kesehatan Lingkungan meliputi program kesehatan lingkungan pada
unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Indonesia Power UP
Mrica.
C. Kegiatan yang dilakukan
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan kegiatan awal Praktik Kerja Lapangan
(PKL). Melalui pengumpulan data maka dapat mengidentifikasi masalah
yang terjadi di PT. Indonesia Power UP Mrica. Data masalah kesehatan
lingkungan dapat di peroleh dengan melakukan survey dan observasi.
2. Analisis Situasi Masalah
Data yang sudah ada dikumpulkan untuk di analisis permasalahannya
yang ada di PT. Indonesia Power UP Mrica.
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
4. Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah yang sudah di temukan sebagai prioritas masalah dibuatkan
alernatif pemecahan masalah sesuai kondisi tempat PKL
5. Lokakarya Mini
Hasil yang didapatkan kemudian di musyawarahkan dengan pihak
Manajemen PT. Indonesia Power UP Mrica yaitu orang-orang yang
berada dalam suatu ruangan saat PKL.
6. Plan Of Action
a. Observasi lingkup kesehatan lingkungan
b. Pengumpulan data sekunder
c. Rekap data sekunder
d. Evaluasi
7. Tindakan Intervensi
Tindakan intervensi dilaksanakan dengan menyesuaikan kegiatan yang
ada di PT. Indonesia Power UP Mrica serta mempertimbangkan teknologi
tepat guna dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia di PT.
Indonesia Power UP Mrica.
8. Penulisan Laporan dan Seminar
Penulisan laporan di kerjakan sejak awal PKL setelah tindakan intervensi
dilakukan. Seminar dlakukan setelah laporan selesai dan dihadiri
pembimbing PKL.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Gambaran Umum PT Indonesia Power UP Mrica
a. Sejarah PT Indonesia Power UP Mrica
Sejarah PT INDONESIA POWER berawal pada akhir abad ke-19,
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari riwayat perkembangan
kelistrikan di Indonesia. Saat itu sejumlah perusahaan yang ada yang
bergerak dibidang perkebunan, pabrik gula dan pabrik teh
membangun pembangkit listrik untuk kepentingan sendiri. Selanjutnya
sebuah perusahaan gas swasta Belanda, bernama NV NIGN
(Naamloze Vnnootschap Netherlandsche Indische Gas Maatschappij)
Laporan Kerja Praktek di PT Indonesia Power UP Mrica
Page 14
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Periode Maret 2016)
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
memperluas usahanya dibidang kelistrikan untuk kepentingan umum
dan memperoleh ijin konsesi berdasarkan Ordonansi 1890 No. 190,
tanggal 18 September 1890.
Seiring dengan peningkatan manfaat listrik bagi masyarakat,
pemerintah pada tahun 1927 membentuk Lands Water Kracht
Bedrijven atau perusahaan listrik negara yang mengelola Pusat Listrik
Tenaga Air (PLTA) Plengan, Lamajan, Bengkok Dago, Ubruk, dan
Kracak di Jawa Barat. Pembangit-pembangkit inilah yang dikemudian
hari diserahkan dan dikelola PLN PJB1, di tahun 1995, disamping
beberapa pembangkit lain yang berkapasitas lebih besar. PLN pun
terus berupaya membangun bidang ketenagalistrikan, sedangkan
tugas pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik di Jawa dan Bali
pada waktu itu ditangan oleh PLN Pembangkitan dan Penyaluran
Jawa Barat (KJB) dan PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa
Timur (KJT).
Pada ahun 1994, status PLN yang semula berbentuk
Perusahaan Umum beralih menjadi Perusahaan Persero. Pada tahun
1995 status baru diikut dengan perubahan struktur PT.PLN (Persero),
yang kemudaian ditindak lanjuti dengan peningkatan fungsi PLN
P2Bdengan tambahan tugas penyaluran, menjadi PLN P3B. Dengan
perubahan fungsi ini maka KJB dan KJT berfokus pada fungsi
pembangkitan. Dua organisasi inilah yang menajdi cikal bakal anak
perusahaan PLN, yakni Pembangkit Tenaga Listrik Jawa Bali 1 (PJB1) dan Pembangkit Tenaga Listrik Jawa Bali 2 (PJB-2). PLN PJB1
Laporan Kerja Praktek di PT Indonesia Power UP Mrica
Page 15
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Periode Maret 2016)
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
mempunyai organisasi sendiri dengan tugas mengelola 8 unit
pembangkit, masing-masing Suralaya, Saguling, Mrica, Priok, Perak,
Grati, Bali, Semarang, Kamojang dan Satu Unit Bisnis Jasa
Pemeliharaan.
Di dirikan pada 03 Oktober 1995 sebagai anak peruasahaan
PT Pembangkitan Jawa Bali 1 (PJB1) merupakan anak perusahaan
PT. PLN Persero yang bergerak dalam usaha pembangkitan tenaga
listrik didirikan pada 03 Oktober 1995. Nama itu kemudian berubah
menjadi PT. Indonesia Powerpada tanggal 03 Oktober 2000.
Perubahan nama tersebut mengukuhkan penetapan tujuan
perusahaan untuk sepenuhnya berorientasi pada bisnis dan
mengantisipasi kecenderungan pasar yang senantiasa berkembang.
Dalam kurun belasan tahun, Indonesia Power telah berkembang
dengan cepat melalui kinerja usaha yang meyakinkan.
Indonesia Power mengoperasikan delapan Unit Bisnis
Pembangkitan (UP) yang tersebar di UBH lokasi-lokasi strategis Jawa
Bali, dan Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan, dengan kapasitas terpasang
sebesar 8.996 MW dari 133 unit pembangkit listriknya. Selanjutnya
Perseroan mengembangkan sayap dengan 4 anak perusahaan, yaitu
PT Cogindo Daya Bersama (CDB) pada tahun 1997 untuk
mendukung usaha pembangkitan outsourcing dan kajian energi, serta
PT Artha Daya Coalindo (ADC) pada ttahun 1998 yaang bergerak
dibidang menejemen dan pardagangan batubara serta bahan bakar
lainnya. Sebagai perusahaan terbesar di bidang pembangkitan tenaga
Laporan Kerja Praktek di PT Indonesia Power UP Mrica
Page 16
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Periode Maret 2016)
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
listrik di Indonesia, Indonesia Power siap memasuki era pertumbuhan
baru seiring prospek bisnis yang menjanjikan dan penuh tantangan di
masa depan.
b. Visi dan Misi Indonesia Power
a) Visi
Menjadi perusahaan energy terpercaya yang tumbuh
berkelanjutan.
b) MisI
Menyelenggarakan bisnis pembangkitan tenaga listrik dan jasa
terkait yang bersahabat dengan lingkungan
c) Motto
Bersama.Kita Maju
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Direksi dan Dewan Komisaris (Board Manual), GCG Code dan Code
of Conduct (Etika Perusahaan) dan melengkapinya dengan
membentuk serta mengangkat Komite Audit, Komite Remunerasi, dan
Komite Manajemen Resiko Usaha.
Menyadari akan berbagai resiko usaha yang mungkin
dihadapi, untuk mengendalikan berbagai resiko usaha Indonesia
power telah menusun manajemen resiko korporat (enterprise Risk
Management) secara holistic dan terintegrasi ke semua unit
organisasi. Kebijakan tentang Manajemen Resiko Korporat
diformulasikan dalam Kebijakan Management Korporat, sedangkan
tata cara pelaksanaannya disusun dalam Pedoman Manajemen
Risiko Korporat.
e. Tujuan dan Sasaran manajemen K3 dan Lingkungan
1) Kesehatan Keselamatan Kerja
a) Tersedianya informasi/peringatan/bahaya dan pengendalian
K3 di tempat kerja.
b) Tersedianya SDM yang terampil dalam menanggulangi
kebakaran
c) Semua pegawai tanggap terhadap bahaya (tanggap darurat).
2) Lingkungan
a) Melakukan penyuluhan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan sesuai Program Manajemen Lingkungan (PML)
sekitar Waduk PLTA PB. Soedirman minimal 1 kali dalam 1
semester.
b) Melakukan kegiatan pengembangan Aneka usaha (PAU)
dengan mengoptimalkan aset perusahaan yang ada dengan
target 75% dari laba usaha dalam RKA.
c) Tercapainya target kinerja lingkungan dengan nilai : 98%
d) Terpenuhinya laporan bulana dan triwulan PAU, Laporan
triwulan dan semester lingkungan dengan tepat waktu yakni
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Laporan Kerja Praktek di PT Indonesia Power UP Mrica
Page 18
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Periode Maret 2016)
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
f.
GENERAL MANAGER
SPS PLTA
WADAS
LINTANG
MANAGER
SIPIL DAN
LINGKUNG
AN
SPS PLTA
WONOGIRI
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
MANAGER
TEKNIK
MANAGER
ASET DAN
MANAGEMEN
MANAGER
LOGISTIK
SPS
PLTA
JELOKTIMO
SPS PLTA
GARUNG
MANAGER
SIK DAN
KEUANGAN
MANAGER
SDM &
HUMAS
SPS PLTA
KETENGER
SPS
PLTA
TULIS
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
pada bagian filling room, serta belum ada pengujian parameter
kualitas air baku untuk AMDK.
b. Pengelolaan Air Buangan dan Pengendalian Pencemaran
Air buangan (limbah cair) kebanyakan dihasilkan oleh dapur.
Pengendalian pencemaran limbah dapur sudah dilakukan yaitu
dengan adanya Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) yang terletak
di dekat dapur. Parameter pencemaran air limbah pada IPAL di ukur
pada setiap semester bekerjasama dengan pihak UNDIP. Parameter
yang diukur antara lain BOD, TDS, minyak lemak dan pH. Semua
parameter yang diukur telah memenuhi syarat baku mutu air limbah
sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5
Tahun 2012 Tentang Baku Mutu Air Limbah.
c. Pembuangan Sampah Padat
Pengelolaan sampah padat dibagi menjadi dua yaitu
pembuangan limbah B3 dan Non B3. Limbah B3 dikumpulkan dalam
gudang penyimpanan khusus limbah B3 selama 90 hari kemudian
menyerahkannya kepada pengolah limbah B3 yaitu bekerjasama
dengan PT. Prima Karya Ayu Mandiri. Limbah B3 dikemas dengan
symbol tengkorak dan di angkut dengan menggunakan mobil khusus
limbah B3. Perpanjagan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
limbah B3 yang seharusnya diatur oleh pemerintah kabupaten
setempat ternyata belum ada perundang-undangannya sehingga PT.
Indonesia Power masih menggunakan perundang-undangan yang
ditentukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. pada limbah non B3
untuk sampah organic dikumpulkan dan diolah menjadi pupuk
organik, sampah kertas kantor diolah pada bagian CSR sebagai
kerajinan tangan atau bungkus makanan, dan pada sampah plastik
Laporan Kerja Praktek di PT Indonesia Power UP Mrica
Page 21
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Periode Maret 2016)
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
dan sisa makanan ditampung pada TPS dan diangkut ke
pembuangan akhir setiap minggu.
Berdasarkan observasi dilapangan, tata cara penyimpanan
limbah B3 yang dilakukan oleh PT. Indonesia Power UP Mrica sudah
sesuai dengan Kepka Bapedal Nomor 1 tahun 1995 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan
Limbah B3. Namun belum ada penangkal petir pada bangunan serta
belum ada pengendalian vektor dan binatang pengganggu di tempat
penyimpanan. Sedangkan untuk limbah padat (sampah Non B3) pada
proses pemilahan sampah belum dilakukan meskipun sudah
disediakan tempat sampah yang berbeda antara sampah organik dan
anorganik.
d. Pengendalian Vektor
Belum ada pengendalian vektor dan binatang pengganggu di
kantor PT. Indonesia Power UP Mrica. Pengendalian vektor hanya
disediakan di tempat pengolahan air minum dalam kemasana (AMDK
Mrica).
e. Hygiene Makanan
Makanan pada kantin Indonesia Power UP. Mrica dikelola oleh
catering Sari Rahayu 2 dan rumah makan Sri di jamin kesehatannya
karena memiliki sertifikat Laik Hygiene Sanitasi Jasa Boga dari
Menteri Kesehatan yang ditanda tangani Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Banjarnegara tahun 2011. Sertifikat berlaku 3 tahun.
Berdasarkan observasi dilapangan terdapat beberapa
masalah pada tahap penyajian makanan di PT. Indonesia Power UP
Mrica seperti terdapat noda alat makan, penyimpanan alat makan di
tempat terbuka dan tenaga penyaji makanan yang tidak
f.
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Pengendalian pencemaran udara dilakukan dengan
penanaman pohon rindang jenis Polyalthea longifolia pendula di
depan kantor sebagai pagar untuk menyaring debu dan mengurangi
kebisingan. Kualitas udara di ukur setiap semester bekerjasama
dengan UNDIP. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa
Tengah Nomor 10 Tahun 2000 tentang baku mutu emisi sumber tidak
bergerakTingkat Provinsi Jawa Tengah, hasil pelaksanaan
pemantauan kualitas udara emisi sumber tidak bergerak yaitu
gensetyang berada di Kantor Induk PT. Indonesia Power UP Mrica,
genset Power House PB Soedirman dan genset Spillway telah
memenuhi baku mutu yang berlaku. Parameter yang diukur antara
lain Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida (SO2), debu/partikel,
opasitas.
Berdasarkan Kep. Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun
2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien Provinsi Jawa Tengah, hasil
pemantauan udara ambien di 6 titik pemantauan (Depan kantor utama
PT. Indonesia Power UP Mrica, taman depan kantin PT. Indonesia
Power UP Mrica, halaman power house PLTA Ketenger IV, lingkungan
Power House PLTA PB Soedirman, lingkungan sekitar PLTM
Plumbungan, lingkungan sekitar PLTM Siteki) telah memenuhi baku
mutu. Pemantauan dilakukan pada bulan September-November 2015
dengan parameter Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida (SO2),
Karbon Monoksida (CO), dan debu.
g. Pengendalian Kebisingan
Pengukuran kebisingan di ukur setiap semester bekerjasama
dengan UNDIP. Pemantauan kebisingan di Power House PB
Soedirman yang dilakukan pada bulan November 2015 di lingkungan
Laporan Kerja Praktek di PT Indonesia Power UP Mrica
Page 23
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Periode Maret 2016)
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
kerja yaitu ruang turbin, ruang control, dan halaman power house.
Hasil pemantauan menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di ruangan
turbin ketika mesin sedang menyala melebihi NAB yang
dipersyaratkan yaitu 98,2 dB dengan ambang batas 85 dB,
sedangkan kebisingan pada kondisi off memenuhi baku mutu yang
dipersyaratkan. Kondisi off disebabkan karena kekurangan air saat
produksi.
Hal ini sudah diantisipasi dengan cara menggunakan penutup
telinga (ear protection) bagi setiap pekerja di ruang tersebut. Tingkat
kebisingan di ruang kontrol dan halaman Power House semuanya
memenuhi syarat baku mutu yaitu 45,7 dB dan 55,2 dB.
h. Iklim Kerja
Pengukuran iklim kerja di ukur setiap semester bekerjasama
dengan UNDIP. Suatu tempat kerja yang nyaman dapat meningkatkan
gairah kerja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas
kerja. Menurut Keputusan Menteri tenaga Kerja RI Nomor : Kep51/MEN/1999, tentang nilai ambang batas faktor fisika tempat kerja
bahwa standard ISBB yang dipersyaratkan sebesar 26,7oC. Hasil
pengukuran terakhir yang dilakukan pada bulan November 2015
menunjukkan bahwa semua ruangan yang diuji parameter ISBB
dibawah nilai ambang batas. Hasil pengujian parameter ISBB di
setiap ruangan berkisar antara 21,4-23,3oC.
Pemantauan suhu ruangan dilakukan di 50 titik dengan
standar yang dipersyaratkan berkisar 18-28oC. Hasil pemantauan
menunjukkan pada beberapa titik melebihi standar. Suhu tertinggi
sebesar 30,1oC berada di ruang bengkel kontrol Power House PB
Soedirman. Nilai ini tidak terlalu besar pengaruhnya karena ruangan
Laporan Kerja Praktek di PT Indonesia Power UP Mrica
Page 24
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Periode Maret 2016)
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
tersebut tidak setiap saat digunakan hanya pada saat perbaikan
mesin digunakannya. Efek suhu menjadi tinggi kemungkinan berasal
dari tidak dibukanya jendela sebagai ventilasi. Ketika pengukuran
dilakukan ruangan ini tidak sedang digunakan. Selain ruang bengkel
kontrol Power House PB Soedirman, lokasi pemantauan suhu
ruangan kerja yang melebihi standar antara lain ruang pengadaan
(28,6oC), ruang sekertariat (29oC), dan ruang Lobby Power House PB
Soedirman (29,2oC).
Standar kelembapan ruang kerja sebesar 40-60%. Beberapa
ruangan memiliki kelembaban yang lebih dari 60%. Ruangan dengan
kelembapan lebih besar dari 60% antara lain : ruang anggaran
(65,7%), ruang pajak (68,3%), ruang akuntansi (63,9%), ruang
manager keuangan dan administrasi (65,4%), ruang sekretaris
general manager (63,7%), ruang manager dan engineering (62,2%),
ruang manager operasional dan pemeliharaan (63,5%), ruang MPRO
(64,3%), ruang PSM (64,3%), ruang ISO/Audit (62,5%), ruang
Engineering 1 (67,1%), ruang engineering 2 (67%), ruang staff
gudang (69,6%), ruang SPS gudang (68,1%), ruang SPS gudang
(69,6%), ruang staf kendaraan (68,3%), ruang diklat (69,2%), ruang
lobby (65%), ruang SPS pengendali niaga (60,7%), ruang rapat 1
(62,6%), ruang proyek (64,3%).
Kondisi kelembaban yang tinggi memiliki dampak yaitu
menghambat proses evaporasi dalam transfer panas tubuh, sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan (discomfort) dalam bekerja dan
meningkatkan jumlah kuman udara di ruangan. Namun ternyata
dampak ini dapat ditekan oleh kondisi temperature udara ruangan
Laporan Kerja Praktek di PT Indonesia Power UP Mrica
Page 25
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Periode Maret 2016)
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
yang masih dibawah ambang batas. Kondisi ini masih memungkinkan
pekerja bekerja secara nyaman dan optimal. Sedangkan pada
kelembaban berapapun dengan suhu dibawah 27oC hal ini tidak
berpengaruh terhadap kenyamanan kerja (Purnomo, 2000).
i.
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, serta berupaya
mencegah terjadinya kecelakaan
d. Berupaya meningkatkan kinerja perusahaan dibidang K3
dengan menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan yang
bersih aman dan nyaman serta menghindari resiko bahaya
kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja
yang dapat menimbulkan kerugian bagi pegawai dan
perusahaan.
e. Memelihara kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ini,
serta mengkomunikasi keseluruh tingkat organisasi di kantor
Unit Bisnis Pembangkit Mrica dan PLTA PB Soedirman.
Kebijakan ini akan ditinjau ulang secara berkala bila terjadi
perubahan kegiatan utama dan atau perubahan dalam
perundang-undangan. Kebijakan K3 tersedia untuk pihak
eksternal yang membutuhkan.
2) Susunan P2K3 PT. Indonesia Power UP Mrica
Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3)
merupakan bagian terpenting yang wajib ada dalam suatu
perusahaan kedudukan P2K3 sejajar dengan struktur organisasi PT.
Indonesia Power UP Mrica secara umum.
Tabel 4.1. Susunan P2K3 PT. Indonesia Power UP Mrica
JABATAN
Ketua
Wakil Ketua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sekretaris
1.
Anggota
KEDUDUKAN/PENANGUNG JAWAB
General manager
Manager Teknik
Manager Enjinering dan Manager Aset
Manager Sipil dan Lingkungan
Manager SDM dan Humas
Manager Sistem Informasi dan Keuangan
Manager Logistik
Supervisor Senior K3.Ahli K3
(Ahli K3)
(Ahli K3)
(Ahli K3)
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
(Ahli K3)
(Ahli K3)
(Ahli K3)
(Ahli K3)
Sekretaris
2. Supervisor Senior K3.Ahli K3
Anggota
Supervisor Renvai
Supervisor Pemeliharaan Mesin
Supervisor Pemeliharaan Listrik
Supervisor Kontrol dan Instrumen
Supervisor Pengadaan Barang
Supervisor Perencanaan Logistik
Supervisor Gudang
Supervisor Anggaran
Supervisor Keuangan
Supervisor Akutansi
Supervisor Pajak
Supervisor Sistim Informasi
Supervisor Pengembangan
Supervisor Manajemen Aset
Supervisor Administrasi Kepegawaian
Supervisor Pengembangan SDM
Supervisor Sekretariat dan Fasilitas
Supervisor Keamanan dan Humas
Supervisor Lingkungan, Lahan, dan Usaha
Supervisor Hidrologi dan Waduk
SupervisorPemeliharaan Sipil
Ketua Persatuan Pegawai UP Mrica
Supervisor Senior PLTA Ketenger
Supervisor Senior PLTA Garung
Supervisor Senior PLTA Jelok-Timo/Ahli K3
Supervisor Senior PLTA Wadas Lintang
Supervisor Senior PLTA Kedungombo
Supervisor Senior PLTA Tulis/ Ahli k3
Tugas Tugas P2K3
1) Tugas-Tugas Pokok
a) Memberi saran dan pertimbangan, baik diminta maupun tidak
kepada manajemen mengenai masalah K3.
b) Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut dalam point
1, P2K3 berfungsi menghimpun dan mengolah data dan/ atau
permasalahan K3 di tempat kerja yang bersangkutan.
2) Tugas Tugas Khusus
a) Ketua dan Wakil ketua
(1) Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan panitia.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, ketua dibantu oleh wakil
wakil ketua.
Laporan Kerja Praktek di PT Indonesia Power UP Mrica
Page 28
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Periode Maret 2016)
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
(3) Apabila ketua berhalangan, tugasnya dilaksanakan oleh
seorang wakil ketua.
b) Sekretaris
Memimpin dan mengkoordinasikan penyelenggaraan tugastugas secretariat dan melaksanakan keputusan panitia antara
lain :
(1) Menyiapkan segala sesuatunya yanh berhubungan
dengan kegiatan panitia.
(2) Menyampaikan undangan rapat dan bahan rapat kepada
anggota.
(3) Menyelenggarakan dokumentasi.
(4) Melakukan semua pekerjaan ketatausahaan.
(5) Mengelola kerumahtanggan panitia.
c) Anggota
(1) Mengikuti rapat rapat dan melakukan pembahasan atas
persoalan yang diajukan dalam rapat.
(2) Melaksanakan tugas- tugas yang ditetapkan panitia.
d) Setiap anggota berhak untuk mengusulkan diadakannya
pembahasan dan tidak lanjut yang diperlukan mengenai
masalah- masalah K3 yang dianggap perlu.
B. PEMBAHASAN
1. Identifikasi Masalah Kesehatan
Berdasarkan gambaran kesehatan lingkungan di PT. Indonesia Power UP
Mrica dapat diketahui masalah kesehatan lingkungan di PT. Indonesia
Power UP Mrica yaitu :
a. Penyediaan air minum
b. Pembuangan sampah padat
c. Pengendalian vector
d. Hygiene makanan
e. Pengendalian pencemaran udara
2. Prioritas Penentuan Masalah
Tabel 4.2 Penetapan Prioritas masalah Kesehatan Lingkungan di
PT. Indonesia Power UP Mrica
No
Masalah
Jml
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Masalah)
P
RI
PC
DU
PC
Penyediaan air
minum
28
Pembuangan
sampah padat
29
Pengendalian Vektor
12
Hygiene Makanan
10
Pengendalian
pencemaran udara
Keterangan:
P (Prevalensi) : banyaknya masalah yang ditemukan
S (Severity) : Akibat yang ditimbulkan
RI (Rate of Incrase) : Kenaikan jumlah masalah
PC (Public Concern) : Keprihatinan masyarakat
DU (Degree of Umeet Needs) : Keinginan yang tidak terpernuhi
PC (Poloitic Climate) : iklim politik
T (Technical feasibility) : teknologi yang tersedia
R (Resources availibility) : sumber daya yang tersedia (Dana,
Material, Tenaga)
3. Upaya Tanggap Darurat Kebakaran UP Mrica
a. Susunan Tim Tanggap Darurat PT. Indonesia Power UP Mrica
1) PEMBINA
: General Manager
2) KOMANDAN UNIT
: MOPH
3) WAKIL MOMANDAN UNIT
: MENG & MKAD
4) TIM INVESTIGASI
:
a)
b)
c)
d)
ATKP
SPS KAS
SPS KKK
SPS OPN
e) SPS SIS
f) SPS POI
g) SPS LLK
5) KOORDINATOR UNIT
a) TIM PERAN KANTOR
(1) Komandan Regu :
(a) SPS MUM
(b) SP KAM
(2) Anggota :
(a) Andy A
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
(k)
(l) Cipto N
(m) M. Riza F
(n) Dian S
(o) Agung Widyanto
(p) Candra B
(q) Sukamto
(r) Anggota Satpam
(s) Pegawai Koperca
(h) Operator
Dispatcher
(i) Operator PBS
(j) Anggota Satpam
(k) Pegawai Koperca
6) KOORDINATOR PENGAMANAN
: SPS KAS
a) TIM PENGAMANAN AREA
(1) Komandan
: SP KAM
(2) Anggota
:
(a) Supriyadi
(b) Candra B
(c) Anggota Satpam
b) TIM PENGAMANAN PERSONIL
(1) Komandan :
(a) SPS KKK
(b) SPS ADK
(2) Anggota :
(a) Andri R.C
(b) Maulida
(c) Anggota Satpam
c) TIM PENGAMANAN ASET DAN DOKUMEN
(1) Komandan :
(a) SPS TAN
(b) SPS GDG
(2) Anggota :
a) Deden Evid
b) Suwikno
7) KOORDINATOR KOMUNIKASI
:
Laporan Kerja Praktek di PT Indonesia Power UP Mrica
Page 31
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Periode Maret 2016)
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
a) Komandan : SPS SIS
b) Anggota :
(1) M. Riza
(2) M. Farhan
8) KOORDINATOR MEDIS/P3K
a) Komandan : SPS SIS
b) Anggota :
(1) Maulida C
(2) Sulinda P
(3) Sulastri
(4) Paramedis Poliklinik Mrica
9) KOORDINATOR PRASARANA
a) TIM LOGISTIK
1) Komandan : SPS MUM
2) Anggota :
(a) Tafsir
(b) Trimo
(c) Pet. Pengemudi
b) TIM ANGKUTAN
1) Komandan : Lili Supriyadi
2) Anggota :
(a) Sunarto
(b) Pet. Pengemudi
c) TIM DOKUMENTASI
(a) Budiono
(b) Rina E
10) KOORDINATOR PEMULIHAN SISTEM
(5) TIM PEMULIHAN SISTEM :
a) Komandan : SS HAR
b) Anggota :
(1) Asep Hedy
(2) Syaeful Munir
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
5) Koordinator Unit
a) Memonitor/mencari nformasi bila ada bencana susulan serta
(menentukan siaga I, II, III).
b) Menghentikan Unit Pembangkit Pada Siaga I.
c) Bertanggung Jawab di dalam mengamankan personil.
d) Melaporkan perkembangan pasca bencana kepada Komandan
Unit.
e) Membuat laporan tertlis mengenai kejadian kepada Komandan
Unit.
6) Koordinator Pengamanan
a) Mengamnakan area bencana dan system pembangkitan
b) Membuat barikade untuk mengamankan Personil, Aset, dan
Dokumen.
c) Membuat laporan tertulis mengenai kejadian kepada Komandan
Unit.
7) Koordinator komunikasi
a) Menjalin kelancaran sarana komunikasi eksternal dan internal.
b) Melaksanakan kominikasi eksternal dan internal.
c) Membunyikan sirine/ alarm keadaan darurat bencana & tanda
aman atas perintah dari Komandan Unit.
d) Membuat laporan tertulis Tim Komunikasi kepada Komandan
Unit.
8) Koordinator Medis
a) Melakukan pertolongan pertama pada korban
b) Menyiapkan obat obatan dan alat bantu P3K.
c) Mengantar korban ke rumah sakit jika diperlukan.
d) Membuat laporan tertulis Tim Medis kepada Komandan Unit.
9) Koordinator Prasarana
a) Menyediakan konsumsi selama keadaan darurat.
b) Menyediakan sarana angkutan sesuai kebutuhan.
c) Menyediakan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan.
d) Membuat dokumentasi penanggulangan kejadian bencana.
e) Mendokumentasikan kejadian bencana.
10) Koordinator Pemulihan Sistem
a) Menginventarisasi gangguan/ kerusakan system akibat bencana.
b) Membuat rencana pemulihan sistem.
c) Melaksanakan pemulihan sistem.
b. Sistem Tanggap Darurat Kebakaran PT. Indonesia Power UP Mrica
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
11) General Manager melapor ke kantor pusat PT. Indonesia Power dan
Instansi terkait lainnya.
c. Peralatan dan Perlengkapan Tanggap Darurat Kebakaran PT.
Indonesia Power UP Mrica
(p)
Peralatan dan perlengkapan tanggap darurat kebakaran
sangat dibutuhkan untuk meminimalisir risiko kebakaran yang mungkin
terjadi. PT Indonesia Power sendiri Alat Pemadam Kebakaran yang
diperiksa dan dipantau secara rutin setiap bulan.
(q)
Peralatan tersebut diletakkan di tempat strategis yang
mudah dijangkau dan tempat yang mempunyai resiko kebakaran.
Peralatan tersebut juga dilengkapi dengan cara penggunaannya. Berikut
merupakan daftar perlengkapan tanggap darurat kebakaran PT. Indonesia
Power UP Mrica yaitu :
1) Daftar Perlengkapan dan Peralatan Kebakaran
a)
b)
c)
d)
e)
AF 11
Dry Chemical
Pompa Hydrant
Nozel
Selang
f)
g)
h)
i)
j)
Tabung O2 Nafas
Baju Tahan Api
Hose Reel
System Alarm Nozel
Tabung CO2
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
metal powder
Peralatan dan perlengkapan harus dilakukan pemeriksaan secara
rutin agar alat tersebut selalu dalam kondisi yang baik dan laik pakai dan
berfungsi secara optimal saat akan digunakan. Berikut merupakan prosedur
pemeliharaan peralatan dan perlengkapan tanggap darurat yaitu :
1) APAR
a) Memeriksa keadaan selang tidak pecah dan tidak bocor.
b) Memeriksa keadaan tabung dan pastikan tidak terdapat kotoran yang
memungkinkan dapat menimbulkan korosi.
c) Memeriksa campuran isi tabung dengan cara membolak-balik tabung.
d) Memeriksa tekanan tabung dengan membaca manometer pada skala
tekanan tabung.
e) Pemeriksaan tersebut dilakukan secara rutin setiap sebulan sekali.
2) Hydrant
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
serta
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
b)
kegiatan simulasi.
Setelah melaksanakan sosialisasi skenario kepada seluruh
tenaga kerja dilingkungan PLTA PB.Soedirman, kemudian
seluruh tenaga kerja kembali ke tempat kerja masing-masing.
Kegiatan simulasi diawali dengan melaksanakan skenario 1, yaitu
operator yang sedang melaksanakan patrol menemukan
kebakaran di area service bay, kemudian mencoba melaksanakan
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
31)
32)
33)
34)
35)
36)
37)
38)
39)
40)
41)
42)
43)
44)
45)
46)
47)
48)
49)
50) BAB V
51) KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Susunan Tim Tanggap Darurat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pembina
Komandan Unit
Wakil Momandan Unit
Tim Investigasi
Koordinator Unit
Koordinator Pengaman
Koordinator Komunikasi
h. Koordinator Medis/P3k
i. Koordinator Pemulihan
j.
Sistem
Koordinator Pemulihan
Sarana
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes
Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Poltekkes Kemenkes