Oleh:
Gde Parie Perdana
I Putu Eka Putra Sanjaya
Ni Nyoman Yuli Adelina
Made Krisna Semara Putra
PENDIDIKAN SAINS
PROGAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Plasmid ....................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut.
1.3.1
1.3.2
1.4 Manfaat
Penyusunan karya tulis ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk
memahami rekayasa genetika dalam perkembangan bioteknologi terutama dalam
kajian plasmid dan bakteriofag.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PLASMID
Plasmid merupakan molekul DNA yang berbentuk sirkuler dan mempunyai
untaian ganda yang dapat mereplikasi diri. Plasmid biasanya dapat ditemukan pada
bakteri. Di dalam satu sel dapat ditemukan lebih dari satu plasmid dengan ukuran
yang bervariasi namun semua plasmid tidak menyandikan fungsi yang penting
dalam pertumbuhan sel tersebut. Umumnya plasmid menyandikan gen gen yang
diperlukan agar dapat bertahan pada keadaan yang kurang menguntungkan
sehingga bila keadaan kembali normal, DNA plasmid dapat dibuang.
dalam
replikasi
terbentuknya
mekanisme
menyebabkan
lingkungan
yang
Mereka
juga
berbeda
yang
mereka
beberapa plasmid resisten-antibiotik. Pili F juga terdapat pada sel Hfr. Pili I
dilibatkan dalam transfer plasmid resisten-antibiotik, plasmid yang
menentukan-colicin, dan lainnya.
b. Faktor R.
Faktor R pertama kali ditemukan di Jepang pada strain bakteri enterik yang
mengalami resistensi terhadap sejumlah antibiotik (multipel resisten).
Munculnya resistensi bakteri terhadap beberapa antibiotik, sangat berarti
dalam
dunia
kedokteran,
dan
dihubungkan
dengan
meningkatnya
Gambar 6 Transfer seksual plasmid ke bakteri lain melalui pilus a. Plasmid F, memiliki 25 gen yang
diperlukan untuk transfer
2.2 BAKTERIOFAG
Virus yang menyerang bakteri diamati oleh Twort dan d'Herelle pada tahun
1915 dan 1917. Mereka mengamati bahwa bakteri usus tertentu dalam kultur
cair dapat dibubarkan dengan penambahan filtrat bebas bakteri yang diperoleh dari
limbah. Lisis sel-sel bakteri dikatakan dibawa oleh virus yang dikatakan sebagai "
filterable poison" ("virus" adalah bahasa Latin untuk "racun").
Bakteriofage berasal dari kata bacteria dan phagus (bahasa Yunani). Dari asal
kata tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bakteriofage merupakan virus yang
menyerang bakteri. Bakteriofage memiliki 2 macam cara untuk mereplikasikan
dirinya, yaitu daur litik dan daur lisogenik. Replikasi tersebut baru dapat dilakukan
ketika virus ini telah masuk ke dalam sel inangnya (bakteri). Bakteriofage termasuk
ke dalam ordo Caudovirales. Salah satu contoh bakteriofage adalah T4 virus yang
menyerang bakteri Eschericia coli. E. coli merupakan bakteri yang hidup pada
saluran pencernaan manusia.
Bakteriofage memiliki sebuah inti asam nukleat dikelilingi oleh selubung
protein atau kapsid. Kapsid tersusun dari subunit-subunit morfologis yang disebut
kapsomer. Kapsomer terdiri dari sejumlah subunit atau molekul protein yang
disebut protomer. Fage mempunyai simetri kubus atau helical. Fage kubus adalah
benda padat teratur, sedangkan fage helical berbentuk batang. Pada umumnya
bakteriofage kepalanya polyhedral tetapi ekornya berbentuk batang (Pelczar dan
Chan, 1986:271). Bakteriofage adalah virus yang menggandakan dirinya sendiri
dengan menyerbu bakteri. Dibandingkan dengan virus, sangat kompleks dan
mempunyai beberapa bagian berbeda yang diatur secara cermat. Semua virus
memiliki asam nukleat, pembawa gen yang diperlukan untuk menghimpun salinansalinan virus di dalam sel hidup. Pada virus T4 asam nukleatnya adalah DNA, tetapi
pada banyak virus lain, termasuk virus penyebab AIDS, polio, dan flu, asam
nukleatnya adalah RNA.
10
1. Kapsid , Kapsid merupakan selubung terluar virus yang tersusun atas banyak
subunit protein yang disebut kapsomer. Kapsid inilah yang memberi bentuk
pada virus sekaligus sebagai pelindung virus dari kondisi lingkungan yang
merugikan virus. Bentuk kapsid virus berbeda-beda yaitu polihedral, batang,
bulat, oval, dan lain-lain.
2. Kepala, Kepala virus terdiri dari materi genetik yaitu berupa DNA dan bagian
luarnya diselubungi kapsid.
3. Isi tubuh, Bagian isi tersusun atas asam nukleat, yakni DNA saja atau RNA
saja. Bagian isi disebut sebagai virion. DNA atau RNA merupakan materi
genetik yang berisi kode-kode pembawa sifat virus. Berdasarkan isi yang
dikandungnya, virus dapat dibedakan menjadi virus DNA (virus T, virus cacar)
dan virus RNA (virus influenza, HIV, H5N1).
4. Ekor, Ekor virus merupakan alat untuk menempel pada sel hospes (inangnya).
Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang dilengkapi serabut. Pada bagian
ekor terdapat lempengan dasar dan serabut ekor yang berfungsi sebagai alat
menempel dan tempat penginjeksian DNA ke dalam sel inang.
11
12
Siklus Litik
Pada tahapan siklus litik atau sering juga di sebut daur litik, replikasi fage dapat
menyebabkan sel inangnya menjadi pecah atau lisis. Replikasi fage biasanya terjadi
pada lima tahap yaitu pelekatan, penetrasi, sintesis, pematangan, dan pelepasan.
a. Fase absorpsi dan infeksi, virus (bakteriofage) mulai melekatkan diri dengan
organisme inang (bakteri Escherichia coli) di permukaan sel bakteri. Alat yang
digunakan oleh virus untuk melakukan perlekatan adalah serabut ekor yang ada
di bagian dekat struktur ekor. Virus harus mengenali reseptor virus pada
permukaan sel bakteri sebelum melakukan perlekatan.
b. Fase Penetrasi/injeksi, Virus melubangi membran sel inang dengan enzim
lisozim, kemudian menyuntikkan materi genetiknya kedalam sitoplasma sel
inang. Asam nukleat (molekul DNA atau RNA) dimasukkan ke dalam sel dan
akan melakukan tugasnya sebagai blue print kehidupan virus. Setelah asam
nukleat (DNA/RNAnya) masuk ke dalam sitoplasma sel, tahap selanjutnya
ditentukan apakah masuk ke dalam siklus litik atau siklus lisogenik. Apabila
virus masuk ke dalam siklus litik maka tahapan selanjutnya berturut-turut
adalah replikasi, perakitan dan lisis sel bakteri.
c. Fase Sintesis/Replikasi (Eklipase), materi genetik dari virus akan
menonaktifkan materi genetik sel inangnya, kemudian mengambil alih kerja
sel inang. Molekul DNA Virus memulai fungsinya sebagai materi genetik,
yaitu mensintesis protein yang berhubungan dengan struktur dan enzim virus.
Struktur virus pada fase ini mulai dibentuk, seperti struktur Kapsid, ekor dan
serabut ekor.
d. Fase Perakitan (Asembling), molekul-molekul protein (DNA) yang telah
terbentuk kemudian diselubungi oleh kapsid, berfungsi untuk memberi bentuk
tubuh virus. Struktur tubuh virus setelah disintesis mulai dirakit menjadi
struktur virus yang utuh sebagai virus-virus baru. Setiap virus hasil perakitan
memiliki struktur lengkap seperti virus pada umumnya.
e. Fase Lisis, virus-virus yang telah matang akan berkumpul pada membran sel
dan menyuntikkan enzim lisosom untuk menghancurkan membran sel. Virus
baru yang telah matang dan telah sempurna bentuk dan strukturnya akan keluar
dari sel inang. Virus-virus baru siap untuk menginfeksi sel inang lain.
13
Siklus Lisogenik
Siklus lisogenik adalah siklus reproduksi atau replikasi virus yang tidak
menyebabkan kematian sel inang pada akhir prosesnya. Setelah adsorbsi dan
injeksi, DNA virus akan berintegrasi dengan kromosom bakteri secara profage.
Sintesis DNA bakteri tidak dapat langsung dilakukan virus karena bakteri masih
mempunyai imunitas. Setelah imunitas bakteri hilang, DNA virus barulah dapat
mengendalikan DNA bakteri. Berikut ini tahapan proses reproduksi virus melalui
siklus lisogenik.
a. Fase absorpsi dan infeksi terjadi dimana virus menempel pada dinding sel
inang. Virus (bakteriofage) dalam fase ini mulai melekatkan diri dengan
organisme inang (bakteri Escherichia coli) pada bagian permukaan sel bakteri.
Alat yang digunakan oleh virus untuk melakukan perlekatan adalah serabut
ekor yang ada di bagian dekat struktur ekor. Virus harus mengenali reseptor
virus pada permukaan sel bakteri sebelum melakuan perlekatan.
b. Fase penetrasi atau injeksi terjadi dimana fag virus masuk ke dalam sel
bakteri. Asam nukleat (molekul DNA atau RNA) dimasukkan ke dalam sel dan
akan melakukan tugasnya sebagai blue print kehidupan virus. Virus masuk
pada siklus lisogenik maka tahapan selanjutnya adalah pengabungan kedua
macam asam nukleat (miliki virus dan milik sel inang), dan fase pembelahan.
c. Fase penggabungan terjadi saat DNA virus dan DNA bakteri bergabung
membentuk suatu profag. Dalam bentuk ini, hanya terdapat minimal 1 gen aktif
yang berfungsi mengkodekan protein reseptor. Setelah asam nukleat virus
berhasil dimasukkan ke dalam oragnisme inang, selanjutnya asam nuklaet
tersebut bergabung dengan DNA Kromosom organisme inang, dalam hal ini
DNA Kromosom bakteri. Penggabungan materi genetik ini bertujuan untuk
menitipkan DNA atau RNA virus ke DNA Kromosom untuk selanjutnya ikut
digandakan saat proses pembelahan sel. DNA Kromosom bakteri adalah DNA
yang memiliki informasi genetik bakteri termasuk salah satunya adalah
informasi perintah untuk melakukan pembelahan sel.
d. Fase replikasi terjadi saat profag membelah. Semakin sering bakteri
melakukan pembelahan sel, maka akan semakin banyak pula virus yang
dihasilkan. Virus pada fase ini akan memanfaatkan proses pembelahan sel
14
sebagai
vektor
kloning
semenjak
masa-masa
awal
perkembangan rekayasa genetika. DNA yang diisolasi dari partikel fag ini
mempunyai konformasi linier untai ganda dengan panjang 48,5 kb. Namun masingmasing ujung fosfatnya barupa untai tunggal sepanjang 12 pb yang komplementer
satu
sama
lain
sehingga
memungkinkan
DNA
untuk
berubah
15
kloning. Ada dua macam vektor kloning yang berasal dari DNA , yaitu vektor
insersional dan vektor substitusi. Vektor insersional adalah vektor yang dnegan
mudah dapat disisipi oleh fragmen DNA asing. Sedangkan vektor substitusi adalah
vektor yang untuk membawa fragmen DNA asing sebagian atau seluruh urutan
basanya yang terdapat didaerah non-esensial dan menggantinya dengan urutan basa
fragmen DNA asing tersebut. Diantara kedua masam vektor tersebut, vektor
substitusi lebih banyak digunakan karena kemampuannya untuk membawa fragmen
DNA asing hingga 23 kb. Salah satu contohnya adalah WES, yang mempunyai
mutasi pada tiga gen esensial, yaitu W, E, dan S. vektor ini hanya dapat digunakan
pada sel inang yang dapat menekan mutasi tersebut. Cara substitusi fragmen DNA
asing pada daerah non-esensial membutuhkan dua tempat pengenalan restriksi
untuk setiap enzim restriksi. Jika suatu enzim restriksi memotong daerah
nonesensial di dua tempat berbeda, maka segmen DNA di antara kedua tempat
tersebut akan dibuang untuk selanjutnya digantikan oleh fragmen DNA asing. Jika
pembuatan segmen DNA tidak diikuti oleh subastitusi fragmen DNA asing maka
akan terjadi religasi vektor DNA yang kehilangan segmen pada daerah
nonesensial. Vektor religasi semacam ini tidak akan mampu bertahan di dalam sel
inang. Dengan demikian, ada suatu mekanisme seleksi otomatis yang akan
membedakan antara sel inang dengan vektor rekombinan dan sel inang dengan
vektor religasi.
Bakteriofag mempunyai dua fase daur hidup, yaitu fase litik dan fase
lisogenik. Pada fase litik, transfeksi sel inang (istilah trasnsformasi untuk DNA fag)
dimulai dengan masuknya DNA yang berubah konformasinya menjadi sirkuler
dan mengalami replikasi secara indenpenden atau tidak bergantung kepada
kromosom sel inang. Setelah replikasi menghasilkan sejumlah salinan DNA
sirkuler, masing-masing DNA ini akan melakukan transkripsi dan translasim
membentuk protein kapsid (kepala). Selanjutnya, tiap DNA akan dikemas dalam
kapsid sehingga menghasilkan partikel baru yang akan keluar dari sel inang untuk
menginfeksi sel inang lainnya. Sementara itu, pada fase lisogenik DNA akan
terintegrasi kedalam kromosom sel inang sehingga replikasinya bergantung kepada
kromosom sel inang. Fase lisogenik tidak menimbulkan lisis pada sel inang.
Didalam medium kultur, sel inang yang mengalami lisis akan membentuk plak
16
berupa daerah bening diantara koloni-koloni sel inang yang tumbuh. Oleh karena
itu, seleksi vektor rekombinan dapat dilakukan dengan melihat terbentuknya plak
tersebut.
b. Bakteriofag M13
Ada jenis bakteri lain yang dapat menginfeksi bakteri E.coli. berbeda dengan
yang mempunyai struktur ikosahedral berekor, fag jenis kedua ini mempunyai
struktur berupa filament. Contoh yang paling penting adalah M13, yang
mempunyai genom berupa untai tunggal DNA sirkuler sepanjang 6.408 basa.
Infeksinya pada sel inang berlangsung melaui pili, suatu penonjolan pada
permukaan sitoplasma. Ketika berada didalam sel inang genom M13 berubah
menjadi untai ganda sirkuler yang dengan cepat akan bereplikasi menghasilkan
sekitar 100 salinan. Salinan-salinan ini membentuk untai tunggal sirkuler baru yang
kemudian bergerak ke permukaan sel inang. Dengan cara seperti ini DNA M13
akan terselubungi oleh membran dan keluar dari sel inang menjadi partikel fag yang
infektif tanpa menyebabkan lisis. Oleh karena fag M13 terselubungi denngan cara
pembentukan kuncup pada membrane sel inang, maka tidak ada batas ukuran DNA
asing yang dapat disisipkan kepadanya. Inilah salah satu keuntungan penggunaan
M13 sebagai vektor kloning bila dibandingkan dengan plasmid dan .
Keuntungan lainnya adalah bahwa M13 dapat digunakan untuk sekuensing
(penentuan urutan basa) DNA mutagenesis tapak terarah (site directed mutagenesis)
karena untai tunggal DNA M13 dapat dijadikan cetakan (template) didalam kedua
proses tersebut. Meskipun demikian, M13 hanya mempunyai sedikit sekali daerah
pada DNA-nya yang dpat disisipi oleh DNA asing. Disamping itu tempat
pengenalan restriksinyapun sangat sedikit. Namun sejumlah derivat M13 telah
dikonstruksi untuk mengatasi masalah tersebut.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh melalui pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya adalah sebagai berikut.
1. Karakter dasar plasmid yaitu berbentuk lingkaran tertutup dan untaiannya
ganda (double stranded), dapat melakukan replikasi sendiri di luar
kromosom inti, terdapat di luar kromosom, secara genetik dapat ditransfer
secara stabil, dan membawa satu gen atau lebih
2. Ukuran plasmid idealnya digunakan dalam cloning berukuran kurang dari
10kb dan copy number plasmid dapat dibedakan menjadi 2 yaitu high copy
number dan low copy number.
3. Plasmid dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan kemampuan transfer
bakteri yaitu konjugasi dan non-konjugasi. Dan untuk dapat hidup
berdampingan dalam sel yang sama plasmid yang berbeda harus
kompatibel. Jika dua plasmid tidak kompatibel maka satu atau yang lain
akan cukup cepat hilang dari sel.
4. Bakteriofage merupakan virus yang menyerang bakteri. Bakteriofage
memiliki 2 macam cara untuk mereplikasikan dirinya, yaitu daur litik dan
daur lisogenik. Replikasi tersebut baru dapat dilakukan ketika virus ini
telah masuk ke dalam sel inangnya (bakteri).
5. Bakteriofag dapat digunakan sebagai vektor kloning pada sel inang bakteri.
Ada beberapa macam bakteriofag yang biasa digunakan sebagai vektor
kloning, diantaranya adalah bakteriofag dan M13.
3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan yaitu sebaiknya dalam
mempelajari plasmid dan bakteriofag pembaca mengembang pengetahuan yang
dimiliki dengan mempelajari perkembangan plasmid dan bakteriofag terkini,
dengan memanfaatkan jurnal maupun artikel-artikel penelitian internasional yang
saat ini tengah menjadi topic perbincangan, sehingga menggugah ide-ide penelitian.
18
DAFTAR PUSTAKA
Brown, T. A. 2006. Gene Cloning and DNA Analysis Fifth Edition. Balckwell
Publishing, UK
Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky,
P.V., Jackson, R.B. 2012. Biology 9th Edition. Benjamin Cummings
Raven, P.H. & Johnson, G.B. 2002. Biology 6th Edition. McGraw-Hill, Boston
19