PENDAHULUAN
hal 1
hal 2
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Geografi
Kabupaten Tapin dengan ibukotanya Rantau terletak dibagian tengah Propinsi
Kalimantan Selatan yang berjarak sekitar 110 km dari ibukota propinsi. Berdasarkan
letak geografisnya, Kabupaten Tapin terletak di antara 203243- 20 3243 Bujur
Timur dan 11404613-11503033 Lintang Selatan. Batas Kabupaten Tapin adalah
sebagai berikut
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Kabupaten Banjar
Sebelah Timur
Sebelah Barat
Luas daerah Kabupaten Tapin adalah 2.700,82 km2 yang terbagi atas 12
kecamatan dengan 127 desa dan 8 kelurahan. Daerah yang paling luas adalah Candi
Laras Utara dengan luas 619,91 km2 atau sebesar 27,05 persen dari luas keseluruhan
Kabupaten Tapin, sementara daerah yang paling sempit adalah Kecamatan Tapin
Utara dengan lua`s 32,32 km2 atau sebesar 2,65 persen dari luas Kabupaten Tapin.
hal 3
B. Keadaan Penduduk
Jumlah dan penyebaran
kelamin adalah hal yang sangat fundamental sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan di bidang kesehatan. Menurut Kantor BPS jumlah Penduduk
Kabupaten Tapin tahun 2015 adalah 181.778 jiwa, dengan jumlah laki-laki 91.692
jiwa dan perempuan 90.086 jiwa.
1.
Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk Kabupaten Tapin tidak merata, pada tahun 2015
kepadatan
jiwa/km2 . Kecamatan
sebesar
penduduk yang terendah adalah Kecamatan Candi Laras Utara yaitu hanya 25,2
jiwa/km2.
hal 4
2. Komposisi Penduduk
(balita) sebanyak 18.548 anak terdiri dari 9.503 laki-laki dan 9.045 perempuan
sedang umur 65 tahun keatas sebanyak 7.831 orang.
hal 5
rasio
penghambat
hal 6
C. Keadaan Pendidikan
Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan Status
Kesehatan. Salah satu indikator mengenai sumbangan pendidikan pada kesehatan
adalah angka Melek Huruf yang sering diartikan sebagai prosentase penduduk
berumur 10 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis dalam satu bahasa.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang
diperlukan oleh penduduk agar dapat hidup sehat dan sejahtera yang tergambar dari
angka melek huruf penduduk umur 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis
huruf latin dan huruf lainnya.
D. Keadaan Lingkungan
Untuk
menggambarkan
keadaan
lingkungan,
akan
disajikan
hal 7
rumah
sehat
di
Kabupaten
Tapin
gambaran
persentase rumah sehat sebesar 42,21 %, di tahun 2014 sebesar 43%, dan pada
tahun 2015 naik sebesar 72%.
2. Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan
Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) merupakan suatu
sarana yang dikunjungi oleh banyak orang, dan dikhawatirkan dapat menjadi
tempat penyebaran penyakit. Tempat-tempat yang dikategorikan sebagai TUPM
meliputi : hotel, restoran, bioskop, pasar, terminal dan lain-lain. Sedangkan yang
dimaksud denga TUPM sehat adalah tempat-tempat umum dan pengelolaan
makanan yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik,
luas lantai (luas ruang) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung, serta memiliki
pencahayaan ruang yang sesuai.
Informasi yang didapat dari indikator Standar Pelayanan Minimal
menggambarkan bahwa rata-rata persentase TUPM sehat di Kabupaten Tapin
Tahun 2011 jumlah TUPM yang diperiksa sebanyak 1170 buah dengan jumlah
TUPM yang sehat sebesar 568 buah (57,1%). Untuk tahun 2012 jumlah TUPM
yang diperiksa sebanyak 1170 buah dengan jumlah TUPM yang sehat sebesar 568
buah (57,3%). Untuk tahun 2013 jumlah Tempat Umum yang diperiksa sebanyak
223 buah dengan jumlah TUPM yang sehat hanya 113 buah (50,7%). Pada tahun
2014 jumlah TUPM diperiksa sebanyak 233 buah dan TUPM yang sehat hanya
144 buah (61.02%). Sementara pada tahun 2015 tidak ada data.
hal 8
hal 9
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A.
Mortalitas
Situasi
Indikator
digambarkan
dalam berbagai
ukuran
derajat
Hidup,
(2)
kesehatan
Angka
suatu
Kematian
wilayah
Ibu,
(3)
meliputi
Angka
indikator.
Kematian
(1)
Umur Harapan
Bayi,
(4)
Angka
Kematian Balita. Dalam mencapai Indikator derajat kesehatan di Kabupaten Tapin telah
mencapai target yang diharapkan, hal ini terbukti dengan. Situasi derajat kesehatan terkini
di wilayah Kabupaten Tapin adalah:
1. Umur Harapan Hidup (UHH)
UHH
diperoleh
melalui
survai
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran Hidup adalah jumlah bayi
yang meninggal pada usia 1 hari sampai dengan 1 hari sebelum bayi tersebut
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 10
merayakan ulang tahunnya yang pertama dalam suatu wilayah tertentu selama 1 tahun
per jumlah kelahiran hidup (KH) diwilayah dan pada kurun waktu yang sama dikali
1000.
AKB merupakan indikator penting dalam menggambarkan derajad kesehatan
masyarakat. Ia tidak hanya berguna dalam memberikan informasi tentang bayi, tetapi
juga sebagai gambaran penduduk dengan tingkat sosial ekonominya. Selain itu AKB
merupakan indikator yang sensitif dalam menggambarkan ketersediaan, penggunaan
dan keefektifan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan perinatal.
Pada tahun 2011 angka absolut kematian bayi meningkat menjadi 60 orang dari
3.060 kelahiran hidup. Dari data tersebut maka AKB untuk Kabupaten Tapin pada
tahun 2011 adalah 19,6 per 1000 KH. Serta pada tahun 2012 angka absolut kematian
bayi turun menjadi 25 orang dari 2.658 kelahiran hidup, maka AKB untuk Kabupaten
Tapin pada tahun 2012 adalah 8,9/1000 KH. AKB untuk Kabupaten Tapin pada tahun
2013 adalah 2,92/1000 KH. Dan AKB pada tahun 2014 adalah 4/1000 KH. Sedangkan
pada tahun 2015 angka absolutnya adalah 62 bayi dari 3.312 KH, dan AKB tahun 2015
adalah 18,7/1000 KH. Berikut trend AKB 5 tahun terakhir.
hal 11
hal 12
AKI adalah jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil, bersalin dan nifas
disuatu wilayah tertentu selama 1 tahun di bagi jumlah kelahiran hidup diwilayah
tersebut pada periode yang sama dikalikan 100.000.
AKI mencerminkan resiko yang mengancam ibuibu selama kehamilan dan
melahirkan. Angka ini dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, gizi, sanitasi dan
yang tak kalah pentingnya adalah pelayanan kesehatan ibu.
Pada tahun 2011 jumlah kematian ibu maternal
ibu
hamil atau 333/100.000 KH. Pada tahun 2012 jumlah kematian ibu maternal
ada
kematian ibu 10 orang dengan AKI 328/100.000 KH. Dan AKI pada tahun 2014
adalah 5 orang atau 166/100.000 KH. Dan pada tahun 2015 adalah 5 orang atau
151/100.000 KH.
hal 13
B. Morbiditas
1. TB Paru
Estimasi tersangka TB Paru adalah 13 per 1000 penduduk. Pada tahun
2012 ditemukan sebanyak 178 kasus baru. Pada tahun 2013 ditemukan sebanyak
94 kasus baru dengan angka keberhasilan pengobatan sebesar 92,5%. Dan pada
tahun 2014 ditemukan 166 kasus dengan angka keberhasilan terapi sebesar
88.42%. Dan di tahun 2015 ditemukan 519 kasus baru.
2. Demam Berdarah Dengue
Dari tahun 2010 jumlah kasus meningkat menjadi 45 kasus yang menyebar
pada 9 Kecamatan, angka kesakitan DBD Kabupaten Tapin adalah 26,8 per
100.000 penduduk. Pada tahun 2012 ada kasus DBD sebanyak 67 kasus yang
meyerang 8 Kecamatan dengan angka kesakitan DBD sebesar 39,3%. Pada tahun
2013 ada kasus DBD sebanyak 16 kasus yang meyerang 4 Kecamatan dengan
angka kejadian DBD sebesar 9,2/1.000 penduduk. Pada tahun 2014 sebanyak 29
kasus DBD dengan angka insiden 16,2/1000 penduduk. Dan pada tahun 2015
sebanyak 180 kasus DBD mewabah di semua kecamatan, dengan jumlah korban
jiwa 4 orang meninggal dunia.
3. Malaria
Terdapat 111 jiwa yang berhasil dideteksi dengan pemeriksaan darah positif
malaria di beberapa kecamatan. Puskesmas dengan temuan tertinggi penyakit
malaria adalah Puskesmas Binuang 57 kasus. Sedangkan Puskesmas Pandahan,
dan Puskesmas Benua Padang masing-masing 15 kasus. Dan yang dirawat di
RSUD Datuk Sanggul sebanyak 16 kasus.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 14
4. Filariasis
Pada 2015 ditemukan 9 kasus filariasis di Kabupaten Tapin dengan temuan 3
kasus di Puskesmas Margasari, 2 kasus masing-masing di Puskesmas
Tambarangan dan Puskesmas Pandahan. Dan satu kasus di Puskesmas Tapin Utara
dan Puskesmas Bakarangan.
C. Status Gizi
Program perbaikan gizi masyarakat di Tapin merujuk pada masalah gizi
Nasional yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Xeropthalmia (Kekurangan Vit.A),
Anemis (Kekurangan Zat Besi) dan Gondok endemik. Parameter KEP dapat dilihat
dari hasil penimbangan (Berat badan terhadap umur). Prevalensi KEP mencerminkan
kelambatan pertumbuhan dan kurang gizi masa lalu yang lama maupun kurang gizi
masa sekarang. Dengan demikian berat badan waktu lahir dapat juga dijadikan
indikator status gizi masyarakat.
1.
hal 15
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan, yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin.
A.
hal 16
hal 17
b.
mempunyai kompetensi.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari laporan Puskesmas
pertolongan persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Tapin pada
tahun 2011 cakupan persalinan oleh nakes sebesar 71,58%. Pada tahun 2012
cakupan persalinan oleh nakes 86,2%. Pada tahun 2013 cakupan persalinan
oleh nakes 86,84%, turun di 80.09% pada tahun 2014, dan di tahun 2015
stagnant di 80,04%.
hal 18
c.
d.
hal 19
hal 20
Kabupaten Tapin Tahun 2007 adalah 18,79%, dan pada tahun 2008 naik menjadi
21,9% yang diperiksa. Tahun 2009 menurun menjadi 5,24% sedangkan pada
tahun 2010 dari 3.729 anak prasekolah tidak ada laporan yang di lakukan
pemeriksaan. Pada tahun 2011 dari 4.523 siswa sebanyak 3772 (84,4%) dilakukan
pemeriksaan. Pada tahun 2012 dari 3.666 murid kelas 1 SD hanya 156 siswa atau
4,3%. Sedangkan pada tahun 2013 dari 6,530 siswa kelas 1 SD sebanyak 4,479
(68,6%) mendapat pelayanan kesehatan/ penjaringan.
3. Pelayanan Keluarga Berencana
Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya
kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut
hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara 15 49 tahun. Oleh
karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita
pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB.
Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat digambarkan
melalui cakupan peserta KB yang ditunjukkan melalui peserta KB aktif dan jenis
kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Pada tahun 2011 jumlah peserta KB aktif sebanyak 33.375 orang (84,11%)
dengan jenis kontrasepsi yang banyak digunakan adalah jenis pil (45,24%) dan
suntik (38,34%).
(48,9%), dan jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan masih suntik
(56,5%) dan pil (29,8%). Pada tahun 2013 jumlah perserta KB aktif 31,976
orang (87,3%), dan jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan masih suntik
(56,1%) dan pil (42,1%). Pada tahun 2014, jumlah peserta KB baru sebesar
hal 21
13.17% dan jumlah peserta KB aktif sebesar 86.29%. Selama tahun 2015, jumlah
peserta KB baru tercatat 5.131 orang (MKJP + non MKJP)
4. Pelayanan Imunisasi
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan
proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi.
Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam
wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi
(herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I), dalam hal ini menargetkan UCI pada wilayah administrasi desa
/ kelurahan.
Pada tahun 2011 desa yang sudah UCI sebanyak 123 desa (92,48%). Pada
tahun 2012 desa yang sudah UCI sebanyak 96 desa dari 132 desa (72,2%). Pada
tahun 2013 desa yang sudah UCI sebanyak 108 desa dari 135 desa (80%). Pada
tahun 2014 capaian UCI sebesar 94.07% atau 127 dari 135 desa. Sementara pada
tahun 2015 capaian UCI sebesar 91,85% dari 135 desa, dimana capaian UCI
terendah ada di Kecamatan Piani yang hanya 50%.
hal 22
B.
hal 23
LOS
meningkat
hari dan TOI menurun menjadi 4,3. Pada tahun 2013 BOR sebesar
LOS
hari. Ditahun 2014 terjadi perubahan yaitu BOR 38.01%, LOS 3.78 hari, dan
TOI 4,93 hari. RSUD Datuk Sanggul pada tahun 2015 mencatat capaian BOR
67,6%, LOS 3,76%, dan TOI 3,3%.
hal 24
dan
Alat
Kesehatan
yang
utama
adalah
mengupayakan
hal 25
sangat beragam. Ada beberapa jenis obat, bahan, dan alat kesehatan yang tingkat
ketersediaanya rendah ada pula yang telah mencukupi. Ketersediaan obat lebih
lanjut dapat diamati di Tabel 69.
C. Pemberantasan Penyakit Menular
Banyaknya orang sakit menggambarkan kondisi kesehatan suatu wilayah.
Indikator yang biasa digunakan antara lain adalah insiden (Incidence Rate = IR) dan
atau prevalensi (Prevalence Rate = PR), keduanya menunjukkan kejadian penyakit
tertentu saja. Bersama dengan prevalensi dan insidensi digunakan juga indikator
tingkat kematian suatu penyakit (Case Fatality Rate = CFR).
1. Penyakit Menular Langsung
Penyakit menular langsung adalah penyakit infeksi yang dapat ditularkan ke
orang lain tanpa perantara. Penyakit ini pada umumnya masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat mengingat kasusnya yang masih banyak ditemui
dimasyarakat. Berikut ini adalah beberapa penyakit menular langsung yang cukup
menonjol.
a. Tuberkolosis Paru (TB Paru)
Penyakit Tuberkolosis Paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Estimasi tersangka TB Paru adalah 13 per 1000 penduduk. Pada tahun 2011
jumlah tersangka TB ditemukan sebanyak 759 kasus dari jumlah tersebut
terdapat 113 BTA (+) Pada tahun 2012 jumlah tersangka TB ditemukan
sebanyak 352 kasus, dari jumlah tersebut terdapat 126 BTA(+). Pada tahun
2013 jumlah tersangka TB ditemukan sebanyak 620 kasus, dari jumlah
tersebut terdapat 95 kasus BTA(+). Dan ditahun 2014, jumlah tersangka TB
hal 26
ditemukan 166 kasus, dari jumlah tersebut terdapat 102 BTA+. Dan di tahun
2015 ditemukan 519 kasus baru.
b. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
Program pemberantasan penyakit ISPA di prioritaskan pada penanggulangan
pneumonia pada balita. Indicator untuk menilai keberhasilan program ini
adalah penemuan penderita pneumonia sangat terkait dengan penanggulangan
polusi, pencegahan berat badan lahir rendah dan pemberian vitamin A. upaya
yang terbukti efektif untuk mencegah pneumonia adalah imunisasi. ISPA
(pneumoni) merupakan penyakit yang paling mudah penularannya, terutama
di daerah yang padat penduduknya. Pada tahun 2011 jumlah penderita
Pneumonia sebanyak 100
hal 27
2.789
kasus
penduduk. Dan pada tahun 2014 ditemukan 2.943 kasus diare yang ditangani.
hal 28
kejadian penyakit 1,74 per 1.000 penduduk. Kasus malaria pada tahun 2014
sejumlah 325 penderita dan 890 sediaan darah positif malaria.
Terdapat 111 jiwa yang berhasil dideteksi dengan pemeriksaan darah
positif malaria di beberapa kecamatan. Puskesmas dengan temuan tertinggi
penyakit malaria adalah Puskesmas Binuang 57 kasus. Sedangkan Puskesmas
Pandahan, dan Puskesmas Benua Padang masing-masing 15 kasus. Dan yang
dirawat di RSUD Datuk Sanggul sebanyak 16 kasus.
b. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit
DBD
perlu
diwaspadai
sejalan
dengan
semakin
hal 29
hal 30
sebesar 80,8% dan 94,5% pada bayi. Di tahun 2015, jumlah seluruh balita 6-59
bulan yang mendapat Vit.A adalah 11.117 jiwa, dimana usia 12-59 bulan
berjumlah 9.669 jiwa, dan usia 6-11 bulan sebanyak 1.508 jiwa.
3. Pemberian Tablet Besi
Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus
anemia serta meminimalisir dampak buruk akibat kekurangan fe, khususnya yang
dialami oleh ibu hamil. Cakupan pemberian tablet Fe untuk di Kabupaten Tapin
tahun 2011 cakupan Fe1 sebesar 65,85% dan Fe3 sebesar 53,34%. Sedangkan
tahun 2012 hasil pemberian tablet besi (F1 dan Fe3) meningkat lagi dibandingkan
tahun sebelumnya yaitu 151,57% dan 112,41%. Sedangkan tahun 2013 hasil
pemberian tablet besi (F1 dan Fe3) meningkat lagi dibandingkan tahun
sebelumnya yaitu 94,49% dan 77,32%. Tahun 2014 terjadi penurunan, yaitu hanya
75,85% bumil yang mendapat tablet Fe3.
Dari 3.107 bumil pada tahun 2015, pemberian tablet Fe1 mencapai 97,25%,
dan Fe3 mencapai 88,27%.
hal 31
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
1 Buah
Instalasi Farmasi
1 Buah
Puskesmas Perawatan
2 Buah
11 Buah
Puskesmas Pembantu
47 Buah
Puskesmas Keliling
14 Buah
hal 32
215 Buah
Polindes
17 Buah
Poskesdes
56 Buah
Posyandu Aktif adalah Posyandu yang melaksanakan kegiatan hari buka dengan
frekuensi lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas 5 orang
atau lebih, cakupan program utama (KIA, KB, Gizi, Imunisasi lebih dari 50 %, dan
sudah ada 1 atau lebih program tambahan, serta cakupan dana sehat < 50 %.) dengan
perkataan lain Posyandu aktif adalah posyandu dengan tingkat kemandirian Purnama
dan Mandiri. Tingkat Perekembangan Posyandu di Kabupaten Tapin Tahun 2011
secara kuantitas sudah menggembirakan, namun secara kualitas masih perlu mendapat
hal 33
B. Tenaga Kesehatan
Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya dilakukan pemerintah, tetapi
juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu, gambaran situasi ketersediaan
tenaga kesehatan baik yang bekerja di sektor pemerintah maupun sektor swasta perlu
diketahui. Namun data tenaga kesehatan baik yang bekerja di sektor pemerintah
maupun sektor swasta sulit didapatkan.
Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Tapin yang melaksanakan pelayanan
kesehatan baik Tingkat Puskesmas (Pustu dan Polindes), Rumah Sakit dan Dinas
Kesehatan (termasuk Gudang Farmasi) pada Tahun 2010 terdiri dari tenaga Medis
(dokter, dokter gigi, dokter spesialis), Perawat & Bidan (DIII, S1), Farmasi (Apoteker,
Ass.Apt), Gizi (DI, DIII, DIV), Teknisi Medis (Analis, TEM, Pen.Rontgen,
Pen.Anastesi, Fisioterapi), Sanitasi (SPPH, DIII Kesling) dan Kesmas (SKM, MPH
dll), rincian dan jumlah tenaga dapat dilihat pada table 74-75.
hal 34
C. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan di Kabupaten Tapin yang bersumber dana APBD
pada tahun 2015 adalah Rp. 78,281,300,094 sehingga anggaran kesehatan (Gaji +
program) hanya 5,6% dari total APBD Tapin Rp. 1,410,413,184,330.
Berbagai bentuk penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang saat ini
dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat belum memperlihatkan
hasil yang maksimal. Biaya pelayanan kesehatan cenderung semakin meningkat
dengan mutu yang belum terjamin. Sistem pembayaran pra upaya adalah cara
pembayaran kepada penyelenggara pelayanan kesehatan yang besar biayanya
dihiitung dimuka (in advance) dan pihak penyelenggara pelayanan kesehatan akan
menerima besarnya biaya tersebut tanpa memperdulikan besarnya real cost yang
dikeluarkan oleh penyelenggara pelayanan.
Pada tahun 2015, jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional sebesar
69.420 orang, jumlah Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN 34.495 orang, peserta PBI
APBD 1.157 orang, Peserta Penerima Upah 12.423 orang, dan jumlah Pekerja
Penerima Upah (PBPU) Mandiri 3.264 orang.
hal 35
BAB VI
KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat ditarik kesimpulan dari penyajian data profil kabupaten
Tapin tahun 2015 adalah:
1. Perlu dilakukan terobosan luar biasa untuk menurunkan Angka Kematian Bayi
di Kab. Tapin, karena trend AKB 5 tahun terakhir menunjukan kenaikan, mulai
tahun 2011 sampai tahun 2013 menunjukan penurunan dari 19/1.000 KH menjadi
2,92/1.000 KH, sedikit naik pada 2014 sebesar 4/1000 KH, dan meningkat tajam
pada tahun 2015 sebesar 18,7/1000 KH. Begitu juga trend Angka Kematian Balita
cenderung naik dari tahun 2011, kemudian menurun dari 2/1000 KH menjadi 1,3/
1000 KH pada tahun 2013 dan naik pada tahun 2014 menjadi 5/1000 KH dan
meningkat lagi pada tahun 2015 sebesar 9,3/1000KH.
2. Trend AKI dalam 5 tahun terakhir cenderung menurun dari tahun 2011 2015,
pada tahun 2011 sebesar 333/100.000 KH dan pada tahun 2013 sebesar 328 /100.000
KH dan 166/100,000 KH pada tahun 2014, kemudian menurun pada tahun 2015
menjadi 151/100.000 KH.
3. Non-Communicable Disease (NCD) belum menjadi fokus perhatian Dinas
Kesehatan Tapin dalam upaya kesehatan. Belum lagi ditambah maraknya Life Style
Disease, yang tidak hanya berdampak pada penderita, tingginya angka kesakitan juga
berpengaruh terhadap ekonomi keluarga.
4. Communicable Disease masih menjadi masalah di Kabupaten Tapin, hal ini dapat
dilihat dengan adanya Kenaikan penderita TB Paru pada tahun 2015, kenaikan
penderita DBD dengan 4 korban meninggal, dan 111 orang penderita malaria yang
berhasil dideteksi, juga 9 orang penderita filariasis.
5. Anggaran kesehatan diluar gaji APBD Tapin yang hanya sebesar 2,8%
melanggar UU No.23/2014 Tentang Pemerintahan Daerah, dan Permendagri
No.37/2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD 2015 yang mengharuskan
Anggaran Kesehatan diluar gaji sebesar 10% dari APBD.
**Created by Lucky M Hatta, MPH**
hal 36
dan
tanpa
inovasi
program/kegiatan
untuk
hal 37