Tugas Akhir
Tugas Akhir
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberi
karunia kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
Tugas Akhir ini. Shalawat dan salam ke atas Baginda Rasulullah Muhammad
SAW yang telah memberi keteladanan tauhid, ikhitiar dan kerja keras sehingga
menjadi panutan dalam menjalankan setiap aktifitas kami sehari-hari, karena
sungguh suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran
untuk tidak pantang menyerah dalam menyeleaikan penulisan ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi pada program Studi Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil STTPLN.
Adapun judul skripsi yang diambil adalah :
KAJIAN EKSPERIMENTAL BATA BETON (PAVING BLOCK)
MENGGUNAKAN ABU VULKANIK ERUPSI GUNUNG
SINABUNG SESUAI SNI 03-0691-1996
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak
terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada beberapa pihak yang berperan penting yaitu :
1.
Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki, maka
penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
diharapkan untuk penyempurnaan laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Laporan Tugas
Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan,
November 2016
Penulis,
Kelompok II
2013-21-xxx
ABSTRAK
Limbah sudah sering diteliti untuk kemudian dimanfaatkan, salah satunya
yaitu debu vulkanik. Debu vulkanik ini berasal dari erupsi gunung Sinabung
dimana setelah diteliti di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan. Sampel uji
yang digunakan kali ini adalah bata beton (paving blok) yang menggunakan debu
vulkanik dengan ukuran debu yang digunakan yaitu lolos saringan No. 200 (
0,075) dan tanpa menggunakan debu vulkanik. Penelitian menggunakan mutu
rencana sebesar 40 Mpa.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari studi ini adalah menganalisis
workability beton segar menggunakan debu vulkanik sebagai bahan tambah pada
campuran beton ; menganalisis perilaku bata beton yang menggunakan debu
vulkanik sebagai bahan tambah dengan variasi 25%, 50%, 75%, 100% dan
membandingkan dengan bata beton normal ; mengetahui perbandingan hasil
pengujian bata beton dengan dan tanpa menggunakan debu vulkanik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen. Sedangkan faktor yang diteliti adalah faktor komposisi campuran
debu vulkanik pada paving bock, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
debu vulkanik sebagai substitusi semen dengan mengurangi jumlah semen pada
pengujian ukuran, sifat tampak, daya serap air, kuat tekan, ketahanan aus dan
ketahanan terhadap natrium sulfat.
Hasil pengujian yang diperoleh ialah persen penyerapan air untuk paving
block normal 5,248%, paving block dengan debu vulkanik 25% diperoleh
penyerapan air sebesar 7,778%, dan paving block dengan debu vulkanik 50%
diperoleh penyerapan air sebesar 4,585% dan untuk paving block normal
diperoleh kuat tekan rata-rata sebesar 18,867 MPa tergolong mutu B pada SNI
03-0691-1996, dan kuat tekan untuk paving block dengan debu vulkanik 25%
diperoleh kuat tekan sebesar 12,933 MPa tergolong mutu C pada SNI 03-06911996, dan kuat tekan untuk paving block dengan debu vulkanik 50 % diperoleh
kuat tekan sebesar 17,6 MPa tergolong mutu B pada SNI 03-0691-1996.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................i
ABSTRAK................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LatarBelakang ...................................................................... 1
1.2
Permasalahan........................................................................ 2
1.3
PembatasanMasalah ............................................................. 3
1.4
Tujuan Penelitian.................................................................. 5
1.5
Manfaat Penelitian................................................................ 5
1.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
2.3
2.4
Agregat ............................................................................... 11
2.5
Air....................................................................................... 13
2.6
2.7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Umum................................................................................. 20
3.2
3.3
3.4
3.4.2
Pasir .................................................................................... 21
3.4.3
Air....................................................................................... 21
3.4.4
DebuVulkanik .................................................................... 22
3.5
3.5.2
3.5.3
3.6
3.7
3.7.1
3.8
3.8.1
3.8.2
3.8.3
3.9
BAB IV
4.1
4.1.1
4.1.3
4.1.4
4.1.4
4.1.4
4.2
BAB V
5.1
Kesimpulan.........................................................................50
5.2
Saran .................................................................................. 50
BAB I
PENDAHUAN
1.1
Latar Belakang
Gunung Sinabung (bahasa Karo: Deleng Sinabung) merupakan salah satu
gunung berapi yang termasuk dalam katagori aktif didunia, dan termasuk geologi
jenis Statovolkano. Secara geografis, Sinabung terletak dikoordinat 31012LU
982331BT
dataran
Tinggi
Karo,
Kabupaten
Karo,
Sumatera
Utara,
untuk
mengungsi,
hingga
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung
melebihi
20
_Sinabung).Erupsi
ribu
orang.
(letusan)
disertai hujan pasir, dan debu vukanik yang menutupi ribuan hektar tanaman para
petani yang berjarak dibawah radius enam kilometer tertutup debu tersebut. Debu
vulkanik mengakibatkan tanaman petani yang berada di lereng gunung banyak
yang mati dan rusak. Diperkirakan seluas 15.341 hektar tanaman pertanian
terancam gagal panen. Karakteristik debu vulkanik umumnya mengandung
berbagai unsur mayor (AI, Si, Ca, dan Fe), minor (I, Mg, Mn, Na, P, S, dan Ti),
dan tingkat trace (Au,As, Ba, Co, Cr, Cu, Mo, Ni, Pb, S, Sb, Sn, Sr, V, Zn, dan Zr),
baik yang memiliki kegunaan yang luas (AI, Si, Ca, Fe, Ti, V, dan Zn), memiliki
nilai tinggi (Au). Didasarkan pada kandungan unsur AI, Ca, dan Si dalam abu yang
besar (masing- masing 56%, 4%, dan 18 %) maka sangat dimungkinkan
dilakukannya pemanfaatan abu tersebut sebagai bahan semen atau barang berbahan
semen. (Wahyuni,E.I. 2012.)
Indonesia sangat rentan terhadap gempa bumi dan letusan gunung api,
karena dari letak Indonesia merupakan tempat pertemuan 2 rangkaian gunung
berapi aktif (Ring of Fire). Dan terdapat puluhan patahan aktif di wilayah
Indonesia. Keberadaan gunung api ini masih dianggap sebagai ancaman bagi
masyarakat sekitar. Akan tetapi, manfaat yang diberikan pasca letusan juga sangat
besar pengaruhnya terhadap kesejahteraan hidup masyarakat sekitar, Salah
satunya adalah banyaknya material vulkanik yang dikeluarkan Sinabung yang
dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Misalnya debu, pasir, batu vulkanik
yang melimpahtelah memberikan manfaat bagi penduduk di sekitar Sinabung
dengan menjualnya atau dijadikan pelengkap bahan bangunan bahkan tanah yang
terkena material vulkanik akan subur. Pemanfaatan tersebut memberikan satu
pemahaman lain, bahwa letusan Sinabung bukanlah suatu hal yang perlu kita sesali
atau tangisi melainkan berkah yang patut kita syukuri. Salah satunya dengan
mengkaji pemanfaatan debu vulkanik erubsi gunung sinabung sebagai substitusi
semen pada pembuatan bata beton.
1.2
Permasalahan
Rumusan masalah adalah langkah penting untuk membatasi masalah yang
akan diteliti. Masalah adalah bagian pokok dari kegiatan penelitian. Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang diangkat dalam penelitian
ini adalah:
1. Berapa
besar
persentase
debu
vulkanik
optimal
yang
memenuhi
persyaratan kuat tekan minimum bata beton (paving block) (SNI 03-06911996).
2. Bagaimana perbandingan hasil pengujian bata beton (pavingblock)dengan
dan tanpa menggunakan debu vulkanik.
1.3
Pembatasan Masalah
Dalampenelitian ini tentunya banyak parameter yang berkaitan dan perlu
di lakukan batasan masalah yang hanya dilakukan dalam penelitian ini. Adapun
batasan masalah tersebut antara lain:
1. Mutu rencana 40 Mpa.
2. Ukuran debu vulkanik yang digunakan yaitu lolos saringan No. 200 (0,075
mm).
3. Komposisi yang digunakan terdiri dari semen, debu vulkanik, pasir, abu
batu, dan air.
4. Pemeriksaan bahan penyusun bata beton:
a. Analisa ayakan pasir.
b. Pemeriksaan berat isi agregat halus.
c. Pemeriksaan kandungan organik (colorimetric test) pada agregat halus.
d. Pemeriksaan berat jenis pada pasir dan debu vulkanik.
e. Pemeriksaan kadar lumpur dan kadar liat agregat halus.
5.
mulai
dari 0%, 25%, 50%, 75%, 100% dari berat agregat halus dengan benda uji
masing-masing 30 buah untuk setiap komposisi benda uji.
6. Perancangan campuran bahan penyusun bata beton dengan perbandingan 1: 2
semen dan pasir.
Tabel 1.1 Komposisi dan Jumlah Benda Uji
Persentase Debu Vulkanik
Pengujian
0%
Daya
30
30
30
30
30
ketahanan aus
30
30
30
30
30
natrium
30
30
30
30
30
beton
Jumlah Benda Uji
90
90
90
90
90
Benda Uji
Bata
Sifat tampak, Ukuran,
beton
Bata
beton
Bata
Ketahanan
terhadap
Total
450
6 cm
10 cm
20 cm
Gambar 1.1 Bentuk Benda Uji Bata Beton (Paving Block)
1.4
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari studi ini adalah:
1. Menganalisis workability beton segar menggunakan debu vulkanik
sebagai bahan tambah pada campuran beton.
2.
vulkanik
sebagai bahan tambah dengan variasi 25%, 50%, 75%, 100% dan
membandingkan dengan bata beton normal.
3. Mengetahui perbandingan hasil pengujian bata beton dengan dan
tanpa menggunakan debu vulkanik.
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan antara lain:
a. Penelitian
ini
diharapkan
menjadi
bahan
refrensi
mengenai
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut :
BAB I
Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, perumusan
Dasar Teori
Pada Bab ini berisikan tentang dasar-dasar teori yang
Metode Penelitian
Pada
Bab
ini
berisikan
prosedur
percobaan
yang
Laboratorium serta analisis data berupa pengujian ukuran dan tampak luar,
pengujian daya serap, pengujian kuat tekan, pengujian ketahanan aus, dan
pengujian ketahanan terhadap natrium sulfat.
BAB V
diperoleh dan saran saran dari penulis mengenai penelitian yang dilakukan.
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
beton
Klasifikasi
Paving
Block
Berdasarkan
Cara
Pembuatannya
Berdasarkan cara pembuatannya Paving Block dapat digolongkan
dalam beberapa jenis yaitu :
a) Paving Block Press Manual / Tangan
Paving Block Press Manual/ Tangan yang diproduksi secara manual
dengan tangan. Paving Block jenis ini termasuk jenis beton kelas D (8.5 10
MPa). Sesuai dengan mutunya yang rendah, bata beton jenis ini memiliki
nilai jual rendah. Sedangkan untuk pemakaiannya, bata beton press manual
MPa).
Dalam
pemakaiannya Paving Block Press Mesin Vibrasi ini banyak digunakan sebagai
alternatif perkerasan di pelataran garasi rumah dan lahan parkiran.
d) Klasifikasi Concrete Block Berdasarkan Penggunaan Menurut
SNI SNI 03-0691-1996 ada 4 tipe mutu Concrete Block :
Mutu Concrete Block Tipe A
Kuat
Ketahanan aus
Tekan
Penyerapan air
rata-
( mm/menit )
Mutu
Rata-rata
Min.
Rata-rata
Min
(%)
40
35
0.090
0.103
20
17.0
0.130
0.149
15
12.5
0.160
0.184
10
8.5
0.219
0.251
10
dapat
Semen
Portland
Semen Portland adalah suatu bahan pengikat hidrolis (hydraulic
binder) yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari
kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau
lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling
bersama-sama dengan bahan utamanya.
2.3.1
Jenis
Semen
Portland
Jenis/tipe semen yang digunakan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kuat tekan beton, dalam hal ini perlu diketahui
tipe semen yang telah distandarardisasi di Indonesia. Menurut SNI
0031-81, semen Portland dibagi menjadi lima tipe, yaitu :
Tipe
I
Ordinary Portland Cement (OPC), semen untuk penggunaan
umum,tidak memerlukanpersyaratan
khusus
(panas
hidrasi,
Tipe
II
Moderate Sulphate Cement, semen untuk beton yang tahan terhadap
sulfat sedang danmempunyai panas hidrasi sedang.
Tipe
III
High Early Strength Cement, semen untuk beton dengan kekuatan
awal tinggi
(cepatmenger
as)
Tipe
IV
Low Heat of Hydration Cement, semen untuk beton yang
memerlukan panas hidrasi rendah,kekuatan awal rendah.
Tipe V
High Sulphate Resistance Cement, semen untuk beton yang
tahan terhadap kadar sulfat tinggi.
Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen jenis
OPC (OrdinaryPortland Cement) atau Tipe I, yaitu semen hidrolis
yang dipergunakan secara luas untukkonstruksi umum, seperti
konstruksi bangunan yang tidak memerlukan persyaratan khusus,
antara lain bangunan perumahan, gedung- gedung bertingkat,
jembatan, landasan pacu dan jalan raya.
2.3.2. Bahan Penyusun Semen Portland
Bahan utama pembentuk semen portland adalah kapur
(CaO), silica (SiO3), alumina (Al2O3), sedikit magnesia (MgO), dan
terkadang sedikit alkali. Untuk mengontrol komposisinya, terkadang
ditambahkan
oksida
besi,
sedangkan
gipsum
(CaSO4.2H2O)
Nama Kimia
Trikalsium Silikat
Rumus Kimia
3CaO.SiO
2
Dikalsium Silikat
Tirikalsium aluminat
Tetrakalsium
C2S
2CaO.SiO
C3A
C4A
18
10
2.4 Agregat
Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat
oleh perekat semen (CUR 2, 1993).Kandungan agregat dalam
campuran beton biasanya sangat tinggi, yaitu berkisar 60%-70% dari
volume beton. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga
seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai
benda
yang
utuh,
padat
Pasir Sedang
Pasir Halus
Selain itu ada juga batasan gradasi untuk agregat halus, sesuai
dengan ASTM C33 74a.
Batasan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.3 Batasan gradasi untuk agregat halus menurut
ASTM C33-74a
2.
tiap
100
4.76 mm (No. 4)
95
2.36 mm ( No.8)
100
80
1.19 mm (No.16)
100
50
0.595 mm ( No.30 )
85
25
0.300 mm (No.50)
60
10
0.150 mm (No.100)
230
10
Kadar Lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron (
ayakan no.200 ), tidak boleh melebihi 5 % ( ternadap berat
atau
busuk
harus
benar-benar
dihindari
karena
dapat
dipakai
Penyelidikan
Bahan
untuk
mendapatkan
agregat
halus)
Debu
Debu
vulkanik
merupakan
mineral
batuan
vulkanik
Hasil
Satuan
Metode
85,6
Gravimetri
Aluminium sebagai
0,95
Perhitung
AL2O3
an
Gravimetr
3(Sumber : Balai Riset dan 4,78
Standarisasi %
Industri Medan,
Laboraturium Penguji,
Kementrian Perindustrian)
Dari hasil pemeriksaan kandungan kimia diatas maka sangat
dimungkinkan dilakukannya pemanfaatan abu tersebut sebagai
bahan pasir dan semen yang dapat digunakan pada pembuatan
paving block.
2.7 Pengujian Benda Uji
Dimana : P = beban
tekan, N
L = luas bidang tekan
Kuat tekan rata-rata dari contoh bata beton dihitung dari jumlah
kuat tekan dibagi jumlah contoh uji.
2.7.2 Pengujian Ketahanan
aus
1) Ambil lima buah contoh uji dipotong berbentuk bujur
sangkar dengan ukuran 50 mm x 50 mm dan tebal 20 mm
(untuk pengujian ketahanan aus).
1) Sisa dari pemotongan dibuat benda uji persegi dengan ukuran
kurang dari
Benda
uji
diletakkan
yang
telah
diukur
dan
telah
ditimbang,
8) Catat hasil penimbangan ini dan hitung selisih berat benda uji
sebelum dan sesudah diaus. Bagi benda uji yang belum habis
lapisan kepalanya, pengausan dapat dilanjutkan sampai pada
menit-menit habisnya lapisan kepala atau sampai menit ke 15.
9)
Dimana :
A = selisih berat benda uji sebelum dan sesudah diaus, dalam g
BJ= berat jenis rata-rata lapisan kepala
Peralatan pengujian :
1) Larutan jenuh garam natrium sulfat yang jernih dengan berat
jenis antara
1,151-1,174.
2) Bejana tempat merendam contoh dalam larutan
natrium sulfat b.
1) Dua
Prosedur Pengujian :
dibersihkan
utuh
dari kotoran
melekat,
kemudian
turut.
5) Pada pengeringan yang terakhir, benda uji dicuci sampai
tidak ada lagi sisa sisa garam sulfat yang tertinggal.
6)
tertinggal,
larutanpencucinyadapatdiujidenganlarutan
7)
2.
dengan air
retak-retak,
bila
Nampak
adanya
retak-retak
selisih
penimbangan
sebelum
perendaman
uji
secara
keseluruhan
menjadi
cacat.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Umum
Metode
1996).
Semen Portland
Pasir
Pasir yang dipergunakan dalam penelitian ini diambil dari quarry Sei
Wampu, Binjai. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat halus meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
3.4.4
Debu Vulkanik
Pada penelitian ini, bahan debu vulkanik yang dipakai untuk batako berasal
dari erubsi gunung sinabung tanggal 24 Februari 2016 dengan jarak 5 km dari
puncak gunung sinabung dan di ayak dengan ayakan No.200.
3.5
a.
Tujuan Percobaan
1) Menentukan gradasi/distribusi butiran pasir
2) Mengetahui modulus kehalusan (fineness
modulus) pasir b.
Peralatan
1) Timbangan
2) Sieve shaker machine
3) 1 set ayakan
4) Oven
5) Sample splitter
c.
Bahan
Pasir kering oven sebanyak 1000
gram. d.
Prosedur Percobaan
Rumus
(3.1
) Dimana:
FM = Fineness Modulus
Derajat kehalusan (kekasaran) suatu agregat ditentukan oleh modulus
kehalusan (fineness)
dengan batasan-batasan sebagai berikut:
-
Pasir halus
Pasir kasar
3,20 f.
Hasil Percobaan
Tujuan
Percobaan
1) Menentukan berat isi agregat halus (pasir)
b.
Peralatan
1) Timbangan dengan tingkat kepekaan 0,1% dari berat sampel
2) Batang perojok
3) Bejana besi
4) Termometer
5) Sekop
Kecil c.
Bahan
d.
Prosedur
Percobaan
1) Dengan cara merojok:
a) Bejana besi ditimbang dan kemudian diisi dengan pasir sampai
bagian tinggi bejana tersebut lalu rojok sebanyak 25 kali secara
merata pada permukaannya;
b) Pasir ditambah lagi hingga mencapai tinggi bejana dan dirojok 25
kali secara merata pada permukaannya, kemudian bejana diisi
pasir
sampai
penuh
merata lalu
Rumus
(3.2)
Dimana:
= Berat isi pasir (gr/cm3)
f.
g.
3.5.3
1992)
Dan Kadar Organik Debu Vulkanik/ Colorimetric Test.
a.
Tujuan Percobaan
Mengetahui tingkat kandungan bahan organik dalam
agregat halus. b.
Peralatan
Bahan
d.
Prosedur percobaan
1) Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter
sehingga terbagi seperempat bagian;
2) Sampel dimasukkan ke dalam botol gelas setinggi 3 cm dari dasar botol;
3) Sediakan larutan NaOH 3% dengan cara mencampur 12 gram kristal
NaOH kedalam
388 ml air menggunakan gelas ukur. Aduk hingga kristal NaOH larut;
4) Masukkan larutan tersebut sampai tinggi larutan 2 cm dari permukaan
pasir (tinggi pasir + larutan = 5 cm);
5) Larutan diaduk menggunakan sendok pengaduk selama 7 menit;
6) Botol gelas ditutup rapat menggunakan penutup karet dan diguncangguncang pada arah mendatar selama 8 menit;
7) Campuran didiamkan selama 24 jam;
8) Bandingkan perubahan warna yang terjadi setelah 24 jam dengan
standar warna
Gardner.
e.
Rumus/standar
Pengelompokkan standar warna Gardner adalah sebagai berikut:
1) Standar warna no. 1 : berwarna bening/jernih
2) Standar warna no. 2 : berwarna kuning muda
warna
yang
diperbolehkan
menurut
standar warna
melebihi standar warna no. 3 maka, pasir tersebut mengandung bahan organik
yang banyak dan harus dicuci dengan larutan NaOH 3% kemudian bersihkan
dengan air.
f.
Hasil Percobaan
Warna material pasir adalah bening/jernih (Standar no. 1)
Warna material debu vulkanik adalah kuning kecoklatan (Standar no. 4)
3.5.4
Tujuan Percobaan:
Menentukan berat jenis
semen. b.
Peralatan:
Bahan
1) Semen Portland
2) Minyak Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API
(American
Petroleoum Institute)
d.
Prosedur Percobaan:
1) Isi botol Le Chatelir dengan kerosin atau naphta sampai antara skala 0
dan 1, bagian dalam piknometer diatas permukaan cairan.
2) Masukkan botol Le Chatelir ke dalam bak air dengan suhu ditetapkan
pada botol Le Chatelir 20 oC untuk mengunakan suhu cairan dalam
piknometer l dengan suhu yang ditetapkan dalam botol Le Chatelir.
3) Setelah suhu dalam botol Le Chatelir sama dengan suhu yang ditetapkan
pada botol Le
Chatelir, baca skala pada botol Le Chatelir (V1).
Rumus:
B
(3.3)
Dimana:
V1
V2
V2- V1
Catatan:
-
f.
Hasil Percobaan:
No.200)
a.
Tujuan Percobaan
Peralatan
3) Air
d.
Prosedur Percobaan
1) Sediakan 2 (dua) sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gram dan 2
(dua) sampel kerikil sebanyak masing-masing 1000 gram dalam keadaan
kering oven;
2) Tuang pasir kedalam ayakan no. 200 dan disiram dengan air melalui kran;
3) Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas hingga air keluar
melalui ayakan terlihat jernih dan bersih;
4) Letakkan sampel kedalam pan dan keringkan dalam oven selama 24 jam;
5) Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan ditimbang dan hasilnya
dicatat;
6) Lakukan percobaan untuk sampel kedua dan
sampel kerikil. e.
Rumus
A-B
A
Dimana:
KL = Kadar lumpur agregat (%)
(3.4)
f.
Hasil Penelitian
Tujuan Percobaan
Peralatan
d.
Prosedur Percobaan
1) Pasir hasil percobaan kadar lumpur sebanyak 2 (dua) sampel dengan
berat kering setelah pencucian lumpur sebagai berat awal direndam dalam
aquades selama 24 jam;
2) Setelah direndam 24 jam aquades dibuang dengan hati-hati agar
jangan ada pasir yang ikut terbuang;
3) Tuangkan pasir dalam ayakan no. 200 dan dicuci dibawah kran sambil
diremas-remas selama 5 menit;
4) Pasir hasil pencucian dituang ke dalam pan dikeringkan dalam oven
bersuhu 110 5
Cselama 24 jam;
5) Pasir kering hasil pengovenan kemudian ditimbang beratnya
dan dicatat. e.
Rumus
A -B
A
(3.5)
Dimana:
A = Berat pasir mula-mula (sisa pencucian kadar
lumpur) B = Berat pasir setelah di oven
Pasir yang memenuhi persyaratan, bila kadar liat
pasir <1%. f.
Hasil Percobaan
Kadar liat rata-rata = 0,42 % (pasir memenuhi syarat untuk dipakai dalam
campuran batako).
3.6
a.
untuk
tempat
menampung
kebutuhan
air
yang
3.8
a.
Pengujian Visual
dilakukan terhadap tiga tempat yang berbeda dan diambil nilai rata- ratanya.
c.
Prosedur Pengujian:
Setelah masa perawatan selama 28 hari, paving block yang diuji harus
b.
Prosedur Pengujian:
Paving block yang akan diuji penyerapan airnya harus dalam keadaan
kering. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengujian ini
adalah:
1) Paving Block dibersihkan dari bahan-bahan lain yang menempel.
2) Paving Block dimasukan kedalam oven selama 24 jam/sehari, sehingga
didapati Paving
(compression machine). b.
Prosedur Pengujian:
1) Benda uji dikeluarkan dari bak perendaman, lalu dijemur selama 24 jam.
2)
3.8.4
a.
Peralatan pengujian :
1) Larutan jenuh garam natrium sulfat yang jernih dengan berat jenis antara
1,151-1,174.
Prosedur Pengujian :
1) Dua buah benda uji utuh (bekas pengujian ukuran) dibersihkan dari
kotoran yang melekat, kemudian dikeringkan dalam dapur pengering pada
suhu (105+2) C hingga berat tetap lalu didinginkan dalam eksikaor/
desikator.
2) Setelah dingin ditimbang sampai ketelitian 0,1 gram, kemudian
direndam dalam larutan jenuh garam natrium sulfat selama 16 sampai
dengan 18 jam, setelah itu diangkat dan didiamkan dulu agar cairan
yang berlebih meniris.
3) Selanjutnya masukkan benda uji kedalam dapur pengering pada suhu
(105+2) C
selama kurang lebih 2 jam, kemudian didinginkan sampai suhu kamar.
4) Ulangi pernedaman dan pengeringan ini sampai 5 kali berturut-turut.
5) Pada pengeringan yang terakhir, benda uji dicuci sampai tidak ada lagi
sisa sisa garam sulfat yang tertinggal.
6) Untuk mengetahui bahwa tidak ada lagi garam sulfat yang
tertinggal, larutan
. 7)
Untuk
mempercepat
pencucian
dapat dilakukan pencucian dengan air panas bersuhu kurang lebih 40-50
C.
8) Setelah pencucian sampai bersih, benda uji dikeringkan dalam dapur
pengering sampai berat tetap ( 2-4 jam), didinginkan dalam eksikator.
Kemudian ditimbang lagi sampai ketelitian 0,1 gram.
9) Disamping itu diamati keadaan benda uji apakah setelah perendaman
dalam larutan garam natrium sulfat terjadi atau Nampak adanya retakan,
gugusan atau cacat-cacat lainnya.
10) Laporkan keadaan setelah perendaman itu dengan kata-kata :
-
Baik/ tidak cacat, bila tidak Nampak adanya retak-retak atau perubahan
lainnya
- Cacat/ retak-retak, bila Nampak adanya retak-retak (meskipun kecil),
rapuh, gugus dan lain- lain.
11)
perendaman tidak lebih dari 1 % dan benda uji tidak cacat nyatakan bendabenda uji tadi baik. Bila selisih penimbangan dari 2 diantara 3 benda uji
tadi lebih besar dari 1 %, sedang benda ujinya baik (tidak cacat) nyatakan
benda uji secara keseluruhan menjadi cacat.
3.8.5
Pengujian Ketahanan
Aus
a) Prosedur penelitian
1) Ambil lima buah contoh uji dipotong berbentuk bujur sangkar dengan
ukuran 50 mm x
50 mm dan tebal 20 mm (untuk pengujian
ketahanan aus).
2) Sisa dari pemotongan dibuat benda uji persegi dengan ukuran kurang
dari 20 mm
(untuk penentuan berat
jenis)
3) Mesin aus yang dipergunakan, cara-cara mengaus dan mencari berat jenis
dikerjakan sesuai SNI 03-0028-1987, cara uji ubin semen.
4)
Benda uji yang telah diukur dan telah ditimbang, diletakkan pada
tempatnya pada mesin pengaus, dibebani dengan beban tambahan sebesar 3
1/3 kg.
5)
7) Benda uji yang lapisan kepalanya tidak habis setelah pengausan selama 5
menit, dibersihkan dari debu dan serpihan kemudian ditimbang ampai
ketelitian 10 mg.
8) Jika sebelum pengausan berlangsung 5 menit lapisan kepala telah ada
yang habis, pengausan dihentikan pada menit terakhir habisnya lapisan
kepala, lalu benda uji dibersihkan dari debu dan ditimbang.
9) Catat hasil penimbangan ini dan hitung selisih berat benda uji sebelum
dan sesudah diaus. Bagi benda uji yang belum habis lapisan kepalanya,
pengausan dapat dilanjutkan sampai pada menit-menit habisnya lapisan
kepala atau sampai menit ke 15.
10) Benda uji untuk berat jenis lapisan kepala, setelah kering ditimbang
lalu ditentukan volumenya. Hitung berat jenis masing-masing benda uji
dengan ketelitian sampai 2 desimal, dan hitung nilai rata-rata dari 10 benda
uji.
11) Ketahanan aus masing-masing benda uji dapat dihitung sebagai berikut :
Dimana :
A = selisih berat benda uji sebelum dan sesudah diaus, dalam g
BJ= berat jenis rata-rata lapisan kepala
I = Luas permukaan bidang aus,
dalam w = Lamanya pengausan,
dalam menit.
3.9 Perhitungan Mix Design Paving Block
Perhitungan
mix
design
Paving
Block
ini
didasarkan
pada
i
0
25
50
75
100
Jumla
Seme
h
30
30
30
30
30
n
24000
18000
12000
6000
0
Debu
0
600
12000
18000
24000
Pasir
Abu
48000
48000
48000
48000
48000
Batu
12000
12000
12000
12000
12000
Mul
ai
Identifikasi masalah
Persiapan
alat
Persiapan bahan
Sem
Abu
Pas
en
Batu
ir
Debu Vulkanik
Pemeriksaan material
Pengujian
Bahan
Pembuatan Benda
Uj
i
Paving block 20 x 10 x 8
Masa
pemeliharaa
n selama
28 hari
Dat
a
Analisa data
dan
Pembaha
san
Memen
uhi
Standar
SNI
Ya
Tidak
Kesimpulan
dan
Sara
n
Seles
ai
BAB
IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
1. Bidang-
Paving
Paving Block
Block
Block
Block
Block
Debu
Debu
Debu
Debu
Norma
Rata
Rata
Rata
Tida
Tida
a. Kerataan
Tida
Tida
Tida
b.
Reta
Reta
Keretakan
Halu
Halu
Halu
Tida
Tida
bidang
s
c.
(Sumber : Data Primer)
Pemeriksaan Ukuran
Setelah melakukan pemeriksaan sifat tampak kemudian dapat
dilakukan pemeriksaan ukuran dimensi dan penampang sesuai dengan
ketentuan SNI 03- 06911996, dengan menggunakan paving block rata-rata digunakan 10 buah
benda uji yang utuh. Sebagai alat pengukur digunakan mistar dengan
ketelitian
0,1 mm dan
pengukuran tebal dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali pada tempat yang
berbeda dan diambil nilai rata-ratanya.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Tebal Paving Block
NO
VARIASI JENIS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PAVING
BLOC
K
NORM
AL
PAVING
BLOCK
25%
ABU
VULKA
NIK
PAVING
BLOCK
50
%
AB
U
VULKA
NIK
KETEBAL
KETEBAL
KETEBAL
RATA-
AN
AN
AN
RATA
SAMPI
BAGI
SAMPIN
KETEBA
1
PAVI
2
NG
3
BLOC
4
K
5
6
75%
7
ABU
8
VULKA
9
10 NIK
1
PAVING
2
BLOCK
3
100%
4
ABU
5
6
VULKA
7
NIK
8
9
10
(Sumber : Data Primer)
4.1.3
BER
BER
ABSORB RAT
AT
AT
SI
VARIAS JENIS
1 PAVING
V1S8
2,272
2,425
6,73
2
V1S9
2,431
2,515
3,45
3 BLOC
V1S4
2,626
2,795
6,43
4
V1S10 2,545
2,672
4,99
5 K
V1S6
2,573
2,692
4,62
1 PAVING
V2S1
2,340
2,503
6,96
2
V2S2
2,499
2,656
6,28
3 BLOCK
V2S3
2,495
2,733
9,53
4
V2S4
2,393
2,590
8,23
5 25%
V2S5
2,427
2,618
7,87
1 PAVING
V3S1
2,520
2,655
5,35
2
V3S2
2,504
2,593
3,55
3 BLOCK
V3S3
2,387
2,538
6,32
4
V3S4
2,610
2,736
4,82
5 50%
V3S6
2,481
2,552
2,86
1 PAVING
2
3 BLOCK
4
5 75 %
V4S(11 PAVING
2
3 BLOCK
4
5 100 %
V5S(1(Sumber : Data Primer dan SNI 03-0691-1996 )
5.24
8
7
6
7.778
A5,248
7,778
4,558
4.558
3
2
1
0
0
0
25
75
50
100
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Komposisi Debu Vulkanik dan Daya Serap
Paving Block
Dari grafik komposisi paving block yang diuji, nilai penyerapan air
terbesar terjadi pada paving block dengan debu vulkanik 25% dengan nilai
penyerapan air sebesar 7,778% dan nilai penyerapan air terkecil terjadi pada
batako debu vulkanik 50% dengan nilai penyerapan air sebesar 4,585%. Jadi
dari 3 variasi paving block ini telah memenuhi syarat penyerapan air menurut
ketentuan SNI 03-0691-1996. Namun pada paving block dengan debu
vulkanik 75 % dan 100 %, penyerapan air tidak dapat dihitung karena paving
block yang hancur.
4.1.4
penelitian ini
No
JENIS
sebagai
berikut:
LUAS
PENAMPANG
MASSA
PAVING
BLOCK (kg)
1 4.4 Hasil
V1S1Pengujian Kuat
0,25Tekan Paving0,248
Tabel
Block
BEBAN
TEKAN
(KN)
KUAT
TEKAN
(MPa)
50
20
V1S2
0,25
0,244
48
19,2
V1S3
0,25
0,253
58
23,2
V1S4
0,25
0,250
40
16
V1S5
0,25
0,252
47
18,8
V1S6
0,25
0,249
40
16
18,867
V2S1
0,25
0,242
29
11,6
V2S2
0,25
0,236
28
11,2
V2S3
0,25
0,235
35
14
V2S4
0,25
0,229
33
16
V2S5
0,25
0,232
30
13,2
V2S6
0,25
0,221
20
11,6
12,933
V3S1
0,25
0,321
40
16
V3S2
0,25
0,348
48
19,2
V3S3
0,25
0,351
52
20,8
V3S4
0,25
0,330
46
18,4
V3S5
0,25
0,327
48
19,2
V3S6
0,25
0,342
30
12
Variasi ke
4 dengan
abu
vulkanik
Variasi ke
5 dengan
abu
vulkanik
18.867
1
2
1
0
8
6
12.933
17.6
0
0
25
50
0
75
100
125
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Komposisi Debu Vulkanik dan Kuat Tekan
Paving Block
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Kuat tekan tertinggi terdapat
pada paving block normal sebesar 18,867 MPa. Namun pada paving block
dengan komposisi debu vulkanik 50 % mengalami kenaikan kuat tekan yaitu
17,6 MPa dibandingkan dengan paving block dengan komposisi debu vulkanik
25% yang hanya mempunyai nilai kuat tekan sebesar
12,933 MPa. Dan pada paving block dengan komposisi debu vulkanik 75% dan
100% tidak dapat diuji kuat tekannya karena paving block telah hancur
sebelum diuji. Menurut SNI 030691-1996, untuk paving block variasi 1 (paving block normal) dan paving
block dengan komposisi debu vulkanik 50% termasuk kedalam bata beton
(paving block) mutu B dengan syarat minimal kuat tekan 17 MPa, dan ratarata 20 MPa. Paving block tipe ini cocok digunakan untuk peralatan parkir.
Sedangkan untuk paving block dengan komposisi debu vulkanik 25% termasuk
kedalam bata beton (paving block) mutu C dengan syarat minimal kuat tekan
sebesar 12,5 MPa, dan rata-rata 15 MPa. Paving block tipe ini cocok digunakan
untuk pejalan kaki.
4.1.5
Natrium Sulfat
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Ketahanan Terhadap Natrium Sulfat
No
Variasi
Jenis
Massa
Massa
Selisi
Kehilan Keadaan
Sebelum
Setelah
Benda
Direnda
Direnda
Berat
-an
Uji
m Dalam
m Dalam
Pavin
Berat
Setelah
V2S3
2,420
2,410
0,010
0,413
Cacat
V3S4
2,527
2,511
0,016
0,633
Baik
Paving
block
Paving
2
block
Paving
block
Paving
2
Hancur
block
dengan debu
Massa
Sebelum
Setelah
Berat
Massa
Jenis
n (gr)
dan
a Aus
Sesudah
Kepala
22
2,3125 (menit)
5
a-
Paving
V1S1
133
111
Block
V1S2
122
94
28
2,3125
25
V1S3
103
86
17
2,3125
25
V1S4
92
67
25
2,3125
25
V1S5
106
90
16
2,3125
25
2,5
25
Norma
l
25
116
103
Rata
13
Ketah
nan
Paving
V2S1
135
117
18
2,5
25
Block
V2S1
95
79
16
2,5
25
V2S1
74
61
13
2,5
25
V2S1
109
92
17
2,5
25
Dengan
0,493
Rata
Paving
V3S1
128
108
20
2,0625
25
Block
V3S2
103
92
11
2,0625
25
Vulkanik
V3S3
105
100
2,0625
25
50
V3S4
115
106
2,0625
25
V3S5
97
91
2,0625
25
Block
Dengan
Abu
-Rata
-
Paving
Block
Dengan
Abu
0,396
-Rata
-
Rata
0
1
0.9
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
Hu
bu
Block
ng
an
An
tar
a
0.747
Ko
m
po
0.493
sisi
0.396
De
bu
Vu
lka
ni
de
ng
25
50
100
125
75
an
mm/meni
t.
Untuk paving block dengan subtitusi debu vulkanik 25 %, terlihat bahwa
paving block tanpa
ketahanan
aus
substitusi
debu
vulkanik
mempunyai
nilai
didapat tidak memenuhi standart paving block mutu C menurut SNI 030691-1996 yaitu ketahanan aus minimal 0,184 mm/menit dan rata-rata
0,160 mm/menit.
Untuk paving block dengan subtitusi debu vulkanik 50 %, terlihat bahwa
paving block tanpa
ketahanan
aus
substitusi
debu
vulkanik
mempunyai
nilai
didapat tidak memenuhi standart paving block mutu B menurut SNI 030691-1996 yaitu ketahanan aus minimal 0,149 mm/menit dan rata-rata
0,130 mm/menit. Untuk paving block dengan substitusi debu vulkanik
75% dan 100% tidak dapat diuji karena hancur.
c. Dari grafik komposisi paving block yang diuji, nilai penyerapan air
terbesar terjadi pada paving block dengan debu vulkanik 25% dengan
nilai penyerapan air sebesar
7,778% dan nilai penyerapan air terkecil terjadi pada batako debu
vulkanik 50% dengan nilai penyerapan air sebesar 4,585%. Jadi dari
3 variasi paving block ini telah memenuhi syarat penyerapan air
menurut ketentuan SNI 03-0691-1996. Namun pada paving block
dengan debu vulkanik 75 % dan 100 %, penyerapan air tidak dapat
dihitung karena paving block yang hancur.
d.
Dari grafik Kuat tekan dapat diketahui bahwa Kuat tekan tertinggi
terdapat pada paving block normal sebesar 18,867 MPa. Namun pada
paving block dengan komposisi debu vulkanik 50 % mengalami kenaikan
kuat tekan yaitu 17,6 MPa dibandingkan dengan paving block dengan
komposisi debu vulkanik 25% yang hanya mempunyai nilai kuat tekan
sebesar 12,933 MPa. Dan pada paving block dengan komposisi debu
vulkanik 75% dan 100% tidak dapat diuji kuat tekannya karena
paving block telah hancur sebelum diuji. Menurut SNI 03-0691-1996,
untuk paving block variasi 1 (paving block normal) dan paving block
dengan komposisi debu vulkanik 50% termasuk kedalam bata beton
(paving block) mutu B dengan syarat minimal kuat tekan 17 MPa, dan
rata-rata 20
%, terlihat benda uji terlihat retak dan rapuh, namun kehilangan berat
paving block tersebut tidak melebihi 1 %, tapi tetap dinyatakan benda
uji tersebut cacat menurut SNI 03-0691-1996. Untuk paving block
dengan subtitusi debu vulkanik 50 %, terlihat benda uji tidak terlihat
retak dan rapuh, dan kehilangan berat paving block tersebut tidak
melebihi 1 %, dan dinyatakan benda uji tersebut baik menurut SNI 0306911996. Untuk paving block dengan substitusi debu vulkanik 75% dan
100% tidk dapat diuji karena hancur.
f. Dari grafik hasil pengujian ketahanan aus, terlihat bahwa paving
block tanpa
block tanpa
BAB
V
KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh dan dari hasil pembahasan yang
telah dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a.
b. Kuat tekan terbesar adalah pada paving block normal yaitu sebesar
18,867 Mpa.
Namun pada komposisi debu vulkanik 50 % Kuat tekannya
mengalami kenaikan dibandingkan paving block dengan komposisi 25
%.
c.
d.
paving block
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan sebelumnya maka
disarankan sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan kualitas yang baik, ketelitian, perencanaan, metode
pekerjaan, alat dan bahan hingga perawatan haruslah dilakukan dengan
baik dan sesuai dengan panduan.
b. Begitu
banyaknya
diharapkan
keterbatasan
pada
penelitian
ini,
sehingga
berikut:
1) Pemilihan material sangat berpengaruh dengan mutu paving block
yang akan di uji, termasuk kadar lumpur pada material pasir dapat
menuruknan mutu beton dan
DAFTAR PUSTAKA