Anda di halaman 1dari 14

3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Vitamin D
2.1.1 Definisi vitamin D
Vitamin D tergolong vitamin yang mudah larut dalam lemak dan merupakan
prahormon jenis sterol. Vitamin D merupakan kelompok senyawa sterol yang terdapat
di alam, terutama pada hewan, tetapi juga ditemukan pada tumbuhan dan ragi.
Vitamin D terdiri dari dua jenis, yaitu vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3
(kholekalsiferol). Ergokalsiferol biasanya terdapat dalam steroid tanaman, sedangkan
kholekalsiferol terdapat pada hewan. Kedua jenis vitamin D tersebut memiliki
struktur kimia berbeda, namun fungsinya identik. Prekursor vitamin D terdapat dalam
bentuk 7-dehidrokolesterol dan ergosterol. Keduanya membutuhkan radiasi sinar
ultraviolet untuk mengubahnya ke dalam bentuk provitamin D3 (kholekalsiferol) dan
D2 (ergokalsiferol). Kedua provitamin ini membutuhkan konversi menjadi bentuk
aktifmya

melalui

penambahan

dua

gugus

hidroksil

membentuk

1,25-

dihydroxyvitamin D3( 1,25(OH)2D3.1


2.1.2 Manfaat Vitamin D
Vitamin D2 dan D3, memiliki nilai antirachitis pada manusia, anjing, babi,
tikus, ruminansia, dan sebagainya. Vitamin D berfungsi dalam homeostasis kalsiumfosfor bersama dengan hormon paratiroid dan calcitonin. Kalsium dan fosfor sangat
diperlukan dalam proses-proses biologik. Kalsium penting untuk kontraksi otot,
transmisi impul syaraf, pembekuan darah dan struktur membran. Vitamin D juga
berperan sebagai kofaktor bagi enzim-enzim, seperti lipase dan ATP-ase. Fosfor
memegang peranan penting sebagai komponen DNA dan RNA, fosforilasi protein
penting untuk pengaturan jalur-jalur metabolik. Kalsium dan Fosfor serum pada kadar
tertentu penting untuk mineralisasi tulang secara normal.4

2.1.3 Regulasi Vitamin D


Vitamin D dalam tubuh kita berasal dari dua sumber yaitu yang berasal dari
makanan baik dari tumbuh-tumbuhan (vitamin D2 = ergokalsiferol) maupun dari
hewan (vitamin D3 = kolekalsiferol), dan yang diebntuk dikulit. Di daerah tropis, kulit
kita cukup menghasilkan vitamin D, tetapi didaerah jauh dari equator, asupan vitamin
D dari luar sangat penting.5
Vitamin D yang dibentuk di kulit yaitu vitamin D3 (7 dehidrokolesterol) akan
mengalami dua kali hidroksilasi sebelum menjadi vitamin D yang biologis aktif yaitu
1,25-dihydroxyvitamin D3 atau kalsitriol, yang lebih tepat disebut suatu hormon
daripada vitamin. Hidroksilasi vitamin D dalam tubuh terjadi sebagai berikut: 1).
Hidroksilasi pertama terjadi di hati oleh enzim 25-hidroksilase menjadi 25hidroksikolekalsiferol yang kemudian dilepas ke darah dan berikatan dengan suatu
protein (vitamin D binding protein) selanjutnya diangkut ke ginjal; 2). Hidroksilasi
kedua terjadi diginjal yaitu oleh enzim 1-alpha-hydroxylase sehingga 25hidroksikolekalsiferol menjadi 1,25-dihidroksikolekalsiferol atau kalsitriol yang
merupakan suatu hormon yang berperan penting pada metabolisme kalsium.5
Peranan hormon paratiroid dalam kaitan dengan perubahan metabolisme
vitamin D adalah dalam perubahan dari 25-hidrovitamin D menjadi 1,25dihidroksivitamin D atau kalsitriol diginjal. Pada keadaan dimana terjadi hipokalsemi,
maka kelenjar paratiroid akan melepaskan hormon paratiroid lebih banyak dan
hormon

ini

akan

merangsang

ginjal

menghasilkan

lebih

banyak

1,25-

dihidroksivitamin D atau kalsitriol.5 Membran sel kelenjar paratiroid mengandung


sensor kalsium yang dapat mendeteksi kadar kalsium darah. Aktivasi reseptor kalsium
terjadi bila kadar kalsium darah tinggi, menyebabkan pelepasan fosfolipase A2, asam
arakidonat, dan leukotrien. Leukotrien menginhibisi sekresi hormon paratiroid
melalui degradasi 90% granul sekretori yang mengandung bentuk preformed hormon
paratiroid. Aktivasi reseptor kalsium tidak akan terjadi bila kadar kalsium darah
rendah. Hormon paratiroid bekerja dengan berikatan dengan reseptor membran sel

organ target, yaitu reseptor hormon paratiroid 1 di ginjal dan tulang. Hormon
paratiroid meningkatkan reabsorbsi kalsium dengan mempermudah pori kalsium di
tubulus distal ginjal terbuka. Hormon paratiroid meningkatkan degradasi tulang
dengan bekerja pada osteoblast melalui RANKL di tulang. Efek kalsitonin terhadap
kalsium bertentangan dengan efek hormon paratiroid. Kalsitonin menginhibisi
aktivitas osteoklast, mengurangi resorpsi tulang, dan meningkatkan ekskresi kalsium
melalui ginjal, jadi fungsi kalsitonin menurunkan kadar kalsium darah.2
Fungsi dari kalsitriol ini adalah meningkatkan kadar kalsium dan fosfat
plasma, dengan demikian mempertahankan agar mineralisasi tulang tetap terjamin
Kalsitriol akan berikatan dengan protein sebelum diedarkan ke organ tubuh lain
(Calcium binding protein (CaBP) atau kalbindin). Dalam sel tubuh, reseptor nuklear
yang spesifik akan mengurai ikatan tersebut dan melepaskan protein ke dalam darah,
sedangkan vitamin D akan tetap berada di dalam sel. Organ yang memiliki reseptor
nuklear spesifik di antaranya adalah tulang, kulit, otat lurik, kardiomiosit, sel
endotelial vaskular, monosit, dan limfosit T dan B yang aktif yang mana kalsitriol
menjalankan fungsinya dengan berikatan dengan vitamin D reseptor. Vitamin D
bekerja pada tiga alat. Pada usus, kalsitriol meningkatkan penyerapan kalsium dan
posfat dan dianggap sebagai fungsi pertama kalsitriol dalam metabolisme kalsium.
Kalsitriol akan berikatan dengan VDR di usus halus. Kompleks kalsitriol VDR
berikatan lagi dengan retinoic acid X receptor (RXR) di nukleus dan kompleks
kalsitriol-VDR-RXR ini kemudian berikatan dengan vitamin D responsive element
(VDRE) kalsium epitel.2 Namun, pada keadaan hipokalsemi berat, misalnya pada
pasca tiroidektomi yang mengakibatkan kelenjar paratiroid ikut terangkat, pemberian
kalsium oral tidak cukup untuk memperbaiki kadar kalsium tanpa penambahan
vitamin D.5
Pada tulang, vitamin D mempunyai reseptor pada sel osteoklas, oleh karena
itu vitamin D mempunyai efek langsung pada tulang yang kerjanya mirip dengan
hormon paratiroid yaitu mengaktifkan reabsorbsi kalsium dari tulang dengan jalan
mengaktifkan sel osteoklas.5 Vitamin D juga meningkatkan transkripsi osteoklas,

mempunyai pengaruh bidirectional pada kolagen tipe 1 dan transkripsi gen fosfatse
alkaline. Juga meningkatkan fusi precusor monosit pada osteoblast.2 Sebaliknya,
kalsitonin baru akan dilepaskan bila terjadi hiperkalsemi dan sekresi akan berhenti
bila kadar kalsium menurun atau hipoklasemi. Pemberian intravena kalsitonin akan
menyebabkan penurunan secara cepat kalsium plasma dan fosfat plasma melalui
pengaruh kalsitonin pada tulang dengan menghambat osteoklas. Osteoklas dibawah
pengaruh kalsitonin akan mengalami perubahan morfologi. Dalam beberapa menit
osteoklas akan menghentikan aktivitasnya kemudian mengkerut dan menarik ruffled
border dari permukaan tulang.5
Pada ginjal sendiri kalsitriol menurunkan reabsorpsi kalsium di tubuli ginjal. 5
Reseptor kalsitonin selain terdapat pada sel osteoklas juga terdapat pada sel tubulus
proksimal ginjal sehingga kalsitonin mempunyai peranan pada ginjal. Pada ginjal
kalsitonin akan meningkatkan ekskresi fosfat melalui hambatan absorbsi fosfat,
mempunyai efek natriuresis ringan sehingga ekskresi kalsium oleh ginjal dapat
meningkat namun hal ini tidak memberikan efek pada kalsium plasma.5

Gambar 1. Regulasi Vitamin D

Sumber: N Eng J Med .2007.

2.2 Defisiensi Vitamin D


2.2.1 Kadar normal vitamin D dalam serum
Kadar calcidiol dalam darah dibagi menjadi tiga golongan: kadar >30 ng/mL
(75 nmol/L) digolongkan normal; kadar 20-30 ng/mL (50- 75 nmol/L) digolongkan
sebagai insufisiensi vitamin D; sedangkan kadar <20 ng/mL (<50 nmol/L)
digolongkan sebagai defisiensi vitamin D. Tes laboratorium terbaik untuk menilai
kadar vitamin D dalam darah adalah dengan mengukur kadar 25-hydroxyvitamin D3
(calcidiol) dalam darah. Konsentrasi calcidiol mencerminkan jumlah vitamin D yang
bersirkulasi dalam darah selama 15 hari setelah pembentukannya, baik diproduksi
dari kulit maupun diperoleh dari makanan atau suplemen. Namun, kadar calcidiol
tersebut tidak mencerminkan kadar vitamin D yang disimpan di dalam sel dan
jaringan tubuh. Dibandingkan dengan calcidiol, 1,25-dihydroxyvitamin D3
(calcitriol) hanya ada dalam sirkulasi darah selama 15 jam dan konsentrasinya sangat
dipengaruhi oleh hormone paratiroid, kalsium, dan fosfat. Oleh karena itu, calcitriol
tidak dapat dijadikan indikator kadar vitamin D dalam darah.6

2.2.2 Faktor penyebab defisiensi Vitamin D


Defisiensi Vitamin D dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor.
Penyebab defisiensi vitamin D antara lain penurunan pembuatannya, kurangnya
asupan, penurunan cadangan, malabsorbsi atau peningkatan degradasi 25 (OH)D
(Lihat tabel 1).7
Penyebab penurunan pembuatan vitamin D dapat dibedakan menjadi
beberapa hal, antara lain: warna kulit yang gelap, penggunaan tabir surya, berpakaian
tertutup dan berlindung ditempat teduh (shade). Disamping itu penurunan pembuatan
vitamin D juga dapat disebabkan faktor geografi seperti, musim, letak garis lintang,
cemaran udara, kabut/awan dan kelembapan.7
Warna kulit merupakan faktor yang berperan untuk pembentukan vitamin D
secara alami. Makin gelap warna kulit seseorang, makin lama waktu yang diperlukan
untuk membentuk vitamin D dibandingkan mereka yang warna kulitnya lebih cerah
untuk mendapat respons yang sama.7
Tabel 1. Penyebab Defisiensi Vitamin D
Kurangnya Intake
Tidak adekuatnya asupan makanan yang mengandung vitamin D
Malnutrisi
Paparan sinar matahari yang terbatas
Gastrointestinal
Malabsorbsi (misalnya pada short bowel syndrome, pankreatitis,
inflamatory bowel disease, amyloidosis, celiac sprue, dan malabsorptive
bariatric surgery procedures)
Hepatic
Beberapa pengobatan antiepilepsi (meningkatkan aktivitas 24-hydroxylase)
Penyakit hati yang berat (menurunkan aktivitas 25-hydroxylase)
Renal
Penuaan (menurunkan aktivitas 1- hydroxylase)
Renal insufficiency, glomerular filtration rate <60% (menurunkan aktivitas
1- hydroxylase)
Sinsroma neprotik (menurunkan tingkatan binding protein vitamin D
Sumber: Review of current knowledge and recommendations dikutip dari National
Journal of Medicine,2013

Penggunaan tabir surya akan menyerap UV-B dan UV-A, sehingga mencegah
dan menghambat UV-B masuk ke kulit. Penggunaan tabir surya dengan sun protector
factor (SPF) akan mengurangi kemampuan pembentukan vitamin D sebanyak 95%,
sedangkan SPF 15 dapat berkurang 98%. Orang dewasa yang menggunakan tabir
surya (2) mg/cm2, akan menyebabkan penurunan pembuatan vitamin D sebanyak
95%.7
Tabel 2. pemeriksaan laboratorium dan radiologis pada defisiensi vitamin D
Laboratorium
Penurunan ekskresi kalsium urin dalam 24 jam (tanpa penggunaan thiazide)
Peningkatan hormon paratiroid
Peningkatan total/ tulang alkaline fosfatase
Penurunan serum kalsium atau serum posfor
Radiology
Penurunan bone mineral density (osteopenia atau osteoporosis)
Nontraumatic fracture
Skeletal pseudofracture
Sumber: Sumber: Review of current knowledge and recommendations dikutip dari National
Journal of Medicine,2013

2.2.3 Penyakit yang berhubungan dengan defisiensi vitamin D


Osteoporosis dan fraktur
Kalsium penting bagi pembentukan tulang, jika kalsium tubuh kurang maka
tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh
lain, termasuk yang ada di tulang. Kebutuhan akan kalsium harus disertai dengan
asupan vitamin D yang didapat dari sinar matahari pagi, tanpa vitamin D kalsium
tidak mungkin diserap usus.8
Sekitar 33% perempuan berusia antara 60-79 tahun dan 66% dari padanya
yang berusia 80 tahun menderita osteoporosis.9 Diperkirakan 47% perempuan dan
22% laki-laki berusia 50 tahun ke atas akan mengalami fraktur osteoporotic
sepanjang hidupnya. Hasil meta-analisis tujuh randomized controlled trial yang

10

menilai resiko fraktur pada orang tua yang diberi vitamin D3 400 IU/hari
menunjukkan tidak adanya manfaat suplementasi vitamin D tersebut. 9 Penelitian lain
di Perancis sebanyak 3270 orang lansia yang diberi 120 mg/hari ion kalsium dan 800
IU/hari vitamin D3 selama 3 tahun menunjukkan pengurangan resiko fraktur pinggul
43% dan yang nonvertebral sebanyak 32%.7 Penelitian di 389 orang lansia perempuan
sehat selama 3 tahun yang membandingkan antara placebo dan 700 IU/ hari vitamin
D3 ditambah ion kalsium 500 mg/hari menunjukkan pada kelompok tersebut terdapat
13% fraktur nonvertebral dibandingkan 6% dikelompok perlakuan dengan p=0,02
dan odd ratio 0,46. Hasil Bone Mass Density (BMD) juga menunjukkan adanya
perbaikan dileher femur, tulang belakang, dan BMD seluruh tubuh selama 3 tahun
penelitian.8
Keganasan
Seseorang yang tinggal didaerah dengan pajanan sinar matahari rendah akan
mendapatkan resiko terkena berbagai macam keganasan dibandingkan dibandingkan
dengan orang yang tinggal didaerah dengan pajanan yang tinggi. 10 Penelitian kasus
oleh lin et al menunjukkan ada hubungan antara kadar vitamin D dan kanker
payudara pada perempuan pasca menopause. Hipotesis yang diajukan adalah apakah
kemampuan vitamin D yang mengatur antiproliferasi dan prodiferensiasi sel manusia
dapat mengekspresikan reseptor vitamin D.11 Data dari 980 orang perempuan
menunjukkan semakin tinggi aasupan vitamin D akan mengurangi sebanyak 50%
resiko kanker payudara bila dibandingkan dengan mereka yang berasupan rendah. 12
Keganasan yang paling sering dihubungkan dengan kerendahan kadar vitamin D
adalah kanker payudara, usus, dan prostat.13
Penelitian Women Health Initiative menunjukkan perempuan yang berkadar
25 (OH)D <12 ng/ml (30 nmol/L) berkemungkinan terkena penyakit kanker
kolorektal 25% setelah masa waktu delapan tahun. 13 Penelitian pada laki-laki yang
menderita kanker prostat menunjukkan bahwa penyakit mereka timbul antara 3-5

11

tahun lebih lambat daripada yang bekerja diluar rumah dibandingkan yang
berkegiatan didalam.14
Penyakit kardiovaskular
Pasien tekanan darah tinggi yang diberi pajanan sunar UV-B mengalami
penurunan tekanan darah dibandingkan dengan pasien yang sama yang dipajan
dengan sinar UV-A. penelitian yang dilakukan Holick et al menunjukkan individu
dengan hipovitaminosis D mengalami kejadian infark miokard lebih banyak
dibandingkan dengan yang berkadar vitamin D dalam darah yang normal. Hipotesis
yang diajukan mengenai kondisi tersebut adalah bahwa ada pengaruh vitamin D
dengan pengeluaran renin, kemampuan vitamin D untuk memperlambat proliferasi
sel otot polos vascular, menurunkan kadar kolesterol Low Density Lipoprotein
(kolesterol LDL) dan meningkatkan kadar kolesterol High Density Lipoprotein
(kolesterol HDL).7
Vitamin D berfungsi sebagai imunoregulator yang dimediasi oleh reseptor
vitamin D yang terdapat pada sel-sel imun. Dalam peranannya sebagai
imunomodulator, vitamin D menghambat maturasi

antigen-presenting cell,

angiogenesis, dan proliferasi sel-sel otot polos pembuluh darah. Selain itu, vitamin D
juga menurunkan aktifitas NF-jB, produksi IL-6, IL-12, INF-c, dan TNF-, yang
akhirnya menurunkan proses inflamasi. Sebagai proteksi terhadap aterosklerosis,
vitamin D berperan menekan ekspresi matrix metalloproteinase (MMPs). MMPs
merupakan enzim jaringan ikat yang disekresi oleh makrofag yang teraktivasi selama
proses inflamasi, berperan dalam remodeling dinding pembuluh darah serta
miokardium. Selain itu, MMPs juga akan merusak jaringan kolagen dalam lesi
aterosklerosis dan menyebabkan ruptur aterosklerosis yang kemudian akan menjadi
trombosis.15
Li, dkk. mengeksplorasi mekanisme hubungan vitamin D dengan RAAS pada
binatang. Hipotesisnya adalah vitamin D memiliki fungsi regulasi endokrin pada
biosintesis renin. Mereka menemukan peningkatan renin mRNA dan protein pada

12

ginjal ketika reseptor vitamin D dan 25-hydroxyvitamin D3 1a-hydroxylase


dihambat, yang mengindikasikan bahwa vitamin D diperlukan dalam mengatur
produksi renin; selain itu kadar angiotensin II juga meningkat pada penghambatan
reseptor vitamin D, sementara kadar angiotensinogen di hati tidak berbeda dengan
tikus normal, menandakan bahwa peningkatan kadar angiotensin II disebabkan oleh
peningkatan aktivitas renin. Disregulasi RAAS dapat mengakibatkan hipertensi serta
hipertrofi jantung. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa 1,25-dihydroxyvitamin
D3 secara langsung menghambat aktivasi gen renin dan supresi ini tidak tergantung
pada metabolisme calcium. Selain itu vitamin D juga berperan penting pada
hemostasis reno-kardiovaskular dengan bekerja sebagai regulator negatif RAAS.15
Penelitian epidemiologis di 27 negara eropa menunjukkan angka kematian
penyakit serebrovaskular pada perempuan berkisar antara 20/100.0000 pada 36o LU
samapi 130/100.000 pada 60o LU, sedangkan pada laki-laki berkisar antara
50/100.000 pada 36o LU sampai 270/100.000 60o LU. Angka kejadian penyakit
serebrovaskular berbanding terbalik dengan kadar 25(OH) vitamin D yang berkisar
antara 39 ng/mL pada 10o LU. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di
Skotlandi apada musim panas lebih rendah 30% dibandingkan dengan kejadian pada
musim dingin. Hasil yang serupa juga dijumpai dalam penelitian yang dilakukan di
Australia.5
Penelitian yang dilakukan Giovannucci et al terhadapa 47.000 orang laki-laki
beruasia antara 4075 tahun menunjukkan bahwa kadar serum 25(OH)D yang
meningkat 2 kali lipat akan menurunkan resiko terkena penyakit kardiovaskular
sebanyak 50%.16 Penelitian ini diperkuat dengan kajian Dobnig et al yang
menunjukkan pada orang dengan kadar 25(OH) D >28 ng/ml, 8 % meninggal karena
penyakit kardiovaskular, sedangakan pada orang dengan kada 25(OH)D <8 ng/ml
sebanyak 25% meninggal akibat penyakit kardiovaskular.17
Penelitian Wang et al pada 1739 orang subjek dengan rereata usia 59 tahun
terdiri dari 55% perempuan dan 45% laki-laki tanpa beriwayat penyakit
kardiovaskular menunjukkan hasil sebanyak 120 orang mengalami gangguan

13

kardiovaskular dengan kadar 25(OH)D <15 ng/dl dibandingkan dengan subjek yang
memiliki kadar 25(OH)D >15ng/dl.18
Penyakit diabetes mellitus tipe 1 dan 2
Keberadaan reseptor vitamin D di sel beta pankreas menimbulkan hipotesis
mengenai hubungan polimorfisme terhadap kerentanan genetic seseorang untuk
mengalami penyakit DM tipe 1 atau hipovitaminosis D sebagai faktor resiko
penyebab

terjadinya

peneyakit.

Penelitian

menegenai

hipotesis

ini

masih

diperdebatkan. Penelitian di florida pada 415 individu menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara hipovitaminosis D dengan penyakit DM tipe 1.
Penelitian lainnya juga menunjukkan pada 1645 individu tidak memiliki hubungan
antara hipovitaminosis D terhadap kejadian diabetes mellitus tipe 1. Sedangkan pada
penelitian metaanalisis menunjukkan hubungan antara penyakit DM tipe 2 dengan
kadar vitamin D. Mekanisme yang mungkin mendasarai hal tersebut adalah vitamin
D merangsang sel beta secara langsung dan melalui peranya dalam kadar kalsium di
sel beta pancreas menyebabkan peningkatan sekresi insulin. Diduga vitamin D juga
meningkatkan ambilan glukosa di perifer dan meningkatkan kepekaan insulin, selain
itu defisiensi vitamin D juga diduga menyebabkan deplesi sel endothel progenitor dan
disfungsi endotel di pasien DM tipe 2.9 Penelitian Yiu et al pada 280 orang pasien
dengan DM tipe 2 didapatkan bahwa sebanya 34,3% pasien menderita defisiensi
vitamin D.
Penyakit autoimun
Vitamin D berperan sebagai imunomodulator alami. Penelitian menunjukkan
peran vitamin D dalam kejadian penyakit autoimun seperti diabetes mellitus, multiple
sclerosis, rematoid arthritis dan penyakit chrone. 10,18 Mekanisme yang mendasari
anatara lain 1,25 (OH)D merangsang imunitas alami dengan mengaktivasi makrofag
untuk menghasilkan cathelicidin yang berpeptida antimikroba. Vitamin D juga
menekan imunitas adaptif dengan menghambat maturasi sel dendrit, mengurangi

14

kemampuan untuk menunjukkan sel CD4. Defisiensi vitamin D juga menghambat


proliferasi dan diferensiasi sel CD4 menjadi Th1 dan Th17 dan hasilan Th2.5,10,18
Penyakit infeksi
Defisiensi vitamin D dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi, seperti:
tuberculosis, HIV dan penyakit lain yang terkait saluran pernapasan. Pada pasien
tuberculosis (TB) sering dijumpai kadar 25(OH)D yang rendah, tetapi pada pasien
dengan kadar 25(OH)D yang berkecukupan memiliki dampak perlindungan yaitu
perubahan uji tuberculin. Hal ini menyokong hipotesis bahwa batasan vitamin D
merupakan faktor resiko TB. Penelitian Laaksi et al di Finlandia menunjkkan bahwa
individu yang mendapat suplementasi vitamin D 400 IU/hari selama enam bulan,
memiliki angka terkena infeksi saluran atas yang tidak bermakna dibandingkan
dengan kelompok pembanding. Penelitian yang dilakukan Bergman et al
menunjukkan suplementasi vitamin D satu kali per hari berdampak melindungi
terhadap infeksi saluran pernapasan. Peran vitamin D pada pencegahan dan
pengobatan infeksi kemungkinan disebabkan oleh pengaruh imunitas tubuh,19 Selain
itu juga mempengaruhi pengeluaran peptide antimikroba endogen seperti cathelicidin
dan mengatur kaskade inflamasi.6 Kekerapan defisiensi vitamin D pada pasien HIV
cukup tinggi di Negara Eropa Utara, Tengah, dan Selatan, serta Israel. Kondisi
tersebut berhubungan dengan resiko peningkatan kematian pasien HIV.
Beberapa ahli telah menemukan hubungan antara kadar vitamin D dalam
tubuh rendah dan kemampuan pertahanan tubuh terhadap infeksi M.Tuberculosis
yang rendah. Metabolit aktif vitamin D adalah 1,25-dihidroksivitamin D [1,25(OH)2D], suatu hormon imunomodulator yang berperan penting pada sistem imun.
Hormon tersebut akan meningkatkan regulasi innate (natural) immunity melalui
fagositosis oleh monosit atau makrofag serta menurunkan regulasi acquired immunity
melalui inhibisi ekspresi MHC kelas II oleh antigen presenting cell, menghambat
proliferasi limfosit dan produksi imunoglobulin. Vitamin D merupakan salah satu

15

mediator yang dapat menghambat pertumbuhan M. tuberculosis di dalam makrofag


dan monosit.20,21
Kerentanan terhadap TB adalah poligenik, melibatkan multikandidat gen yaitu
varian dari gen major histocompatibility complex (MHC) dan non-MHC. Gen reseptor
vitamin D (RVD) merupakan salah satu gen kandidat penting dari gen non-MHC
yang berperan pada kejadian TB. Varian polimorfisme dari gen RVD telah dianggap
penting hubungannya dengan kerentanan dan resistensi terhadap TB paru. Vitamin D
akan memberikan efek setelah berinteraksi dengan RVD yang merupakan suatu
reseptor hormon inti. Reseptor vitamin D (RVD) adalah ligand-activated
transcription factor yang terdapat pada sel monosit, limfosit T, dan limfosit B.
Beberapa polimorfisme gen RVD telah diindentifikasi, yaitu FokI pada ekson II, Ta qI
pada ekson IX, BsmI dan ApaI terletak di intron antara ekson VIII dan IX. Perubahan
ekspresi mRNA RVD diperlihatkan dengan varian genotipe dari gen RVD.Varian
polimorfisme gen RVD dipengaruhi oleh suku bangsa dan geografi.20,21,22
2.2.4 Asupan vitamin D
Referensi asupan vitamin D pada tiap orang berbeda-beda. Banyak hal yang
mempengaruhi asupan vitamin D, seperti tempat tinggal, warna kulit, paparan sinar
matahari, dan lain sebagainya. Berikut adalah data kebutuhan suplemen vitamin D
yang dianjurkan oleh food and nutrition board.23
Tabel 2. Rekomendasi kebutuhan asupan nutrisi vitamin
Life stage
group
0 to 12 m.o
1 to 13 y.o
14-18 y.o
19-50 y.o

Male

Female

400 IU (10
mcg)
600 IU (15
mcg)
600 IU (15
mcg)
600 IU (15

400 IU (10 mcg)

Pregnancy

Lactation

600 IU (15
mcg)
600 IU (15

600 IU (15
mcg)
600 IU (15

600 IU (15 mcg)


600 IU (15 mcg)
600 IU (15 mcg)

16

51-70 y.o
>70 y.o

mcg)
600 IU (15
mcg)
800 IU (20
mcg)

mcg)

mcg)

600 IU (15 mcg)


800 IU (20 mcg)

Sumber: Institute of medicine dikutip dari medlineplus.gov

Selain bisa didapat dari suplemen dan paparan matahari, kebutuhan vitamin D
biasanya berasal dari asupan makanan. Berikut beberapa makanan yang dapat
merupakan sumber dari vitamin D.23
Tabel 3.Beberapa sumber makanan yang mengandung vitamin D
Food
IU/servings
Cod liver oil, 1 tablespoon
1.360
Swordfish,cooked,3ounces
566
Salmon, cooked, 3 ounces
447
Tuna fish, 3 ounces
154
Orange juice fortified with vitamin D, 1 cup 137
Milk, 1 cup
115-124
Yogurt, 6 ounces
80
Margarine, 1 tablespoon
60
Sardines, 2 sardines
46
Liver, beef, 3 ounces
42
Egg, 1 egg
41
Ready to eat cereal (OAT)
40
Cheese, 1 ounce
6
Sumber: Institute of medicine dikutip dari medlineplus.gov

Anda mungkin juga menyukai