Anda di halaman 1dari 5

Nama: Mutiara Zahroh

NPM : 1306394000
Hukum Administrasi Daerah
S1 Paralel
TAKE HOME TEST
1. Bagaimana Pasal 18 A UUD NRI 1945 menjelaskan kewenangan otonomi daerah?
Adakah batasannya?
Jawab:
Pada dasarnya Pasal 18 A UUD NRI 1945 mengatur bahwa adanya hubungan
wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota,
atau antara provinsi dan kabupaten dan kota. Isi Pasal 18 dan 18 A UUD NRI 1945
sangatlah dipengaruhi oleh UU No. 22 Tahun 1999 dan dilatarbelakangi oleh penjelasan
Pasal 18 UUD 1945 (sebelum amandemen).1 Pada penjelasan Pasal 18 (sebelum
amandemen) dinatakan secara jelas bahwa pemerintahan yang bersendi atas dasar
permusyawaratan (sesuai dengan isi Pasal 18) menuntut adanya lembaga perwakilan
rakyat.2 Adanya lembaga perwakilan rakyat daerah hanya relevan dengan desentralisasi
dan bukan dekonsentrasi.3 Oleh karena itu, kewenangan yang dimiliki oleh daerah
berbentuk desentralisasi apabila didasarkan atas pendapat tersebut. Namun, adanya
daerah yang bersifat administrasi belaka dalam penjelasan Pasal 18 (sebelum
amandemen), kemudian memungkinkan adanya penyelenggaraan dekonsentrasi.
2. Mengapa Negara Federasi disebut dengan pemerintah bersusun ganda?
Jawab:
Negara Federal dikatakan juga sebagai pemerntah yang bersusun ganda
dikarenakan pada awalnya negara federal merupakan sebuah negara yang terdiri atas
sejumlah negara yang berkoordinasi untuk bersatu guna mencapai tujuan-tujuan umum
1 Harsanto Nursadi, Andhika Danesjvara, dan Bono Budi Priambodo, Reading Material Hukum
Administrasi Daerah, (Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012), hlm. 29.
2 Ibid., hlm. 25.

3 Ibid.
1

tertentu.4 Konsep dari sebuah negara federal sendri merupakan kesatuan-kesatuan yang
tergabung sekalipun menghendaki persatuan, namun tidak menginginkan kesatuan.
5

Dalam konteks sebuah negara federal, yang tergabung dalam ikatan federal dan

menjelma menjadi negara bagian dapat berupa state (USA), canton (Swiss), lander
(Germany), atau province (Canada).6 Masing-masing dari negara bagian federal
memiiki kedaulatannya sendiri, karena dalam konsep negara federal terdapat pembagian
kedaulatan. Dari perspektif pembagian kekuasaan, K.C. Wheare mengkarakteristikan
negara federal dengan apa yang disebut federal principle, yang berarti metode pembagian
kekuasaan, sehingga pemerintah federal dan negara bagian masing-masing berkoordinasi
dan mandiri. Sistem parlemen di negara federal selalu menganut sistem dua kamar.
Federal Type7

4 Ibid. hlm. 93.


5 Ibid. hlm. 94.
6 Ibid. hlm. 99.

7 Materi Kuliah Hukum Administrasi Daerah, disampaikan oleh Pak Harsanto di kelas Administrasi
Daerah reguler pada tanggal 5 September 2016 (sit in).
2

3. Bagaimana rumusan desentralisasi menurut UU No. 22 Tahun 1999? Apakah masih


dipergunakan oleh undang-undang pemerintahan daerah berikutnya (UU 32/2004)?
Mengapa?
Jawab:
Rumusan desentralisasi berdasarkan Pasal 1 poin e UU No. 22 Tahun 1999
adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Daerah Otonom
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8 Sedangkan rumusan desentralisasi
berdasarkan Pasal 1 angka 7 UU No. 32 Tahun 2004 adalah penyerahan wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.9
Pada rezim 1999, terjadi adanya big bang desentralisasi, dimana garis hierarki
yang tadinya diatur dalam UU No. 5 Tahun 1974 benar-benar dihapuskan dalam konsep
desentralisasi pada UU No. 22 Tahun 1999.10 Hal ini dipertegas dalam penjelasan umum
UU No. 22 Tahun 1999 angka 1 huruf f yang menyatakan:
Daerah Propinsi bukan merupakan Pemerintah atasan dari Daerah Kabupaten
dan Daerah Kota. Dengan demikian, Daerah Otonom Propinsi dan Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota tidak mempunyai hubungan hierarki. 11
Sementara, dalam UU 32 Tahun 2004, konsep hierarki yang dihilangkan pada rezim 1999,
secara perlahan-lahan dimunculkan kembali, walaupun tidak secara eksplisit digambarkan
dalam ketentuan yang terdapat pada pasal-pasal UU 32 Tahun 2004.
4. Jelaskan bagaimana proses pemilihan kepala daerah di Nangro Aceh Darusalam dan
Yogyakarta?

8 Indonesia (1), Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, LN RI No. 60
Tahun 1999, TLN RI Nomor 3839, Ps. 1 poin e.
9 Indonesia (2), Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, LN RI No.
125 Tahun 2004, TLN RI Nomor 4437, Ps. 1 angka 7.
10 Materi Kuliah., Op.Cit.

11 Indonesia (1), Ibid., Penjelasan Umum Angka 1 poin f.


3

Jawab:
a. Proses Pemilihan Kepala Daerah di Nangro Aceh Darusalam
Aceh dipimpin oleh seorang Gubernur, yang berkedudukan sebagai Kepala
Pemerintah Aceh12, dibantu oleh Wakil Gubernur. Gubernur Aceh dipilih melalui suatu proses
demokratis yang dilakukan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil.13 Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur Aceh dilaksanakan melalui pemilihan umum14,
yang diselenggarakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh dan dibantu oleh KIP
Kabupaten/Kota, yang anggota dari KIP Aceh maupun KIP Kabupaten/Kota ditetapkan oleh
KPU.15 Penyelenggaraan pemilu Gubernur/Wakil Gubernur di Aceh, diawasi oleh Panitia
Pengawas Pemilihan Aceh. Proses pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur di Aceh sendiri
dilakukan melalui tahap persiapan, pencalonan, pelaksanaan pemilihan, serta pengesahan
hasil pemilihan dan pelantikan.16
b. Proses Pemilihan Kepala Daerah di Yogyakarta
Pemilihan Kepala Daerah atau dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 dikenal
dengan Tata Cara Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu urusan keistimewaan yang menjadi kewenangan
DIY sebagai sebuah daerah otonom.17 DPRD DIY dalam hal pemilihan kepala daerah,
memiliki kewenangan untuk menetapkan Gubernur dan Wakil Gubernur.18 Hal khusus yang
membedakan DIY dengan daerah lainnya dalam pemilihan kepala daerah adalah Calon
12 Indonesia (3), Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, LN RI No. 62
Tahun 2006, TLN RI Nomor 4633, Ps. 1 angka 7.
13 Ibid.
14 Berdasarkan diskusi di kelas yang dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2016 di kelas
Administrasi Daerah Paralel, bahwa pemilihan kepala daerah di Aceh, yang dalam hal ini Gubernur Aceh, tidak
berbeda dengan pemilihan kepala daerah pada umumnya. Gubernur di Aceh juga dipilih melalui pemilu, dimana
rakyatlah yang menentukan siapa yang menjadi Gubernur di Aceh.
15 Indonesia (3), Op.Cit., Ps. 56.
16 Ibid., Ps. 66 ayat (2).
17Indonesia (4), Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta, LN RI No. 170 Tahun 2012, TLN RI Nomor 5339, Ps. 7.

Gubernur dan Wakil Gubernur harus bertakhta sebagai Sultan Hamengku Buwono untuk
calon Gubernur dan bertakhta sebagai Adipati Paku Alam untuk calon Wakil Gubernur.19
Proses pemilihan kepala daerah di DIY dimulai dari tahap pencalonan Calon
Gubernur dan Wakil Gubernur oleh Kasultanan dan Kadipaten kepada DPRD DIY disertai
dengan penyerahan persyaratan yang ditentukan.20 Kemudian dilanjutkan dengan proses
verifikasi yang dilakukan oleh DPRD DIY 21 dengan dibantu oleh Panitia Khusus Penetapan
Gubernur dan Wakil Gubernur22. Apabila persyaratan telah terpenuhi, maka Panitia Khusus
Penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur menetapkan calon Gubernur/Wakil Gubernur dan
disampaikan kepada Pimpinan DPRD DIY.23 Selanjutnya, DPRD DIY menyelenggarakan
rapat paripurna dengan agenda pemaparan visi, misi dan program calon Gubernur dan calon
Wakil Gubernur24, yang dilanjutkan dengan penetapan oleh DPRD DIY25 kepada Gubernur
dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

18 Ibid., Ps. 17 ayat (2) butir a.


19 Ibid., Ps. 18 ayat (1) butir c.
20 Ibid., Ps. 19 ayat (2) dan (3).
21 Ibid., Ps. 21.
22 Ibid., Ps. 22.
23 Ibid., Ps. 23 ayat (4).
24 Ibid., Ps. 24 ayat (1).

25 Ibid., Ps. 24 ayat (3).


5

Anda mungkin juga menyukai