Anda di halaman 1dari 2

Nama : Andi Irdha Tenriawaru I.

Kelas : VVI A
Tugas : Agama Islam
UMAR BIN KHATTAB DAN GADIS PENJUAL SUSU
Khalifah Umar bin Khaththab radhiallahu 'anhu memiliki kegemaran melakukan ronda
malam sendirian untuk melihat langsung kondisi rakyatnya. Sepanjang malam ia memeriksa
keadaan rakyatnya secara langsung dari dekat.
Ketika melewati sebuah gubuk, khalifah merasa curiga melihat lampu yang masih menyala.
Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik. Khalifah Umar menghentikan langkahnya.
Ia penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Dari balik bilik Khalifah Umar
mengintipnya. Tampaklah seorang ibu dan anak perempuannya sedang sibuk mewadahi susu.
"Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini," kata anak perempuan itu. "Mungkin
karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit."
"Benar anakku," kata ibunya.
"Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk.
Kita bisa memerah susu sangat banyak," harap anaknya.
"Hmm, sejak ayahmu meninggal penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari ke
hari rasanya semakin berat saja. Aku khawatir kita akan kelaparan," kata ibunya. Anak
perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu.
"Nak," bisik ibunya seraya mendekat. "Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya
penghasilan kita cepat bertambah."
Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibu yang keriput. Ah, wajah iu begitu
lelah dan letih menghadapi tekanan yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di
hatinya. Namun, ia segera menolak keinginan ibunya. "Tidak, Bu!" katanya cepat. "Khalifah
melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air." Ia teringat sanksi yang akan
dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli.
"Ah! Kenapa kau dengarkan Khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan
berubah kalau tidak melakukan sesuatu," gerutu ibunya kesal.
"Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada
pembeli?"
"Tapi tidak akan ada yang tahu kita mencampur dengan air! Tengah malam begini tak ada
yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita," kata ibunya tetap

memaksa. "Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!"
"Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur susu
dengan air, tapi Allah tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita serapi
apapun kita menyembunyikannya," tegas anak itu. Ibunya hanya menarik nafas panjang.
Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya. Namun, jauh di
lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya.
"Aku tidak mau melakukan ketidakjujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin, Allah
tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat," kata anak itu. Tanpa berkata apaapa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya menyelesaikan pekerjaannya
hingga beres. Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan
itu.
"Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!" gumam Khalifah Umar. Dia beranjak
meninggalkan gubuk itu kemudian ia cepat-cepat pulang ke rumahnya.
***
Keesokan paginya, Khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar. Diceritakannya
tentang gadis jujur penjual susu itu.
"Anakku menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya," kata Khalifah Umar.
"Di zaman sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut pada
manusia. Tapi takut pada Allah yang MahaMelihat." Ashim bin Umar menyetujuinya.

Anda mungkin juga menyukai