PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat
luas, yang sering tumpang-tindih pada suatu issue tertentu, seperti pada informed consent,
wajib simpan rahasia kedokteran, profesionalisme, dll. Bahkan di dalam praktek
kedokteran, aspek etik seringkali tidak dapat dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh
karena banyaknya norma etik yang telah diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya
norma hukum yang mengandung nilai-nilai etika.
Aspek etik kedokteran yang mencantumkan juga kewajiban memenuhi standar
profesi mengakibatkan penilaian perilaku etik seseorang dokter yang diadukan tidak dapat
dipisahkan dengan penilaian perilaku profesinya. Etik yang memiliki sanksi moral
dipaksa berbaur dengan keprofesian yang memiliki sanksi disiplin profesi yang bersifat
administratif.
Keadaan menjadi semakin sulit sejak para ahli hukum menganggap bahwa standar
prosedur dan standar pelayanan medis dianggap sebagai domain hukum, padahal selama
ini profesi menganggap bahwa memenuhi standar profesi adalah bagian dari sikap etis
dan sikap profesional. Dengan demikian pelanggaran standar profesi dapat dinilai sebagai
pelanggaran etik dan juga sekaligus pelanggaran hukum.
Kemungkinan terjadinya peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap layanan
dokter atau rumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari (a)
semakin tinggi pendidikan rata-rata masyarakat sehingga membuat mereka lebih tahu
tentang haknya dan lebih asertif, (b) semakin tingginya harapan masyarakat kepada
layanan kedokteran sebagai hasil dari luasnya arus informasi, (c) komersialisasi dan
tingginya biaya layanan kedokteran dan kesehatan sehingga masyarakat semakin tidak
toleran terhadap layanan yang tidak sempurna, dan (d) provokasi oleh ahli hukum dan
oleh tenaga kesehatan sendiri.
B. Rumusan Permasalahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C. Tujuan Permasalahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
D.Manfaat Permasalahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Adapun manfaat dari penulisan laporan tutorial tersebut adalah sebagai berikut :
Mengetahui etika kedokteran.
Mengetahui teori etika kedokteran.
Mengetahui etika kedokteran dalam hubungan bermasyarakat.
Mengetahui bioetika kedokteran.
Mengetahui aspek dari bioetika.
Mengetahui maqosid syariah.
Mengetahui aspek maqosid syariah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Etika kedokteran
Etika kedokteran adalah sekumpulan nilai-nilai dan moralitas profesi kedokteran
yang tercantum dalam kodeki, fatwa-fatwa etik, pedoman dan kesepakatan etik lainnya
dari IDI sebagai organisasi profesi. (Hanafiah, J, dkk. 1999)
Community based
Pertimbangan etis dalam teori ini diatur oleh nilai-nilai komunitas termasuk
diantaranya pertimbangan terhadap kebaikan umum, tujuan-tujuan sosial dan tradisi
yang didasarkan atas individualisme. Permasalahan yang timbul kemudian dengan
teori ini adalah menjadi sulit untuk mencapai suatu konsensus bagi masyarakat dalam
komunitas yang kompleks dan beragam seperti saat sekarang.
5.
Relation based
Menekankan pada hubungan keluarga dan hubungan dokter pasien yang
khusus. Masalahnya adalah sulitnya menangani dan menganalisa faktor-faktor
emosional dan psikologis yang berperan dalam suatu hubungan.
6.
Case based
Suatu pembuatan keputusan yang praktis pada setiap munculnya kasus.
(Gunawan. 1991)
perilaku para dokter muslim dalam mengabdikan dirinya terhadap manusia baik yang
sakit maupun sehat yang di dalamnya tercantum nilai-nilai bahwa Quran dan Hadits
adalah sumber segala macam etika yang dibutuhkan untuk mencapai hidup bahagia dunia
akhirat.
Dalam etika kedokteran islam tercantum nilai-nilai bahwa Quran dan Hadits
adalah sumber segala macam etika yang dibutuhkan untuk mencapai hidup bahagia dunia
akhirat. Etika kedokteran mengatur kehidupan, tingkah laku seorang dokter dalam
mengabdikan dirinya terhadap manusia baik yang sakit maupun yang sehat. Etika
kedokteran islam terkumpul dalam Kode Etik Kedokteran Islam yang bernama Thibbun
Nabawi, yang mengatur hubungan dokter dengan orang sakit dan dokter dengan
rekannya. Berikut ini :
1. Etika dokter muslim terhadap Allah
2. Etika dokter muslim terhadap pasien
3. Etika dokter muslim terhadap sejawat. (Rahman, F, 1999)
18 poin rekomendasi Kode Etik Profesi Kedokteran Islam ;
1. Seorang dokter Islam harus beriman kepada Allah dan ajaran-ajaran Islam dan
memraktikkannya baik dalam keadaan sendiri atau dihadapan orang lain.
2. Berbakti kepada orang tua, berterimakasih kepada guru-guru, dan yang lebih tua;
rendah hati, sederhana, baik hati, pemaaf, sabar dan toleransi.
4
8. Sadar bahwa hidup itu diberikan kepada manusia oleh Allah, bahwa hidup manusia
dimulai sejak pembuahan, dan bahwa hdup manusia tidak bisa diambil kecuali oleh
Allah atau dengan izin-Nya.
9. Sadar bahwa Allah selalu mengawasi dan memantau setiap niat dan perbuatan.
10. Mengikuti jalan petunjuk Allah sebagai pedoman pokoknya, meskipun berbeda dengan
tuntutan tradisi umum atau keinginan pasiennya.
13. Menawarkan saran yang diperlukan dengan pertimbangan untuk jasmani dan rohani
pasien.
14. Melindungi kerahasiaan pasien dan memakai cara komunikasi yang benar.
15. Memeriksa pasien lawan jenis dengan kehadiran orang ketiga jika dimungkinkan.
16. Tidak mengkritik dokter lain di hadapan pasiennya atau petugas kesehatan lain.
17. Menolak pembayaran dari dokter lain atau keluarga dekatnya.
18. Selalu bijak dalam pengambilan keputusan. (Rahman, F, 1999)
Kaidah etika kedokteran islam antara lain :
1. Kaidah Niatan
Prinsip ini meminta dokter untuk berkonsultasi dengan hati nuraninya. Terdapat
banyak masalah mengenai prosedur dan keputusan medis yang tidak diketahui oleh
orang awam. Seorang dokter dapat saja melakukan suatu prosedur dengan alasan yang
mungkin masuk akal dari sudut pandang luar, namun sesungguhnya memiliki niatan
yang berbeda namun tersembunyi. Contoh praktisnya; penggunaan morfin sebagai
penghilang rasa sakit pada perawatan kondisi terminal namun niat yang sesungguhnya
adalah agar terjadi depresi pernafasan yang akan menyebabkan kematian.
2. Kaidah Kepastian (Qoidah al yaqiin)
Tidak ada yang benar-benar pasti (yaqiin) dalam ilmu kedokteran, artinya
tingkat kepastian (yaqiin) dalam ilmu kedokteran tidak mencapai standar yaqiin yang
diminta oleh hukum. Meskipun demikian diharapkan dokter dalam mengambil
keputusan medis, mengambil keputusan dengan tingkat probabilitas terbaik dari yang
ada.
3. Kaidah Kerugian (Qoidah al dharar)
Meliputi intervensi medis untuk menghilangkan al dharar (luka, kerugian,
kehilangan hari-hari sehat) pada pasien, tidak boleh menghilangkan al dharar dengan
al dharar yang sebanding (al dharar la yuzaal bi mitslihi), dan mengikuti prinsip
bahwa pencegahan penyakit memiliki prioritas yang lebih tinggi ketimbang
keuntungan dengan nilai yang sama, darian mafasid awla min jalbi al mashaalih.
4. Kaidah Kesulitan / Kesukaran (Qoidah al Masyaqqat)
Termasuk di dalamnya adalah kebutuhan melegalisir yang dilarang, batas-batas
prinsip kesulitan: dalam melanggar syariah tersebut tidak melewati batas-batas yang
diperlukan, dan aplikasi sementara dari prinsip kesulitan, tdak menghilangkan secara
permanen hak-hak pasien yang harus direkompensasi. Dengan kata lain, jika hambatan
telah dilewati, tindakan medis yang dilarang kembali menjadi terlarang.
5. Kaidah Kebiasaan (Qoidah al urf)
Dalam prinsip ini, standar yang diterima secara umum untuk perawatan klinis
dianggap diperkuat oleh syarah.
D. Bioetika
Bioetika adalah biologi dan ilmu kedokteran yang menyangkut masalah di
bidang kehidupan, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada
masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa
yang akan datang.
Di dalam uraian mengenai bioetika dibedakannya Etika dalam 3 pengertian,
yaitu :
1. Etika
sebagai nilai-nilai dan asa-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu
2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas ( apa yang
dianggap baik atau buruk) Misalnya: Kode Etik Kedokteran, Kode Etik Rumah Sakit.
3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma dan nilainilai moral. (Guwandi, J. 1991)
E. Maqosid Syariah
Maqosid syariah adalah kemaslahatan yang ditujukan kepada manusia baik di
dunia maupun di akhirat dengan cara mengambil manfaat dan menolak mudharat.
Tuntutan kebutuhan bagi manusia bertingkat-tingkat. Secara berurutan, peringkat itu
adalah dharuriyyat (primer), hajiyyat (sekunder) dan tahsiniyyat (tersier).
Jadi, tujuan syariat mencakup kemaslahatan dunia dan akhirat. Karenanya beramal
shaleh menjadi tuntutan dunia dan kemaslahatannya merupakan buah dari amal, yang
hasilnya akan diperoleh di nanti akhirat. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka kami
segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami
kehendaki dan kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam
keadaan tercela dan terusir. (Qs. 17:18)
Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu
dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orangorang yang usahanya dibalasi dengan baik. (Qs.17:19)
Pokok isian dalam maqosid syariah, yaitu :
1. Hifdh Al din (Memberikan perlindungan terhadap agama)
Tujuan dari sudut pandang ini adalah memberikan atau meningkatkan hari-hari
produktif ibadah serta aktivitas dakwahnya secara optimal bagi pasien-pasiennya. Juga
yang tidak kalah penting adalah menjaga kelurusan aqidah dokternya sendiri dan
pasien yang dirawat, atau komunitas masyarakat yang menjadi tanggung jawab
formalnya bila dokter dalam posisi pejabat publik.
2. Hifdh Al nafs (Memberikan perlindungan terhadap kehidupan)
Tujuan dari sudut pandang ini adalah tidak saja mempertahankan kehidupan,
tetapi adalah menegoptimalkan kualitas hidup yang dikaruniakan Allah kepada pasien
atau sekelompok orang yang menjadi tanggung jawab formalnya. Nafs ini juga
diartikan harga diri atau kehormatan pasien yang dirawat.
3. Hifdh Al nasl (Memberikan perlindungan terhadap keturunan)
7
BAB III
PEMBAHASAN
Skenario pada blok etika dan hukum kesehatan membahas tentang ruang lingkup etika
kedokteran.
Awal yang dibahas adalah tentang ATM kondom dan keefektifan kondom.
ATM kondom merupakan alat penghasil kondom, dimana konsumen dapat memperoleh
kondom dengan cara memasukkan uang koin Rp.500,- sebanyak 3x dan akan keluar 3
kondom dari mesin tersebut. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa betapa mudahnya
mendapatkan kondom, sehingga hal ini memicu terjadinya sek bebas dikalangan muda-mudi
semakin besar. Jadi dalam kebijakan maqosid syariah yang mengutamakan manfaat dari pada
kerugian maka ATM kondom sangat tidak efektif, malahan hal ini memicu terjadinya free
sex.
Pembahasan berikutnya yang dibahas tentang keefektifan kondom. Sesuai
penggunaannya, kondom merupakan alat kontrasepsi paling sederhana, berbentuk fisik tidak
seperti alat kontrasepsi yang mengunaakan alat yang dimasukkan ke organ genitalia wanita
atau menggunakan obat obatan. Fungsi daripada alat kontrasepsi yaitu mencegah sperma
membuahi sel ovum yang secara umum menunda kehamilan atau fertilisasi. Kondom sering
dianjurkan oleh beberapa ahli medis untuk mencegah efek samping dari alat kontasepsi tidak
seperti kontrasepsi lainnya yang kebanyakan ada efek sampingnya. menurut pandangan islam
sendiri asal penggunaann kondom seperti ini sudah merupakan tindakan yang melawan takdir
Allah. Karena Allah sudah melarang manusia untuk membunuh anak-anaknya, karena yang
berhak menghidup dan mematikan seseorang hanyan Allah yang maha Pencipta. Allah juga
sudah menjamin akan rezeki dari setiap anak yang dilahirkan.
Dalam kehidupan sekarang ini, kondom sering dikaitkan dengan perlakuan
pencegahan terhadap HIV / AIDS. Kondom bisa mencegah sperma masuk tapi tidak bisa
mencegah masuknya virus HIV / AIDS karena dari segi kondomnya,pori-pori yang terdapat
pada kondom memiliki diameter 1/60 mikron sebelum diregangkan. Setelah diregangkan
ketika sedang digunakan pori-pori tersebut akan bertambah besar 10 kali lipatnya. Sementara
diameter virus HIV sangatlah kecil, yakni 1/250 mikron dan dari segi virusnya, karena virus
berukuran kecil sekali dan pori pori terlalu besar dan virus dengan leluasa masuk.
9
10
BAB IV
Simpulan dan Saran
A. Simpulan
1. Etika kedokteran adalah sekumpulan nilai-nilai dan moralitas profesi kedokteran yang
tercantum dalam kodeki, fatwa-fatwa etik, pedoman dan kesepakatan etik lainnya dari
IDI sebagai organisasi profesi,
2. Menurut pandangan budaya barat terdapat 6 teori etika kedokteran yaitu utilitarian
consuquence based, obligation based, rights based, community based, relation based,
dan case based
3. Etika Kedokteran Islam merupakan aturan yang mengatur tingkah laku dan perilaku
para dokter muslim dalam mengabdikan dirinya terhadap manusia baik yang sakit
maupun sehat yang di dalamnya tercantum nilai-nilai bahwa Quran dan Hadits
adalah sumber segala macam etika yang dibutuhkan untuk mencapai hidup bahagia
dunia akhirat. Ada etika terhadap Allah, etika terhadap pasien, etika terhadap sejawat
dan ada 18 rekomendasi kedokteran islam.
4. Kaidah etika kedokteran islam adalah Kaidah Niatan, Kaidah Kepastian (Qoidah al
yaqiin, Kaidah Kerugian (Qoidah al dharar), Kaidah Kesulitan / Kesukaran (Qoidah al
Masyaqqat), dan Kaidah Kebiasaan (Qoidah al urf).
5. Bioetika adalah biologi dan ilmu kedokteran yang menyangkut masalah di bidang
kehidupan, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa
sekarang, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan
datang
6. Maqosid syariah adalah kemaslahatan yang ditujukan kepada manusia baik di dunia
maupun di akhirat dengan cara mengambil manfaat dan menolak mudharat.
7. Point pokok maqosid syariah adalah Hifdh Al din (Memberikan perlindungan
terhadap agama), Hifdh Al nafs (Memberikan perlindungan terhadap kehidupan),
Hifdh Al nasl (Memberikan perlindungan terhadap keturunan), Hifdh Al aql
(Memberikan perlindungan terhadap akal sehat), dan Hifdh Al maal (Memberikan
perlindungan terhadap kekayaan pribadi)
11
B.
Saran
1.
2.
3.
4.
12
DAFTAR PUSTAKA
Al-quran dan As-Sunah
Gunawan. 1991. Memahami Etika Kedokteran. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Guwandi, J. 1991. Etika dan Hukum kedokteran. Jakarta : FKUI.
Hanafiah, J, dkk. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum kesehatan. Jakarta: EGC.
Komalawati,dkk. 1989. Hukum dan Etika dalam Praktek Dokter. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan
Poernomo, B. 2005. Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Aditya Media.
Rahman, F, 1999. Etika Pengobatan Islam. Bandung : Mizan
13