Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi


1.1.1 Anatomi dan fisologi

Perubahan Fisiologi Wanita Hamil


Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan dengan
beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon. Perubahan ini
terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin, menyiapkan tubuh ibu untuk
bersalin, perkembangan payudara untuk pembentukan/produksi air susu selama
masa nifas. (Salmah dkk, 2006, hal.47)
1.1.1.1 Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh
estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada
dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus.Pada bulan-bulan
pertama

kehamilan

bentuk

uterus

seperti

buah

advokat,

agak

gepeng.Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada akhir


kehamilan kembali seperti semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro,
H, 2006, hal. 89)
Perkiraan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri :

a. Pada kehamilan 4 minggu fundus uteri blum teraba


b. Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar seperti telur bebek fundus uteri
berada di belakang simfisis.
c. Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa, fundus uteri 1-2 jari
di atas simfisis pubis.
d. Pada kehamilan 16 minggu fundus uteri kira-kira pertengahan simfisis dengan
e.
f.
g.
h.

pusat.
Kehamilan 20 minggu, fundus uteri 2-3 jari di bawah pusat.
Kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi pusat.
Kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat.
Kehamilan 32 minggu, fundus uteri pertengahan umbilicus dan prosessus

xypoideus.
i. Kehamilan 36-38 minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosessus
xypoideus.
j. Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3 jari di bawah
prosessus xypoideus. (Wiknjosastro, H, 2006. Hal. 90-91 dan Mandriwati, G.
A. 2008. Hal. 90).
1.1.1.2 Vagina
Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen
sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).Tanda ini
disebut tanda Chadwick. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)
1.1.1.3 Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis
sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.Namun
akan mengecil setelah plasenta terbentuk, korpus luteum ini mengeluarkan
hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini akan diambil
alih oleh plasenta. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal .95)
1.1.1.4 Payudara
Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang akibat
hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi
belum mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih hitam
karena hiperpigmentasi. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)
1.1.1.5 Sistem Sirkulasi
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke
plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang
membesar pula.Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara

fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume


darah akan bertambah kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32
minggu, diikuti dengan cardiac output yang meninggi kira-kira 30%.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96).
1.2 Konsep Penyakit
1.2.1 Definisi/deskripsi
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi,
proteinuri, dan edema (Harnawati, 2008).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan (Haidir. 2009).
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi
yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai
dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan
kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia
juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan.
Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan,
meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa
kehamilan.
Pre-eklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan,
terjadi setelah minggu ke 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan
protein uria dan dapat juga diserta dengan udema. Hipertensi di sini
adalah tekanan darah 140/90 mmHgatau lebih, atau sutu kenaikan
tekanan sistolik sebesar 30mmHg atau lebih (jika diketahui tingkat
yang biasa), atau kenaikan tekanan darah diastolic sebesar 15 mmHg
atau lebih (jika diketahui tingkat yang biasa). Protein uria dalam
preeklamsia adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l atau lebih
pada sedikitnya 2 spesimen urin yang di ambil secara acak dan pada
selang waktu 6 jam atau lebih. Edema biasa terjadi pada kehamilan

normal, sehingga edema bukanlah tanda pre-eklampsia yang dapat


dipercaya kecuali jika edema juga mulai terjadi pada tangan dan
wajah, serta kenaikan berat badan yang mendadak sebanyak 1 kg
atau kebih dalam seminggu (atau 3 kg dalam sebulan) adalah
indikasi pre-eklampsia (kenaikan berat badan normal sekitar 0,5 kg
per minggu) (Anonim, 2007).
1.2.2 Etiologi
Etiologi preeklampsia sampai saat

ini belum diketahui dengan

pasti. Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang


mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut
penyakit

teori; namun belum ada yang memberikan jawaban

yang memuaskan. Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab


preeklampsia adalah teori iskemia plasenta.
Namun teori

ini belum dapat menerangkan semua hal yang

berkaitan dengan penyakit ini.Adapun teori-teori tersebut adalah:


a. Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada
endotel vaskuler, sehingga sekresi

vasodilatator

oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang,


kehamilan

normal

tromboksan

oleh

prostasiklin

prostasiklin

sedangkan pada

meningkat.

Sekresi

trombosit bertambah sehingga timbul

vasokonstrikso generalisata dan sekresi aldosteron menurun.


Akibat perubahan ini menyebabkan pengurangn perfusi plasenta
sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volume plasma.
b. Peran faktor imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena
pada kehamilan I terjadi pembentukan blocking antibodies
terhadap

antigen

plasenta

tidak

sempurna. Pada

preeklampsia terjadi komplek imun humoral dan aktivasi


komplemen.

Hal

ini

pembentukan proteinuria.

dapat diikuti dengan terjadinya

c. Peran faktor genetik


Preeklampsia hanya

terjadi

pada manusia.

Preeklampsia

meningkat pada anak dari ibu yang menderita preeklampsia.


d. Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di
uterus
e. Defisiensi

kalsium. Diketahui

bahwa

kalsium berfungsi

membantu mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh darah.


f. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial. Kerusakan sel endotel
vaskuler maternal memiliki peranan

penting

dalam

patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin diketahui


dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan
meningkat secara signifikan dalam
dengan

preeklampsia. Kenaikan

darah
kadar

wanita

hamil

fibronektin

sudah

dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin


akan meningkat sesuai dengan kemajuan kehamilan (Anonim,
2007).
1.2.3 Tanda dan gejala (manifestasi klinik)
a. Gejala subjektif
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal,
skotoma,

diplopia,

penglihatan

kabur,

nyeri

di

daerah

epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala ini sering


ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan
petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan
meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah
meningkat.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi;
peningkatan tekanan sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg
atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90mmHg. Tekanan
darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110
mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita
juga akan menemukan takikardia, takipnu, edema paru,

perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia,


pendarahan otak.
1.2.4 Patofisiologi
Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada
preeklampsi yaitu mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya
kompensasi hipertensi (suatu usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi). Dengan adanya
spasme pembuluh darah menyebabkan perubahan perubahan ke
organ antara lain :
a. Otak .
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan
terjadi oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa
menimbulkan pusing dan CVA ,serta kelainan visus pada mata.
b. Ginjal.
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran
darah ke ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif
, dimana filtrasi natirum lewat glomelurus mengalami penurunan
sampai dengan 50 % dari normal yang mengakibatkan retensi
garam dan air , sehingga terjadi oliguri dan oedema.
c. URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan
gangguan plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi
berkurang sehingga akan terjadi gangguan pertumbuhan janin,
gawat janin , serta kematian janin dalam kandungan.
d. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan
menyebabkan partus prematur.
e. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru
sehingga oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi
gangguan pola nafas. Juga mengalami aspirasi paru / abses paru

f.

yang bisa menyebabkan kematian .


Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati ,
dan perdarahan subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri
epigastrium, serta ikterus ( Wahdi, 2009).

1.2.5 Patway

1.2.6 Komplikasi
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang
termasuk komplikasi antara lain:
a. Pada Ibu
1) Eklampsia
2) Solusio plasenta
3) Pendarahan subkapsula hepar
4) Kelainan pembekuan darah ( DIC )
5) Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low
platelet count )
6) Ablasio retina
7) Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada Janin
1) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2) Prematur
3) Asfiksia neonatorum
4) Kematian dalam uterus
5) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
1.2.7 Prognosis
Kebanyakan wanita dengan preeklamsia ringan memiliki hasil

kehamilan yang baik. Eklampsia merupakan kondisi serius


dengan sekitar mortalitas (kematian) tingkat 2%.
Risiko kekambuhan preeklampsia bervariasi sesuai dengan onset
dan keparahan kondisi. Wanita dengan preeklamsia berat yang
memiliki onset kondisi awal kehamilan memiliki risiko
kekambuhan tertinggi. Studi menunjukkan tingkat kekambuhan
25% sampai 65% untuk populasi ini. Hanya 5% sampai 7% dari
wanita dengan preeklamsia ringan akan memiliki preeklamsia
pada kehamilan berikutnya.
Wanita dengan preeklamsia mungkin pada peningkatan risiko
untuk penyakit kardiovaskular di kemudian hari. Risiko ini
terbesar pada wanita dengan onset awal preeklamsia berat.
Penelitian ini sedang berlangsung untuk lebih memperjelas
potensi risiko ini.
1.2.8 Penganan Medis
Menurut Mansjoer,dkk (2000) penatalaksanaan medis pre eklamsi
dibagi menjadi :
a. Pre eklampsia ringan
Secara klinis, pastikan usia kehamilan, kematangan cerviks,
dan kemungkinan pertumbuhan janin lambat. Pada pasien
rawat jalan, anjurkan istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur
8 jam malam hari. Bila sukar tidur dapat di berikan
fenobarbital 1-2 x 30 mg atau asesotal 1 x 80 mg. Rawat
pasien bila tidak ada perbaikan dalam 2 minggu pengobatan
rawat jalan, BB meningkat berlebihan > 1 kg/minggu, selama
dua kali berturut-turut atau tampak tanda-tanda preeclampsia
berat . beri obat antihipertensi metildopa 3 x 125 mg,
nifedipine 3-8 x 5-10 mg, adalat retard 2-3 x 20 mg, pidodol 13 x 5 mg. tak perlu diberikan diit rendah garam. Tekanan darah
dapat dipertahankan 140-150/90-100 mmHg.
b. Pre eklampsia Berat

Upaya

pengobatan

ditujukan

untuk

mencegah

kejang,

memulihkan organ vital pada keadaan normal, dan melahirkan


bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi. Segera
rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO4 , dalam infuse
Dextrosa 5% dengan kecepatan 15-20 tetes per menit. Dosis awal
MgSO4 2 g intravena dalam 10 menit selanjutnya 2 g/jam dalam
drip infuse sampai tekanan darah stabil 140-150/90-100 mmHg.
Ini diberikan sampai 24 jam pasca persalinan atau dihentikan 6
jam pasca persalinan ada perbaikan nyata ataupun tampak tandatanda intoksikasi.
Sebelum memberikan

MgSO4

perhatikan

reflek

patella,

pernapasan 16 kali/menit. Selama pemberian parhatikan tekanan


darah, suhu, perasaan panas, serta wajah merah. Berikan
nefidipine 3-4 x 10 mg oral (dosis maksimum 80 mg/hari),
tujuannya adalah untuk penurunan tekanan darah 20% dalam 6
jam. Periksa tekanan darah, nadi, pernapasan tiap jam. Pasang
kateter kantong urin setiap 6 jam.

1.3 Rencana asuhan klien dengan Penyakit


1.3.1 Pengkajian
1.3.1.1 Identitas
Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun
atau > 35 tahun, Jenis kelamin,
1.3.1.2 Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama: biasanya

klirn dengan preeklamsia

mengeluh demam, sakit kepala,


2) Riwayat kesehatan sekarang: terjadi peningkatan tensi,
oedema,

pusing,

nyeri

epigastrium,

mual

muntah,

penglihatan kabur.
3) Riwayat kesehatan sebelumnya: penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
4) Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola
hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan
pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik
makanan pokok maupun selingan
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan
moril untuk menghadapi resikonya
1.3.1.3 Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
1.3.1.4 Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak
megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka yang
ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping.
Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai
lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi
1.3.1.5 Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan mempunyai

riwayat

preeklampsia dan

eklampsia dalam keluarga.

1.3.1.6 Pemeriksaan fisik: Head To toe


1) Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
2) Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
3) Pemeriksaan Fisik (Persistem)
a) Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin
kurang,

kurang

dari

14x/menit,

klien

biasanya

mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas, krekes


mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus
pada kaki.
b) Sistem cardiovaskuler
1) Inspeksi: apakah Adanya sianosis, kulit pucat,
konjungtiva anemis.

2) Palpasi:
Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi
peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20
minggu kehamilan,
Nadi: biasanya nadi meningkat atau menurun
Leher: apakah ada bendungan atau tidak

pada

Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan


menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan.
Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun
waktu 24 jam Suhu dingin
3) Auskultasi :untuk mendengarkan detak jantung janin
untuk mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung
janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.
c) System reproduksi
1) Dada
Payudara: Dikaji apakah ada massa abnormal,
nyeri tekan pada payudara.
2) Genetalia
Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa
lendir bercampur darah, adakah pembesaran
kelenjar bartholini / tidak.
3) Abdomen
Palpasi: untuk mengetahui tinggi fundus uteri,
letak janin, lokasi edema, periksa bagian uterus
biasanya terdapat kontraksi uterus
d) Sistem integument perkemihan
1) Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada
ekstermitas akibat gangguan filtrasi glomelurus
yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal
menurun).
2) Oliguria
3) Proteinuria
e) Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
f) Sistem Pencernaan

Palpasi:

Abdomen

adanya

nyeri

tekan

daerah

epigastrium (kuadran II kiri atas), anoreksia, mual dan


muntah.
1.3.1.7 Pemeriksaan penunjang
1). Laboratorium : protein uri dengan kateter atau
midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau
+1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit
menurun,

BJ

urine

meningkat,

serum

kreatini

meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml


2). USG : untuk mengetahui keadaan janin
3). NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
1.3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1: nyeri akut (00132)
2.2.1

Definisi

Definisi : Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman


emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan
jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi
Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya
dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang
dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
2.2.2

Batasan karakteristik

Subjektif:
-

Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan


isyarat

Objektif:
-

Posisi untuk mengindari nyeri


Perubahan tonus otot dengan rentang lemas sampai tidak

bertenaga
Respon autonomic misalnya diaphoresis, perubahan tekanan
darah, pernapasan atau nadi, dilatasi pupil

Perubaan selera makanPerilaku distraksi missal, mondar-mandir,

mencari orang atau aktifitas lain, aktivitas berulang


Perilaku ekspresif missal; gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela

napas panjang
Wajah topeng; nyeri
Perilaku menjaga atau sikap melindungi
Fokus menyempit, missal; gangguan persepsi waktu, gangguan

proses piker, interaksi menurun.


Bukti nyeri yang dapat diamati
Berfokus pada diri sendiri
Gangguan tidur, missal; mata terlihat layu, gerakan tidak teratur
atau tidak menentu dan tidak menyeringai

2.2.3

Faktor yang berhubungan

Agen-agen penyebab cedera ; biologis, kimia, fisik dan psikologis


Diagnosa 2: Kelebihan volume cairan
2.2.4

Definisi

Peningkatan retensi cairan isotonik


2.2.5

Batasan karakteristik

Subjektif
- Ansietas
- Dispnea atau pendek napas
- Gelisah
Objektif
- Suara napas tidak normal
- Perubahan elektrolit
- Anasarke
- Ansietas
- Azotemia
- Perubahan TD
- Perubahan status mental

Perubahan pola pernapasan


Penurunan hemoglobin dan hematokrit
Edema
Peningkatan tekanan vena sentral
Asupan melebihi haluara
Distensi vena jugularis
Oligouria
Ortopnea
Efusi pleura
Reflex hepatojugularis positif
Perubahan tekanan arteri pulmonal
Ongesti paru
Gelisah
Bunyi jantung S3
Perubahan berat jenis urin
Kenaikan berat badan dalam periode singkat

2.2.6
a.
b.
c.
d.

Faktor yang berhubungan

Gangguan mekanisme pengaturan


Asupan cairan yang berlebihan
Asupan natrium yang berlebihan
Peningkatan asupan cairan sekunder

akibat

hiperglikemia,

pegobatan, dorongan kompulsif untuk minum air dan aktivitas


lainnya
e. Ketidakcukupan protein sekunder akibat penurunan asupan atau
peningkatan kehilangan
f. Disfungsi ginja, gagal jantung, retensi natrium, imobilisasi, dan
aktivitas lainnya
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: nyeri akut (00132)
2.3.1

Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan

NOC
a. Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut:

1. tidak pernah
2. jarang
3. kadang-kadang
4. sering
5. selalu
Indikator
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan

b. Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai


berikut:
1. sangat berat
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada
Indikator
Ekspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
Gelisah
-

Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk


mencapai kenyamanan
Mempertahankan nyeri pada .atau kurang (dengan skala 0-10)
Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
memodifikasi factor tersebut
Melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan

Melaporkan pola tidur yang baik


2.3.2
Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat
daftar rujukan)
a. Pemberian analgetik
Rasional: Menggunakan

agen-agens

farmakologi

untuk

mengurangi atau menghilangkan nyeri


b. Manajemen Medikasi
Rasional: Memfasilitasi penggunaan obat resep, atau obat
bebas secara aman dan efektif
c. Manajemen Nyeri
Rasional: Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada
tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien
d. Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien (patient
controlled analgetik (PCA)
Rasional: Memudahkan

pengendalian

pemberian

dan

pengaturan analgetik oleh pasien.


e. Manajemen sedasi
Rasional: Memberikan sedatif, memantau respons pasien, dan
memberikan dukungan fisiologi yang dibutuhkan selama
prosedur diagnostik atau terapeutik.
2.3.3
Diagnosa 2: Kelebihan volume cairan
2.3.4

Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan

NOC
-

Kelebihan volume cairan dapat dikurangi, yang dibuktikan oleh


Keseimbangan elektrolit dan asam basa, keseimbangan cairan,
fungsi ginjal yang adekuat
Keseimbangan cairan tidak akan terganggu/kelebihan yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1.

gangguan eksterm

2.

berat

3.

sedang

4.

ringan

5.

tidak ada gangguan

Indikator

Keseimbangan asupan dan haluaran dalam 24 jam


Berat badan stabil
Berat jenis urin dalam batas norma
Suara napas tambahan
Stress, distensi vena leher, dan edema perifer
Pasien akan:
- Menyatakan secara verbal pemahaman tentang pembatasan cairan dan diet
- Menyatakan secara verbal pemahaman tentang obat yang diprogramkan
- Mempertahankan tanda vital dalam batas normal
- Tidak mengalami pendek napas
- Hematokrit dalam batas normal
2.3.5

Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC

a. Pemantuan elektrolit
Rasional: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan elektrolit
b. Manajemen cairan
Rasional: Meningkatkan keseimbangan

cairan

dan

mencegah

komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal atau diluar harapan


c. Pemantauan cairan:
Rasional: Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan cairan.
d. Manajemen caioran /elektrolit
Rasional: Mengatur dan mencegah komplikasi akibat perubahan kadar
cairan dan/atau elektrolit
e. Manajemen hipervolemia
Rasional: Menurunkan volume cairan intrasel atau ekstrasel dan
mencegah komplikasi pada pasien yang mengalami kelebihan volume
cairan
f. Manajemen eliminasi urine

Rasional: Mempertahankan pola eliminasi urine yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Budisantoso. 2006. Panduan Diagnosis Keperawatan Nanda 2005-2006. Primamedika,


Jakarta
Carpenito,Lynda Juall, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.EGC, Jakarta.
Gopar adul, pdf.Preeklampsi, 12 mey 2012, diakses tanggal 27 juni 2013 dari,
http://adulgopar.files.wordpress.com/preeklampsia.pdf
Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP

Banjarmasin, 5 Desember 2016

Preseptor akademik,

Preseptor klinik,

(................................................................

(................................................................

.)

.)

Anda mungkin juga menyukai