Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan, dan masyarakat
secara keseluruhannya akan selalu menghadapi berbagai persoalan yang bersifat
ekonomi, yaitu persoalan yang menghendaki seseorang atau suatu perusahaan atau
suatu masyarakat harus membuat keputusan tentang cara yang terbaik dan
menentukan prioritas untuk melakukan suatu kegiatan ekonomi. Sehingga
munculah prinsip ekonomi dimana setiap individu, suatu perusahaan, atau
masyarakat dituntut agar mengelola resources untuk pemenuhan kebutuhan
sebagai solusi masalah kelangkaan.
Khusus dalam sudut pandang suatu perusahan atau penyedia barang atau
jasa dihadapkan pada masalah salah satunya adalah penentuan jumlah penawaran
barang. Banyak hal yang menentukan jumlah penawaran barang. Salah satu
penentu jumlah penawaran adalah harga. Dan dapat dikatakan bahwa jumlah
penawaran berhubungan secara positif dengan harga. Dalam hukum penawaran
yang telah dijelaskan pada materi sebelumnya, menyatakan bahwa jika semua hal
dibiarkan sama, ketika harga suatu barang meningkat, maka jumlah penawarannya
akan meningkat pula. Namun, suatu perusahan dihadapkan pada pasar yang
kompleks, sehingga memungkinkan terjadinya pergeseran hingga pada suatu
kondisi baik elastisitas ataupun inelastisitas.
Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami salah satu
permasalahan di bidang ekonomi yang memerlukan pernyataan kuantitatif
mengenai jumlah barang yang ditawarkan. Konsep elastisitas sering dipakai
sebagai dasar analisis ekonomi,
seperti dalam menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan pajak, maupun
distribusi kemakmuran. Elastisitas penawaran digunakan untuk menerangkan
perubahan penawaran yang penting dalam pembuatan keputusan produksi, karena
tingkat elastisaitas ini menggunakan sensitivitas dari penawaran barang terhadap
perubahan harga. Informasi elastisitas penawaran mengukur responsif penawaran
sebagai akibat perubahan harga.
Di dalam makalah ini kami akan membahas mengenai hal apa saja yang
terdapat di dalam elastisitas penawaran dan contoh kasus dari elastisitas
penawaran.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi elastisitas penawaran
2. Mengetahui jenis elastisitas penawaran

3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi elastisitas


penawaran
4. Mengetahui contoh kasus dari elastisitas penawaran

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran adalah derajat kepekaan atas perubahan harga terhadap
perubahan jumlah barang yang ditawarkan.
Rumus untuk mengetahui koefisien elastisitas penawaran (ES):
% perubahan jumlah barang yang ditawarkan
ES=
% perubahan harga barang yang dimaksud
B. Jenis-Jenis Elastisitas Penawaran
a) Penawaran Elastisitas Tidak Sempurna
Penawaran inelastis sempurna dapat terjadi jika perubahan harga tidak
dapat mempengaruhi jumlah penawaran atau jika nilai kofisiennya adalah 0.

b) Penawaran Elastisitas Sempurna


Penawaran elastisitas sempurna terjadi jika harga suatu barang tidak
berubah, akan tetapi penyediaan dari barang berubah, atau dengan kata lain,
penawaran elastis sempurna terjadi jika perubahan penawaran tidak dipengaruhi
sama sekali oleh perubahan harga, sehingga nilai kooefisiennya = (tidak
terhingga).

c)

Penawaran dengan Elastisitas Uniter


Penawaran elastis uniter terjadi jika perubahan harga sebanding dengan
perubahan jumlah penawaran. Atau bisa dikatakan elastisitas uniter jika persentase
perubahan harga sama dengan persentase perubahan penawaran atau jika nilai
koofisiennya =1.

d) Penawaran Tidak Elastis (Inelastis)


Penawaran inelastis terjadi jika perubahan harga kurang berpengaruh pada
perubahan penawaran. Atau dengan kata lain penawaran tidak elastis terjadi jika
persentase perubahan penawaran barang lebih kecil dari persentase perubahan
harga atau jika nilai koofisiennya <1.

e) Penawaran Elastis
Penawaran elastis terjadi jika perubahan harga diikuti dengan jumlah
penawaran yang lebih besar. Atau dengan kata lain, penawaran elastis terjadi jika
persentase perubahan penawaran barang lebih besar dari persentase perubahan
harga atau apabila nilai koofisiennya >1.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Penawaran


1. Sifat Perubahan Biaya Produksi
Bagaimana biaya produksi akan berubah sekiranya harus dilakukan
pertambahan produksi, sangat besar pengaruhnya kepada elastisitas penawaran.
Penawaran akan bersifat tidak elastis apabilakenaikan penawaran hanya dapat
dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Tetapi jika penawaran
dapat ditambah dengan mengeluarkan biaya tambahan yang tidak terlalu besar,
penawaran akan bersifat elastis.
Apakah biaya produksi akan meningkat dengan cepat atau akan mengalami
pertambahan yang sedikit saja, apabila produksi ditambah, tergantung kepada
banyak faktor. Salah satu faktornya yang penting adalah sampai dimana tingkat
penggunaan kapasitas alat produksi yang dimiliki perusahaan. Apabila
kapasitasnya telah mencapai tingkat yang tinggi, investasi baru haruslah dilakukan
untuk menambah produksi. Dalam keadaan ini kurva penawaran akan menjadi
tidak elastis, terutama apabila faktor produksi yang diperlukan untuk menaikkan
produksi sangat sukar diperoleh.
2. Jangka Waktu Analisis
a. Masa Amat Singkat
Yang dimaksudkan dengan masa amat singkat adalah jangka waktu di mana
para penjual tidak dapat menambah penawarannya. Dalam waktu satu/beberapa
hari saja semua input tetap; oleh karena itu, para produsen/penjual tidak dapat
segera menambah jumlah yang ditawarkan, meskipun konsumen bersedia
membayar harga yang tinggi. Jumlah barang yang ditawarkan tergantung dari
banyaknya persediaan yang ada pada saat itu.
b. Jangka Pendek
Di dalam jangka pendek kapasitas alat-alat produksi yang ada tidak dapat
ditambah. Tetapi setiap perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan

kapasitas yang tersedia itu dengan cara menggunakan faktor produksi, termasuk
barang modal, secara lebih intensif. Antara lain caranya adalah memperpanjang
jam kerja, memperbaiki manajemen produksi, menggunakan tenaga kerja lebih
efektif dan sebagainya. Usaha ini akan dapat menambah produksi barang yang
ditawarkan. Tetapi tidak cukup lama untuk memperbesar kapasitas produksi yang
ada (areal pertanian, modal tetap seperti bangunan pabrik, mesin-mesin, dll).
Dalam keadaan demikian penawaran dapat elastis, dapat juga inelastis, tergantung
jenis barang dan proses produksinya. Kalau memperbesar produksi menyebabkan
biaya naik dengan cepat, maka penawaran akan bersifat tidak elastis (inelastic).
Tetapi kalau biaya produksi hampir tidak naik dengan pertambahan produksi,
maka penawaran akan bersifat elastis. Umumnya, hasil pertanian suplainya
inelastic, sedang hasil pabrik lebih elastis.
c.Jangka Panjang
Diartikan jangka waktu yang cukup lama hingga para produsen dapat
menambah kapasitas produksi dengan menambah modal tetap (pabrik baru,
mesin, perluasan areal pertanian, dsb) untuk menyesuaikan produksi dengan
permintaan masyarakat. Makin lama jangka waktu, makin elastis penawaran.
Dalam jangka panjang, perkembangan teknik produksi di sektor industri dan
produksi secara besar malah dapat menyebabkan harga turun, sehingga barang
yang dulu dipandang barang mewah dan mahal menjadi barang kebutuhan biaya
yang terbeli juga oleh orang banyak (misalnya, radio transistor, kalkulator, dan
sebagainya).
D. Contoh Kasus Elastisitas Penawaran
Berikut ini merupakan contoh kasus dari beberapa jenis elastisitas penawaran:
1. Elastisitas bahan bakar
Efek jangka panjang dari kenaikan harga bahan bakar adalah kemungkinan
pendapatan substansian dalam biaya transportasi terutama dalam harga BBM
membuat orang bereaksi mengatur jarak tempuh dan memilih yang lebih hemat
bahan bakar seperti mobil hibrida/diesel. Untuk jangka panjang, elastisitas harga
bensin berkisar antara -0,14 sampai -0,54 dan diesel 0,32. diesel disini merupakan
bahan pengganti yang disebabkan oleh responden yang mengganti mobil BBMnya
jadi mobil diesel. Harga BBM naik tidak berarti menaikan atau menurunkan
permintaan dari BBM tersebut, masyarakat lebih melihat efisiensi dari
penggunaan bahan bakar yaitu dengan menggantinya dengan diesel.
Kepadatan penduduk di perkotaan juga dapat mempengaruhi permintaan
relatif untuk bahan bakar. Kepadatan penduduk kota terhadap permintaan bahan
bakar (-0.33 sampai -0.35) yaitu inelastic, fenomena ini, karena banyaknya
fasilitas yang disediakan oleh pemerintah maka jarak yang di tempuh penduduk di
perkotaan relative singkat. Pemakaian transportasi umum dapat menghemat
pemakaian BBM sehingga dalam pemakaian BBM lebih efisiensi. Harga BBM

mempengaruhi permintaan bahan bakar sebagian besar melalui variasi dalam


konsumsi bahan bakar per km dan jarak mengemudi.
Sedangkan di sector industry, kenaikan harga BBM dikhawatirkan
mendorong lebih jauh penurunan kinerja industri hasil hutan kayu, khususnya
dalam hal penawaran dan permintaannya. Model industri hasil hutan kayu yang
dibangun telah menangkap realitas yang menjadi perhatian dalam kinerja industri
hasil hutan kayu dan dapat menjelaskan hubungan-hubungan ekonomi yang
terbentuk sesuai dengan prediksi teori. Dengan model yang diperoleh, dampak
kebijakan pengurangan subsidi harga BBM terhadap kinerja industri hasil hutan
kayu dan kesejahteraan sosial dianalisis.
Secara umum, kenaikan harga BBM dengan adanya subsidi dari
pemerintah cenderung inelastis, hal ini dikarenakan terbatasnya barang substitusi
dan komplementer dari BBM tersebut. Selain itu, total revenue sangat dipengaruhi
oleh subsidi dari pemerintah kepada perusahaan industri kayu tersebut.

2. Pemasaran Iklan
Ketika tingkat kepercayaan konsumen meningkat maka terciptalah sebuah
brand yang terkenal, sehingga masyarakat tidak lagi memperhitungkan tingkat
harga pada produk tersebut. Hal inilah yang kemudian dimaksud dengan iklan
yang dapat mengurangi sensitivitas harga konsumen. Titik kunci adalah bahwa
iklan dapat mempengaruhi elastisitas harga permintaan untuk merek dalam dua
cara berbeda secara fundamental. Pertama, iklan dapat mempengaruhi parameter
dari fungsi
permintaan konsumen
individu sedemikian rupa
untuk
membuat konsumen
individu lebih
atau
kurang sensitive
terhadap
harga. Kedua, iklan dapat mempengaruhi komposisi dari himpunan konsumen
yang membeli merek. Dalam kasus ini, peneliti meneliti barang-barang yang
elastis, sehingga iklan yang menguntungkan dan lebih berpengaruh pada
elastisitas harga adalah iklan yang tidak menurunkan elastisitas permintaan. Hal
ini terjadi karena ketika elastisitas harga suatu barang naik, maka permintaan
barang tersebut akan turun karena terdapat barang-barang alternatif atau subtitusi
lainnya. Sebagai tambahan, keadaan tersebut dapat menyebabkan produsen baru
untuk masuk ke dalam pasar.
Konsumen menengah kebawah biasanya membeli produk pada saat
produk tersebut ditawarkan dengan harga yang lebih murah. Namun lain halnya
bagi masyarakat menengah keatas yang mempunyai persepsi sendiri tentang
harga, dimana mereka menilai harga yang mahal mengidentifikasikan kualitas dari
produk tersebut. Jika sebuah merek memiliki pencitraan yang kuat dengan
konsumen maka cenderung memiliki pangsa pasar yang lebih tinggi dan lebih

mudah untuk mencapai penetrasi pasar yang lebih besar dan akan menghasilkan
lebih efisien pengeluaran biaya dalam mempromosikan produk tersebut.

Iklan juga mempengaruhi elastisitas konsumen dalam memberi barang.


Semakin tinggi nilai rating maka kepercayaan semakin sangat tinggi, hal ini akan
mempengaruhi elastisitas konsumen dalam membeli barang karena semakin
konsumen percaya akan suatu produk maka daya belinya akan semakin tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Noor, Henry Faizal, Ekonomi Publik, Padang: Akademia Permata, 2013.


Idris Amiruddin, Ekonomi Publik, Yogyakarta: Deepublish, 2016.

Ferry Prasetyia, Modul Ekonomi Publik Bagian I: Peran Pemerintah,


http://ferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/Bagian-I-Peran-Pemerintah.pdf,
(Diakses pada tanggal 23 September 2016 pada pukul 12:11 WITA).

Anda mungkin juga menyukai