Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah kesehatan karena
meningkatnya prevalensi hipertensi dan masih banyaknya pasien hipertensi yang belum
mendapatkan pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum
mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat
menyebabkan morbiditas dan mortalitas.
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi
usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar akan bertambah.
Berdasarkan data WHO tahun 2000, hipertensi telah menjangkiti 26.4% populasi dunia,
dengan perbandingan 26.6$ pada pria dan 26.1% pada wanita. Dari 26.4% populasi
dunia itu, Negara berkembang menyumbang 2/3 populasi hipertensi sedangkan Negara
maju hanya mneyumbangkan 1/3 populasi. Sampai saat ini data hipertensi yang lengkap
sebagian besar berasal dari Negara-negara yang sudah maju. Data dari The national
Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun
1999-2000, insiden hipertensi pada dewasa sekitar 29-34%, yang berarti terdapat 58-65
juta orang hipertensi di Amerika dan terjadi peningkatan 15 juta dibandingkan data
sebelumnya. Di Indonesia prevalensi pada daerah urban dan rural berkisar
antara 17-21%, sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak
terdeteksi. Di puskesmas Alai penyakit hipertensi cukup banyak ditemukan dan

penyakit ini termasuk 10 penyakit terbanyak yang ditemukan di puskesmas Alai.


Makin banyaknya penderita hipertensi dari tahun ke tahun dan banyaknya
komplikasi yang dapat disebabkan oleh penyakit ini apabila tidak ditatalaksanan dengan
baik, serta kenyataan bahwa sebenarnya penyakit ini dapat dikontrol dengan modifikasi
gaya hidup, maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus hipertensi ini sebagai salah
satu topik keluarga binaan (KABIN).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan
kerusakan ginjal. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi esensial, disebut juga hipertensi primer.1,2
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
hipertensi derajat 1 dan derajat 2.1
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 71
Klasifikasi Tekanan Darah

TDS (mmHg)

TDD

Normal

< 120

dan

(mmHg)
< 80

Prahipertensi

120 139

atau

80 89

Hipertensi derajat 1

140 159

atau

90 99

Hipertensi derajat 2

160

atau

100

TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik


Masih ada beberapa klasifikasi dan pedoman penanganan hipertensi lain dari
World Health Organization (WHO), International Society of Hypertension (ISH), dan
yang lainnya, tetapi umumnya digunakan JNC 7.1
2. Epidemiologi
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi
usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan
bertambah. Hipertensi sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65
tahun. Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negaranegara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination
Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada

orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi
di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991.
Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.1
3. Etiologi, Patogenesis, dan Patofisiologi
Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 kategori2:
1. Hipertensi primer: kasusnya sebanyak 90 95%, tidak diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder: kasusnya sebanyak 5 10%
a. Beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan
bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
b. Penyakit ginjal.
c. Kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
d. Feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan
hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
e. Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolahraga),
stres, alkohol, atau garam dalam makanan.
f. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara
waktu, jika stres telah berlalu; maka tekanan darah biasanya akan
kembali normal.
Patogenesis
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena
interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang mendorong
timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah1:
1. Faktor risiko, seperti: diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok,
genetis.
2. Sistem saraf simpatis
a. Tonus simpatis
b. Variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: endotel
pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan
interstisium juga memberikan kontribusi akhir.
4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin
dan aldosteron.

Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian


tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar Tekanan Darah = Curah Jantung x
Tahanan Perifer.1
Asupan
garam
berlebih

Jumlah
nefron
berkurang

Stres

Perubahan

Obesitas

genetis

Bahanbahan yang
berasal dari
endotel

Retensi
natrium
ginjal

Penurunan
permukaan
filtrasi

Volume cairan

Aktivitas
berlebih
saraf
simpatis

Renin
angiotensin
berlebih

Perubahan
membran
sel

Hiperinsulinemia

Konstriksi vena

Gambar 1. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pengendalian tekananHipertrofi


darah1
Kontraktilitas
Preload
Konstriksi
struktural
fungsional
Kerusakan Organ Target
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
TekananKerusakan
Darah = Curah
Jantung target
x Tahanan
maupun tidak langsung.
organ-organ
yangPerifer
umum ditemui pada pasien
hipertensi adalah1:
1. Jantung
Hipertensi = Peningkatan CJ dan / atau Peningkatan TP
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Angina atau infark miokardium
c. Gagal jantung
2. Otak
a. Strok atau transient ischemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah,
akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas dan mortalitas
pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular.1
Faktor risiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara lain adalah1:
Merokok
Obesitas
Kurangnya aktifitas fisik
Dislipidemia
Diabetes melitus
Mikroalbuminuria atau perhitungan LFG < 60 ml/menit
Umur (laki-laki > 55 tahun, perempuan > 65 tahun)

Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur (laki-laki <


55 tahun, perempuan < 65 tahun)
Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan darah

menjadi hipertensi; mereka memiliki dua kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami
penyakit kardiovaskular dari pada yang tekanan darahnya lebih rendah. Risiko penyakit
kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari faktor risiko lainnya.
Individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami hipertensi.1
4. Diagnosis
Riwayat
Dokumentasi hipertensi dikonfirmasi setelah tekanan darah tinggi setidaknya
diukur pada 3 kesempatan terpisah (berdasarkan rata-rata dari 2 atau lebih pembacaan
setelah screening awal), informasi berikut haruslah rinci3:
-

Tingkat kerusakan target organ

Penilaian status risiko kardiovaskular pasien

Pengecualian penyebab sekunder hipertensi


Pasien mungkin memiliki hipertensi yang tidak terdiagnosis selama bertahun-

tahun, tidak pernah memeriksa BP. Riwayat kerusakan end organ harus ditanyakan
secara hati-hati. Riwayat faktor risiko kardiovaskular termasuk hiperkolesterolemia,
diabetes mellitus, dan penggunaan tembakau ditanyakan. Kemudian riwayat
penggunaan obat over-the-counter; obat-obatan herbal, efedrin, obat antihipertensi yang
tidak berhasil, kontrasepsi oral, etanol, dan obat-obatan terlarang seperti kokain3.
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darah yang akurat adalah kunci diagnosis. Hasil
pengukuran tekanan darah yang tinggi. Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil
yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak dua
kali pada dua hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran
bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk
menggolongkan beratnya hipertensi.2,3
Pasien harus beristirahat tenang setidaknya selama 5 menit sebelum pengukuran.
Tekanan darah harus diukur dalam posisi terlentang dan duduk, dengan auskultasi
menggunakan bel stetoskop.3

Evaluasi funduskopi mata harus dilakukan untuk mendeteksi retinopati


hipertensi dini atau lambat, kronis atau akut. Palpasi semua nadi perifer, jika tidak ada,
lemah, atau naadi femoralis terlambat menunjukkan koartasio aorta atau penyakit
pembuluh darah perifer berat. Dengarkan auskultasi arteri renalis di atas abdomen
bagian atas, kehadiran bruit pada kedua komponen sistolik dan diastolik menunjukkan
stenosis arteri renalis. Pemeriksaan jantung secara hati-hati dilakukan untuk
mengevaluasi tanda-tanda LVH.3
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
hipertensi derajat 1 dan derajat 2.1
Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Jika tidak terdapat dugaan penyebab sekunder untuk hipertensi, hanya harus
dilakukan penelitian laboratorium rutin sebagai berikut3:
-

Complete blood count (CBC), serum electrolytes, serum creatinine, serum


glucose, uric acid, dan urinalysis

Lipid profile (total cholesterol, low-density lipoprotein [LDL], high-density


lipoprotein [HDL], dan triglycerides)

5. Penatalaksanaan
Hipertensi adalah penyakit seumur hidup. Untuk hasil yang optimal, diperlukan
komitmen jangka panjang dalam modifikasi gaya hidup dan terapi farmakologi.3
Gaya hidup yang baik mempengaruhi tingkat tekanan darah dan mengurangi
risiko penyakit jantung secara keseluruhan. Beberapa strategi untuk menurunkan risiko
berkembangnya penyakit kardiovaskular adalah2,3:
-

Menurunkan berat badan sampai batas ideal.

Jumlah aktifitas fisik aerobik yang tepat.

Diet rendah garam (mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya), diet rendah lemak total, dan
kolesterol.

Pembatasan konsumsi alkohol.

Menghindari merokok.
Terapi antihipertensi secara signifikan mengurangi risiko kematian akibat stroke

dan penyakit jantung koroner. Terapi obat pada hipertensi dimulai dengan salah satu
obat berikut ini2,3:
a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 25mg perhari, dosis tunggal pada pagi hari (pada
hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai hemokonsentrasi /
edem paru).
b. Reserpin 0,1 0,25mg sehari sebagai dosis tunggal.
c. Propranolol mulai dari 10mg 2 x sehari dapat dinaikkan 20mg 2 x sehari
(Kontraindikasi untuk penderita asma).
d. Kaptopril 12,5 25mg 2 3 kali sehari. (Kontraindikasi pada kehamilan selama
janin hidup dan penderita asma).
e. Nifedipin mulai dari 5mg 2 x sehari, bisa dinaikkan 10mg 2 x sehari.
Pesan Kunci dari Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) adalah sebagai
berikut3,4:
-

Prehipertensi (120-139 sistolik, 80-89 diastolik) memerlukan modifikasi gaya


hidup untuk mencegah peningkatan progresif tekanan darah dan penyakit
jantung.

Pada hipertensi tanpa komplikasi, diuretik thiazide, baik sendiri atau


dikombinasikan dengan obat dari kelas lain, digunakan untuk pengobatan pada
kebanyakan kasus.

Dalam kondisi berisiko tinggi, ada indikasi kuat untuk penggunaan obat
antihipertensi kelas lain (misalnya, angiotensin-converting enzyme [ACE]
inhibitor, angiotensin-receptor blocker [ARB], beta blockers, calcium channel
blockers).

Dua atau lebih obat antihipertensi diperlukan untuk mencapai tujuan BP


(<140/90 mm Hg atau <130/80 mm Hg) untuk pasien dengan diabetes dan
penyakit ginjal kronis.

Untuk pasien yang BP nya lebih dari 20 mm Hg di atas target BP sistolik atau
lebih dari 10 mm Hg di atas target BP diastolik, inisiasi terapi menggunakan 2
agen, salah satu biasanya menggunakan thiazide diuretik.

Terlepas dari terapi atau perawatan, hipertensi dapat dikendalikan hanya jika
pasien termotivasi untuk konsisten dalam rencana pengobatan mereka.

Medikasi
Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah
komplikasi. Medikasi termasuk diuretik, alpha- dan beta-adrenergic blockers, calcium
channel blockers, ACE inhibitors, dan vasodilator.3,4,5
Medikasi yang digunakan adalah sebagai berikut3,4,5:
1. Diuretik, Thiazide
Diuretik thiazide menghambat reabsorbsi sodium dan klorida di bagian asenden
loop of Henle dan tubulus distal, juga meningkatkan ekskresi potasium dan
bikarbonat, menurunkan ekskresi kalsium, dan retensi uric acid.
a. Hydrochlorothiazide
Hydrochlorothiazide menghambat reabsorbsi sodium di tubulus distal,
menyebabkan peningkatan ekskresi sodium, air, potasium, dan ion
hidrogen.
b. Chlorthalidone
c. Metolazone
d. Indapamide
2. Diuretik hemat potasium/kalium
Diuretik hemat potasium menghambat reabsorbsi sodium di tubulus distal,
sementara itu juga menurunkan sekresi potasium, merupakan diuretik lemah,
dan memiliki efek anti hipertensi yang lemah pula jika digunakan sendiri.
a. Spironolactone
Spironolactone menghambat efek aldosteron pada otot polos arteriol.
b. Amiloride
c. Triamterene
3. Loop Diuretics

Diuretik loop bekerja pada bagian asenden loop of Henle, menghambat


reabsorbsi sodium dan klorida.
a. Furosemide (lasix)
Furosemide meningkatkan ekskresi air dengan menginterfensi sistem kotranspor yang berikatan dengan klorida, sehingga menghambat
reabsorbsi sodium dan klorida di bagian asenden loop of Henle dan
tubulus renal distal. Dosis untuk setiap pasien bersifat individual.
b. Torsemide
c. Bumetanide
d. Ethacrynic acid
4. Alpha Adrenergic Blocking Agents
Agen ini secara selektif menghambat reseptor adrenergik alfa1, menyebabkan
dilatasi arteriol dan vena, sehingga menurunkan tekanan darah.
a. Prazosin
b. Terazosin
c. Phentolamine
d. Doxazosin
5. Beta Adrenergic Blocking Agents
Beta blocker digunakan untuk mengobati hipertensi sebagai agen inisial atau
dikombinasi dengan obat lain (misal, thiazide).
a. Atenolol
b. Metoprolol
c. Propranolol
Propranolol memiliki aktivitas stabilisasi membran dan menurunkan
automatisitas kontraksi. Obat ini tidak cocok untuk pengobatan
emergensi pada hipertensi. Jangan berikan propranolol secara IV
hipertensi emergensi.
d. Nebivolol
e. Esmolol
6. Alpha and Beta Adrenergic Blocking Agents
Agen ini menghambat reseptor adrenergik alfa, beta1, dan beta2, sehingga
menurunkan tekanan darah.

a. Labetalol
b. Carvedilol
7. Vasodilator perifer
Agen ini merelaksasi pembuluh darah untuk memperbaiki aliran darah, sehingga
menurunkan tekanan darah.
a. Hydralazine
b. Minoxidil
8. Calcium Channel Blockers, Dihydropyridine
Dihydropyridine berikatan dengan kanal kalsium tipe L di otot polos vaskular,
menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Efektif sebagai
monoterapi pada pasien kulit hitam dan geriatri.
a. Nifedipine (Adalat)
Nifedipin merelaksasi otot polos koroner, meningkatkan aliran oksigen
ke miokardium. Pemberian sublingual cukup aman.
b. Clevidipine butyrate
c. Amlodipine
d. Felodipine
9. Calcium Channel Blockers, Non Dihydropyridine
Agen ini berikatan dengan kanal kasium tipe L di sinoatrial dan nodus
atrioventrikular, memberikan efek pada miokardium dan vaskular.
a. Diltiazem
b. Verapamil
10. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors
Agen ini merupakan inhibitor kompetitif dari angiotensin-converting enzyme
(ACE), menurunkan kadar angiotensin II, sehingga menurunkan sekresi
aldosteron.
a. Captopril
Kaptopril mencegah konversi angiotensin I menjadi angiotensin II,
merupakan vasokonstriktor kuat, sehingga menyebabkan sekresi
aldosteron yang lebih rendah.
b. Ramipril
c. Enalapril

10

d. Lisinopril
11. Angiotensin II Receptor Antagonists
Angiotensin II receptor antagonists, atau angiotensin receptor blockers (ARBs),
digunakan pada pasien yang tidak mampu mentoleransi ACE Inhibitors. Yang
termasuk golongan ini adalah: Losartan, Valsartan, Olmesartan, Eprosartan,
Azilsartan.
12. Aldosterone Antagonists
Berkompetisi dengan reseptor aldosteron, menurunkan tekanan darah dan
reabsorpsi sodium. Yang termasuk golongan ini adalah: Epleronone.
13. Alpha Adrenergic Agonists
Menstimulasi reseptor adrenergik alfa2 presinaptik di batang otak, menurunkan
aktivitas saraf simpatis. Yang termasuk golongan ini adalah: Methyldopa,
Clonidine, Guanfacine.
14. Renin Inhibitor
Kelas terbaru obat anti hipertensi, bekerja dengan mengganggu lingkaran
feedback sistem renin angiotensin aldosteron. Yang termasuk golongan ini
adalah: Aliskiren.
15. Vasodilators
Nitrogliserin dan nitroprusside menyebabkan dilatasi arteri dan vena.
Nitroglycerin terutama mempengaruhi sistem vena dan membantu mengurangi
preload. Nitroprusside menurunkan preload dan afterload, yang membantu untuk
mengurangi kebutuhan oksigen miokard.
16. Dopamine Agonist
Dopamine agonist seperti fenoldopam memiliki efek hipotensi melalui
penurunan resistensi pembuluh darah perifer, menyebabkan peningkatan aliran
darah ginjal, diuresis, dan natriuresis.
17. Kombinasi Antihipertensi
Kombinasi obat yang memiliki mekanisme berbeda memberikan efek aditif.
Direkomendasikan untuk memulai terapi dengan agen tunggal dan kemudian ke
terapi kombinasi dengan dosis rendah. Beberapa contoh kombinasi obat
termasuk enalapril/hidroklorotiazida (Vaseretic), metoprolol/Hidroklorotiazid
(Lopressor

HCT),

triamterene/hidroklorotiazida

11

(Maxzide,

Maxzide-25,

Dyazide),

valsartan/Hidroklorotiazid

(Diovan

HCT),

dan

valsartan/amlodipine/hydrochlorothiazide (Exforge HCT).


7. Komplikasi dan Prognosis
Kebanyakan individu yang didiagnosis mengidap hipertensi akan mengalami
peningkatan tekanan darah seiring pertambahan usia. Hipertensi yang tidak diobati
meningkatkan risiko mortalitas dan sering dianggap sebagai silent killer. Hipertensi
ringan hingga moderat, jika tidak diobati, berisiko untuk terjadinya penyakit
aterosklerotik pada 30% orang dan kerusakan organ pada 50% orang setelah 8 10
tahun dari onset penyakit.3,4
Kematian akibat penyakit jantung iskemik maupun stroke meningkat secara
progresif seiring kenaikan tekanan darah. Untuk setiap kenaikan tekanan sistolik sebesar
20 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 10 mmHg dari tekanan darah 115/75 mmHg,
angka mortalitas meningkat dua kali lipat.3,4
Morbiditas dan mortalitas pada hipertensi emergency tergantung pada sejauh
mana disfungsi end organ dan sejauh mana pengontrolan tekanan darah. Dengan
pengontrolan tekanan darah dan kepatuhan dalam pengobatan, angka kelangsungan
hidup 10-tahun penderita dengan krisis hipertensi mendekati 70%.3,4
Dalam studi jantung Framingham, risiko gagal jantung kongestif pada usia yang
sama, 2,3 kali lebih tinggi pada pria dan 3 kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan
dengan orang yang tekanan darahnya lebih rendah. Data Multiple Risk Factor
Intervention Trial (MRFIT) menunjukkan bahwa risiko relatif untuk mortalitas pada
penyakit jantung koroner bervariasi yaitu 2,3-6,9 kali lebih tinggi pada orang-orang
dengan hipertensi ringan hingga berat dibandingkan dengan orang-orang dengan
tekanan darah normal. Resiko relatif untuk stroke berkisar antara 3,6-19,2. Persentase
risiko populasi untuk penyakit arteri koroner bervariasi yaitu 2,3-25,6%, sedangkan
risiko untuk stroke berkisar antara 6,8-40%.3,4
Nephrosclerosis adalah salah satu kemungkinan komplikasi pada hipertensi
kronis. Pasien dengan nefropati diabetes yang menderita hipertensi juga berisiko tinggi
untuk menderita penyakit ginjal stadium akhir. Pengurangan tekanan darah dapat
memperbaiki fungsi ginjal. Deteksi awal nephrosclerosis hipertensi adalah dengan
mendeteksi mikroalbuminuria dan intervensi terapi agresif, terutama dengan obat ACE
inhibitor, dapat mencegah progresi ke penyakit ginjal stadium akhir3.
12

LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN ( tanggal 15 Juni 2011)
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur
b. Pekerjaan/pendidikan
c. Alamat

: Syafril Zein / Laki-laki / 71 tahun.


: Pensiunan PNS / .
: Jati Kampung Pinang.

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


a. Status Perkawinan
: Kawin.
b. Jumlah Anak
: 2 orang.
c. Status Ekonomi Keluarga : Mampu, penghasilan pasien dan istri
Rp.5.000.000/ bulan (tunjangan pensiunan PNS dan uang kontrakan rumah).
d. KB
: Tidak ada.
e. Kondisi Rumah
:
- Rumah permanen, terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 dapur dan
-

ruang makan, pekarangan sempit.


Sirkulasi udara dan pencahayaan bagus.
Listrik ada.
Sumber air : air PDAM.
Jamban dan kamar mandi di dalam rumah.
Sampah dibakar di halaman rumah atau dibuang ke tempat pembuangan

sampah sementara.
Jumlah penghuni rumah 4 orang, yaitu pasien, istri pasien, 2 orang anak
pasien.

13

Kesan: higine dan sanitasi cukup baik


f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal di lingkungan permukiman padat penduduk dengan
higiene dan sanitasi cukup baik.
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Hubungan dengan anggota keluarga baik.
- Faktor stress yang dirasa sangat mengganggu tidak ada.
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Pasien mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi sejak 12 tahun
yang lalu, ketika pasien mengaku pingsan di kantor dan dilarikan ke
rumah sakit. Di rumah sakit, dokter mengatakan bahwa pasien menderita
-

hipertensi.
Orang tua laki-laki pasien menderita hipertensi, dan meninggal ketika

didiagnosis menderita stroke.


Riwayat DM, penyakit jantung, dan penyakit ginjal disangkal.

5. Keluhan Utama
Sakit kepala sejak 1 hari sebelum berobat ke puskesmas.
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Sakit kepala sejak 1 hari sebelum berobat ke puskesmas. Sakit kepala
dirasakan setiap saat, berkurang dengan istirahat. Sakit dirasakan di

seluruh bagian kepala. Tidak berdenyut.


Mual tidak ada, muntah tidak ada.
Rasa berat di tengkuk ada.
Pasien mengaku mudah lelah, cepat marah, dan sulit tidur.
Mata kabur tidak ada.
Keluhan nyeri dada yang menjalar ke leher atau lengan tidak ada.
Keluhan sesak nafas waktu beraktivitas tidak ada.
BAK biasa.
Pasien suka makan makanan yang mengandung banyak garam dan

lemak.
Pasien merokok sejak 50 tahun yang lalu. Jumlah 10 batang/ hari.
Aktifitas fisik sehari-hari kurang. Kebiasaan berolah raga tidak ada.
Pasien tidak pernah berobat untuk hipertensinya karena merasa tidak ada
keluhan.

7. Pemeriksaan Fisik

14

Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Nafas
TD
Suhu
BB
TB
Status Gizi
Mata

: Baik
: CMC
: 84x/ menit
: 20x/menit
: 170/100 mmHg
: Afebris
: 65 kg
: 152 cm
: Overweight (BMI = 28 kg/m2)
: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

Dada
Paru
I

: normochest, simetris kiri kanan, retraksi dinding dada tidak ada

Pa

: fremitus kiri=kanan

Pe

: sonor

: napas vesikuler, Ronki -/-, Wheezing -/-

Jantung
I

: Iktus tidak terlihat

Pa

: Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Pe

: batas jantung dalam batas normal

: Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada

Abdomen
I

: tidak membuncit

Pa

: supel, hepar dan lien tidak teraba.

Pe

: timpani

: Bising Usus (+) normal

Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/8. Pemeriksaan Laboratorium Anjuran :
-

Complete blood count (CBC), serum electrolytes, serum creatinine, serum


glucose, uric acid, dan urinalysis.

15

Lipid profile (total cholesterol, low-density lipoprotein [LDL], high-density


lipoprotein [HDL], dan triglycerides)

9. Diagnosis Kerja
Hipertensi Grade II ec Esensial
10. Manajemen
a. Preventif :
- Menghindari makan makanan yang banyak mengandung banyak, garam
-

lemak, dan kolesterol


Menurunkan berat badan ke rentang BB ideal dengan mengatur pola

makan sesuai dengan gizi seimbang dan olahraga.


Olahraga teratur (minimal 3 x seminggu, selama 30 menit)

b. Promotif :
- Menjelaskan

kepada

pasien

bahwa

penyakitnya

tidak

dapat

disembuhkan, akan tetapi dapat dikontrol dengan membiasakan pola


-

hidup sehat.
Memotivasi pasien untuk berhenti merokok. Karena merokok adalah
salah satu faktor risiko yang dapat memperberat hipertensi yang diderita

pasien.
Menganjurkan agar anak pasien juga memeriksakan diri ke puskesmas,

karena anak-anak pasien juga barisiko tinggi untuk menderita hipertensi.


c. Kuratif
:
Non Farmakologis
Diet rendah garam II (600-800 mg Na) pada pengolahan makanan
boleh menggunakan sendok the garam dapur (2 gram). Hindari bahan
makanan yang tinggi natrium seperti; kecap, biskuit, roti bakar.
Kebutuhan kalori perhari
Umur : 71 tahun
BB
: 65 Kg
TB
: 152 cm
BBI : (TB-100) - 10% = (152-100) 5.2 = 46.8 Kg
BMI : BB/TB2 = 65/1.52 = 28.13 cm/m2 = 28.13 (overweight)
Perhitungan
Kebutuhan Kalori Basal
BMR

= BBI x 30 kkal = 46.8 x 30 kkal

Koreksi

16

= 1404 kkal

Umur = 5% x 1404 kkal

= 70.2 kkal

Aktifitas = 20% x 1404 kkal

= 280.8 kkal

BB lebih = 10% x 1404 kkal

= 140.4 kkal

Total kebutuhan kalori sehari


= 1404 kkal + 280.8 kkal 140.4 kkal - 70.2 kkal
= 1474.2 kkal
Protein = 15% x 1474.2 kkal
= 221.13 kkal = 55,28 gr
4 kkal/gr
Lemak = 20% x 1474.2 kkal
= 294.84 kkal = 32.76 gr
9 kkal/gr
KH = 1474.2 (221.13 + 294.84)
= 958.23 kkal = 239.56 gr
4 kkal/gr
Menu sehari
Makan pagi (07.00) = 20% Energi total = 20% x 1474.2= 294.84 kkal
Nasi1 gelas + telur dadar (1 telur ayam) + tumis kacang panjang
1 gelas
Snack pagi (10.00) = 10% Energi total = 10% x 1474.2= 147.42 kkal
Bubur kacang hijau 1 gelas
Makan siang (13.00) = 30%Energi total = 30% x 1474.2= 442.26 kkal
Nasi 1 gelas + 1 potong sedang ikan/daging ayam/daging sapi + 1
potong tempe (ukuran 4x6x1 cm) + 1 gelas sayur daun
singkong/wortel + 1 buah jeruk
Makan malam (19.00) = 25%Energi total = 25% x 1474.2= 368.55 kkal
Nasi 1 gelas + 1 potong sedang ikan/daging ayam/daging sapi + 1
potong tempe (ukuran 4x6x1 cm) + 1 gelas sayur buncis/kacang
panjang + 1 potong sedang pepaya

Farmakologis

17

Hidroklorotiazid 1 x 25mg (pagi hari)

Captopril 2 x 12,5 mg

d. Rehabilitatif :
-

Pemeriksaan tekanan darah teratur ke puskesmas untuk memastikan


tekanan darah dalam batas terkontrol dan untuk memeriksakan tandatanda kerusakan organ target dan komplikasi akibat hipertensi.

FOTO RUMAH

Bagian depan

18

Ruang Tamu

Kamar Pasien

Dapur

19

Kamar mandi

Gudang
FOLLOW UP
Tanggal 18 Juni 2011
Anamnesis
sakit kepala berkurang

Rasa berat di tengkuk berkurang.


Tidur nyenyak.

Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Nafas
TD
Suhu
Mata

: Baik
: CMC
: 80 x/ menit
: 18 x/menit
: 160/100 mmHg
: Afebris
: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

20

Dada
Paru
I

: normochest, simetris kiri kanan, retraksi dinding dada tidak ada

Pa

: fremitus kiri=kanan

Pe

: sonor

: napas vesikuler, Ronki -/-, Wheezing -/-

Jantung

: Iktus tidak terlihat

Pa

: Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Pe

: batas jantung dalam batas normal

: Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada

Abdomen
I

: tidak membuncit

Pa

: supel, hepar dan lien tidak teraba.

Pe

: timpani

: Bising Usus (+) normal

Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/Manajemen
Pasien telah mulai mengurangi kebiasaan merokoknya dengan mengkonsumsi
rokok 3 batang/hari, dan pada pasien dimotivasi agar tidak hanya mengurangi
konsumsi rokoknya tetapi menghentikan kebiasaan merokok tersebut dan

mengganti rokok dengan permen.


Pasien juga telah mulai melakukan olahraga dengan berjalan kaki di sekitar

rumah.
Pasien seudah mengurangi konsumsi garam seperti yang telah disarankan tetapi
pasien belum mengatur pola makannya sesuai dengan kebutuhan gizi perhari
yang diperlukan menurut berat badan ideal pasien, untuk itu diberitahukan lagi
kepada pasien tentang pentingnya mengatur pola makan agar berat badan pasien
mencapai berat badan ideal dan mengurangi risiko untuk terjadinya kompilikasi

lain dari penyakit hipertensinya.


Pada istri dan anak perempuan pasien juga dilakukan pemeriksaan untuk menilai
tekanan darah. Istri pasien yg berumur 64 tahun memiliki TD 160/90 mmHg
dan anak perempuan pasien berumur 35 tahun memiliki TD 150/80 mmHg.

21

Untuk itu diperlukan pemeriksaan ulang pada istri dan anak pasien untuk
memastikan apakah juga menderita hipertensi dan disarankan kepada istri dan

anak pasien tersebut untuk datang ke puskesama 3 hari lagi.


Kuratif : Hidroklorotiazid 1 x 25mg (pagi hari), Captopril 2 x 12,5 mg

Tanggal 24 Juni 2011


Anamnesis
sakit kepala (-)

Rasa berat di tengkuk (-).


Tidur nyenyak.

Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Nafas
TD
Suhu
Mata

: Baik
: CMC
: 84 x/ menit
: 20 x/menit
: 150/90 mmHg
: Afebris
: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

Dada
Paru
I

: normochest, simetris kiri kanan, retraksi dinding dada tidak ada

Pa

: fremitus kiri=kanan

Pe

: sonor

: napas vesikuler, Ronki -/-, Wheezing -/-

Jantung

: Iktus tidak terlihat

Pa

: Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Pe

: batas jantung dalam batas normal

: Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada

Abdomen
I

: tidak membuncit

Pa

: supel, hepar dan lien tidak teraba.

Pe

: timpani

: Bising Usus (+) normal

Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/22

Manajemen
Pasien telah berhenti merokok dan apabila timbul hasrat ingin merokok pasien

menggantinya dengan memakan permen.


Pasien melakukan olahraga dengan berjalan kaki setiap pagi di sekitar rumah

selama 30 menit.
Pasien seudah mengurangi konsumsi garam dan mengatur pola makan seperti

yang disarankan.
Istri pasien telah melakukan pemeriksaan ke puskesmas pada tanggal 20 Juni
2011 dan diperoleh TD masih 160/90 mmHg tetapi pasien belum diberikan obat
antihipertensi saat di puskesmas karena diperlukan 3 kali pemeriksaan pada
waktu yang berbeda untuk memastikan diagnosis antihipertensi. Anak
perempuan pasien tidak ikut memeriksakan diri ke puskesmas. Saat kunjungan
ini, dilakukan pemeriksaan TD pada istri pasien dan anak perempuannya dan
didapatkan hasil masing-masing 150/80 mmHg dan 140/80 mmHg, dimana istri
pasien didiagnosis menderita hipertensi stage I dan pada istri dan anak pasien
dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam dan mengurangi mengkonsumsi
makanan berlemak seperti yang disarankan kepada pasien serta untuk

melakukan olahraga minimal 3 kali seminggu selama 30 menit.


Kuratif : Captopril 2 x 12,5 mg

23

Daftar Pustaka
1. W.Sudoyo, Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2007.
2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2007.
3. Riaz, kamran. Hypertension. Ohio: Department of Internal Medicine, Wright
State University School of Medicine; 2005.
4. Makmun, H. Lukman. Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskular II. Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2003.
5. Ganiswarna, Sulistia G. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1995.

24

Anda mungkin juga menyukai