NPM : 1506785740
Penerapan Konsep, Indikator dan Key Quality Characteristic
Dalam Mutu Layanan Kesehatan
Pengertian Mutu layanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata
penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi (Azrul Azwar, 1994).
Mutu pelayanan adalah suatu pelayanan yang diharapkan untuk memaksimalkan suatu
ukuran yang inklusif dari kesejahteraan klien sesudah itu dihitung keseimbangan antara
keuntungan yang diraih dan kerugian yang semua itu merupakan penyelesaian proses atau
hasil dari pelayanan diseluruh bagian.
Secara umum yang didefinisikan sebagai mutu layanan kesehatan adalah menunjuk
pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri
setiap pelanggan. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan
kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan kepusan ini telah diterima secara
luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang diperkirakan. Masalah pokok yang
ditemukan ialah karena kepuasan tersebut bersifat subyektif.
Setiap orang akan menilai mutu layanan kesehatan berdasarkan standar dan atau
karakteristik/kriteria yang berbeda. Salah satu kesulitan dalam merumuskan pengertian mutu
layanan kesehatan adalah karena mutu layanan kesehatan itu sangat melekat dengan faktorfaktor subjektivitas orang yang berkepentingan, baik pasien/konsumen, pemberi layanan
kesehatan(provider), penyandang dana, masyarakat, ataupun pemilik sarana layanan
kesehatan. Perspektif mutu pelayanan kesehatan juga beragam, berikut macam perspektif
pelayanan kesehatan(Brown, 1992):
a. Perspektif pasien/masyarakat
Pasien melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai sebagai suatu layanan yang
dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakanya dan diselenggarakan dengan cara sopan,
tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhanya.
b. Perspektif Pemberi layanan kesehatan
Pemberi layanan kesehatan (provider) mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu
dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja, kebebasan profesi dalam setiap
mempunyai
ciri yang
sama.
Orang yang
memiliki
konsep
mampu
membuat
pengertian
terhadap
objek-objek
atau
benda-benda
melalui
merata untuk setiap ekstensinya sehingga membawa suatu arti yang mewakili sejumlah objek
yang mempunyai ciri yang sama dan membentuk suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal
atau persoalan yang dirumuskan.
Konsep mutu telah dijelaskan oleh beberapa ahli antara lain Edward Deming, Kaoru
Ishikawa, Josep Juran, Philip Crosby dan Donabedian.
Konsep Mutu menurut Edward Deming
Konsep mutu dalam Deming Chain Reaction" menekankan bahwa untuk tercapainya sukses
organisasi, telah dibuat formulasi sebagai berikut:
a.
b.
Menekan biaya dengan cara: menekan kesalahan dalam pekerjaan, mencegah terjadinya
pengulangan, menekan terjadinya kelambatan dan penggunaan waktu dan sumber
sumber yang lebih baik
c.
Tingkatkan produktifitas
d.
Menangkap pangsa pasar dengan mutu bagus dan harga lebih rendah.
e.
f.
Tingkatkan cara kerja. Bila semua orang mau meningkatkan dan mengembangkan sistem
yang efisien akan dapat menghasilkan mutu yang lebih tinggi dengan biaya yang rendah.
pengidentifikasian masalah lalu memberikan solusi atas masalah tersebut. Solusi yang
diberikan selanjutnya akan dipresentasikan kepada manajemen tingkat atas dari suatu
organisasi.
Konsep Mutu Menurut Donabedian
Menurut Donabedian pengukuran mutu dapat dilaksanakan dengan menggunakan tiga
variabel inti :
3. Indikator harus andal, artinya hasilnya selalu sama setiap digunakan mengukur
standar layanan kesehatan.
4. Indikator harus jelas, artinya
harus
dimengerti
oleh
setiap
orang
yang
menggunakannya.
5. Indikator harus realistis dan mudah digunakan, artinya informasi yang diperlukan
untuk mengukurnya mudah didapat dan sumber daya yang diperlukan untuk
mengumpulkan data harus mampu disediakan oleh organisasi layanan kesehatan.
6. Indikator akan disusun oleh kelompok atau panel pakar yang telah menyusun standar
layanan kesehatan
7. Kebutuhan akan indikator; minimal setiap standar layanan kesehatan mempunyai satu
indikator, tetapi satu indikator dapat digunakan oleh lebih dari satu standar layanan
kesehatan.
8. Menentukan indikator mana yang akan dipantau, bergantung pada pertimbangan
antara akurasi data dan biaya yang diperlukan untuk mengumpulkannya
Nilai ambang batas (Threshold)
Nilai ambang batas adalah nilai minimal atau maksimal dari kinerja atau hasil yang dapat
diterima. Apabila nilai itu dilampaui, kondisi yang ada akan menjadi suatu pemicu bagi
organisasi layanan kesehatan untuk segera bertindak. Contohnya, apabila tingkat infeksi
nosokomial sebesar 2,5%, nilai itu akan menjadi suatu pemicu untuk melakukan evaluasi
selanjutnya. Rumah sakit X memiliki tingkat infeksi pada pengobatan luka seperti
digambarkan di bawah ini.
Nilai ambang
Toleransi
0%
100%
5%
Gambar 2
Nilai ambang batas dan tindak lanjut
Jenis-jenis indikator
Beberapa jenis indikator yang muncul antara lain:
a. JCAHO (1996):
Appropriateness
Availability
Continuity
Effectiveness
Efficacy
Efficiency
Respect & caring
Safety
Time lines
b. IOM (2001):
Safety
Effectiveness
Patient centeredness
Time lines
Efficiency
Equity
c. Lloyd (2004):
Clinical outcomes
Functional status
Safety
Customer satisfaction
Process efficiency/effectiveness
Resource utilization
Menentukan Indikator
Tipe indikator yang telah kita pilih harus paling sesuai dengan kondisi tempat dimana
kita mampu mengembangkan mutu , langkah berikutnya kita memilih indikator yang
lebih spesifik yang dapat diukur. Berikut contoh mengubah konsep menjadi indikator
yang spesifik
Tabel1. Contoh mengubah konsep menjadi Indikator
Konsep
Kepuasan Pelanggan
Indikator Potensial
Jumlah pasien yang komplain
Persentase pasien yang merespo positif pelayanan
lewat survey
Persentase pasien yang memberikan rekomendasi
pelayanan kesehatan kepada keluarga atau teman
Menjadi konflik bagi provider karena memerlukan komunikasi yang simultan dengan
pelanggan
KQCs dapat digunakan untuk mengukur kepuasan dan persepsi pasien terhadap mutu
pelayanan
Indicator
KQCs
Definisi Operasional
Rencana Pengumpulan data
Analisis
Action
Gambar 3. Roadmap Pengukuran Mutu
Konsep yang telah terbentuk maka harus dijelaskan agar bisa diukur dengan membuat
indikator yang harus tercapai. Indikator merupakan tingkat pencapaian tujuan mutu yang
dilihat dari kacamata provider, equal dengan KQCs yanag melihat perspektif mutu dari
kacamata pelanggan. Indikator dan KQCs yang telah terbentuk,kemudian di definisikan
secara operasional untuk siap dilakukan pengumpulan data dan analisis.
Contoh Penerapan
Contoh Penerapan Konsep, Indikator dan KQC di tingkat individu
Konsep
Masukan/struktur
Indikator
Masukan/struktur
Pelanggan
KQC
Pasien
Masukan
Ibu hamil
Tersedianya tablet Fe
untuk semua ibu hamil
yang melakukan
Proses
Sikap
kesehatan
Proses
petugas Persentase petugas
Pasien
kunjungan
Proses
Ibu hamil
memberikan tablet Fe
memberikan tablet Fe
Keluaran (output)
dengan ramah
Keluaran (output)
ketika petugas
memberikan tablet Fe
Pasien
Output
Pemahaman
mengenai
Ibu hamil
tablet Fe
mengkonsumsinya dan
mengkonsumsinya dan
kembali untuk
kunjungan
melakukan kunjungan
Daftar Pustaka
Azwar,azrul,Dr.MPH.1994. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : yayasan
Penerbit IDI
ASSOCIATION, A. P. 2008. Quality Indicators: Defining and Measuring Quality in
Psychiatric Care for Adults and Children (Report of the APA Task Force on Quality
Indicators), American Psychiatric Publishing.
CAREY, R. G. & LLOYD, R. C. 1995. Measuring Quality Improvement in Healthcare: A
Guide to Statistical Process Control Applications, Quality Resources.
CLEARY, P. D. & MCNEIL, B. J. 1988. Patient satisfaction as an indicator of quality care.
Inquiry, 25-36.
DONABEDIAN, A. 1980a. The Definition of Quality and Approaches to Its Assessment,
Health Administration Press.
DONABEDIAN, A. 1980b. Explorations in quality assessment and monitoring.
DONABEDIAN, A. 2002. An Introduction to Quality Assurance in Health Care, Oxford
University Press, USA.
FREEMAN, T. 2002. Using performance indicators to improve health care quality in the
public sector: a review of the literature. Health Services Management Research, 15,
126-137.
LLOYD, R. C. 2004. Quality Health Care: A Guide to Developing and Using Indicators,
Jones and Bartlett Publishers.
MANT, J. 2001. Process versus outcome indicators in the assessment of quality of health
care. International Journal for Quality in Health Care, 13, 475-480.
MUKTI, A. G. 2007. Strategi Terkini Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Konsep Dan
Implementasi.
Pusat
Pengembangan
Sistem
Pembiayaan
dan
Manajemen