Anda di halaman 1dari 19

PEMBAHASAN

Pengantar Ibadah
A. Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa berarti: taat, tunduk, hina dan pengabdian.
Berangkat dari arti ibadah secara bahasa, Ibn Taymiyah mengartikan
ibadah sebagai puncak ketaatan dan ketundukan yang didalamnya
terdapat unsur cinta (al-hubb).
Adapun definisi ibadah menurut Muhammadiyah adalah:
Mendekatlah diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta mengamalkan apa
saja yang dioerkenankan oleh-Nya. (Himpunan Putusan Tarjih, hlm. 276).
B. Falsafah ibadah: Mengapa kita harus beribadah ?
Seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini diciptakan dan dipelihara
(rububiyyatullah), dimiliki dan dikuasai mutlak oleh Allah SWT
(mulkiyyatullah).
Tentang penciptaan dan pemeliharaan tersebut, Allah swt berfirman:
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orangorang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.(QS. Al-Baqarah/2:21)
Sebagai milik Allah, maka suka atau tidak suka semuanya pasti akan
dikembalikan dan berserah diri kepada Allah SWT : kepada Nya-lah
berserah diri siapa saja yang ada di langit dan di bumi, baik dengan suka
maupun terpaksa, dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (QS.
Ali Imran/3:83).
Sengaja Allah Swt memilih kalimat dikembalikan atau dipaksa untuk
kembali kepada Sang pemilik, Sang Penguasa (al-malik) dan Sang
Pemaksa (al-qahhar) dalam keadaan
suka ataupun tidak suka. Atas dasar inilah, sehingga tidak ada pilihan lain
bagi manusia kecuali berserah diri secara mutlak kepada Dzat Yang Maha
memiliki dan menguasai seluruh

hidup dan kehidupan ini (tawhid mulkiyah).

C. Pembagian Ibadah

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis,
dengan bentuk dan

sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya :

1. Ibadah Mahdhah

penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba


dengan Allah SWT

secara langsung. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip, yaitu :

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari alQuran

maupun al- Sunnah.

b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan
diutus

rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah (QS.

An-Nisa/4: 64).

Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa
yang

dilarang, maka tinggalkanlah (QS. Al-Hasyr/ 59: 7).

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk
ini bukan

ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal
hanya

berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri.

d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah


ini adalah

kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang


diperintahkan Allah

kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba,


bukan untuk Allah,

dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.

Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :

1. Wudhu,

2. Tayammum

3. Mandi hadats

4. Adzan

5. Iqamat

6. Shalat

7. Membaca al-Quran

8. Itikaf

9. Shiyam ( Puasa )

10. Haji

11. Umrah

12. Tajhiz al- Janazah

1) Ibadah Mahdhah juga terbagi lagi menjadi dua:

a) Ibadah Mahdhah Muqayyad

Ibadah murni yang ketentuan cara pelaksanaannya telah ditetapkan oleh


Syara,

baik waktu pelaksanaannya, tempat, jumlah, dan detail pelaksanaan yang


lain dan

akhirnya pelaksanaan Ibadah semacam ini bersifat Tauqifiy, dan tidak


boleh kita

berinofasi terhadap ibadah semacam ini, semisal dengan Mengurangi


jumlah putaran

Thawaf dalam Haji, atau menambahkan jumlah Rakaat dalam salat, atau
menambah

jumlah mustahiq zakat dari delapan yang telah digariskan.

b) Ibadah Mahdhah Muthlaq

Ibadah murni yang sumber dalilnya bersifat Am (umum) dan tidak


dijelaskan

Teknis (cara) pelaksanaannya, semisal baca Al Quran, berdzikir. Terhadap


teknis

pelaksanaan ibadah semacam ini kita bebas mengaktualisasi teknis


pelaksanaannya,

baik waktu, tempat, sendiri atau berjamaah, sepanjang tidak


bertentangan dengan

ketentuan syara. Semisal membaca alquran atau berdzikir di kamar


mandi (WC) atau

tempat-tempat kotor yang lain.

2. Ibadah Ghairu Mahdhah (tidak murni semata hubungan dengan Allah)


yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga
merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk
lainnya .
Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang.


Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh
diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya
dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah bidah , atau jika ada yang
menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bidah,
maka bidahnya disebut bidah hasanah, sedangkan dalam
ibadah mahdhah disebut bidah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untungruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau
logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan,
dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya Manfaat selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh
dilakukan. Amma badu, sebagai wujud kehendak baik Allah pada
seseorang, Allah memberinya pemahaman mendalam dalam agama. Nabi
Muhammad SAW bersabda :Siapa dikehendakinya baik oleh Allah, (Allah)
memberinya pemahaman mendalam dalam agama.

Rumusan Ibadah Ghairu

Mahdhah

BB + KA

(Berbuat Baik + Karena

Allah)

KESIMPULAN

Ibadah merupakan suatu usaha kita untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ibadah dalam

islam itu ada dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu
mahdhah. Hakikat ibadah

itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh
ketundukan dan

perendahan diri kepada Allah. Seorang hamba yang ibadahnya ingin


dikabulkan hendaklah

harus memenuhi 2 syarat yaitu ikhlas dan sesuai dengan tuntunan


Rasulullah.

Daftar Pustaka

Jamaluddin, Syakir. 2014. KULIAH FIQH IBADAH. Yogyakarta : Percetakan

Muhammadiyah Gramasurya.

Dr. Abdulllah bin Salim Bahammam. 2016. PANDUAN FIQH IBADAH


BERGAMBAR. Solo

: diterjemahkan Umar Mujtahid

https://umayonline.wordpress.com/2008/09/15/ibadah-mahdhah- ghairumhadhah/ diakses

hari selasa 13 September 2016 Pukul 20.00 Wib

http://www.spiritmuda.net/2014/10/pengertian-ibadah- mahdhah-danibadah.html diakses hari

selasa 13 September 2016 Pukul 20.10 Wib

IBADAH MAHDHAH & GHAIRU MHADHAH


Umay M. Djafar Shiddieq

A.

Pengertian

Ibadah

Secara etomologis diambil dari kata abada, yabudu, abdan, fahuwa aabidun. Abid,berarti
hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, hatta dirinya sendiri milik
tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk memperoleh keridhaan
tuannya

dan

menghindarkan

murkanya.

Manusia adalah hamba Allah Ibaadullaah jiwa raga haya milik Allah, hidup matinya di tangan
Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk

ibadah atau

menghamba kepada-Nya:
56

Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu (QS. 51(al-Dzariyat
): 56).
B.

Jenis

Ibadah

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat
yang

berbeda

antara

satu

dengan

lainnya;

1. Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara
hamba

dengan

Allah

secara

langsung.

Ibadah

bentuk

ini

memiliki

prinsip:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun alSunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul
oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
64
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah(QS. 4: 64).
7
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka
tinggalkanlah( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
. . .
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul
saw.,

maka

dikategorikan

Muhdatsatul

disebut bidah:

umur

perkara

Sabda

meng-ada-ada,

yang

Nabi

populer
saw.:

. .
.
. .
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah
karena

kebanyakan

kaumnya

bertanya

dan

menyalahi

perintah

Rasul-rasul

mereka:


c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran
logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami
rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah
mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan
ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syariat, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan
oleh

syarat

dan

rukun

yang

ketat.

d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan
atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, sematamata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama
diutus

Rasul

Jenis

adalah

ibadah

yang

untuk

dipatuhi:

termasuk mahdhah,

adalah

1.

Wudhu,

2.

Tayammum

3.

Mandi

hadats

4.

Adzan

5.

Iqamat

6.

Shalat

7.

Membaca

al-Quran

8.

Itikaf

9.

Shiyam

Puasa

10.

Haji

11.

Umrah

12. Tajhiz al- Janazah


Rumusan Ibadah Mahdhah adalah
KA + SS
(Karena Allah + Sesuai Syariat)
2. Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang
di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi
antara

hamba

dengan

makhluk

lainnya

Prinsip-prinsip

dalam

ibadah

ini,

ada

4:

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan
Rasul-Nya

tidak

melarang

maka

ibadah

bentuk

ini

boleh

diseleng

garakan.

b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah
bentuk ini tidak dikenal istilah bidah , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak
dikerjakan

rasulbidah,

maka bidahnya

ibadah mahdhah disebut bidah

disebut bidah

hasanah,

sedangkan

dalam
dhalalah.

c. Bersifat rasional,

ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat

atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat,
buruk,

merugikan,

danmadharat,

maka

tidak

boleh

dilaksanakan.

d. Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah
BB + KA
(Berbuat Baik + Karena Allah)
3.

Hikmah

Ibadah

Mahdhah

Pokok dari semua ajaran Islam adalah Tawhiedul ilaah (KeEsaan Allah) , dan ibadah
mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan Allah itu, sehingga
dalam

pelaksanaannya

diwujudkan

dengan:

a. Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang). Shalat semuanya harus menghadap ke


arah kabah, itu bukan menyembah Kabah, dia adalah batu tidak memberi manfaat dan tidak
pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat menghadap ke sana untuk menyatukan arah
pandang, sebagai perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke arah
sanalah

kiblatnya

(QS.

2:

144).

b. Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama,
terdiri

dari

berdiri,

membungkuk

(ruku),

sujud

dan

duduk.

Demikian

halnya

ketika thawaf dan sai, arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang
diibadati

hanya

satu.

c. Tawhiedul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang disembah
(diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu
yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu
bahasa, demikian juga membaca al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini al-Quran adalah
bahasa al-Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca al-Quran.

Ibadah Mahdah dan Ibadah Ghairu Mahdah

PENDAHULUAN
Semua kehidupan hamba Allah yang dilaksanakan dengan niat mengharap
keridhaan Allah SWT itu bernilai ibadah. Beribadah itu hanya diri sendiri dan Allah
yang tahu apakah ikhlas atau karena riya? Ibadah sendiri secara umum dapat
dipahami sebagai wujud penghambaan diri seorang makhluk kepada Sang Khaliq.
Penghambaan itu lebih didasari pada perasaan syukur atas semua nikmat yang
telah dikaruniakan oleh Allah kepada-Nya dengan menjalankan titah-Nya sebagai
Rabbul Alamin.
Namun demikian, ada pula yang menjalankan ibadah hanya sebatas usaha untuk
menggugurkan kewajiban, dan tidak lebih dari itu. Misalnya, saat ini banyak umat
islam yang tidak berjamaah ke masjid kecuali shalat jumat. Bahkan ada pula yang
tidak shalat kecuali pada hari raya. Islamnya hanya ada di kartu identitas. Dan ada
pula yang beribadah, mendekatkan diri kepada Allah hanya pada saat ibadah ritual
saja, setelah itu dia jauh dari ridlo Allah.
Sepintas yang ada di benak kita tentang ibadah adalah hanya suatu bentuk

hubungan manusia dengan sang khalik. Padahal tidak demikian, bentuk dari ibadah
itu ada 2 ada yang hubungannya langsung berhubungan dengan Allahtanpa ada
perantara yang merupakan bagian dari ritual formal atau hablum minallah dan ada
yang ibadah secara tidak langsung, yakni semua yang berkaitan dengan masalah
muamalah, yang disebut dengan hablum minannas, hubungan antar manusia.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai pembagian ibadah itu, yang
mencakup ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah.
RUMUSAN MASALAH
A.
B.
C.
D.

Apa yang dimaksud ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah?


Apa prinsip-prinsip ibadah?
Apa hakikat dan syarat-syarat diterimanya ibadah?
Apa tujuan dan hikmah ibadah?

PEMBAHASAN
A.

Bidang Ibadah

Kata ibadah ( - - )berasal dari bahasa Arab yang diartikan


dengan taat, menurut, mengikut, berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh, mengesakan
dan merendahkan diri. Sedangkan secara istilah ibadah adalah setiap aktivitas
muslim yang dilakukan ikhlas hanya untuk mengharap ridha Allah swt, penuh rasa
cinta dan sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Seperti firman Allah dalam
surat Al-Anam ayat 162 :

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Alam.
Selain itu, ibadah juga diartikan sebagai suatu sikap pasrah dan tunduk total
kepada semua aturan Allah dan Rasul-Nya. Lebih dari itu, ibadah dalam pandangan
Islam merupakan refleksi syukur pada Allah swt atas segala nikmatnya yang timbul
dari dalam lubuk hati yang dalam dan didasari kepahaman yang benar. Pada
gilirannya, ibadah tidak lagi dipandang semata-mata sebagai kewajiban yang
memberatkan, melainkan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan.
Allah swt berfirman dalam surat Ad Dzariyat ayat 56.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-Ku (QS. 51: 56)
Kemudian dalam kitab Al-Hidayah jilid kesatu dikatakan sebagai berikut:

Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan cara melaksanakan
semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, serta beramal sesuai
dengan izin dari pembuat syariat (Al-Hakim, Allah).
Manusia dalam hidupnya mengemban amanat ibadah baik dalam hubungan kepada

Allah, maupun hubungan sesama manusia dalam hubungan dengan lingkungan,


dan hubungan dengan alam.
Secara umum, bentuk perintah beribadah kepada Allah dibagi dua, yaitu sebagai
berikut:
1. Ibadah Mahdhah atau Ibadah Khusus
Yang dimaksud dengan ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan
Tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan
Allah SWT yang bersifat ritual (peribadatan), Ibadah mahdhah merupakan
manifestasi dari rukun islam yang lima. Atau juga sering disebut ibadah yang
langsung. Selain itu juga ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan
larangannya sudah jelas secara zahir dan tidak memerlukan penambahan atau
pengurangan.
Jenis ibadah yang termasuk ibadah mahdhah, adalah :
a. Shalat
Secara lughawi atau arti kata shalat mengandung beberapa arti yang beragam
salah satunya doa, itu dapat ditemukan contohnya dalam Al-Quran surat al-Taubah
ayat 103:

Berdoalah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa
bagi mereka.
Secara terminologis ditemukan beberapa istilah diantarnya: Serangkaian
perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi salam.
b. Zakat
Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam, yang
berarti membersihkan, bertumbuh dan berkah. Zakat itu ada dua macam: yaitu
zakat harta atau disebut juga zakat mal dan zakat diri yang dikeluarkan setiap akhir
bulan ramadhan yang disebut juga zakat fitrah.
c. Puasa
Puasa adalah ibadah pokok yang ditetapkan sebagai salah satu rukun Islam. Puasa
secara bahasa bermakna , menahan dan diam dalam segala bentuknya. Secara
terminologis puasa diartikan dengan menahan diri dari makan, minum dan
berhubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan
syarat-syarat yang ditentukan.
d. Ibadah Haji
Secara arti kata, lafaz haji yang berasal dari bahasa arab, berarti bersengaja.
Dalam artian terminologis adalah Menziarahi kabah dengan melakukan serangkaian
ibadah di Masjidil Haram dan sekitarnya, baik dalam bentuk haji ataupun umroh.
e. Umroh
Umroh adalah mengunjungi kabah dengan serangkaian khusus disekitarnya.
Perbedaannya dengan haji ialah bahwa padanya tidak ada wuquf di Arafah, berhenti
di Muzdalifah, melempar jumrah dan menginap di Mina. Dengan begitu ia
merupakan haji dalam bentuknya yang lebih sederhana, sehingga sering umroh itu
disebut dengan haji kecil.
f. Bersuci dari hadas kecil maupun besar.

Rumusan Ibadah Mahdhah adalah KA + SS


(Karena Allah + Sesuai Syariat)
2.

Ibadah Ghairu Mahdhah

Yang dimaksud ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua perilaku manusia
yang hubungannya dengan sesama manusia, yaitu dalam semua aspek kehidupan
yang sesuai dengan ketentuan Allah swt, yang dilakukan dengan ikhlas untuk
mendapat ridho Allah swt. Atau sering disebut sebagai ibadah umum atau
muamalah, yaitu segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah baik berupa
perkataan atau perbuatan, lahir maupun batin yang mencakup seluruh aspek
kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, seni dan pendidikan.
Seperti qurban, pernikahan, jual beli, aqiqah, sadaqah, wakaf, warisan dan lain
sebagainya. Selain itu ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang cara
pelaksanaannya dapat direkayasa oleh manusia, artinya bentuknya dapat beragam
dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi substansi ibadahnya tetap terjaga. Seperti
perintah melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal dan bersih.
Ibadah yang termasuk Ibadah Ghairu Mahdhah, adalah:
a. Itikaf
Berdiam di masjid untuk berdzikir kepada Allah.
b. Wakaf
Wakaf menurut bahasa berarti menahan sedang menurut istilah wakaf ialah
memberikan suatu benda atau harta yang kekal zatnya kepada suatu badan yang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
c. Qurban
Qurban secara bahasa berarti dekat, sedang secara istilah adalah menyembelih
hewan yang telah memenuhi syarat tertentu di dalam waktu tertentu yaitu bulan
Dzulhijjah dengan niat ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah.
d. Shadaqah
Shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena
mengharapkan pahala di akhirat.
e. Aqiqah
Aqiqah dalam bahasa arab berarti rambut yang tumbuh di kepala anak/bayi. Istilah
aqiqah kemudian dipergunakan untuk pengertian penyembelihan hewan
sehubungan kelahiran bayi.
f. Dzikir dan Doa
Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah BB + KA
(Berbuat baik + Karena Allah )
B.

Prinsip-prinsip ibadah

1. Niat, merupakan prinsip utama dalam beribadah karena semua perbuatan


orang yang beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW yang diniatkan di jalan Allah
bernilai ibadah, baik dalam ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah.
2. Semua jenis perbuatan ibadah harus mengacu kepada Al-Quran dan AsSunnah.

3. Melakukan ibadah dengan jalan ittiba (mengikuti tata cara yang dilakukan oleh
Rasulullah saw), mengetahui hujjah atau dalil-dalilnya.
4. Tidak berpatokan pada pendekatan rasional, kecuali dalam urusan muamalah.
5. Bertanya kepada ulama (ahli zikir) jika tidak mengetahui dalil-dalilnya.
C.

Hakikat Ibadah dan Syarat-syarat Diterimanya Ibadah

1. Hakikat Ibadah
Hakikat ibadah adalah tunduknya jiwa yang muncul dari keyakinan hati, menikmati
kehadiran Allah yang memberikan semua kekuatan, kenikmatan, rasa, dan
segalanya. Menyadari kekekalan Allah dan kenisbian manusia.
Hakikat ibadah itu sendiri sebenarnya adalah perenungan jiwa, penampakan
jasmani yang bergerak mengikuti arah-arah illahi sebagaimana dijelaskan oleh
syariat dan merupakan perwujudan keyakinan terhadap kegaiban Allah.
Sebenarnya dalam ibadah itu terdapat hakikatnya, yaitu:

....ketundukan jiwa yang timbul dari karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan
yang mabud dan merasakan kebesaran-Nya lantaran beristiqad bahwa alam ini ada
kekuasaan yang akal tak dapat mengetahui hakikatnya
2. Syarat-Syarat Diterimanya Ibadah
Ibadah adalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu ibadah yang disyariatkan
kecuali berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah.
Ibadah-ibadah itu bersangkut penerimaannya kepada dua faktor yang penting, yang
menjadi syarat bagi diterimanya suatu ibadah. Syarat-syarat diterimanya suatu
amal (ibadah) ada dua macam yaitu:
a. Ikhlas, yakni dilaksanakan dengan mengharapkan keridhaan Allah, hanya
pamrih atas nama Allah dan karena perintah-Nya. Allah berfirman dalam surat AzZumar ayat 11-12 sebagai berikut:

Katakanlah. sesungguhnya aku diperintahkan agar menyembah Allah dengan


penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan
agar menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.
b. Ibadah dilaksanakan sesuai syariat Islam yang bersumber dari Al-Quran dan
As-Sunnah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahf ayat 110 sebagai
berikut:
Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya aku ini hanyaseorang manusia seperti
kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnyaTuhan kamu adalah Tuhan
yang Esa. Barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah
dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu
pun dalam beribadah kepada Tuhannya.
D. Tujuan Ibadah
Ibadah dalam Islam harus dikerjakan dengan cara-cara berikut:

1. Ikhlas, semata-mata mengharap ridha Allah swt


2. Mahabbah dan thaat (penuh rasa cinta dan tunduk)
3. Istiqomah
4. Iqtishad (dilakukan berdasarkan fitrah, sesuai dengan kapasitas dan tidak
memisahkan antara yang satu dengan yang lain)
Dan hikmah ibadah adalah:
Ibadah yang benar akan melahirkan hikmah serta hasil yang dapat dirasakan di
dunia dan juga di akhirat kelak, di antaranya sebagai berikut :
1. Taqwa
2. Terhindar dari perbuatan keji dan mungkar
3. Diri dan harta menjadi suci
4. Diri, fisik, dan psikis menjadi sehat
5. Dimudahkan rezekinya dan anak keturunannya
6. Meraih surga dan menjauhkan dari siksaan api neraka
KESIMPULAN
1. Ibadah adalah setiap aktivitas muslim yang dilakukan ikhlas hanya untuk
mengharap ridha Allah swt, penuh rasa cinta dan sesuai dengan aturan Allah dan
Rasul-Nya. Bentuk ibadah ada 2, yaitu ibadah mahdhah (ibadah yang hubungannya
langsung kepada Allah) dan ibadah ghairu mahdhah (ibadah yang hubungannya
dengan sesama manusia)
2. Ibadah mahdhah diantaranya adalah shalat, zakat, puasa, haji, umroh, dan
besuci dari hadas kecil dan besar. Contoh ibadah ghairu mahdhah adalah itikaf,
wakaf, aqiqah, sadaqah, qurban, dzikir dan doa.
3. Prinsip-prinsip ibadah adalah diantara salah satunya Niat, merupakan prinsip
utama dalam beribadah karena semua perbuatan orang yang beriman kepada Allah
dan Rasulullah SAW yang diniatkan di jalan Allah bernilai ibadah, baik dalam ibadah
mahdhah maupun ghairu mahdhah.
4. Hakikat ibadah adalah tunduknya jiwa yang muncul dari keyakinan hati,
menikmati kehadiran Allah yang memberikan semua kekuatan, kenikmatan, rasa,
dan segalanya. Menyadari kekekalan Allah dan kenisbian manusia. Syarat-syarat
diterimanya suatu ibadah adalah ikhlas dan sesuai syariat Islam yang bersumber
dari Al-Quran dan As-Sunnah.
5. Tujuan dari ibadah adalah Ikhlas, semata-mata mengharap ridha Allah swt,
Mahabbah dan thaat (penuh rasa cinta dan tunduk), Istiqomah. Dan hikmah dari
ibadah adalah Terhindar dari perbuatan keji dan mungkar, diri dan harta menjadi
suci, Diri, fisik, dan psikis menjadi sehat dan Meraih surga dan menjauhkan dari
siksaan api neraka.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang telah kami susun, semoga bermanfaat bagi pembaca
dan pemakalah sendiri. Semoga apa yang telah di diskusikan menambah
pengetehuan kita tentang materi ibadah, khususnya ibadah mahdhah dan ghairu
mahdhah yang dikerjakan manusia guna mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan
makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
kami butuhkan untuk memperbaiki makalah kami agar lebih baik


DAFTAR PUSTAKA
Syarifudin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqih, Jakarta: Prenada Media Group, 2003.
Anwar, Syahrul. Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Bogor: Ghalia Indonesia, 2002.
Zakaria, A. Al-Hidayah, Garut: Ibnazka Press, 2005.
Djazuli, A. Kaidah-kaidah Fikih. Jakarta: Prenada Media Group, 2011.
Ridwan, Hasan. Fiqh Ibadah. Bandung:Pustaka Setia, 2009.
Ash Shiddieqy, Hasbi. Fiqh Ibadah. Yogyakarta: Bulan Bintang, 1991.

Anda mungkin juga menyukai