PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Pengantar Ibadah
A. Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa berarti: taat, tunduk, hina dan pengabdian.
Berangkat dari arti ibadah secara bahasa, Ibn Taymiyah mengartikan
ibadah sebagai puncak ketaatan dan ketundukan yang didalamnya
terdapat unsur cinta (al-hubb).
Adapun definisi ibadah menurut Muhammadiyah adalah:
Mendekatlah diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta mengamalkan apa
saja yang dioerkenankan oleh-Nya. (Himpunan Putusan Tarjih, hlm. 276).
B. Falsafah ibadah: Mengapa kita harus beribadah ?
Seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini diciptakan dan dipelihara
(rububiyyatullah), dimiliki dan dikuasai mutlak oleh Allah SWT
(mulkiyyatullah).
Tentang penciptaan dan pemeliharaan tersebut, Allah swt berfirman:
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orangorang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.(QS. Al-Baqarah/2:21)
Sebagai milik Allah, maka suka atau tidak suka semuanya pasti akan
dikembalikan dan berserah diri kepada Allah SWT : kepada Nya-lah
berserah diri siapa saja yang ada di langit dan di bumi, baik dengan suka
maupun terpaksa, dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (QS.
Ali Imran/3:83).
Sengaja Allah Swt memilih kalimat dikembalikan atau dipaksa untuk
kembali kepada Sang pemilik, Sang Penguasa (al-malik) dan Sang
Pemaksa (al-qahhar) dalam keadaan
suka ataupun tidak suka. Atas dasar inilah, sehingga tidak ada pilihan lain
bagi manusia kecuali berserah diri secara mutlak kepada Dzat Yang Maha
memiliki dan menguasai seluruh
C. Pembagian Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis,
dengan bentuk dan
1. Ibadah Mahdhah
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan
diutus
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah (QS.
An-Nisa/4: 64).
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa
yang
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk
ini bukan
ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal
hanya
dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. Itikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
Thawaf dalam Haji, atau menambahkan jumlah Rakaat dalam salat, atau
menambah
Mahdhah
BB + KA
Allah)
KESIMPULAN
Ibadah merupakan suatu usaha kita untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ibadah dalam
islam itu ada dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu
mahdhah. Hakikat ibadah
itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh
ketundukan dan
Daftar Pustaka
Muhammadiyah Gramasurya.
A.
Pengertian
Ibadah
Secara etomologis diambil dari kata abada, yabudu, abdan, fahuwa aabidun. Abid,berarti
hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, hatta dirinya sendiri milik
tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk memperoleh keridhaan
tuannya
dan
menghindarkan
murkanya.
Manusia adalah hamba Allah Ibaadullaah jiwa raga haya milik Allah, hidup matinya di tangan
Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk
ibadah atau
menghamba kepada-Nya:
56
Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu (QS. 51(al-Dzariyat
): 56).
B.
Jenis
Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat
yang
berbeda
antara
satu
dengan
lainnya;
1. Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara
hamba
dengan
Allah
secara
langsung.
Ibadah
bentuk
ini
memiliki
prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun alSunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul
oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
64
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah(QS. 4: 64).
7
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka
tinggalkanlah( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
. . .
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul
saw.,
maka
dikategorikan
Muhdatsatul
disebut bidah:
umur
perkara
Sabda
meng-ada-ada,
yang
Nabi
populer
saw.:
. .
.
. .
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah
karena
kebanyakan
kaumnya
bertanya
dan
menyalahi
perintah
Rasul-rasul
mereka:
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran
logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami
rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah
mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan
ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syariat, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan
oleh
syarat
dan
rukun
yang
ketat.
d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan
atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, sematamata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama
diutus
Rasul
Jenis
adalah
ibadah
yang
untuk
dipatuhi:
termasuk mahdhah,
adalah
1.
Wudhu,
2.
Tayammum
3.
Mandi
hadats
4.
Adzan
5.
Iqamat
6.
Shalat
7.
Membaca
al-Quran
8.
Itikaf
9.
Shiyam
Puasa
10.
Haji
11.
Umrah
hamba
dengan
makhluk
lainnya
Prinsip-prinsip
dalam
ibadah
ini,
ada
4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan
Rasul-Nya
tidak
melarang
maka
ibadah
bentuk
ini
boleh
diseleng
garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah
bentuk ini tidak dikenal istilah bidah , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak
dikerjakan
rasulbidah,
maka bidahnya
disebut bidah
hasanah,
sedangkan
dalam
dhalalah.
c. Bersifat rasional,
atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat,
buruk,
merugikan,
danmadharat,
maka
tidak
boleh
dilaksanakan.
d. Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah
BB + KA
(Berbuat Baik + Karena Allah)
3.
Hikmah
Ibadah
Mahdhah
Pokok dari semua ajaran Islam adalah Tawhiedul ilaah (KeEsaan Allah) , dan ibadah
mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan Allah itu, sehingga
dalam
pelaksanaannya
diwujudkan
dengan:
kiblatnya
(QS.
2:
144).
b. Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama,
terdiri
dari
berdiri,
membungkuk
(ruku),
sujud
dan
duduk.
Demikian
halnya
ketika thawaf dan sai, arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang
diibadati
hanya
satu.
c. Tawhiedul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang disembah
(diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu
yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu
bahasa, demikian juga membaca al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini al-Quran adalah
bahasa al-Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca al-Quran.
PENDAHULUAN
Semua kehidupan hamba Allah yang dilaksanakan dengan niat mengharap
keridhaan Allah SWT itu bernilai ibadah. Beribadah itu hanya diri sendiri dan Allah
yang tahu apakah ikhlas atau karena riya? Ibadah sendiri secara umum dapat
dipahami sebagai wujud penghambaan diri seorang makhluk kepada Sang Khaliq.
Penghambaan itu lebih didasari pada perasaan syukur atas semua nikmat yang
telah dikaruniakan oleh Allah kepada-Nya dengan menjalankan titah-Nya sebagai
Rabbul Alamin.
Namun demikian, ada pula yang menjalankan ibadah hanya sebatas usaha untuk
menggugurkan kewajiban, dan tidak lebih dari itu. Misalnya, saat ini banyak umat
islam yang tidak berjamaah ke masjid kecuali shalat jumat. Bahkan ada pula yang
tidak shalat kecuali pada hari raya. Islamnya hanya ada di kartu identitas. Dan ada
pula yang beribadah, mendekatkan diri kepada Allah hanya pada saat ibadah ritual
saja, setelah itu dia jauh dari ridlo Allah.
Sepintas yang ada di benak kita tentang ibadah adalah hanya suatu bentuk
hubungan manusia dengan sang khalik. Padahal tidak demikian, bentuk dari ibadah
itu ada 2 ada yang hubungannya langsung berhubungan dengan Allahtanpa ada
perantara yang merupakan bagian dari ritual formal atau hablum minallah dan ada
yang ibadah secara tidak langsung, yakni semua yang berkaitan dengan masalah
muamalah, yang disebut dengan hablum minannas, hubungan antar manusia.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai pembagian ibadah itu, yang
mencakup ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah.
RUMUSAN MASALAH
A.
B.
C.
D.
PEMBAHASAN
A.
Bidang Ibadah
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-Ku (QS. 51: 56)
Kemudian dalam kitab Al-Hidayah jilid kesatu dikatakan sebagai berikut:
Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan cara melaksanakan
semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, serta beramal sesuai
dengan izin dari pembuat syariat (Al-Hakim, Allah).
Manusia dalam hidupnya mengemban amanat ibadah baik dalam hubungan kepada
Berdoalah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa
bagi mereka.
Secara terminologis ditemukan beberapa istilah diantarnya: Serangkaian
perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi salam.
b. Zakat
Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam, yang
berarti membersihkan, bertumbuh dan berkah. Zakat itu ada dua macam: yaitu
zakat harta atau disebut juga zakat mal dan zakat diri yang dikeluarkan setiap akhir
bulan ramadhan yang disebut juga zakat fitrah.
c. Puasa
Puasa adalah ibadah pokok yang ditetapkan sebagai salah satu rukun Islam. Puasa
secara bahasa bermakna , menahan dan diam dalam segala bentuknya. Secara
terminologis puasa diartikan dengan menahan diri dari makan, minum dan
berhubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan
syarat-syarat yang ditentukan.
d. Ibadah Haji
Secara arti kata, lafaz haji yang berasal dari bahasa arab, berarti bersengaja.
Dalam artian terminologis adalah Menziarahi kabah dengan melakukan serangkaian
ibadah di Masjidil Haram dan sekitarnya, baik dalam bentuk haji ataupun umroh.
e. Umroh
Umroh adalah mengunjungi kabah dengan serangkaian khusus disekitarnya.
Perbedaannya dengan haji ialah bahwa padanya tidak ada wuquf di Arafah, berhenti
di Muzdalifah, melempar jumrah dan menginap di Mina. Dengan begitu ia
merupakan haji dalam bentuknya yang lebih sederhana, sehingga sering umroh itu
disebut dengan haji kecil.
f. Bersuci dari hadas kecil maupun besar.
Yang dimaksud ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua perilaku manusia
yang hubungannya dengan sesama manusia, yaitu dalam semua aspek kehidupan
yang sesuai dengan ketentuan Allah swt, yang dilakukan dengan ikhlas untuk
mendapat ridho Allah swt. Atau sering disebut sebagai ibadah umum atau
muamalah, yaitu segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah baik berupa
perkataan atau perbuatan, lahir maupun batin yang mencakup seluruh aspek
kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, seni dan pendidikan.
Seperti qurban, pernikahan, jual beli, aqiqah, sadaqah, wakaf, warisan dan lain
sebagainya. Selain itu ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang cara
pelaksanaannya dapat direkayasa oleh manusia, artinya bentuknya dapat beragam
dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi substansi ibadahnya tetap terjaga. Seperti
perintah melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal dan bersih.
Ibadah yang termasuk Ibadah Ghairu Mahdhah, adalah:
a. Itikaf
Berdiam di masjid untuk berdzikir kepada Allah.
b. Wakaf
Wakaf menurut bahasa berarti menahan sedang menurut istilah wakaf ialah
memberikan suatu benda atau harta yang kekal zatnya kepada suatu badan yang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
c. Qurban
Qurban secara bahasa berarti dekat, sedang secara istilah adalah menyembelih
hewan yang telah memenuhi syarat tertentu di dalam waktu tertentu yaitu bulan
Dzulhijjah dengan niat ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah.
d. Shadaqah
Shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena
mengharapkan pahala di akhirat.
e. Aqiqah
Aqiqah dalam bahasa arab berarti rambut yang tumbuh di kepala anak/bayi. Istilah
aqiqah kemudian dipergunakan untuk pengertian penyembelihan hewan
sehubungan kelahiran bayi.
f. Dzikir dan Doa
Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah BB + KA
(Berbuat baik + Karena Allah )
B.
Prinsip-prinsip ibadah
3. Melakukan ibadah dengan jalan ittiba (mengikuti tata cara yang dilakukan oleh
Rasulullah saw), mengetahui hujjah atau dalil-dalilnya.
4. Tidak berpatokan pada pendekatan rasional, kecuali dalam urusan muamalah.
5. Bertanya kepada ulama (ahli zikir) jika tidak mengetahui dalil-dalilnya.
C.
1. Hakikat Ibadah
Hakikat ibadah adalah tunduknya jiwa yang muncul dari keyakinan hati, menikmati
kehadiran Allah yang memberikan semua kekuatan, kenikmatan, rasa, dan
segalanya. Menyadari kekekalan Allah dan kenisbian manusia.
Hakikat ibadah itu sendiri sebenarnya adalah perenungan jiwa, penampakan
jasmani yang bergerak mengikuti arah-arah illahi sebagaimana dijelaskan oleh
syariat dan merupakan perwujudan keyakinan terhadap kegaiban Allah.
Sebenarnya dalam ibadah itu terdapat hakikatnya, yaitu:
....ketundukan jiwa yang timbul dari karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan
yang mabud dan merasakan kebesaran-Nya lantaran beristiqad bahwa alam ini ada
kekuasaan yang akal tak dapat mengetahui hakikatnya
2. Syarat-Syarat Diterimanya Ibadah
Ibadah adalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu ibadah yang disyariatkan
kecuali berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah.
Ibadah-ibadah itu bersangkut penerimaannya kepada dua faktor yang penting, yang
menjadi syarat bagi diterimanya suatu ibadah. Syarat-syarat diterimanya suatu
amal (ibadah) ada dua macam yaitu:
a. Ikhlas, yakni dilaksanakan dengan mengharapkan keridhaan Allah, hanya
pamrih atas nama Allah dan karena perintah-Nya. Allah berfirman dalam surat AzZumar ayat 11-12 sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Syarifudin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqih, Jakarta: Prenada Media Group, 2003.
Anwar, Syahrul. Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Bogor: Ghalia Indonesia, 2002.
Zakaria, A. Al-Hidayah, Garut: Ibnazka Press, 2005.
Djazuli, A. Kaidah-kaidah Fikih. Jakarta: Prenada Media Group, 2011.
Ridwan, Hasan. Fiqh Ibadah. Bandung:Pustaka Setia, 2009.
Ash Shiddieqy, Hasbi. Fiqh Ibadah. Yogyakarta: Bulan Bintang, 1991.