TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Stroke
Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah manifestasi
klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun global, yang berlangsung
dengan cepat dan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa
ditemukannya penyakit selain daripada gangguan vaskular.1 Sebagian besar stroke
disebabkan tersumbatnya aliran darah otak yang menyebabkan iskemiknya
jaringan otak, hanya sekitar 13% penderita stroke termasuk dalam kategori stroke
hemoragik.
2.2
Epidemiologi Stroke
Menurut WHO, 15 juta orang menderita stroke setiap tahun. 5 juta dari
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara
berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar
24
25
2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20%
oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial.4
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar
15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi
normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis
interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke
bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua
adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum
anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu
sirkulus willisi.4,5
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsifungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat
sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke
atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang
berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan
serabutserabut saraf ke target organ
26
Klasifikasi Stroke
A Berdasarkan kelainan patologik pada otak :7
1
Stroke Hemoragik
-
Perdarahan intraserebral
27
2. Sistem vertebrobasiler
- Motorik : hemiparese alternan, disartria
28
2.5
Hemiparesis
menonjol.
Gangguan mental.
Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
Bisa terjadi kejang-kejang.
kontralateral
dengan
kelumpuhan
tungkai
lebih
kepalaberputar (vertigo).
Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
29
Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga
homonim).
Gangguan pendengaran.
Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.
Koma
Hemiparesis kontra lateral.
Ketidakmampuan membaca (aleksia).
Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.
30
2.6
31
b.
c.
d.
menyebabkan hilangnya fungsi neuron yang bersangkutan pada saat itu juga. Bila
anoksia ini berlanjut sampai 5 menit maka sel tersebut dengan sel penyangganya
yaitu sel glia akan mengalami kerusakan ireversibel sampai nekrosis beberapa jam
kemudian yang diikuti perubahan permeabilitas vaskular disekitarnya dan
masuknya cairan serta sel-sel radang.
32
kematian
sel.
Oklusi
akut
pembuluh
darah
intrakranial
33
Penurunan aliran ini akan berpengaruh pada aliran darah kolateral dan ini sangat
tergantung pada anatomi vaskular individual dan lokasi oklusi. Apabila aliran
darah serebral tidak ada sama sekali, akan terjadi kematian pada jaringan otak
dalam 4 hingga 10 menit. Apabila aliran darah ke otak kurang dari 16-18 ml/ 100
gram jaringan otak per menit maka akan menyebabkan infark dalam satu jam.
Apabila kurang dari 20 ml/ 100 gram jaringan otak per menit menyebabkan
iskemik tanpa infark kecuali jika berlangsung selama beberapa jam atau hari. Jika
aliran darah dikembalikan dengan cepat sesuai dengan kebutuhannya, sehingga
jaringan otak dapat pulih penuh dan simptom pada pasien hanya transien dan ini
disebut transient ischemic attack (TIA). Tanda dan gejala TIA biasanya
berlangsung dalam 5-15 menit tetapi secara defenisi harus kurang dari 24 jam.9
Kematian sel pada otak terjadi melalui dua jalur yaitu: (1) jalur nekrosis di
mana pemecahan sitoskletal seluler berlangsung cepat yang berakibat pada
kegagalan energi sel, dan (2) jalur apoptosis di mana sel terprogram untuk mati.
Iskemik menyebabkan nekrosis karena sel-sel neuron mengalami kekurangan
glukosa yang berakibat pada kegagalan mitokondria dalam menghasilkan ATP.
Tanpa ATP, pompa ion pada membran akan berhenti berfungsi dan neuron
mengalami depolarisasi dan disertai dengan peningkatan kalsium intraselular.
Depolarisasi selular juga menyebabkan pelepasan glutamat dari terminal
sinapsis.10 Di samping itu, penurunan ATP akan menyebabkan penumpukan asam
laktat dan menyebabkan terjadinya asidosis selular. Radikal bebas juga dihasilkan
oleh degradasi membran lipid dan mitokondria yang mengalami disfungsi.
Radikal bebas ini menyebabkan kerusakan pada membran dan fungsi vital lain sel.
Di samping itu, demam akan memperparah iskemik begitu juga dengan
hiperglikemia, oleh karena itu demam dan hiperglikemia harus diatasi dan jika
bisa dicegah. Penurunan suhu setidaknya 2 3C dapat menurunkan kebutuhan
metabolik neuron dan meningkatkan toleransi terhadap hipoksia sebesar 25-30
%.10,11
2.7
34
Secara umum faktor resiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu
umur, jenis kelamin, ras/bangsa dan genetik, sedangkan faktor resiko yang dapat
dimodifikasi, yaitu hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, merokok, dan
hiperlpidemia. Faktor resiko stroke dibagi atas faktor mayor dan faktor minor :12
A. Faktor Mayor
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Diabetes Melitus
- Pernah stroke
B. Faktor Minor
- Hiperlipidemia
- Hematokrit tinggi
- Merokok
- Obesitas
- Hiperurisemia
- Kurang olahraga
- Fibrinogen tinggi
Infark otak
TIA (+)
Istirahat, tidur atau segera
35
2.8
Dasar Diagnosis6
2.8.1
gangguan sistem vertebrobasiler berupa gangguan motorik pada wajah satu sisi
dengan tubuh (anggota gerak), yaitu hemiparese dekstra, parese N VII sinistra
sentral.
2.8.3
kesadaran, Hal ini sesuai dengan Algoritma Stroke Gajah Mada. Selain itu, stroke
pada pasien ini terjadi pada waktu beraktivitas (saat mandi).
36
Sistem Skor
Perbedaan antara stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik sangat
penting dalam rangka pengobatan stroke, pengetahuan mengenai taraf ketepatan
pembuktian klinis terhadap stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik yang
dapat diandalkan akan sangat membantu para dokter yang bekerja di daerah
terpencil dengan fasilitas pelayanan medis yang sangat terbatas dan belum
tersedianya pemeriksaan penunjang yang memadai (misalnya CT-Scan). Untuk
itu beberapa peneliti mencoba membuat perbedaan antara kedua jenis stroke
dengan menggunakan tabel dengan sistem skor.
Algoritma Gajah Mada
Penurunan kesadaran
Sakit kepala
Refleks patologi
Stroke
Hemoragik
Penurunan kesadaran (-), sakit kepala (-), refleks patologi (+) Stroke Infark
Dasar Usulan Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin: untuk mengetahui faktor resiko stroke berupa
hematokrit meningkat, fibrinogen tinggi
b. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mengetahui faktor resiko stroke berupa
DM, hiperkolesterolemia dan berguna juga untuk penatalaksanaannya.
c. Head CT scan: diagnosis pasti kelainan patologi stroke (hemoragik atau
infark), lokasi dan luas lesi.
d. EKG: mengetahui kelainan jantung berupa LVH (left ventricel hypertrofi)
2.9 Penatalaksanaan Stroke
Target managemen stroke non hemoragik akut adalah untuk menstabilkan
pasien dan menyelesaikan evaluasi dan pemeriksaan termasuk diantaranya
pencitraan dan pemeriksaan laboratorium dalam jangka waktu 60 menit setelah
37
pasien tiba. Keputusan penting pada manajemen akut ini mencakup perlu tidaknya
intubasi, pengontrolan tekanan darah, dan menentukan resiko atau keuntungan
dari pemberian terapi trombolitik.13
2.9.1
Penatalaksanaan Umum
yang
kurang
baik
dan
menghambat
reperfusi
pada
iv sampaoi
38
39
pemberian
trombolitik
agar
tidak
terjadi
komplikasi
40
Kejang terjadi pada 2-23 persen pasien dalam 24 jam pertama setelah
onset. Meskipun profilaksis kejang tidak diindikasikan, pencegahan
terhadap sekuel kejang dengan menggunakan preparat antiepileptik tetap
direkomendasikan6
2.9.2
Terapi Spesifik
Terapi spesifik pada stroke iskhemik akut atas dasar patofisiologinya dapat
41
yang didapat dari penelitian klinis yang mensahkan pengobatan ini untuk
stroke akut, walaupun secara teori sangat menarik. Selain itu, karena
bahaya resiko perdarahan pada daerah iskhemik, belum ada consensus
yang menuliskan kapan waktu terbaik untuk memulai pemberian
pengobatan antikoagulansia.
B. Obat Trombolitik
1. Trombolisis intravena.
Recombinant tissue plasminogen activator (r-tPA), streptokinase,
urokinase, ankrod (enzim bisa ular), SVTA-3 (snake venom-antitrombotic
enzyme-3). Satu-satunya obat trombolitik yang diakui oleh FDA untuk
stroke iskemik akut adalah r-tPA. Obat ini harus diberikan dalam 3 jam
setelah gejala stroke dengan dosis 0,9 mg/KgBB, maksimal 90 mg, dengan
10% dari dosis diberikan sebagai bolus dan sisanya lewat infus selama 60
menit.
Pemberian
r-tPA harus
memenuhi
kriteria
indikasi
dan
kontraindikasi.
2. Trombolitik intra-arterial.
Pro-urokinase intra-arterial (pro ACT II 1999), gabungan r-tPA
intravena dan intra-arterial, gabungan neuroprotektan dengan r-tPA serta
gabungan penghambat IIb IIIa dengan r-tPA muncul sebagai alternatif
pengobatan tetapi dikatakan masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut
untuk mendapatkan pengakuan dari FDA Amerika Serikat.
C. Obat-Obat Neuroprotektif
1. Obat-obat mencegah iskemia dini.
L-glutamate, suatu neurotransmitter perangsang alami bekerja sebagai
neurotoksin endogen.
mengakibatkan
rangsangan
sinaptik
berlebihan,
dengan
akibat
perangsangan berlebihan dan kematian sel. Atas dasar ini dicari obatobatan pencegah rangsangan EAA (EAA antagonis).
NMDA serta
42
Pentoksifilin bekerja
monoclonal
dapat
43
2. Indikasi
a. Stroke iskemik dalam 24 jam pertama dari onset.
b. Stroke hemoragik intraserebral.
3. Peringatan dan perhatian :
a. Pada stroke hemoragik intraserebral jangan memberikan citicholin dosis
lebih dari 500 mg, harus dari dosis kecil 100 mg 200 mg, 2 3 kali
sehari.
b. Pemberian IV harus perlahan-lahan.
4. Efek samping :
a. Reaksi hipersensitif : ruam kulit.
b. Insomnia, sakit kepala, pusing, kejang, mual, anoreksia, nilai fungsi hati
abnormal pada pemeriksaan laboratorium, diplopia, perubahan tekanan
darah sementara dan malaise.
5. Dosis dan cara pemakaian :
a. Stroke iskemik : 250 1000 mg/hari, IV terbagi dalam 2 3 kali/hari
selama 2 4 hari.
b. Stroke hemoragik : 150 200 mg/hari, IV terbagi dalam 2 3 kali/hari
selama 2 14 hari.
6. Bukti klinis :
44
transformasi
hemoragik
pada
infark
mereka.
Hal
ini
diperkirakan terjadi pada 5% dari stroke iskemik yang tidak rumit, tanpa
adanya trombolitik. Transformasi hemoragik tidak selalu dikaitkan dengan
penurunan neurologis dan berkisar dari peteki kecil sampai perdarahan
hematoma yang memerlukan evakuasi.
3. Insiden kejang berkisar 2-23% pada pasca-stroke periode pemulihan. Poststroke iskemik biasanya bersifat fokal tetapi menyebar. Beberapa pasien
yang mengalami serangan stroke berkembang menjadi chronic seizure
disorders. Kejang sekunder dari stroke iskemik harus dikelola dengan cara
yang sama seperti gangguan kejang lain yang timbul sebagai akibat
neurologis injury.
2.11
adalah sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis yang dihasilkan. Usia pasien,
penyebab stroke, gangguan medis yang terjadi bersamaan juga mempengaruhi
prognosis. Secara keseluruhan, agak kurang dari 80% pasien dengan stroke
bertahan selama paling sedikit 1 bulan, dan didapatkan tingkat kelangsungan
45
hidup dalam 10 tahun sekitar 35%. Angka yang terakhir ini tidak mengejutkan,
mengingat usia lanjut di mana biasanya terjadi stroke. Dari pasien yang selamat
dari periode akut, sekitar satu setengah samapai dua pertiga kembali fungsi
independen, sementara sekitar 15% memerlukan perawatan institusional.6
2.12
Pencegahan Stroke
Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia,
Polusi udara dan asap rokok yang dapat memicu pembuluh darah
cenderung mengeras, dan akhirnya tersumbat.
46
C. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita
stroke. Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita
stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis atau berulang. Yaitu
dengan mengendalikan faktor risiko, minum obat seumur hidup seperti
aspirin, anti oksigen seperti vitamin A, C, E dan antikoagulan yang dapat
mempengaruhi irama jantung.
Kunci dari pencegahan dan penyembuhan stroke itu sendiri dan
mengendalikan faktor risiko, menjalani cara hidup bebas risiko, seperti
menghindari pola makan berlebihan, olahraga teratur, dan menghindari
stres.
Stroke bisa sembuh total jika terdeteksi sejak awal apalagi jika
ditangani dengan cepat, tepat, dan akurat pada saat terjadi serangan,
khususnya stroke yang bukan pendarahan. Tetapi kalau sudah akut,
kemungkinan untuk sembuh sangat kecil, bahkan kalau terlambat bisa
membawa kematian dan cacat besar, jika termasuk kategori akut maka
sangat sulit untuk bisa sembuh total. Mereka masih harus menjalani
pengobatan dan rehabilitas seumur hidup. Pengobatan yang dilakukan juga
terbatas untuk mengurangi rasa sakit jika stroke sewaktu-waktu kambuh,
dan yang tak kalah penting segera bawa ke rumah sakit jika ada anggota
keluarga yang mendadak terserang stroke karena waktu emas stroke adalah
antara 3 sampai 6 jam. Artinya jika lebih dari waktu tersebut pasien belum
mendapat penanganan maka risiko keselematannya jadi begitu kecil.
Namun beberapa ahli membagi pencegahan terjadinya stroke ke dalam
beberapa kategori sebagai berikut, dimana yang terutama dalam
pencegahan ini adalah dengan pengaturan faktor risiko (risk factor
management):
1. Pengaturan risiko dilihat dari gaya hidup
Diet dan Nutrisi
47
Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah merupakan faktor risiko besar
bagi stroke. Karena itu diet yang seimbang sangatlah penting. Selain
itu, kadar sodium (garam) yang tinggi diketahui dapat meningkatkan
tekanan darah, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke.
Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik membantu mengontrol banyak faktor risiko yang
berhubungan dengan stroke. Dengan sirkulasi darah yang baik,
oksigenasi menjadi baik, sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Dengan latihan fisik yang teratur, menunjukkan adanya penurunan
kadar trigliserid, dan membantu mencegah obesitas.
Merokok
Merokok meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke dan berbagai
kelainan
yang
berhubungan
dengan
stroke,
seperti
penyakit
48
Alkohol
Penelitian menunjukkan penggunaan alkohol yang berlebih (2 gelas
atau lebih perhari) dapat meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah
yang tinggi (hipertensi) merupakan faktor risiko mayor untuk stroke.
Obesitas
Obesitas meningkatkan keumungkinan terjadinya hipertensi dan
tingginya kadar kolesterol dalam darah, dimana keduanya merupakan
faktor yang memungkinkan terjadinya stroke. Beberapa penelitian
menganjurkan penurunan berat badan sampai berat badan ideal. Diet
dan aktivitas fisik merupakan terapi untuk mengatasi obesitas.
2. Pengaturan kondisi yang berisiko
Pada beberapa kasus, keadaan medis yang melibatkan seseorang yang
berisiko terhadap stroke dapat dihilangkan atau dikontrol dengan
modifikasi gaya hidup. Mereka juga dapat dirawat secara medis mulai
dari terapi dengan menggunakan obat-obatan sampai dengan terapi
bedah.
D. Pencegahan tertier
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita
stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan
mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari. Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentuk
rehabilitasi fisik, mental dan sosial.
49