Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup
seseorang, karena itu kita wajib bersyukur apabila berada dalam kondisi
sehat. Banyak diantara kitayang sering mengalami gangguan kesehatan oleh
berbagai macam penyakit, ada yang hanya menderita penyakit yang ringan
misalnya demam dan flu namun ada pula yang menderita penyakit yang berat
misalnya penyakit strokre, jantung, HIV/ AIDS, tuberkulosis paru dan
beberapa penyakit lain. Sakit bukan hanya keadaan ketika terjadi suatu proses
penyakit. Lebih dari itu, sakit merupakan suatu keadaan ketika fungsi fisik,
emosional, intelektual, sosial, dan perkembangan seseorang berkurang atau
terganggu jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat diantaranya tingkat
pengetahuan, ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan,kesehatan dan
budaya sosial. (Adnan, 2012). Keadaan sakit tidak bisa dipisahkan dari
peristiwa kehidupan yang membuat klien dan keluarga harus berhadapan
dengan berbagai perubahan yang terjadi akibat kondisi sakit dan pengobatan
yang dilaksanakan, termasuk perubahan yang terjadi pada pasien stroke
(Potter & Perry, 2005).
Insidensi stroke bervariasi diberbagai negara dan tempat (Nastiti, 2012).
Sekitar15 jutaorang di seluruh duniamengalami strokesetiap tahun (Stroke
Asociation, 2013). Insiden stroke di Amerika adalah 795,000orang setiap

tahunnya, 610,000 diantaranya merupakan serangan pertama dan 185,000


adalah serangan berulang, dan rata-ratastroketerjadi setiap40detik (Go A.Z,
2014). Kejadian stroke di Britania Raya pada tahun 2007 hingga 2014 adalah
sekitar 152,000 pertahun, rata-rata stroke terjadi setiap 3menit, 27detik.
Tingkat insidenstrokedi Britania Rayabervariasi, tergantungpada negaraatau
wilayahyang

diteliti.

Hal

ini

dapatberkisar

dari115/100,000

sampai

150/100,000 penduduk (Stroke Asociation, 2015). Insiden stroke di Australia


pada tahun 2014 adalah sekitar 51,000 baik itu yang menderita stroke baru
atau stroke berulang, atau sekitar 1000 kejadian setiap minggu, dan 1 kejadian
setiap 10 menit (National Stroke Foundation, 2014). Di Asia negara dengan
jumlah penderita stroke terbesar adalah Indonesia (Ekowatiningsih, 2014).
Menurut data yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Republik indonesia
melalui Situasi Kesehatan Jantung Indonesia tahun 2014, jumlah penderita
penyakit stroke di Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1,236,825 orang (7.0), sedangkan
berdasarkan diagnosis Nakes/gejala diperkirakan sebanyak 2,137,941 orang
(12.1) (Kemenkes RI, 2014).
Indonesia dengan Provinsi yang termasuk 10 besar angka terbanyak
mengalami kejadian stroke salah satunya adalah Sumatera Barat. Jumlah
penderita penyakit stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes)
pada tahun 2013 diperkirakan sebanyak 33,249 atau sekitar 9.7, sedangkan
berdasarkan diagnosis Nakes/gejala diperkirakan sebanyak 50,045 atau
sekitar 14.6 (Kemenkes RI, 2014).Jumlah kekambuhan stroke juga
menunjukkan angka yang tinggi. Jumlah pasien yang mengalami serangan

stroke berulang satu bulan pasca serangan stroke pertama kali berkisar antara
3-10 %. Setelah satu tahun meningkat menjadi 5-14% dan setelah lima tahun
pasca stroke menjadi 25-40%. Sementara itu, di Indonesia serangan stroke
berulang setelah satu tahun terjadi pada 19,9% setelah serangan stroke
pertama. Kemudian, setelah lima tahun meningkat menjadi 24% pada
perempuan dan 42% pada laki-laki untuk semua kelompok usia (Kelana
2015).
Sumatera Barat merupakan satu-satunya Provinsi di Pulau Sumatera yang
memiliki rumah sakit khusus pelayan stroke yaitu Rumah Sakit Stroke
Nasional Bukittinggi. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus
pengobatan stroke pertama di Indonesia dan ketiga di dunia (Wikipedia,
2015). Rumah sakit ini merupakan pusat rujukan bagi mereka yang terkena
serangan stroke dari seluruh provinsi di Pulau Sumatra (Hayana, 2015). Kasus
stroke di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi terus meningkat. pada
tahun 2014 menjelaskan bahwa kasus stroke rawat jalan sebanyak 11,652
kasus.1,478 kasus baru, 10,174 kasus lama dan 8,696 kasus stroke berulang,
sedangkan pada tahun 2015 adalah sekitar 12,688 kasus. 1,570 kasus baru,
11,118 kasus lama dan 9,214 kasus stroke berulang (RSSN Bukittinggi,
2015).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak secara tiba-tiba (Brunner & Suddarth, 2002).
Stroke ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan
cepat yang berupa gangguan fungsional otak global berupa sakit kepala dan
penurunan kesadaran yang berlangsung lebih dari 24 jam dan gangguan

fungsional otak fokal yaitu berupa hemiparese, ganggguan hemisensorik,


afasia dan gangguan psikologi, yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain
penyebab vaskuler (Gofir, 2009).klasifikasi stroke ada dua yaitu Stroke
hemoragik dan non hemoragik. Stroke hemoragik adalah perdarahan serebral
dan mungkin perdarah subaraknoid yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak pada area otak tertentu, stroke non hemoragik adalah
berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral biasanya terjadi setelah
lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari.
Fakror resiko stroke ada yang bisa dirubah dan yang tidak dapat dirubah.
Faktor resiko yang tiadak dapat dirubah adalah umur, jenis kelamin,ras dan
keturunan. Faktor resiko yang dapat dirubah adalah hipertensi, diabetes,
dislipidemia, obesitas, meroko, kurang aktivitas. Pasien yang mengalami
stroke lewis at al,( 2011). Seseorang yang pernah menjadi pasien pasca stroke
yang tidak mengontrol faktor resiko stroke akan berpeluang mengalami stroke
berulang.

Stroke

berulang

dapat

didefenisikan

serebrovaskuler baru yang mempunyai satu diantara

sebagai

kejadian

kriteria berikut :

1)Defisit neurologik yang berbeda dengan stroke pertama. 2)Kejadian yang


meliputi daerah anatomi atau daerah yang berbeda dengan stroke pertama. 3)
Kejadian mempunyai sub tipe stroke yang berbeda dengan stroke pertama.
(Burn dkk (1994) dalam Husni dan Laksmawati (2001) dan Hankey dkk
(1998).
Stroke berulang (recurrent stroke) adalah serangan susulan yang terjadi
setelah serangan stroke pertama, dengan dampak yang lebih berat seperti
kecacatan yang lebih permanen dan kematian. Seseorang yang pernah terkena

stroke beresiko untuk mengalami stroke kembali (Lanny, 2002). Bahaya yang
ditimbulkan oleh stroke berulang adalah kecacatan, bisa mengakibatkan
kematian dan Stroke berulang biasanya tidak terjadi diarea otak yang sama
dengan stroke pertama, Jika stroke sampai berulang artinya terjadi perdarahan
atau penyumbatan baru.. (Indah permata 2015).
Siswanto, (2005) mengungkapkan bahwa diperkirakan 25% orang yang
sembuh dari stroke yang pertama akan mendapatkan stroke berulang dalam
kurun waktu 5 tahun. Hasil penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa
terjadinya resiko kematian pada 5 tahun pasca stroke adalah 45-61% dan
terjadinya stroke berulang 25-37%. Menurut studi Framingham, insiden
stroke berulang dalam kurun waktu 4 tahun pada pria 42% dan wanita 24%.
(Makmur, T, Anwar, Y, dkk, 2002) mendapatkan kejadian stroke berulang
29,52%, yang paling sering terjadi pada usia 60-69 tahun (36,5%), dan pada
kurun waktu 1-5 tahun (78,37%) dengan faktor risiko utama adalah hipertensi
(92,7%) dan dislipidemia (34,2%).
Dikutip dari jurnal Yuliaji Siswanto(2005) terjadinya sroke berulang
berkaitan dengan faktor resiko yang dipunyai oleh penderita, makin banyak
faktor resiko yang dipunyai makin tinggi kemungkinan terjadinya stroke
berulang. Dalam menekan angka stroke berulang, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah mengetahui faktor risiko dan melakukan upaya-upaya,
baik dalam memodifikasi gaya hidup, menjalani terapi yang diperlukan dan
yang tidak kalah penting adalah melakukan pemeriksaan yang dapat
memberikan informasi optimal faktor risiko yang dimiliki seseorang untuk
terjadinya stroke ataupun stroke berulang. Para penderita stroke umumnya

akan kehilangan sebagian atau seluruh fungsi tubuh tertentu. Suplai darah
yang sempat terhenti inilah yang menyebabkan tubuh tidak lagi berfungsi
dengan baik. Sehingga pasien stroke sangat bergantung pada orang-orang
disekitarnya, khususnya keluarga yang merupakan orang terdekat mereka.
Keluarga merupakan komponen penting dalam proses pemulihan pasien
karena keluargalah yang paling mengetahui kondisi kesehatan pasien dan
menjadi bagian penting dalam proses pemulihan (Videbeck, 2001).
Pengambilan keputusan untuk tindakan kesehatan pada pasien stroke
bergantung dari pengetahuan keluarga pasien stroke sendiri (Mulyatsih,
2008).
Irdawati (2009), Rendahnya tingkat pengetahuan keluarga tentang faktor
resiko stroke berulang menyebabkan meningkatnya tingkat keparahan, pasien
tidak memiliki kemandirian, terjadinya serangan ulang bahkan menyebabkan
kematian. keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari
suami istri dan anak atau ayah/ ibu dan anak. keluarga mempengaruhi
perilaku hidup sehat dari setiap anggotanya,begitu juga dari setiap status
kesehatan dari setiap individu mempengaruhi dari fungsi keluarga dan
kemampuannya untuk mencapai suatu tujuan (Potter, 2005)
Dikutip dari jurnal Fadila Nur Safitri (2013), menjelaskan bahwa
keluarga masih menganggap stroke merupakan penyakit tua dan menganggap
yang diterima pasien di Rumah Sakit sudah dapat menjamin kesembuhan
total pada pasien sampai pada akhirnya pasien diijinkan untuk pulang.
Beberapa anggota keluarga pasien juga mengatakan mereka jarang membantu
pasien untuk melakukan gerakan fisik di rumah, tidak terlalu mengerti

makanan seperti apa yang seharusnya dihindari, dan karena banyaknya


kesibukan, keluarga terkadang lalai untuk mengantar pasien untuk kontrol ke
rumah sakit. Ini dilatar belakangi oleh minimnya pengetahuan yang mereka
punya

tentang

penyakit

stroke

inilah

yang

nantinya

memberikan

kemungkinan terjadinya serangan stroke ulang. Teori Bloom mendefinisikan


bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian
yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh dari pengalaman, latihan, atau
melalui proses belajar.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hana Rizmadewi Agustina
(2012), tentang resiko stroke berulang dan hubungannya dengan pengetahuan
dan sikap keluarga di dapatkan hasil bahwa sebagian besar dari keluarga
pasien memiliki pengetahuan yang cukup tentang pengertian, penyebab dan
gejala yang ditimbulkan dari penyakit stroke tetapi sebagian besar
diantaranya juga memiliki pengetahuan yang kurang tentang diet, pantangan
dan rehabilitasi stroke.
Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan februari tahun 2016, dari
wawancara dan observasi penulis, dengan 10 orang keluarga pasien atau
responden yang mengantar pasien berobat jalan kepoliklinik syaraf RSSN
Bukittinggi didapati 3 diantaranya mengatakan sering terlambat mengantar
pasien berobat dan 3 diantaranya tidak tahu makan apa saja yang tidak boleh
di konsumsi pasien dan bagai mana pengaturan makan pasien stroke.
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Hubungan Pengetahuan keluarga tentang faktor resiko stroke berulang

terhadap kejadian stroke berulang di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Stroke


Nasional Bukittinggi tahun 2016.

B. Rumusan Masalah
Pasien-pasien pasca stroke membutuhkan waktu yang lama untuk proses
pemulihan sehingga tingkat pengetahuan keluarga penting dalam rangka
untuk mencegah terjadinya stroke berulang. Berdasarkan latar belakang di
atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : apakah ada
hubungan antara pengetahuan keluarga tentang faktor resiko stroke berulang
terhadap kejadian stroke berulang di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Stroke
Nasional Bukittinggi tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang faktor resiko
stroke berulang terhadap kejadian stroke berulang diPoliklinik Saraf
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2016.
2.

Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian stroke di Poliklinik Saraf
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2016.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan keluaraga terhadap
stroke berulang di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi tahun 2016.
c. Diketahuinya faktor resiko stroke berulang terhadap kejadian stroke
berulang di Poliklinik SarafRumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
tahun 2016.
d. Diketahuinya hubungan pengetahuan keluarga tentang faktor resiko
stroke beerulang terhadap kejadian stroke berulang

1.

D. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat bagi :
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti didalam melakukan penelitian khususnya penelitian
tentang hubungan pengetahuan keluarga tentang foktor resiko stroke
berulang terhadap kejadian stroke berulang di Poliklinik Saraf Rumah
Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2016.
2. Bagi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat
dan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan edukasi pada keluarga
dan pasien sehingga dapat menurunkan angka kejadian stroke berulang.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan bacaan, koleksi
perpustakaan dan diharapkan menjadi bahan yang dapat dikembangakan
pada penelitian berikutnya. Peneliti ini merupakan aplikasi dari
pendidikan yang peneliti peroleh selama dibangku perkuliahan di STIKes
Yarsi Sumbar Bukittinggi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Stroke
a. Pengertian Stroke
Stroke, atau cedera serebrovaskular (CVA), adalah kehilangan
fungsi otak yang disebabkan oleh berhentinya aliran darah darah ke
bagian otak (Brunner dan Suddarth, 2002). Stroke ditandai dengan
gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa
gangguan fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih
dari 24 jam, yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain penyebab
vaskuler (Gofir, 2009).
Stroke atau gangguan perdarahan otak

merupakan penyakit

neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan
tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang datang mendadak
dan disebabkan karena terjadinya gangguan perdarahan pada otak dan
bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja.WHO (2006) menjelaskan
Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan otak fokal atau global dengan gejala- gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tampa
adanya penyebab lain yang jelas selain vascular. Termasuk disini
pendarahan

subarachnoid,

pendarahan

intraserebral,

infark

serebral.Stroke dalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


perubahan neurologis yang disebabkan oleh gangguan suplai darah pada
bagian otak (bowman dalm Black & hawks, 2009).

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan Stroke adalah


gangguan fungsi otak yang terjadi mendadak akibat gangguan aliran
darah otak.
b. Jenis Stroke
1) Berdasarkan etiologinya stroke dibagi menjadi 2 (menurut Muttaqin
2008)
(1) Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan
pasokan darah yang disebabkan karena penyumbatan pada
pembuluh darah otak. penyumbatnya adalah plak atau timbunan
lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam darah.
Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh darah besar (arteri
karotis), atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau
pembuluh darah kecil.
(2) Stroke hemoragik
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarah
subaraknoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
pada area otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktifitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
2) Berdasarkan patologis (pinzon, dkk 2010)
(a) Stroke sumbatan (stroke iskemik)
Terjadi karena pembuluh darahk otak mengalami sumbatan.
Sumbatan tersebut bisa berakibat trombus dan sumbatan akibat
emboli. Proporsi sumbatan (infark) pada umumnya mencapai
70% kasus.

(b) Stroke pendarahan ( stroke hemoragik)


Stroke pendarahan tejadi akibat pecahnya penbuluh darah
yang menuju otak. Stroke ini terjadi dari pendarahan
intraseprebral (pada jaringan otak) dan stroke pendarahan
subarachnoid (dibawah pembungkus otak) proporsi stroke
intraserebral 25 % dan pendarahan subarachnod 5%. Pendarhan
otak primer (80 -85%) di hubungkan dengan hipertensi yang
tidak terkendali. Pendarahan intraserebral sekunder (15 -20 %)
disebabkan oleh kelainan pembuluh darah, pengunaan obat anti
koagulan, penyakit hati, dan penyakit sistem darah (misal pada
leukemia).
3) Berdasarkan serangan (junaidi 2006)
(a) Transient ischemic attack (TIA)
Serangan stroke ringan berlangsung lebih kurang dari 24 jam lalu
hilang Kembali.
(b) Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)
Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24
jam, biasanya RIND akan membaik dalam waktu 2448 jam
(c)Stroke In Evolution (SIE)
Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus
berkembang dimana terlihat semakin berat dan memburuk setelah
48 jam.Defisit neurologis yang timbul berlangsung bertahap dari
ringan sampai menjadi berat.
(d)Complete Stroke Non Hemorrhagic

Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen


tidak berkembang lagi bergantung daerah bagian otak mana yang
mengalami infark.
c. Etiologi
Junaidi (2010), mengugkapkan, stroke disebabkan oleh dua hal
utama, yaitu penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otak
(disebut stroke iskemik/ non pendarahan atau karena adanya perdarahan
di otak (disebut stroke hemoragik/pendarahan).
Menurut Brunner dan Suddarth (2002),

stroke

biasanya

diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian yaitu : (1) thrombosis
(bekuan darah yang terdapat di dalam pembuluh darah otak atau leher),
(2) embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa
dari bagian tubuh yang lain ke bagian otak), (3) iskemia (penurunan
aliran darah ke area otak), dan (4) hemoragi serebral (pecahnya
pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam penghentian
suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan permanen atau
sementara gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi.
Junaidi (2011) menyebutkan penyebab terjadinya

stroke

berdasarkan jenisnya.
1) Stroke iskemik
Sesuai namanya, stroke iskemik disebabkan oleh penyumbatan
pembuluh darah otak (stroke non pendarahan/iskemik).Otak dapat
berfunsi dengan baik jika aliran darah yang menuju ke otak lancar,
dan tidak mengalami hambatan. Namun jika persedian oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh sel sel darah dan sel plasma terhalang
oleh suatu bekuan darah atau terjadi thrombosis pada dinding arteri

yang mensuplai darah ke otak maka akan terjadi stroke askemik


yang biasa berakibat kematian jaringan otak yang disuplai.
Beberapa penyebab terhalangnya aliran darah ke otak :
(a) Atheroma (endapan lemak), bisa terbentuk didalam arteri karotis
sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak,
keadaan ini sangat serius karena arteri karotis adalah jalur utama
yang memberikan sebagian besar darah ke otak.
(b) Emboli, endapan lemak seperti yang disebutkan di atas bisa juga
terlepas di dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian
menyubat arteri yang lebih kecil. Arteri karotis dan arteri
vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena
adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari
jantung atau katupnya. Sroke karena sumbatan emboli jarang
terjadi.
(c) Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi
menyebabkan menyempitnya pembuluh darah yang menuju ke
otak. Selain pendarahan umum oleh bakteri, peradangan juga
bisa dipicu oleh asam urat (penyebab rematik gout) yang
berlebih dalam darah.
(d) Obat obatan,seperti kokain, epinefrin, anfetamen, adrenalin,
dan sebagainya dengan jalan mempersempit diameter pembuluh
darah di otak dan menyebabkan stroke. Fungsi obat obatan
diatas menyebabkan menyebabkan kotraksi arteri sehingga
diameternya mengecil.
(e) Hipotensi, penurunan tekanan darah yang tiba tiba bisa
menyebabakan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya
menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi tekanan

darah rendahnya berat dan menahun. Hal ini disebabkan karena


cidera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung
yang abnormal.
2) Stroke pendarahan
(a) Hemoragi Serebral
Perdarahan intrakranial

atau

intraserebral

termasuk

perdarahan dalam ruang subraknoid atau kedalam jaringan otak


sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi akibat ateroklerosis dan
hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perebesan

darah

kedalam

parenkim

otak

yang

dapat

mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan


otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tertekan, sehingga infark otak, edema, dan mungkin herniasi
otak (Muttaqin, 2008).
Hemoragi dapat terjadi diluar duramater (hemoragi subdural atau
epidural), di bawah duramater (hemoragi subdural), di ruang sub
araknoid (hemoragi subaraknoid), atau di dalam substansi otak
(hemoragi intraserebral) (Brunner & Suddarth 2002).
(a) Hemoragi Ekstradural
Hemoragi ekstradural atau hemoragi di luar duramater
adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan
segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan
robekan arteri tengah atau arteri meningen lain (Brunner &
Suddarth, 2002).
(b) Hemoragi Subdural
Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut)
sebenarnya sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa
hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya,

periode pembentukan hematoma lebih lama dan menyebabkan


tekanan pada otak (Brunner & Suddarth, 2002).
(c) Hemoragi Subaraknoid
Hemoragi subaraknoid dapat terjadi karena akibat trauma
atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran
aneurisme pada area sirklus Willisi dan malformasi ateri-vena
kongenital pada otak (Brunner & Suddarth,2002).
(d) Hemoragi Intraserebral
Hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak paling
umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis
serebral, karena perubahan degeneratif dan penyakit ini
biasanya menyebabkan rupture pembuluh darah (Brunner &
Suddarth, 2002).
Menurut Muttaqin (2008), stroke juga disebabkan oleh hipoksia umum
maupun setempat.
1) Hipoksemia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah :
(a) Hipertensi yang parah;
(b) Henti jantung-paru;
(c) Curah jantung turun akibat aritmia.
2) Hipoksemia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah :
(a) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid;
(b) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.
d. Faktor Resiko
Beberapa faktor penyebab stroke menurut pinzon (2010), terdiri
atas faktor resiko yang bisa dikendalikan, dan faktor resiko yang tidak
bisa diubah antarlain:
1) faktor resiko yang tidak dapat diubah

(a) Usia, Kemunduran sistem pembuluh darah meningkat seiring


dengan bertambahnya usia hingga makin bertambah usia makin
tinggi kemungkinan mendapat stroke. Dalam statistik, faktor ini
menjadi 2 kali lipat pasca usia 55 tahun.
(b) Jenis kelamin, Stroke diketahui lebih banyak diderita lakilaki
dibanding perempuan. Kecuali umur 3544 tahun dan diatas 85
tahun, lebih banyak diderita perempuan
(c) Riwayat keluarga, seseorang dengan riwayat keluarga stroke
sebih cendrung menderita diabetes dan hipertensi. Peningkatan
pada kejadian stroke pada keluarga penyandang stroke adalah
akibat diturunkannya faktor resiko stroke.
(d) Ras, kejadian stroke pada ras kulit berwarna lebih tinggi dari
kaukasoid.
2)Faktor resiko yang dapat diubah
(a) Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor penyebab 80% serangan
stroke.Hipertensi dapat menyebabkan stroke iskemik maupun
pendarahan. Pada stroke iskemik hipertensi menyebabkan cidera
pada sel endotel pembuluh darah yang kemungkinan menjadi
plak anterosklerotik sehingga mempersempit mulen pembulu
darah.Penebalan dinding arteri ini menyebabkan hambatan
aliran darah ke otak (iskandar, 2003). Orang yang menderita
hipertensi tujuh kali lebih beresiko terkena stroke dibandingkan
orang dengan tekanan darah normal. Oarang yang berusia diatas
50 tahunn dengan tekanan darah sistolik yang tinggi
(>140mmHg)

beresiko

terkana

stroke

atau

penyakit

kardiovaskuler.Tekanan darah cendrung meningkat seiring


pertambahan usia. Orang dengan tekanan darah normal pada
usia 55 tahun mempunyai resiko stroke hampir dua kali lipat
dibandingkan orang berusia muda (feingin, 2004).
(b) Diabetes mellitus (DM)
Diabetes mellitus (DM) dapat menyebabkan stroke iskemia
karena terbentuknya plak ateroosklerosis pada dinding pembulu
darah kecil (mikroangiopati) maupun pembuluh darah besar
(kagroangiopati) diseluruh pembulu darah otak. Kadar glukosa
yang tinggi pada stroke akan memperluas area infark, karena
terbentuknya asam laktat akibat metabolism glukosa yang
dilakukan secara anaerob yang merusak jaringan otak.
Hiperklikemi

dapat

menurunkan

sintesis

prostasiklin,

menigkatakn pembentukan thrombosis menyebabkan lisis


protein pada dinding arteri ( iskandar2003 ) diabetes mellitus
meningkatakn resiko stroke melalui hiperurisemi. Asam urat
merupakan salah satu komponen pada plak anterosklerosis
diperparah karena ada respon inflamasi terhadap Kristal asam
urat.Metabolisme purin ini diduga menyebabkan pembentukan
thrombus (Iskandar, 2003).Diabetes mellitus menyebabkan
infark serebral 2-4 kali, tetepi resiko pendarhan otak tidak
meningkat. Insiden infark pada laki-laki penderita diabetes
mellitus 2,6 kali dan wanita 3,8 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan bukan penderita diabetes mellitus.
(c) Merokok

Rokok dapat menyebabkan penyempitan dan pengerasan


pembuluh darah arteri (aterosklerosis). Aterosklerosis terjadi
karena rokok meningkatkan oksidasi lemak, dimana karbon
monoksida (CO) dalam

rokok menyebabkan kerusakan,

terbentuknya aneurisma yang menyebabkan pendarahan sub


arachnoid. Sedangakan iskemik derjadi akibat perubahan pada
arteri karotis. Karboksihemoglobin (CoHb) yang meningkat
akibat meningkatnya CO juga meningkatkan kadar kolesterol,
lesi pada endothelial dan peningkatan agregasi platelet
(iskandar, 2003). Rokok menyebabkan berkurangnya jumlah
oksigen dalam darah yang menyebabkan jantung bekerja lebih
keras, hal ini mempermudah terbebtuknya gumpalan darah.
Gumpalan ini akan menghambat aliaran darah keotak sehingga
menyebabkan stroke (National Stroke Association, 2010). Selain
itu rokok juga menyebabkan konsentrasi fibrinogen, hematocrit,
sehinga

terjadi

anterombolitik

(Feingin,

2004).

Sebuah

penelitian mengatakan bahwa resiko stroke pada pria dan wanita


perokok 50% lebih besar dibanding yang tidak merokok
(Lawrence, 2009). Perokok beresiko 2-4 menderita stroke
hemoragik terutama Sub Aracnoid Hemorrhage (SAH). Bahkan
menurut (feingin,2004) perokok pasif (menghirup asap rokok
secara tidak langsung) meningkatkan kemungkinan terkena
stroke hampir 80%. Mereka yang menghisap 20 atau lebih
batang rokok sehari memiliki resiko stroke dua kali lipat

dibanding yang merokok lebih sedikit.semakin lama seseorang


merokok, semakin besar resiko mengalami stroke.
(d) Dislipidemia
Dyslipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang di
tandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam
plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kelainan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL (low density lipoprotein).
Kenaikan kadar kolesterol HDL (hingh density lipoprotein).
Dalam proses terjadinya arteroklorosis semuanya mempunyai
peran yang penting dan sangat erat kaitannya satu dengan yang
lain. Kolesterol darah yang tinggi meningkatkan resiko stroke.
Pemberian terapi obat untuk mengurangi kadar kolesterol
bermanfaat untuk menurunkan resiko stroke sumbatan (iskemik)
(e) Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan kejadian stroke terutama di
sertai dengan dyslipidemia, juga dapat menyebabkan terjadinya
stroke dengan efek snoring atau mendengkur dan sleep apnea,
karena terhentinya suplai oksigen secara tiba tiba di otak.
(f) Kurang aktivitas fisik
Aktifitas fisik berkaitan dengan resiko stroke, karena
mempengaruhi faktor terbentuknya arterosklerotik seperti
hipertensi, resistensi insulin, intoleransi glukosa, rendah
kosentrasi kolesterol lipoprotein dan obesitas. Di mana hal
tersebut akan menyebabkan terjadi stroke iskemik dan
hemoragik.

Menurut

Lawrence

(2009),

individu

yang

melakukan aktifitas fisik memiliki resiko 27% lebih rendah dari

individu yang tidak melakukan aktifitas fisik. Sedangakan


menurut feingin (2004), orang yang kurang aktiviatas (olah raga
<3kali per minggu) 50% resiko terkena stroke dibandingkan
orang yang aktif. Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan
darah, gula darah, meningkatkan kadar kolesterol HDL dan
menurunkan kadar kolesterol LDL.
e. Patofisiologi
Infark serebral merupakan berkurangnnya suplai darah ke area tertentu
di otak. Luasnya infark tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh darah serta adekuatnya sirkulasi kolateal terhadap area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak
dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus,
emboli perdarahan, dan spasme vaskuler) atau kerena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering sebagai
faktor penyebab infark pada otak. Thrombus dapat berasal dari plak
arterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak. Thrombus
dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau dapat beku pada area yang
stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat dipecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah.Thrombus mengakibatkan iskemia jaringan otak
yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema serta
kogesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
besar dari pada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena

thrombosis biasanya tidak fatal jika tidak terjadi perdarahan massif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septic infeksi akan meluas pada
dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis atau jika
sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan
dilatasi aneurisme pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan
serebral, jika aneurisme pecah atau rupture.
Perdarahan pada otak yang disebabkan oleh rupture arteriosklerotik dan
hipartensi pembuluh darah. Perdarahan intrasirebral yang sangat luas akan
lebih sering menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit
serebrovaskular, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi masa otak,
peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat mengakibatkan
herniasi otak pada flak serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak,
dan perdarahan di batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke bataang
otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus
perdarahan otak di nucleus kaudatus, thalamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang enuksia serebral.
Perubahan yang oleh enuksia serebral dapat reversible untuk waktu 4
sampai 6 menit. Perubahan ireversible jika anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkin otak, akibat volume perdarahan yang relatif
banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan
penurunan tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemeneleman vasoaktif darah yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunya

tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yg terkena darah dan sekitarnya


tertekan lagi.(Muttaqin, 2008).
h. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
Menurut Muttaqin (2008), penatalaksanaan medis terdiri atas
pengobatan konserfatif dan pengobatan pembedahan.
a) Pengobatan konserfatif
(1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya : pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
(2) Dapat diberikan

histamin,

aminophilin,

asetazolamid,

papaverin intra arterial.


(3) Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit
dapat memainkan peran sangat penting dalam pembentukan
thrombus

dan

embolisasi.

Antiagregai

thrombus

dan

embolisme. Antiagregasi thrombosis seperti aspirin digunakan


untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang
terjadi sesudah ulserasi alteroma.
(4) Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjanya atau
merambatnya thrombosis atau embolisme dari tempat lain
dalam sistem kardiovaskuler.
b) Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama dalah memperbaik aliran darah serebral adalah :
(1) Endrostrakeostomi karotis membentuk kembali aliran darah
karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.
(2) Revaskularisasi terutama merupkan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA.
(3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
(4) Ugasi arteri karotis di leher khususnya pada aneurisma.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksaan pasien stroke fase akut menurut Brunner dan Suddrath
(2002) adalah :

a) Pasien ditempatkan posisi lateral atau semi telungkup dengan


kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai pada tekanan serebral
berkurang.
b) Pasien dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal (aspirasi,
atelektasis,

pneumonia),

yang

mungkin

berkaitan

dengan

kehilangan refleks jalan napas, imobilitas , atau hipoventilasi.


c) Jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama
sserta tanda gagal jantung kongestif.
j. Komplikasi
Menurut Burnner dan Suddrath (2002), komplikasi stroke antara lain :
1) Hipoksia Serebral
Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah
adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen
yang dikirimkan ke jaringan.
2) Penurunan Aliran Darah Serebral dan Luasnya Area Cedera
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah
jantung, dan itegritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan
intravena)

harus

menjamin

penurunan

viskositas

darah

dan

memperbaiki aliran darah serebral.Hipertensi atau hipotensi ekstrem


perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral
dan potensi luasnya area cedera.
3) Embolisme Serebral
Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard.
Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya
menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan
curah jantung tidak konsisten dan penghentikan thrombus lokal. Selain
itu disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus
diperbaiki.

2. Stroke Berulang
a. Pengertian
Stroke

berulang

juga

di

defenisikan

sebagai

kejadian

serebrovaskuler baru yang mempunyai satu diantara kriteria berikut :


1) Defisit neurologik yang berbeda dengan stroke pertama
2) Kejadian yang meliputi daerah anatomi atau daerah yang berbeda
dengan stroke pertama
3) Kejadian mempunyai sub tipe stroke yang berbeda dengan stroke
pertama. (Burn dkk (1994) dalam Husni dan Laksmawati (2001)
dan Hankey dkk (1998)).
Stroke berulang (recurrent stroke) adalah serangan susulan yang
terjadi setela serangan stroke pertama, dengan dampak yang lebih berat
seperti kecacatan yang lebih permanen dan kematian. Seseorang yang
pernah terkena stroke beresiko untuk mengalami stroke kembali
(Lanny, 2002)
Stroke berulang sama dengan serangan stroke pertama, dalam
banyak kasus tidak ada peringatan,paling sering terjadi pada tahun
pertama setelah serangan sebelumnya (Henderson, 2002).
Stroke berulang merupakan kasus stroke yang kembali terjadi
jika seseorang stroke pertama tidakdilanjuti dengan dengan upaya
penghentian proses yang menumpuk terbentuknya kembali faktor
faktor penyebab stroke, cepat atau lambat serangan stroke akan muncul
lagi.( iskandar, 2004)

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan stroke berulang


adalah serangan stroke yang terjadi setelah stroke pertama, dan terjadi
lebih dari satu kali.

b. Faktor Resiko Stroke Berulang


Stroke adalah penyakit yang berulang - ulang karena penderita
yang telah menggalami satu kali serangan stroke, maka akan berpotensi
untuk lima kali (kemungkinan mengalami lagi. 62 % dari mereka yang
selamat dapat mengalami stroke ke dua kecuali jika penderita dapat
melakukan sesuatu yang positif untuk mencegah dan menghindari
faktor resikonya (Gordon, 2000). Faktor resiko adalah kelainan atau
kondisi yang membuat seseorang rentan terhadap serangan stroke
sehingga mudah mengalami stroke kembali semua faktor yang
menentukan timbulnya manifestasi stroke kembali dikenal sebagai
faktor resiko atau stroke profile yaitu orang yang mempunyai
kencendrungan untuk mengidap stroke (Bustan, 2000)
faktor resiko stroke berulang belum didefenisikan dengan jelas,
tetapi tampaknya hamper sama dengan faktor primer penyebab stroke.
Mengutip penulis asing, menyatakan bahwa faktor resiko stroke berlaku
juga pada kejadian stroke berulang, dan beberapa studi menyatakan
bahwa pengendalian faktor resiko stroke dapat menurunkan angka
kejadian stroke berulang (siswanto, 2005).
Ada banyak faktor resiko yang mempengaruhi stroke, sebagian
faktor resiko itu dapat dikendalikan atau dapat diubah bahkan
dihilangkan sama sekali baik dengan medis atau cara non medis

misalnya berupa gaya hidup. Faktor ini mencakup hipertensi, diabetes


mellitus, merokok, penyakit jantung, aktivitas fisik dan keteratutran
berobat. Diperkirakan bahwa hamper 85% dari semua stroke dapat
dicegah dengan mengendalikan faktor faktor yang dapadat diubah
tersebut. Namun, terdapat juga sejumlah faktor resiko yang tidka dapat
diubah atau dihilangkan,mencakup umur, jenis kelamin, dan faktor
keturunan.
Berikut

adalah

penjelasan

beberapa

faktor

resiko

yang

mempengaruhi kejadian stroke berulang :


1) Faktor yang tidak dapat di ubah
a) Umur
Insiden stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Setelah umur 55 tahun resiko stroke meningkat 2 kali lipat tiap
dekade. Menurut Schautz (1993) penderita yang berumur antara >60
tahun banyak atau rentan akan menderita stroke (Sidharta, 2004).
b) Jenis kelamin
Laki laki lebih cendrung terkena stroke lebih tinggi
dibandingkan wanita, untuk terkena stroke, dengan perbandingan
1,3 : 1, kecuali pad usia lanjut laki laki dan wanita hamper tidak
berbeda. Laki laki yang berumur 45 tahun bila bertahan hidup
sampai 85 tahun kemungkinan terkena stroke 25%, sedangkan
resiko bagi wanita lebih sering menderita pendarahan subarachnoid
dan kematianya 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan laki laki
(iskandar, J, 2004).
c) Riwayat stroke (Genetik)
Sampai sekarang faktor keturunan masih belum dapat dipastikan
gen mana penentun terjadinya stroke, Menurut Brass dkk. Yang
meneliti lebih dari 1200 kembar monozygot dibandingkan 1100

kasus kembar dizygot, berbeda bermakna antara 17,7 dan 17,7%


dan 3,6%. Jenis stroke bawaan adalah cerebral autosomal
dominant arteriopaty dengan infark sukortikal dan leukoenselopati
telah diketahui lokasi gennya pada kromosom 19Q12 (iskandar,
J,2004).
1) Faktor yang dapat di ubah
a) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Tekanan darah dibagi atas dua yaitu tekannan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik merupakan tekanan
yang dihasilkan pada puncak kontraksi jantung, sedangkan tekanan
darah diastolik merupakan tekanan pada pembuluh darah pada level
yang lebih rendah saat jantung mengendor. Karena itu, tekanan darah
dinyatakan sebagai rasio dari tekanan sistolik terhadap tekanan
diastolik. Resiko stroke bertambah sebanding dengan beratnya
hipertensi, dari hasil stdudi framigham, bila tekanan darah >160/95
mmHg resiko stroke meningkat antara 3,1 kali pada laki laki dan
2,9 kali pada wanita. Menurut WHO (1999), penderita hipertensi
(sistolik

>140mmHg,

diastolic

>90mmHg)

memiliki

resiko

mengalami stroke sekitar 4 kali. Jadi dengan mengobati hipertensi


maka kemungkin stroke terutama stroke pendarahnan akan menurun
( Iskandar,J,2004).
Tabel 2.1
Pedoman Untuk Tekanan Darah
Kategori
Tensi optimal
Tensi normal
Tensi normal tinggi
Hipertensi ringan
Hipertensi perbatasan

Tekana Sistolik
(mmHg)
<120
<130
130 -139
140 159
140 -149

Tekana Diastolik
(mmHg)
<80
<85
85 89
90 99
90 94

Hipertensi sedang
Hipertensi berat
Hipertens
isistolik

160 179
180
140

100 -109
110
<90

isolasi
140 - 149
<90
Subgroup : perbatasan
New (1999) WHO / ISH Definition and clanfication of blood pressure
level.
b) Kolesterol
Kolesterol merupakan zat didalam aliran darah yang apabila
makin tinggi kolesterol, maka semakin besar berkemungkinan dari
kolesteror tersebut tertimbun pada dinding pembulu darah. Hal ini
menyebabkan pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga
menganggu suplai darah keotak yang disebut dengan stroke
(iskemik) (iskandar, J, 2004).
Kolesterol total mencakup kolesterol LDL dan HDL, serta lemak
lain dalam darah,kadarnya tidakboleh lebih dari 200 mg/dl. Pada
studi The Multi Risk factor intervention Trial (MRFIT) terhadap
350.977 orang pria, menyatakan bahwa resiko stroke iskemik fatal
meningkat pada penderita dengan kadar kolesterol diatas 160 mg/dl
(iskandar,J,2004).
Tabel 2.2
Klasifikasi Aduotlt treatment panel (ATP III) terhadap kolesterol
LDL, total , HDL
Kolesterol LDL (mg/dl)
<100
100 129
130 -169
160 -189
>190
Kolesterol Total (mg/dl)
<200
200 -239
>240

Klasifikasi
Optimal
Mendekati optimal
Batas tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Yang hendak dicapai / target
Batas tinggi
Tinggi

Kolesterol HDL (mg/dl)


<40
Rendah
>60
Tinggi
The national cholesterol education program (NCEP)
c) Diabetes mellitus (kencing manis)
Dapat mempercepat terjadinya atrerosklerosis pada pembuluh
darah yang disebabkan oleh

gangguan metabolisme glukosa

sistemik. Terbentuknya plak atreosklerosis baik pada pembuluh


darah kecil (makroangiopati) diseluruh pembuluh darah termasuk
pembuluh darah otak sehinga dapat menyebabkan stroke iskemik.
Kadar glukosa darah yang tinggi (>200 mg/dl) stroke akan
memperbesar meluasnya area infark karena terbentuknya asam laktat
akibat metabolisme glukosa yang dilakukan secara anaerob yang
merusak jaringan otak (Thomas, 1995).
Tabel 2.3
Pedoman Kadar Gulah Darah
Sesudah puasa 10 jam
80 120 mg/dl
2 jam sesudah makan
< 130
Acak (random) /sewaktu
130 170
Hiperglikemi
>200
Iman soeharto, 2001
Menurut sindharta (2004) bahwa orang orang yang di obati
denagn insulin lebih banyak mempuyai resiko untuk mengidap
stroke berulang dari pada mereka yang tidak mengunakan insulin.
Insiden infark pada penderita diabetes mellitus laki laki2,6 kali,
wanita3,8 kalitinggi dibandingkan bukan diabetes millitus. Pasien
dengan diabetes millitus mempunyai faktor resiko serebral 2,4
kali,tetapi resiko pendarahan otak tidak meningkat.
d) Ketidak teraturan berobat
Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian stroke berulang
adalah teratur atau tidaknya penderita berobat ataau mengontrol

keadaanya. Keteraturan berobat diminum tidaknya diminum obat


yang telah diresepka dokter, karena ketidak teraturan penderita
terhadap

pengobatan

dapat

mengakibat

ketidak

adekuatan

pengobatan untuk mencapai penyembuhan dan pemulihan.


Menurut junaidi (2010), kekambuhan stroke atau terjadinya
stroke berulang dipengaruhi oleh 3 hal penting :
(1) penanggulangan faktor resiko yang ada dikaitkan dengan
kepatuhan penderita dalam mengontrol atau mengendalikan
faktor resiko yang telah ada, seperti menjaga kestabilan
tekanan darah. Seseorang yang tekana darah yang tidak
dikonrol denagn baik akan meningkatkan resiko terjadinya
stroke berulang.
(2) Pemberian obat obatan khusus yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kejadian stroke berulang hingga 25%
(3) Genetic, yaitu seseorang yang mempunyai gen untuk terjadinya
stroke berulang.
b. Pencegahan
Selain pencegaha sekunder,ada beberapa pencegaha stroke berulang yang
dikemukakan oleh Leilai Henderson (2002) yaitu sebagai berikut :
1) Makan dan olahraga teratur (proper diet and exercise)
Sebaiknya mengendalikan berat badan dengan memasukan lima
kelompok makanan utama dalam menu makanan. Sama pentingnya
sama aktif , berjalan atau kegiatan tambahan apapun yang disenangi
akan menjaga aliran peredaran darah lancar dan otot -otot tetap
kencang.
2) Kurangi tekanan darah tinggi (reduce high blood pressure)

Tekanan darah tinggi yang menyebabakan bertambahnya lemak


dan pada akhirnya kerusakan pada arteri, merupakan faktor resiko
paling tinggi untuk stroke.
3) Menghilangakan stress (eliminate stress)
Stress yang cukup tinggi dapat menyebabakan stroke kembali
berulang setelah terjadinya serangan pertama.
4) Memandang diabetes dan tekana darah tinggi sebagai resiko yang
tinggi (view diabetes and hing blood pressure as hingh risks)
Diabetes meningkatkan resiko hingga 30% orang dengan tingkat
gula darah yang tinggi sering kali mengalami stroke yang lebih parah
dan meningalkan cacat yang menetap. Darah tinggi juga merupakan
faktor yang paling tinggi diantara faktor faktor yang lain.
5) Hentikan biasaan merokok (end smoking habit)
Berhenti merokok merupakan hal yang paling penting satu
satunya yang dapat dilakukan untuk mengurangi peluang stroke.
6) Beritahukan kepada dokter tanda tanda peringatan stroke (notify
docter of stroke warning signs)
Kunjungan dokter untuk memeriksa tekanan darah, kadar
kolesterol dan kemungkinan adanya diabetes secara teratur lakukan
check up medis paling tidak enam bulan sekali.

3. Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. pengindraan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003 ).

Teori Bloom mendefinisikan bahwa pengetahuan adalah segala


sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki oleh seseorang yang
diperoleh dari pengalaman, latihan, atau melalui proses belajar. Dalam
proses belajar seseorang hanya ditentukan memiliki kemampuan membaca,
menulis

dan

berhitung.

Seseorang

dituntut

memiliki

kemampuan

memecahkan masalah, mengambil keputusan, kemampuan beradaptasi,


kreatif dan inovatif, dari kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk
mencapai hasil belajar yang lebih baik (Ayad, 2013).
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :
1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini
sikap objek sudah mulai timbul.
3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
4) Trial, di mana objek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat ini bertujuan untuk


mengelompokkan tingkah laku suatu masyarakat atau individu yang
diinginkan, bagaimana individu itu berfikir, berbuat sebagai hasil dari
suatu unit pengetahuan yang telah diberikan, adapun tingkat pengetahuan
itu adalah :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang di pelajari atau rangsangan yang diterima. Untuk mengetahui
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dengan
menyebutkan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
Contohnya : dapat menyebutkan tentang persiapan persalinan.
2) Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat mengintervensikan materi
tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari dalam situasi yang real. Aplikasi ini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau pengumuman hukum.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lainnya. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

seperti

dapat

menggambarkan,

membedakan,

memisahkan,

mengelompokan dan sebagainya.


5) Sintesis (Syntesisi)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru

dan

formulasi

yang

ada.

Misalnya

dapat

menyusun,

merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau


rumusa-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian
terhadap suatu objek. Penelitian ini berdasarkan criteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan criteria yang ada.

c. Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan


Cara mengukur tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau diukur dapat disesuaikan. (Notoatmodjo,
2007).
Candra (2001), orang yang mempunyai pengetahuan tinggi akan
memanfaatkan pelayanan kesehatan dimana tingkat pengetahuan ini akan
mempengaruhi kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi diri sendiri dan
lingkungannya, sehingga akan dapat mempengaruhi atau mendorong
kebutuhan akan pelayanan kesehatan (Istiqamah, 2012).
Notoatmodjo (2006) membuat katergori tingkat pengetahuan
seseorang menjadi dua tingkat yang didasarkan pada nilai persentase yaitu
sebagai berikut :

1) tingkat pengetahuan kategori tinggi jika nilainya >50%


2) tingkat pengetahuan kategori rendah jika nilainya <50%

d. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan


Menurut Ayad (2013), dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
1) Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Semakin tua umur seseorang maka
proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi
pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini
tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.
2) Pendidikan
Pendidikan

adalah

suatu

usaha

untuk

mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan


berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun
dari media massa. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,
maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun

perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak


berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan
tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan non formal.
3) Pekerjaan
Menurut Hurlock (1998),

bahwa pekerjaan merupakan suatu

kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna


kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman
individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan.
4) Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact)

sehingga

menghasilkan

perubahan

atau

peningkatan

pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam


media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi. berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayan orang.
5) Kepercayaan
Adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian
tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering diperoleh
dari orang tua, kakek dan nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu
berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebh dahulu.

Kepercayaan berkembang dalam masyarakat yang mempunyai tujuan


dan kepentingan yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang
kali informasi yang sama.
6) Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memeroleh suatu kebenaran
pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal
tersebut dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapai. Bila
berhasil orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak
ada mengulangi cara itu.

4.Keluarga
a. Defenisi Keluarga
Undang-undang No. 10 Tahun 1992 disebutkan bahwa keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari suami istri dan
anak atau ayah/ ibu dan anak.Keluarga adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama dengan keterkaitan aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing masing yang merupakan bagian
dari keluarga (Friedman,1998 dalam harmoko, 2012).
Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga

sesuai

perkembangan sosial keluarga. berikut ini akan dikemukakan pengertian


keluarga menurt Mubarak (2010).
1) Terdiri dari dua atau lebih inividu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka
tetap memperhatikan satu sama lain.

3) Anggota keluarga berintegrasi satu sama lain dan masing-masing


memiliki peran sosial sebagai suami, istri, anak, kakak, dan adik.
4) Mempunyai tujuan menciptakan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
b. Tugas keluarga di dalam bidang kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemilihan kesehatan keluarga mempunyai
tugas dibidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan, meliputi :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tampa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
karena kesehatan kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana
keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahan yang dialami anggot kadang seluruh kekuatan sumber daya
dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apa bila menyadari
adanya perubahan perubahan keluarga, perlu dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahan.
2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan

untuk

menentukan

tindakan

keluarga.

Tindakan

kesehatan yang dilakukan keluarga diharapkan tepat agar masalah


kesehatan keluarga dapat dikurangi atau diatasi. Jika keluarga

mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada oarng


3)

dilingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.


Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Sering kali keuarga mengambil tindakan yang tepat dan benar,
tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh
keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami
ganggguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau
perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi, perawatan dapat
dilakukan diinstruksikan pelayanan kesehatan atau dirumah apabila
keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk

melakukan pertolongan pertama.


4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
Pemilihan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan
keluarga dan membantu penyembuhan, ketidak ke mampuan keluarga
dalam memodifikasi lingkuangan bisa disebabkan karena terbatasnya
sumber sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah
yang tidak memenuhi syarat.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan
dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.
c. Fungsi Keluarga
Friedman (1998), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga,
diantaranya adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi,
fungsi ekonomi dan fungsi perawatan keluarga (Mubarak , 2010).
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga. fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak

melalui keluarga yang gembira dan bahagia. Angota keluarga


menggambarkan diri yang positif, persaan yang dimiliki, perasaan
yang berarti dan merupakan sumber kasih sayang (reinforcement)
yang semuanya dipelajari dan dikembangkan melalui interkasi dalam
keluarga. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kebahagian keluarga.
2) Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dimulai pada saat lahir dan diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
dimana individu secara kontiniu mengubah perilaku mereka sebagai
responterhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.
Sosialisasi mencakup semua proses dalam sebuah komunitas tertentu
atau kelompok dimana manusia berdasarkan sifat kelenturannya
melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama hidup,
mereka memperoleh karakter yang terpola secara sosial.
Sosialisasi merujuk pada proses perkembangan atau perubahan
yang dialami seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran-peran sosial. Keluarga merupakan tempat
individu melakukan sosialisasi. Pada setiap tahan perkembangan
keluarga dan individu (anggota keluarga) dicapai melalui interaksi
atau hubungan yang di wujutkan melalui sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya, serta perilaku melalui hubungan
interaksi dalam keluarga, sehingga iondividu mampu berperan dalam
masyarakat.
3) Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga

berancana maka fungsi ini sedikit terkontrol. Disisi lain banyak


kelahiran yang tidak diinginkan atau diluar ikatan perkawinan,
sehingga lahir lah satu keluarga baru dengan satu orang tua.
4) Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makanan, pakaian
dan perumahan,

maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga di bawah garis kemiskinan.


Perawat bertanggung jawab untuk mencari sumber-sumber di
masyarakat yang dapat digunakan oleh keluarga meningkatkan status
kesehatan.
5) Fungsi perawat keluarga/ pemeliharaan kesehatan
Bagi para professional kesehatan, fungsi perawat kesehatan
merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga. Guna
menempatkan dalam subuah persektif, fungsi ini merupakan salah satu
fungsi keluarga yang memerlukan penyediaan kebutuhan-kebutuhan
fisik, seperti : makanan, pakaian, tempat tinggal dan perawatan
kesehatan. Jika dilihat dari perspektif masyarakat keluarga merupakan
sistem dasar, dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur,
dilaksanakan dan diamankan.

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini terdiri dari variabel independen dan
variabel dependen. Variabel independen adalah pengetahuan keluarga tentang
faktor resiko stroke berulang, sedangkan variabel dependen adalah kejadian
stroke berulang.
Kerangkan konsep penelitian ini tentang hubungan pengetahuan
keluarga tentang faktor resiko stroke berulang terhadap kejadian stroke
berulang di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun
2016.
Variabel Independen

Variabel Dependen

Pengetahuan keluarga
tentang faktor resiko
stroke berulang
-

Kejadian stroke
berulang

Tinggi
Rendah

Skema : 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesa penelitian

Tidak berulang
Berulang

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang faktor resiko


stroke berulang terhadap kejadian stroke berulang di Poliklinik Saraf
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2016.
Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang faktor
resiko stroke berulang terhadap kejadian

stroke berulang di

Poliklinik Saraf Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun


2016.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey


analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study, yaitu penelitian yang
mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,
dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat
yang bersamaan. Artinya, subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status krakter atau variable subjek pada saat
pemeriksaan (Notoatmojo, 2010).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi. Waktu penelitian dilakukan pada maret sanpai april tahun 2016.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pembuatan proposal dan tahap
pengumpulan data penelitian.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut
masalah yang diteliti. Variabel tersebut bisa berupa orang, kejadian,
perilaku, atau sesuatu lain yang akan dilakukan penelitian (Nursalam,
2008).
Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah keluarga
pasien pasca stroke yang berobat ke Poliklinik Saraf Rumah Sakit Stroke
Nasional Bukittinggi tahun 2016.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari poulasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008).
Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga pasien pasca stroke yang
datang berobat ke Poliklinik Saraf Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi pada tahun 2016 yang telah memenuhi syarat kriteria inklusi.

Besar sampel yang akan digunakan pada penelitian ini dihitung


menggunakan rumus dari Lemeshow (1990) dengan populasi infinit atau
populasi yang tidak diketahui jumlahnya, yaitu :
Z1-/2 . P (1-P)
Berdaraskan rumus diatas maka jumlah sampel minimal yang akan
n:
d
digunakan dalam penelitian
ini dijelaskan sebagai berikut :
Dimana :
n
: Jumlah Sampel
Z1-/2 : Tingkat kepercayaan 95% dengan nilai Z1-/2 : 1.96
P
: proporsi kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui
Proporsinya, ditetapkan 50% (0,50)
:
d
derjat penyimpangan terhadap populasi yang dinginkan
10% (0,10), 5% (0,05) atau 1% (0,01).
1.96 . 0,50 (1- 0,50)
n:

0,98 . 0,5
0,01

n:

= 49
0,01

Berdasarkan pengitungan menggunakan rumus di atas, maka didapatkan


jumlah sampel minimal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 49 sampel.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non probability
sampling dengan teknik kuota sampling. Kuota Sampling merupakan cara
pengambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri tertentu sampai jumlah
yang telah ditentukan (Hidayat, 2008). Teknik sampling ini peneliti lakukan
dengan cara: pertama, peneliti menetapkan terlebih dahulu berapa besar
jumlah sampel yang diperlukan atau menetapkan quotum (jatah), kemudian
jumlah atau jatah itu peneliti dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel
yang diperlukan.

D. Kriteria inklusi dan eklusi


1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, 2008).
Kriteria tersebut adalah :
a. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed
consent.
b. Keluarga inti pasien stroke
c. Mampu berkomunikasi dan baca tulis
d. Tinggal bersama pasien semenjak serangan stroke pertama
2. Kriteria eklusi
a. keluarga yang tidak tinggal dengan pasien stroke
E. Definisi Operasional
Defenisi operasional merupakan batasan ruang lingkup suatu variabel
yang diamati atau diukur. Defenisi operasional juga berguna dalam
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan tiap-tiap variable yang
bersangkutan dan pengembangan instrumen (Darussalam, 2011). Defenisi
operasional tiap-tiap variabel dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1 : Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel

Definisi

Cara ukur

Alat ukur

Hasil ukur

operasional

Skala
ukur

Variabel Dependen
pengetah

segala

sesuatu Wawancara Kuesioner

uan

yang

keluarga

atau kepandaian

tentang

yang

dimiliki

faktor

oleh

keluarga

resiko

yang

diperoleh

stroke

dari

diketahui terpimpin

1.tinggi = > Nominal


50%
2.rendah = <
50 %
(Notoatmodj
o, 2006)

berulang

pengalaman,
latihan,

atau

melalui

proses

belajar

tentang

faktor

resiko

stroke berulang
seperti
hipertensi,
kolesterol,
diabetes
mellitus

dan

ketitak teraturan
berobat.
Variabel Independen
Kejadian

Stroke

berulang Wawancara

stroke

merupakan

berulang

serangan

terpimpin

Kuesioner

1.Tidak

Nominal

berulang

stroke

setelah

serangan

stroke

pertama

yang lebih dari

2. berulang
1.

dua kali.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data
(Notoadmojo, 2010).Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner dan lembar observasi. kuesioner

yang telah dibuat mencakup variabel independen yaitu pengetahuan keluarga,


sedangkan variabel dependen metode pengumpulan data menggunakan lembar
observasi melalui wawancara dan melihat data dari Rumah sakit.
1.
Kuesioner pengetahuan
Skala pengukuran pengetahuan keluarga tentang faktor resiko stroke
berulang terhadap kejadian stroke berulang menggunakan skala guttman,
skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang
tegas, skala guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan objektif. Pada
pertanyaan kuesioner disini dalam bentuk pilihan objektif. Pertanyaan
tentang pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan jika jawaban benar diberi
kode 2, jika salah diberi kode 1. Dalam penelitian, peneliti melakukan
pengisian kuesioner dengan cara wawacara terpimpin, dimana peneliti
mengkaji langsung kepada responden dengan cara jawaban di isi oleh
peneliti di kuesioner sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden.
Sebelum instrument digunakan sebagai alat pengumpul data dalam
penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner. Uji coba kuesioner
dilakukan untuk melakukan validitas dan reliabilitas.
1.Uji validitas
Uji validitas yaitu suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalitan
atau kesahihan suatu instrumen, instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006).

Namun uji validitas

pada penelitian ini, Sudah dilakukan oleh penelitian sebelumnya oleh


Iswati, (2014) menggunkan komputerisasi SPSS menggunakan rumus
Pearson Product Moment dengan nilai r tabel 0,37.
2. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya dan diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Untuk

menguji reliabilitas penelitian dengan menggunakan metode alpha


cronbach dengan bantuan komputerisasi dengan nilai alpha Cronbach
dengan nilai r 0,701.
G. Etika Penelitian
Proses yang dilalui sebelum melakukan penelitian adalah meminta surat
pengantar dari pendidikan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi untuk
pengambilan data. Surat tersebut kemudian diserahkan ke Bagian
Sekretaris Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi, setelah
adanya balasan surat yang dikeluarkan oleh Badan Pendidikan dan Latihan
(DIKLAT) RSSN Bukittingg selanjutnya mengikuti prosedur yang
berlaku, dan mendapatkan persetujuan penelitian dari kepala instalasi
rawat jalan dan memohon izin kepada penanggung jawab ruangan.
Sehingga

diperbolehkan

untuk

melakukan

penelitian.

Kemudian

melakukan wawancara kepada keluarga pasien pasca stroke yang telah


memenuhi

kriteria

inklusi.

Penelitian

dilakukan

dengan

tetap

memperhatikan etika penelitian yaitu sebagai berikut


1) Aplikasi prinsip dasar etik penelitian kesehatan menurut Komite
Nasional Etik penelitian Kesehatan (2007) sebagai berikut :
(a) Menghargai harkat dan martabat manusia (otonomi)
Prinsip ini menghargai harkat dan martabat manusia, yang
mana responden diberikan kebebasan untuk menentukan apakah
responden berpartisipasi pada penelitian atau tidak, tanpa
paksaan dan sewaktu-waktu boleh mengundurkan diri tanpa
sanksi yang dijatuhkan. Guna meminimalkan penolakan
responden, sebelum diberikan kuesioner terlebih dahulu

melakukan pendekatan dengan responden, yaitu menjelaskan


tujuan dan manfaat penelitian.
(c) Memperhatikan
kesejahteraan

responden

(Beneficence

danmaleficence)
Beneficence yaitu penelitian yang dilakukan haruslah
memberikan dampak yang positif terhadap responden baik
langsung maupun tidak langsung dan perlu dijelaskan secara
rinci sebelum dilakukan informed concent (Delima,2012).
Penelitian ini belum memberikan manfaat secara langsung pada
responden, namun secara tidak langsung hasil penelitian
memberikan manfaat dalam menggurangi stroke berulang pasien
pasca stroke.
Maleficence yaitu penelitian tidak menimbulkan resiko
pada

responden.

Responden

dilindungi

dari

fisik

dan

psikologisnya serta tidak dieksploitasi. Resiko yang mungkin


akan terjadi pada responden adalah ketidaknyaman responden
dengan situasi pengisian kuesioner.
(c) Keadilan
Semua keluarga yang menjadi responden mendapatkan
keadilan serta manfaat yang sama dari penelitian ini. Kerahasian
atas informasi yang dikumpulkan dari semua responden akan dijaga
dengan cara nama respnden diganti dengan insial. Sebelum
pengambilan data semua responden dilakukan proses informed
concent.
2) Persetujuan Sebelum Penelitian (Informed Concent)

Informed concent menurut Polit dan Beck (2010), adalah respon


memahami

informasi

yang

memadai

tentang

penelitian

dan

mempunyai kebebasan untuk menyetujui atau menolak sebagai


responden secara sukarela. Informed concent didokumentasikan pada
lembar persetujuan yang berisi tentang tujuan, waktu, partisipasi
responden secara sukarela, manfaaat dan dampak penelitian yang
ditandatangani responden (Delima, 2012).
H. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer dari penelitian ini adalah data yang diperoleh
melalui wawancara secara langsung serta pengisian kuesioner,
kuesioner untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga
tentang faktor resiko stroke berulang terhadap kejadian stroke
berulang di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi.
b. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari catatan rekam medik mengenai jumlah pasien stroke di
instalasi rawat jalan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.
2. Prosedur pengumpulan data
a. Prosedur administratif
1) Peneliti mendapatkan surat permohonan izin penelitian dari
pihak instansi pendidikan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi.
2) Peneliti mendapatkan izin penelitian dari Direktur Rumah Sakit
Stroke Nasional Bukittinggi.
b. Prosedur teknis
1) Peneliti meminta izin kepada penanggung jawab ruang
poliklinik saraf Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi untuk
meng sosialisasikan maksud dan tujuan penelitian.

2) Peneliti menenentukan responden yang memenuhi kriteria


inklusi sesuai dengan teknik pengambilan sampel.
3) Peneliti meminta kesediaan responden untuk menjadi sampel
dengan terlebih dahulu dan menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian.
4) Peneliti meminta kepada responden untuk menandatangani
lembar informed consent.
5) Setelah itu peneliti baru mewawancarai

responden sesuai

dengan kuesioner yang telah disiapkan.


6) Terakhir peneliti mengumpulkan hasil pengumpulan data untuk
selanjutnya diolah dan dianalisis.
I. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan pengolahan
data dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Tahap ini peneliti mengecek kembali terhadap jawaban pada
kuesioner apakah jawaban sudah lengkap, jelas. Tujuan dari kegiatan
ini bagi peneliti adalah tujuan untuk menjaga kualitas data, kebenaran
data dan kelengkapan data agar dapat peneliti proses ketahap
berikutnya.
2. Coding
Tahap ini peneliti memberikan kode pada kuesioner sehingga
informasi dari data yang terkumpul mudah di lacak dengan tujuan
untuj mempermudah mengklasifikasikan jawaban secara teratur.
Pengkodean data ini dilakukan dengan tujuan untuk mengklafikasi data
jawaban dari masing-masing pertanyaan dengan kode tertentu
sehingga memudahkan proses data yang diperlukan. Peneliti memberi
kode pada setiap data yang ada, yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan pada pernyataan
benar di beri kode 2 dan pada pernyataan salah diberi kode 1.
3. Entry
Tahap ini peneliti memasukan data kedalam bentuk tabel dan
selanjutnya di masukan kedalam soft ware yang sesuai.
4. Cleanning
Tahap ini peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data
yang sudah terkumpul apakan ada kemungkinan terdapat kesalahan
data, sehingga data siap untuk dianalisis. Cara yang dilakukan dalam
pembersihan data yaitu mengetahui misising data dengan melakukan
list (distribusi frekuensi) dari variabel penelitian yaitu karakteristik,
mengetahui variasi data dengan mengeluarkan distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel pada penelitian ini dan mengetahui konsistensi
data dengan menghubungkan dua variabel penelitian.
J. Analisis Data
Data yang diperoleh diolah melalui beberapa tahapan secara
komputerisasi, dengan tahapan pengelohan sebagai berikut :
1) Analisa Univariat
Analisa statistik deskritif yang digunakan untuk menggambarkan
krateristik pengetahuan keluarga tentang faktor stroke berulang
terhadap kejadian stroke berulang
dimasukkan kedalam rumus :

P=

f
n

100%

Keterangan :
P : Nilai persentase

F : Skor jawaban responden


n : jumlah soal
(Notoatmodjo, 2003)
2) Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan pada 2 variabel untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara kedua variabel tersebut dengan menggunakan uji
statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan p 0,05. Jika nilai p
0,05 berarti ada hubungan bermakna antara variabel indenpenden
dengan variabel dependen. Bila nilai p > 0,05 berarti tidak ada
hubungan bermakna antara variabel indenpenden dengan variabel
dependen.
Rumus untuk chi square adalah :
2

x2 =

(0E)
E

Keterangan :
x 2 = Nilai chi-square yang didapatkan pada perhitungan

0 = Observed; nilai yang diamati


E = Expected; nilai yang diharapkan
= Jumlah

Anda mungkin juga menyukai