PENDAHULUAN
Pemikiran Islam ialah kegiatan manusia dalam mencari hubungan sebab akibat
ataupun asal mula dari sesuatu materi ataupun esensi serta renungan terhadap
sesuatu wujud, baik materinya maupun esensinya, maka dapat diungkapkan
hubungan sebab akibat dari sesuatu materi ataupun esensi, asal mula kejadiannya,
serta substansi dari wujud/eksistensi sesuatu yang menjadi objek pemikiran.
1
[1] Selama pemikiran yang diupayakan setiap pemikir muslim, dalam bidang apa
pun, berada dalam batas-batas yang tidak bertentangan dengan ajaran Al-Quran
dan sunah Nabi, maka pemikiran tersebuat dapat disebut pemikiran Islam.
2
[2] Jadi pemikiran Islam meliputi berbagai aspek kehidupan,dari aspek-aspek yang
dikaji dalam pemikiran Islam, salah satunya adalah aspek ibadah dan muamalah.
Aspek ibadah dalam Islam menjadi suatu hal yang penting, ia sebagai sarana
interaksi antara hamba dengan sang pencipta (Hablumminallah), meskipun pada
praktiknya hanya berupa gerakan-gerakan atau perbuatan dengan manusia lainnya,
namun ada sentuhan nilai Tuhan didalamnya, baik ibadah itu berupa kewajiban
ataupun sunnah. Aspek ini merupakan pendidikan jasmani yang bertujuan sebagai
pengembangan daya-daya rohaniseseorang.Sedangkan aspek muamalah
merupakan aspek pemikiran Islam yang berorientasi pada interaksi sesama
manusia (Hablumminannas).Baik interaksi itu berupa jual beli, tukar-menukar
barang, penggadaian, masalah riba dan lain-lain.Meskipun kedua aspek tersebut
masih dalam batas-batas koridor yang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan
Sunah Nabi.
BAB II
PEBAHASAN
A.
Aspek Ibadah
bertujuan membuat roh manusia supaya senantiasa dekat kepada Tuhan sebagai
Zat Yang Maha Suci dapat mempertajam rasa kesucian seseorang. Rasa kesucian
2[2} Ibid., yang kuat akan dapat menjadi rem bagi hawa nafsu untuk tidak
melanggar nilai-nilai moral, peraturan dan hukum yang berlaku dalam memenuhi
keinginannya.
3
[3] Seperti firman Allah SWT Surat Al-Zazirat yang Artinya : dan tidak Kuciptakan
jin dan manusia Melainkan beribadah kepada Allah SWT,Ibadah ialah perhambaan
diri dalam arti dan hakikatnya.Segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia dalam
mentaati Tuhanya adalah Ibadah.
.4 [4] Aspek ibadah terangkum dalam rukun islam diantarnya : Shalat, shalat pada
hakikatnya tidak lain melainkan bahwa kitadisuruh oleh Allah untuk senantiasa
mengingat dan mengimani diucapkan dengan lidah dan dilakukan dalam perbuatan
Diantara ibadah islam, shalatlah yang membawa manusia terdekat kepada Tuhan.
Karena didalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Tuhan dan dialog ini
berlaku antara dua fihak yang saling berhadapan.
4
[5] Shalat ini dilaksanakan lima kali dalam sehari. Misalnya ketika kita mengerjakan
shalat subuh, kita berdiri dihadapan Allah SWT dalam keadaan yang suci, sebelum
kita melakukan segala aktifitas lainya.Kemudian kita mengikrarkan perhambaan kita
dihadapanNYA dengan berdiri, duduk, ruku dan sujud, untuk meminta pertolongan,
memohonkan petunjuk dan memperbaharui janji taat kita kepada Allah SWT.
Kemudian rukun yang kedua Puasa, puasa yaitu menahan diri dari rasa lapar dan
haus dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, serta menahan diri dari hawa
nafsu.Dengan berpuasa tentu saja kita dibimbing oleh Allah secara tidak langsung
untuk berbuat kebaikan. Seumpamanya ketika kita berpuasa tetapi masih
membicarakan teman kita atau masih mengunjing orang lain tentu saja ibadah
puasa kita sia-sia dan tidak mendapatkan pahala seperti apa yang telah dijanjikan
Allah kepada setiap hamba yang melakukan ibadah puasa.
Ibadah puasa merupakan ibadah universal, karena ibadah ini terdapat hampir
diseluruh agama, baik dalam agama samawi ataupun agama ardhi (agama
budaya).Oleh karena itu ibadah puasa ini telah dikenal oleh umat-umat agama
terdahulu dan juga telah dikenal dikalangan orang-orang agama budaya dahulu
kala.
3[3] Harun Nasution. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya .(Jakarta, UI Press,
1985)., hlm 37
4[5] Harun Nasution. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya .(Jakarta, UI Press,
1985)., hlm 37.
[6] Sepeti yang di Firmankan oleh Allah dalam Surat Al Baqarah 183: yang artinya
hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu bepuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa,Aspek ibadah
yang ketiga yaitu Zakat, zakat yaitu pemberian sesuatu yang wajib diberikan dari
sekumpulan harta tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada
golongan tertentu yang berhak menerimanya.
6
Artinya: Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang
kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala Nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
Allah telah mewajibkan atas tiap-tiap individu dari masyarakat Islam apabila
hartanya telah berlebih dari nishab dan cukup berada ditanganya setahun penuh,
untuk mengeluarkan zakatnya kepada salah seorang dari golongan fakir, miskin
atau musafir yang memerlukan pertolongan atau orang yang baru masuk islam
(muallaf).
Aspek ibadah yang selanjutnya yaitu ibadah Haji, haji yaitu ibadah
yang dilakukan di kota Mekkah, dan melaksanakan berbagai rangkaian ibadah
seperti thawaf, saiy, dan wuquf di arafah serta melaksanakan semua ketentuanketentuan haji lainya, karena hendak memenuhi perintah Allah dan mengharapkan
keridhaaNya.
Rukun haji kalau dinegara kita tidak begitu diwajibkan bagi orang yang tidak
mampu, karena pergi naik haji ke Mekkah membutuhkan dana yang begitu banyak.
Tetapi bagi mereka yang mampu dan mempunyai harta lebih iba dah ini menjadi
wajib.
B.
Aspek Muamalah
Seperti telah dilihat, Islam mulai dari Madinah merupakan Negara dan sebagai
Negara tentunya harus mempunyai lembaga hukum, untuk mengatur hidup
kemasyarakatan warganya. Hukum yang dipakai dalam Islam berdasar pada wahyu
dan kalau diperhatikan sejarah turunnya wahyu, akan kelihatan bahwa ayat-ayat
yang mengandung soal-soal hidup kemasyarakatan memang di Madinahlah mulai
5[6] Murni Djamal. Ilmu Fiqih Jilid I .(Jakarta, IAIN Jakarta, 1983 )., hlm 277
6
[8] Salah satu dari hukum Islam tersebut adalah muamalah, yakni bagian dari
hukum Islam yang membahas mengenai hubungan antara sesama manusia.
8
[9] Hukum Muamalah atau fiqh Muamalah yang meliputi, tata cara melakukan
akad, transaksi, hukum pidana atau perdata dan lainnya yang terkait dengan
hubungan antar manusia atau dengan masyarakat luas. Dibawah ini akan diberikan
beberapa contoh mengenai pemikiran Islam aspek muamalah, diantaranya:
1.
Jual-beli
Apabila seseorang menukar sesuatu barang dengan barang yang lain dengan cara
tertentu (akad) inilah yang disebut jual beli.
9
[10] Secara istilah, menurut madhab Hanafiyah, jual beli adalah pertukaran harta
atau mal dengan harta dengan menggunakan cara tertentu. Pertukaran harta
dengan harta disini, diartikan harta yang memiliki manfaat serta terdapat
kecenderungan manusia untuk menggunakannya, cara tertentu yang dimaksud
adalah sighat atau umhkapan ijab dan qabul.
10
[11] Dalam hal ini terdapat beberapa dalil naqly mengenai jual beli, sebagai
berikut:
A. Firman Allah SWT di dalam Surat Al-Baqarah ayat 275, yaitu yang artinya, Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
B. Firman Allah SWT di dalam Surat An-Nisa ayat 29, yang artinya, janganblah
kamu memakan harta yang ada di antara kamu dengan jalan batil melainkan
dengan jalan jual beli suka sama suka.
C. Sabda Nabi Rasullahlah SAW, yang artinya, Rifah bin Rafi menceritakan, bahwa
Nabi SAW pernah ditanya orang. Apakah usaha yang paling baik? jawab Beliau:
Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang halal.
7
8
9
10
11
[12] Menurut madzhab Hanafiyah, rukun yang terdapat dalam jual beli hanyalah
sighat, yakni pernyataan ijab dan qabul yang merefleksikan keinginan masingmasing pihak untuk melakukan transaksi.Berbeda dengan mayoritas ulama atau
jumhur, rukun yang terdapat dalam akad jual-beli terdiri dari akid (penjual dan
pembeli), maqud alaih (harta dan objek), serta sighat (ijab qabul).
12
[13] Dalam akad jual beli harus disempurnakan 4 macam syarat yakni, syarat
iniqad, syarat sah, ayarat nafadz, dan syarat luzun.Tujuan adanya syarat-syarat ini
adalah untuk mencegah terjadinya pertentangan dan perselisihan diantara pihak
yang bertransaksi, menjaga hak dan kemaslahatan kedua pihak, serta
menghilangkan segala bentuk ketidakpastian dan resiko.
2.RIBA
13[14] Makna Riba menurut bahasa ialah bertambah/lebih. Sedangkan menurut
Istilah Syara adalah akad yang terjadi dengan penukaran tertentu, tidak diketahui
sama atau tidaknya menurut aturan syara, atau terlambat menerimanya.
Pengertian lain tentang Riba ditegaskan oleh H. Moh. Anwar yaitu arti Riba menurut
logat ialah lebih atau tambah.Arti Riba menurut istilah fiqh, ialah kelebihan yang
tidak disertai penggantian barang dan yang disyaratkan bagi salah seorang dari
kedua pihak yang berakad.
13
[15] Al-Quran telah mengharamkan Riba dalam empat ayat yang berbeda,
dimana ayat yang pertama (30;39) diturunkan di Mekkah dan tiga ayat lainnya
diturunkan di Madinah (4:161, 3:130-2, dan 2:275-81).
14
[16] Pada tahap pertama, Al-Quran menolak anggapan bahwa Riba yang pada
dzahirnya seolah-olah menolong mereka yang memerlukan, sebagai suatu
perbuatan untuk mendekatkan diri atau bertaqarub kepada Allah. Tahap kedua, Riba
digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah mengancamakan memberikan
balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan Riba. Tahap ketiga, Riba
diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda.Para ahli
11
12
13
14
tafsir berpendapat bahwa pengmbilan bunga dengan tingkat yang cukup tinggi
merupakan fenomena yang banyak dipraktikan pada masa tersebut.Tahap terakhir,
Allah dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun jenis tambahan yang diambil
dari pinjaman.
15
[17]Dari kedua contoh yang dibahas dalam kategori aspek muamalah tersebut,
terlihat pemikiran Islam yang berkoridor atas cakupan Al-Quran dan
Hadis.Pemikiran Islam tersebut berlaku pula dalam permasalahn-permasalahn
lainnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari kedua aspek pemikiran Islam tersebut (aspek ibadah dan muamalah)
dapat kita lihat bahwa pemikiran Islam terbagi kedalam dua unsur yakni unsur
endoteris dan unsur eksoteris. Unsur endoteris meliputi aspek-aspek ibadah yang
bertujuan untuk ketenangan jiwa dan lebih kepada nilai-nilai rohaniah, berbeda
dengan aspek muamalah yang mengandung unsur eksoteris ia lebih bertujuan
untuk pembinanan moral dan akhlak dalam bermasyarakat. Kedua unsur tesebut
mestilah seimbang keberadaanya dalam diri manusia, yakni unsur jasmani dan
rohani yang sehat, inilah kebutuhan manusia yang memang harus terisi dan
15
seimbang adanya.Kedua aspek yang menjadi ranah pemikiran Islam ini memang
bertujuan untuk itu, yakni menjadikan manusia hidup lebih baik.
Daftar Pustaka
A. Pengertian Ibadah
Menurut bahasa Ibadah berasal dari bahasa arab yaitu dari kata Abada berarti taat, tunduk,
menurut kamus bahasa diartikan menyembah, memuja.
Ibadah artinya berbakti kepada Allah SWT, secara luas karena didorong dan dibangkitkan
oleh aqidah tauhid.
Sedangkan menurut istilah ibadah adalah:
Menurut Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa ibadah ialah namayang menggabungkan setiap
perkara yang disukai dan diridhai Allah semata dari jenis perkataan atau perbuatan, lahiriyah dan
batiniyah.
Menurut Doktor Ibrahim Al Buraihan, ibadah ialah nama yang mencakup segala sesuatu
yang diridhai Allah dan dicintai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang zahir
maupun yang batin, dengan penuh rasa cinta, kepasrahan (menyerah) dan ketundukan (taat) yang
sempurna, serta membebaskan diri daripada segala hal yang bertentangan dan menyalahinya.
Menurut Ulama Tauhid : Ibadah berarti mengesakan Allah SWT dengan sungguh-sungguh
dan merendahkan diri dan menundakan jiwa setunduk-tunduknya kepada Allah. Pengertian
inididasarkan pada firman Allah SWT. Q.S An-Nissa : 36)
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.
Tidak ada yang disembah dan tempat mengabdi kecuali kepada-Nya. Seluruh hidupnya baik
yang bersifat jiwa maupun raga sepenuhnya hanya diserahkan kepada Tuhan seru sekalian alam,
dengan cara mematuhi perintah-Nya dan mencegah larangan-larangn-Nya.
Dengan demikian manusia itu diciptakan bukan sekedar untuk hidup mendiami dunia ini
kemudian mengalami kematian tanpa ada pertanggung jawaban kepada penciptanya, melainkan
mereka itu diciptakan oleh Allah SWT untuk mengabdi kepada-Nya. Hal ini dinyatakan dalam
surat Al-Bayyinah ayat 5 yang berbunyi
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah
agama yang lurus.
Pada prinsipnya ibadah merupakan sari ajaran islam yang berarti penyerahan diri secara
sempurna pada kehendak Allah SWT. Apabila hal inidapat dicapai sebagai nilai dalam sikap dan
prilaku manusia, maka akan lahir suatu keyakinan untuk tetap mengabdi diri kepada Allah SWT.
Penyimpangan-penyimpangan yang dapat merusak pengabdian kepada Allah SWT dan akan
merusak diri manusia itu sendiri.
Dalam syariat islam diungkapkan bahwa tujuan akhir dari semua bentuk aktivitas hidup
manusia adalah pengabdian kepada Allah SWT, melaksanakan perintah-Nya karena yang
demikian itu sudah termasuk ibadah, sebab tidak satupun anjuran dan perintah-Nya yang tidak
bernilai ibadah.
Tujuan ibadah dalam islam merupakan pengabdian dan dedikasi semangat hidup yang
bertujuan untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT karena Allah SWT yang telah menciptakan
dan memberi kehidupan kepada manusia dan makhluk lainnya. Dan ibadah juga dapat
menguatkan hati kita untuk beriman dan percaya terhadap kekuasaan Allah SWT, dan dalam
ibadah ini kita diwajibkan untuk melaksanakannya dan ketentuan ini telah ditetapkan dalam AlQuran.
C. Macam-macam Ibadah
Secara garis besar ibadah dibagi menjadi dua macam
1. Ibadah Khassah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang ketentuannya pasti).
2. Ibadah Ammah (umum) yakni semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan
dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT. Dengan kata lain, semua bentuk amal kebaikan dapat
dikatakan ibadah amah bila dilandasi dengan niat semata-mata karena Allah SWT. Hal ini
didasarkan pada firman-Nya.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah
agama yang lurus.
Syarat-syarat Ibadah
1. Amalan yang dilakukan hendaklah diakui Islam dan bersesuai dengan hukum syarak
2. Amalan hendaklah dikerjakan dengan niat yang baik bagi memelihara kehormatan diri,
menyenangkan keluarga, memaafkan ummat dan memakmurkan bumi Allah
3. Ketika melakukan pekerjaan hendaklah senantiasa mengikuti hokum-hukum syariat dan
batasnya, tidak mendzalimi orang, tidak khianat, tidak menipu dan tidakmerampas hak orang
lain.
Manusia dalam faham ajaran islam, sebagaimana ajaran monoteisme lainnya, tersusun dari dua
unsure, yaitu jasmani dan rohani. Badan, karena mempunyai hawa nafsu, membawa pada
kejahatan, sedangkan roh, berasal dari unsure mengajak pada kesucian.Oleh karena itu
pendidikan jasmani harus disempurnakan dengan pendidikan rohani.
Ibadah dalam islam bukan bertujuan supaya tuhan disembah dalam arti penyembahan dalam
agama-agama primitif. Pengertian ini adalah pengertian yang tidak tepat.
Dalam surat Al-Zariat 56 mengatakan :
Tidak kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk tunduk dan patuh kepadaku.
Arti ini lebih sesuai dengan arti yang terkandung dalam kata muslim dan muttaqi, yaitu
menyerah, tunduk dan menjaga diri dari hukuman Tuhan di hari kiamat dengan memematuhi
perintah-perintah dan larangan-larangan Allah SWT. Dengan kata lain, tuhan menciptakan
manusia sebenarnya ialah untuk berbuat baik dan tidak berbuat jahat.
Tujuan ibadah dalam islam adalah bukan menyembah, tetapi mendekatkan diri kepada tuhan,
agar dengan demikian roh manusia senantiasa diingatkan kepada hal-hal yang bersih lagi suci,
sehingga akhirnya rasa kesucian seseorang menjadi kuat dan tajam. Roh yang suci membawa
budi pekerti baik dan luhur.Oleh karena itu, ibadah, disamping merupakan latihan spirituil, juga
merupakan latihan moral.
Shalat memang erat hubungannya dengan latihan moral. Dalam surat Al-Ankabut 45 menyatakan
Shalat mencegah orang dari perbuatan jahat dan tidak baik.
Dalam hadis qusdi disebut :
Tuhan akan menerima shalat orang yang merendah diri, tidak sombong, tidak menentang,
malahan selalu ingat kepada Tuhan dan suka menolong orang-orang yang dalam kesusahan
seperti fakir miskin, orang dalam perjalanan, janda dan orang yang kena bencana. Jadinya salah
satu tujuan shalat ialah menjauhkan diri manusia dari perbuatan-perbuatan jahat dan
mendorongnya untuk berbuat hal-hal yang baik.
Demikian juga puasa dekat hubungannya dengan latihan moral. Surat Al-Baqarah 183 yang
berbunyi :
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagai halnya dengan umat
sebelum kamu. Semoga kamu menjadi orang yang bertakwa.
Demikianlah, berarti puasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum, tetapi menahan diri
dari perbuatan-perubatan yang tidak baik.
Mengenai haji, Surat Al-Baqarah 197 mengatakan :
Menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan ibadah haji orang tidak boleh mengeluarkan katakata yang tidak senonoh, tidak boleh berbuat hal-hal yang tidak baik dan tidak boleh bertengkar.
sehingga hal-hal itu disebut tuhan dalam Al-Quran. Dan nabi sendiri mengatakan bahwa beliau
diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan ajaran-ajaran tentang budi pekerti luhur.
Berkata benar dan tidak berdusta adalah norma moral yang penting. Nabi mengatakan : Berkata
benar menimbulkan ketentraman tetapi dusta menimbulkan kecemasan.
Dalam islam masalah baik dan buruk ini mengambil tempat yang penting sekali. Golongan
Asyariah mengatakan bahwa soal baik dan buruk dapat diketahui oleh akal.Sekiranya wahyu
tidak diturunkan tuhan, manusia tidak dapat membedakan baik dan buruk.Wahyulah yang
menentukan baik buruknya perbuatan.
Golongan Mutalizah berpendapat bahwa akal manusia cukup kuat untuk mengetahui baikburuknya perbuatan.Tanpa wahyu, manusia dapat mengetahui bahwa mencuri adalah perbuatan
yang buruk dan menolong adalah perbuatan yang baik.Wahyu datang hanya untuk memperkuat
pendapat akal manusia dan untuk membuat nilai-nilai yang dihasilkan fikiran manusia itu
bersifat absolut dan universal, agar dengan demikian mempunyai kekuatan mengikat bagi
seluruh umat.
Jelas bahwa dalam islam, soal baik dan buruknya menjadi dasar agama yang penting. Karena
yang ingin dibina islam ialah manusia yang baik yang menjahui perbuatan-perbuatan buruk atau
jahat di dunia ini. Manusia yang dimaksud ialah mumin.muslim dan muttaqi.
Mumin ialah orang yang percaya kepada Tuhan YME, sebagai nilai-nilai yang bersifat
absolute.Muslim ialah orang yang menyerahkan diri dan tunduk kepada Tuhan.Dan Muttaqi atau
orang yang bertakwa adalah orang yang memelihara diri dari hukuman Tuhan di akhirat, yaitu
orang yang patuh pada Tuhan, dalam arti menjalankan perintah-perintahnya dan patuh yang
menjahui larangan-larangnya.Dengan tegasnya yang dimaksud dengan orang yang bertakwa
ialah orang yang mengerjakan kebaikan-kebaikan dan menjahui kejahatan.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan orang mumin, muslim dan muttaqin sebenarnya
adalah orang bermoral tinggi dan berbudi pekerti luhur.tujuan dasar dari semua ajaran-ajaran
islam memanglah untuk mencegah manusia dari perbuatan buruk atau jahat dan mendorong
manusia untuk berbuat kebaikan. Tidak mengherankan kalau soal akhlak dan budi pekerti luhur
memang merupakan pelajaran yang penting sekali dalam islam.
B, Aspek Mistisisme
Disebutkan bahwa ada segolongan umat Islam yang belum puas dengan mendekatan dirinya
kepada Tuhan melalui Ibadah shalat, puasa dan haji.Jalan itu diberikan oleh al-tassawwuf.Altasawwuf atau Sufisme ialah istilah yang khusus dipakai untuk menggambarkan mistisisme
dalam Islam.
Tujuan dari mistisisme, baik yang di dalam maupun yang di luar Islam, ialah memperoleh
hubungan langsung dan didasari karena Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada
di hadirat Tuhan. Intisari dari mistisisme, termasuk dalamnya tasawwuf, adalah kesadaran akan
adanya komunikasi dan dialog antar roh manusia dengan tuhan, dengan mengasingkan diri dan
berkontemplasi. Kesadaran itu akhirnya mengambil bentuk rasa dekat sekali dengan Tuhan
dalam arti bersatu dengan Tuhan yang dalam istilah Arab disebut ittihad.
Berbagai teori dimajukan tentang asal-usul kata al-tasawwuf dan al-sufi.Teori yang benyak
diterima ialah bahwa istilah itu berasal dari kata suf yaitu wol.Yang dimaksud bukanlah wol
dalam arti modern, tetapi wol primitive dan kasar yang dipakai di zaman dahulu oleh orangorang yang miskin di timur tengah.Di zaman itu pakaian kemewahan sutra. Orang sufi ingin
hidup sederhana dan menjahui hidup keduniawian untuk itu mereka hidup sebagai orang-orang
miskin memakai wol kasar tersebut.
Kemudian pendapat-pendapat mengatakan tasawwuf datang dari kebiasaan rarhib-rahib Kristen
untuk menjahui dunia, dari pengaruh ajaraan hindu, dari falsafat Phytagoras untuk meninggalkan
kehidupan materil, dan dari falsafat Plotinius mengatakan zat yang berasal dari Tuhan akan
kembali ke Tuhan.
Bagaimanapun, faham bahwa tuhan dekat dengan manusia merupakan ajaran yang terdapat
dalam Al-Quran dan Hadis.
Ayat Al-Baqarah 186, mengatakan :
Jika hamba-hambaku bertanya padamu tentang diriku, Aku adalah dekat, Aku mengabulkan
seruan orang memanggil jika ia panggil Aku.
Ayat 115 juga mengatakan :
Timur dan barat kepunyaan Allah, maka kemana saja kamu berpaling disitu (kamu jumpai).
Beradasarkan ayat diatas kaum sufi berpendapat bahwa untuk mencari Tuhan orang tak perlu
pergi jauh-jauh. Apalagi hadis mengatakn bahwa :
Siapa yang kenal pada dirinya, pasti kenal pada Tuhan.
Dengan kata lain : carilah Tuhan dalam dirimu sendiri. Jadi, terlepas dari kemungkinan adanya
pengaruh dari luar Islam.
Telah dibayangkan diatas bahwa mistisisme, termasuk dalamnya tasawwuf, erat hubungannya
dengan keadaan menjahui hidup duniawi dan kesenangan meteril.Hal ini disebut zuhd
(asceticism). Orang yang mempunyai sifat ini disebut zahid (ascetic, barulah menjadi sufi
(mystic).
Zahid yang pertama yaitu, Al-Hasan Al-Basri.Ia lahir di Madinah tahun 642 M dan meninggal di
basrah 728M. Ia yang disebut dalam Aspek teologi, ketika Wasil Ibn Ata menyatakan
pendapatnya tentang kedudukan pembuat dosa besar.
Ia pernah mengatakan : Bersikaplah terhadap dunia ini seolah-olah engkau tak pernah berada
diatasnya dan bersikaplah terhadap akhirat seolah-olah engkau tidak akan keluar dari dalamnya.
Yang kedua, ibrahim Ibn Adham dari Balk di Khurasan.Ia lahir di Mekkah, ketika kedua orang
tuanya melaksanakan haji. Ayahnya Adham, adalah Raja dari Balkh. Dari anak Ibrahim akhirnya
berobah menjadi zahid. Ia meninggal pada 777 M.
Diantara ucapannya Ibranim Ibn Adham : Kemiskinan (al-faqr) adalah harta yang disimpan
Tuhan di Surga dan yang tidak dianugerahkannya kecuali kepada orang-orang yang dicintainya.
Ketiga, Radiah Al-Adawiah lahir di Basrah tahun 714 M dan meninggal sewaktu ia masih kecil
kemudian ia kelihatannya dijual sebagai budak. Setelah dibebaskan ia memilih hidup sebagai
Zahid.
Ia memberi nasihat : Pandanglah dunia ini sebagai sesuatu yang hina dan tak berharga, itu kebih
baik bagiMu.
Abu Nasr Bisyr Al-Hafi juga dikenal sebagai Zahid. Ia berasal dari Khurasan dan lahir tahun 767
M dan meniggal di Bagdad di tahun 841 M.
Mengenai hidup ia mengatakan : Orang yang mencari harta-benda, harus bersedia untuk di
hina. Dunia sama dengan wanita, pada mulanya ia sayang dan kasih kepada mu, tetapi
kemudian ia menentang dan menyembelih mu.
NAMA KELOMPOK 1;
{1}YAN SETYAWAN
{2} YESI PUSPITA SARI
KELAS : {E}
SEMESTER 1 MANAGEMENT
TUGAS :
ISLAM DI TINJAU DARI ASPEK IBADAH