Anda di halaman 1dari 3

Pengamanan produksi dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak

Perubahan Iklim (DPI) melalui operasional perlindungan tanaman pangan merupakan bagian
penting yang berperan dalam menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas hasil. Oleh karena
itu, perlindungan tanaman pangan menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam peningkatan
produksi dan produktivitas tanaman baik ditingkat on farm maupun off farm. Terhadap
gangguan OPT, perlindungan tanaman pangan berperan dalam mengelola OPT agar tidak
menimbulkan kerusakan dan kerugian secara ekonomis, sedangkan terhadap DPI berfungsi
melakukan antisipasi, adaptasi, dan mitigasi dampak perubahan iklim berupa kekeringan,
banjir, dan bencana alam lainnya seperti gunung meletus, longsor, badai, dan lainnya.
Pengamanan produksi dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak
Perubahan Iklim (DPI) melalui operasional perlindungan tanaman pangan merupakan bagian
penting yang berperan dalam menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas hasil. Oleh karena
itu, perlindungan tanaman pangan menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam peningkatan
produksi dan produktivitas tanaman baik ditingkat on farm maupun off farm. Terhadap
gangguan OPT, perlindungan tanaman pangan berperan dalam mengelola OPT agar tidak
menimbulkan kerusakan dan kerugian secara ekonomis, sedangkan terhadap DPI berfungsi
melakukan antisipasi, adaptasi, dan mitigasi dampak perubahan iklim berupa kekeringan,
banjir, dan bencana alam lainnya seperti gunung meletus, longsor, badai, dan lainnya.
Pada bulan Januari 2014 di Jawa Tengah terjadi banjir yang menimpa tanaman pangan,
utamanya padi. Luas pertanaman padi yang terkena banjir seluas 49.116 ha dan dari luasan
tersebut 32.340 ha diantaranya puso. Kabupaten / kota yang mengalami banjir 14 kabupaten /
kota. Sedangkan yang mengalami puso 10 kabupaten / kota yaitu Kabupaten Pekalongan 365
ha, Grobogan 761 ha, Kudus 5.778 ha, Jepara 8.162 ha, Kendal 697 ha, Pemalang 872 ha,
Demak 3397 ha, Pati 11.868 ha, Rembang 357 ha dan Kota Pekalongan 83 ha. Kabupaten /
kota yang pertanaman padi terkena banjir namun tidak puso yaitu Boyolali, Banjarnegara,
Kota Semarang dan Klaten.
Tanaman jagung yang terkena banjir seluas 320 ha dan dari luasan tersebut 248 ha
diantaranya puso dengan rincian puso Boyolali 19 ha, Kendal 215 ha, Demak 4 ha dan Jepara
10 ha. Untuk tanaman kedelai luas terkena banjir 170 ha, sedangkan yang puso 137 ha
tersebar di 4 Kabupaten yaitu Boyolali 4 ha, Kendal 119 ha, Grobogan 11 ha dan Rembang 3
ha. Banjir yang menimpa pertanaman kacang tanah terjadi di Kabupaten Demak 1 ha dan
Boyolali 32 ha, dan dari luasan tersebut 12 ha puso (Boyolali 1 ha dan Demak 11 ha). Ubi

jalar yang terkena banjir hanya di Kabupaten Demak seluas 109 ha dan dari luasan tersebut
42 ha diantaranya puso.
Banjir pada komoditas hortikultura menimpa pertanaman bawang merah seluas 249 ha dan
dari luasan tersebut 247 ha diantaranya puso yaitu di Kabupaten Kendal 6 ha, Pati 226 ha dan
Demak 15 ha.
Keadaan OPT utama padi pada akhir bulan Januari di Jawa Tengah seluas 12.235 ha dengan
rincian penggerek batang seluas 2.289 ha, wereng batang coklat (WBC) 1.601 ha, tikus 6.183
ha, blast 1.008 ha, hawar bakteri (kresek) 1.068 ha dan tungro 86 ha. Dari luasan tersebut
pertanaman yang puso karena tikus seluas 65 ha dan WBC 19 ha. Dari luasan tersebut
pertanaman padi. Kabupaten dengan luas serangan penggerek terbesar yaitu brebes 118 ha,
Pemalang 225 ha, Pekalongan 247 ha, Batang 126 ha, Blora 239 ha, Sukoharjo 262 ha,
Wonogiri 158 ha dan Klaten 158 ha. Serangan WBC di Kabupaten Tegal 154 ha dan
Pemalang 83 ha, Batang 26 ha, Grobogan 20 ha, Blora 20 ha, Banyumas 510 ha (puso 19 ha),
Cilacap 546 ha, Purbalingga 76 ha, Banjarnegara 20 ha dan Temanggung 59 ha. Untuk tikus
serangan terkena di Kabupaten Brebes 307 ha, Tegal 416 ha, Pemalang 591 ha, Pekalongan
554 ha, Semarang 340 ha, Kendal 414 ha, Grobogan 246 ha, Blora 326 ha, Cilacap 323 ha,
Sukoharjo 551 ha, Karanganyar 243 ha dan Klaten 348 ha. Puso karena tikus di Pemalang 3
ha, Semarang 51 ha, Temanggung 1,4 ha ; Wonosobo 0,7 ha dan Klaten 9 ha.
Untuk penyakit yang menyerang pertanaman padi penyakit blas tersebar di Kabupaten Brebes
50 ha, Batang 33 ha, Semarang 23 ha, Pati 125 ha, Blora 174 ha, Banyumas 74 ha, Sukoharjo
36 ha, Wonogiri 115 ha, Sragen 49 ha, Boyolali 213 ha. Hawar bakteri (kresek) di Kabupaten
Pekalongan 54 ha, Batang 37 ha, Demak 33 ha, Grobogan 188 ha, Rembang 50 ha, Blora 70
ha, Banyumas 66 ha, Cilacap 32 ha, Temanggung 33 ha, Wonogiri 283 ha, Sragen 71 ha dan
Klaten 31 ha. Penyakit tungro di kabupaten Pemalang 51 ha, Magelang 12 ha dan Klaten 8
ha.
Keadaan luas tanam padi pada bulan Januari seluas 756.676 ha. Sehingga luas puso karena
banjir dan OPT pada bulan Januari 32.424/756.676 100 % = 4,29 %.
UPAYA PENANGANAN :

Kepada Kabupaten yang tanaman pangan mengalami puso agar segera mengajukan

bantuan benih dari Cadangan Benih Nasional (CBN) lewat Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah

Tiap bulan menginformasikan rekomendasi budidaya yang didasarkan pada informasi


prakiraan hujan bulanan dari BMKG keseluruh Kabupaten di Jawa Tengah

Pengamatan dini dan pengendalian dini Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Pengembangan agens hayati, pestisida nabati,

Pemberdayaan SDM melalui Sekolah Lapangan Pengendalian Terpadu (SLPHT) dan


Sekolah Lapangan Iklim (SLI)

Pemberdayaan Regu Pengendalian Hama (RPH)

Bantuan pestisida Dinas

Gerakan pengendalian OPT bersama-sama TNI

Anda mungkin juga menyukai