Bab Vii
Bab Vii
Pengantar
Seperti diketahui masalah hak asasi manusia serta perlindungan terhadapnya merupakan
bagian penting dari demokrasi. Dengan meluasnya konsep dalam konteks golbalisasi dewasa
ini, masalah hak asasi manusia menjadi isu yang hangat dibicarakan di hampir semua belahan
dunia. Sekarang ini kita membedakan tiga generasi hak asasi.
1)
Hak sipil yang sudah lama dikenal dan selalu diasiosiasikan dengan pemikiran di
negara-negara Barat
2)
Hak ekonomi, sosial, budaya, yang gigih diperjuangkan oleh negara komunis
3)
2.
Di Eropa Barat pemikiran mengenai hak asasi berawal dari abad ke-17 dengan timbulnya
konsep Hukum Alam serta hak-hak alam. Akan tetapi, sebenarnya beberapa abad
sebelumnya, yaitu pada Zaman Pertengahan, masalah hak manusia sudah mulai mencuat di
Inggris. pada abad ke-17 dan ke-18 pemikiran mengenai hak asasi manusia maju dengan
pesat. John Locke mengatakan bahwa life, liberty and property serta goverment by
consent.
3.
Hak Asasi Manusia pada Abad ke-20 dan Awal Abad ke-21
Dalam perkembangan berikutnya terjadi perubahan dalam pemikiran mengenai hak asasi,
antara lain terjadinya depresi besar sekita tahun 1929 hingga 1934, yang melanda sebagian
besar dunia. Presiden Amerika Serikat, Roosevelt pada 1941 mermuskan Emapt Kebebasan,
yaitu kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, kebebasan beragama, kebebasan dari
ketakutan, dan kebebasan dari kemiskinan. Kebetulan sistem ekonomi kapitalis yang berlaku,
terutama sesudah Perang Dunia II, berhasil meningkatkan produksi sehingga membawa
kemakmuran bagi rakyat. Di Rusia pada tahun 1917 telah terjadi revolusi menentang
kekuasan Tsar.
Deklarasi Universal dimaksud dengan pedoman sekaligus standar minimum yang dicitacitakan oleh seluruh umat manusia. Maka dari itu berbagai hak dan kebebasan dirumuskan
secara sangat luas, seolah-olah bebas tanpa batas. Pada 1948 Universal Declaration of Human
Rghts diterima 48 negara.
Ditentukan pula bahwa setiap hak akan dijabarkan, dan prosedur serta aparatur pelaksanaan
dan pengawasan dirumuskan secra rinci. Juga diputuskan untuk menyusun dua perjanjian
(kovenan) yakni, yang pertama mencakup hak politik dan sipil, dan yang kedua meliputi hak
ekonomi, sosial, dan budaya. Dengan demikian, setiap negara memperoleh kesempatan
memilih salah satu atau kedua-duanya.
Salah satu kesukaran adalah perbedaan sifat antara hak politik dan hak ekonomi, yang
kadang-kadang menuju ke suatu ketegangan antara dua jenis hak asasi ini. Perbedaan lain
ialah, jika pelaksaan hak politik memerlukan dibatasinya peran pemerintah, maka untuk
melaksanakan hak ekonomi tidak cuckup hanya melalui perundang-undangan saja. Pada
hakikatnya, konvenan hanya merumuskan kewajiban bagi negara masing-masing untuk
mengikat kesejahteraan rakyatnya, dan tidak dimaksudkan untuk mengadakan sanksi.
Pelaksanaan beberapa hak politik secara khusus diberi pembatasan yaitu perundangundangan yang menyangkut ketertiban dan keamanan nasional dalam negara masing-masing.
Hak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat dinyatakan terbatas oleh
undang-undang nasional yang berlaku untuk a) menghormati hak dan nama baik orang lain,
dan b) untuk menjaga keamanan nasional atau ketertiban umum atau kesehatan atau
kesusilaan umum (pasal 19).
Masalah Ratifikasi
Meratifikasi suatu perjanjian berarti bahwa negara yang bersangkutan mengikat diri untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian dan bahwa ketentuan0ketentuan itu menjadi
bagian dari hukum nasionalnya.
Dalam bagian sebelumnya mengenai hak asasi, telah diuraikan bahwa dalam pasal 29 dan
Deklarasi Hak Asasi Manusia maupun dalam beberapa pasal Kovenan Hak Sipil dan Politik,
mengenai hak mengeluarkan pendapat telah juga disebutkan bahwa di samping hak juga ada
kewajiban terhadap masyarakat, terutama untuk mematuhi undang-undang yang mengatur
keamanan dan kesusilaan masyarakat.
4.
Pada dasawarsa 1980-an, berkat usaha Dunia Krtiga dicanangkan generasi ketiga hak asasi,
yaitu hak atas perdamaian dan hak atas pembangunan.
untuk memenuhi apa yang sesuai dengan hukum serta hak untuk tidak patuh kepada apa yang
tidak sesuai dengan hukum, hak kebebasan, hak kebebasan kepercayaan, hak untuk
menyatakan kebenaran, hak mendapatkan perlindungan terhadap penindasan karna perbedaan
agama, hak mendapatkan kehormatan dan nama baik, hak ekonomi, dan hak untuk memiliki.
Bangkok Declaration
5.
Pada awal abad ke-21 suasana yang melatarbelakangi kampanye internasional untuk
memajukan hak asasi secara global, kadang-kadang dinamakan Revolusi Hak Asasi, telah
mengalami pukulan berat, terutama sesudah Peristiwa 11 September 2011 di New York,
perang terhadap Afganistan, dan invasi tentara koalisi Amerika Serikat dan Inggis terhadap
Irak.
6.
Hak asasi manusia di Indonesia dibagi beberapa masa: masa demokrasi parlementer; masa
demokrasi terpimpin; masa demokrasi pancasila; masa reformasi. Ada pula hak asasi
perempuan serta amandemen II UUD 1945. Hak asasi manusia di Indonesia telah mengalami
pasang surut. Sesudah dua periode represi (rezim Soekarno dan Soeharto), reformasi
berusaha memajukan hak asasi. Akan tetapi dalam kenyataannya harus menghadapi tidak
hanya pelanggaran hak secara vertikal, tetapi juga horisontal. Pelaksanaan hak politik
mengalami kemajuan, tetapi pelaksanaan hak ekonomi masih belum dilaksanakan secara
memuaskan. H. 246-243
BAB VIII
PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA SECARA VERTIKAL DAN HORIZONTAL
1.
Pengantar
Secara vertikal : yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatnya dan dalam hal ini yang
dimaksud ialah pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan
Secara horizintal : yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya secara horizontal.
Pembagian ini menunjukkan pembedaan antara fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifta
legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang lebih dikenal sebagai Trias Politika atau pembagian
kekuasaan
2.
penuh yang untuk memperthankan kemerdekaan ekstern dan intern, bersatu atas dasar
perjanjian internasional yang diakui dengan menyelenggarakan beberapa alat perlengkapan
tersendiri yang mempunyai kekuasaan tertentu terhadap anggota konfederasi, tetapi tidak
terhadap warga negara negara-negara itu.
Negara Federal (C.F.Strong) : Salah satu ciri negara federal ialah bahwa ia mencoba
menyesuaikan dua konsep yang sebenarnya bertentangan, yaitu kedaulatan negara federal
dalam keseluruhannya dan kedaulatan negara bagian. Penyelenggaraan kedaulatan ke luar
dari negara-negara bagian diserahkan sama sekali kepada pemerintah federal, sedangkan
kedaulatan ke dalam dibatasi.
3.
Amerika : Dalam abad ke-18 ada 13 negara yang berdaulat; kemudian bersekutu dalam
perang melawan inggris, dan dalam tahun 1781-1789 mengadakan konfederasi; mulai tahun
1789 merupakan negara federal.
4.
Boleh dikatakan bahwa tidak ada dua negara federal yang sama. Menurut C.F.Strong,
perbedaan-perbedaan itu terdapat dalam dua hal:
I.
negara-negara bagian.
II.
Kekuasaan
Trias Politika adalah anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan.
Trias Politika adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan ini sebaiknya tidak
diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak
yang berkuasa.
Pemerintah juga berkecimpung di bidang yudikatif ( misalnya di Indonesia dalam sengketa
perumahan, dalam konflik-konflik pajak). Begitu pula dalam menfsirkan undang-undang,
pemerintah juga membuat undang-undang. Oleh karena keadaan yang tersebut di atas,
maka ada kecenderungan untuk menfasirkan Trias Politika tidak lagi sebagai pemisahan
kekuasaan, tetapi sebagai Pembagian Kekuasaan.
Di Indonesia tidak menganut paham separation of power tetapi division of power.
BAB IX
BADAN EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF
1.
Badan Eksekutif
2.
Badan Legislatif
Badan Legislatif atau Legislature mencerminkan salah satu fungsi badan itu, yaitulegislate,
atau membuat undang-undang. C.F.Strong : Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan
yang mayoritas anggota dewasa dari sutu komunitas politik berpartisipasi atas dasar sistem
perwakilan yang menjamin bahwa pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakantindakannya kepada mayoritas itu.Dengan berkembangnya gagasan bahwa kedaulatan ada di
tangan rakyat, maka badan legislatif menjadi badan yang berhak menyelenggarakan
kedaulatan itu dengan jalan menentukan kebijakan umum dan menuangkannya dalam
undang-undang.
Fungsi Badan Legislatif :
Fungsi Legislasi
Funsgi Kontrol
Fungsi Lainnya
3.
Badan Yudikatif
Suatu studi mengenai kekuasaan yudikatif sebenarnya lebih bersifat teknis yuridis dan
termasuk bidang ilmu hukum daripada bidang ilmu politik, kecuali di beberapa negara di
mana Mahkamah Agung memainkan peranan politik berdasarkan konsep judicial review.
Akan tetapi dari perkembangannya telah kita ketahui bahwa doktrin pemisahan kekuasaan
yang mutlak dan murni tersebut tidak mungkin dipraktikkan di zaman modern karena tugas
negara dalam abad ini sudah demikian kompleksnya, sehingga doktrin itu diartikan sebagai
pembagian kekuasaan; artinya hanya fungsi pokoknya yang dipisahkan, sedangkan
selebihnya letiga cabang kekuasaan itu terjalin satu sama lain.
BAB X
PARTISIPASI POLITIK
1.
Sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang
atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan
jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi
kebijakan pemerintah.
2.
Biasanya diadakan pembedaan jenis partisipasi menurut frekuensi dan intensitasnya. Orang
yang mengikuti kegiatan secara tidak intensif, yaitu kegiatan yang tidak banyak menyita
waktu dan yang biasanya tidak berdasarkan prakarsa sendiri ( seperti memberikan suara
dalam pemilihan umum) besar sekali jumlahnya. Sebaliknya, kecil sekali jumlahnya orang
yang secara aktif dan sepenuh waktu melibatkan diri dalam politik.
3.
Di negara-negara otoriter seperti komunis pada masa lampau, partisipasi massa umumnya
diakui keajarannya, karena secara formal kekuasaan ada di tangan rakyat. Akan tetapi tujuan
utama partisipasi massa dalam masa pendek masyarakat adalah merombak masyarakat yang
terbelakang menjadi masyarakat modern, produktif, kuat, dan berideologi kuat.
4.
Negara-negara berkembang yang non-komunis menunjukkan pengalaman yang berbedabeda. Kebanyakan negara baru ini ingin cepat mengadakan pembangunan untuk mengejar
keterbelakangannya, karena dianggap bahwa berhasil-tidaknya pembangunan banyak
bergantung pada partisipasi rakyat.
5.
Kepentingan
Salah satu sebab adalah bahwa orang mulai menyadari bahwa suara satu orang (misalnya
dalam pemilihan umum) sangat kecil pengaruhnya, terutama di negara-negara yang
penduduknya berjumlah besar. Melalui kegiatan menggabungkan diri dengan orang lain
menjadi suatu kelompok, diharapkan tuntutan mereka akan lebih didengar oleh pemerintah.
6.
individu-individu yang terlibat merasa mempunyai perasaan frustrasi dan ketidakpuasan yang
sama.
solidaritas pada sanak saudara, kerabat, agama, wilayah, kelompok etnis, dan pekerjaaan.
sama secara erat dengan pemerintah seperti birokrasi dan kelompok militer.
Kelompok Asosiasional : Terdiri atas serikat buruh, kamar dagang, asosiasi etnis dan
agama.
NSM serta kelompok kepentingannya, dan dalam banyak hal terinspirasi oleh koleganya dari
luar negeri. Ideologi serta cara kerjanya pun banyak miripnya. Umumnya LSM lahir sebqagai
cerminan dari kebangkitan kesadaran golongan masyarakat menengah terhadap kemiskinan
dan ketidakadilan sosial.
BAB XI
PARTAI POLITIK
1.
Pengantar
Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam
proses pengelolaan negara. Dewasa ini partai politik sudah sangat akrab di lingkungan kita.
2.
Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Pada awal perkembangannya,
pada akhir dekade 18-an di negara-negara Barat seperti Inggris dan Prancis, kegiatan politik
dipusatkan pada kelompok-kelompok politik dalam parlemen. Kegiatan ini mula-mula
bersifat elitis dan aristokratis, mempertahankan kepentingan kaum bangsawan terhadap
tuntutan-tuntutan raja.
Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta
diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan
berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di lain pihak.
3.
Carl J.Friedrich : Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil
dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan
partainya berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan
yang bersifat idiil serta materiil.
4.
Di negara demokrasi partai relatif dapat menjalankan fungsinya sesuai harkatnya pada saat
kelahirannya, yakni menjadi wahana bagia warga negara untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan kehidupan bernegara dan memperjuangkan kepentingannya di hadapan
penguasa. Sebaliknya di negara otoriter partai tidak dapat menunjukkan harkatnya, tetapi
lebih banyak menjalankan kehendak penguasa.
5.
Di atas telah dibahas bermacam-macam jenis partai. Akan tetapi beberapa sarjana
menganggap perlu analisis ini ditambah dengan meneliti perilaku partai-partai sebagai bagian
dari suatu sistem, yaitu bagaimana partai politik berinteraksi satu sama lain dan berinteraksi
dengan unsur-unsur lai dari sistem itu.
Analisis semacam ini dinamakan sistem kepartaian pertama kali dibentangkan oleh
Maurice Duverger dalam bukunya Political Parties. Duverger mengadakan klasifikasi
menurut tiga kategori, yaitu sistem partai-tunggal, sistem dwi-partai, dan sistem multi-partai.
6.
Mengapa kemunduran ini terjadi? Ada beberapa sebab yang dapat dikemukakan, anatara lain
partai dan parlemen dianggap tidak lagi mewakili rakyat banyak. Hal itu disebabkan karena
kehidupan politik modern telah menjadi begitu kompleks dengan bertumbuhnya golabalisasi
di bidang ekonomi dan bidang-bidang lainnya, baik nasional maupun internasional.
Akibatnya, baik partai maupun parlemen tidak mampu menyelesaikan beragam masalah.
7.
Di indonesia kita terutama mengenal sistem multi-partai, sekalipun gejala partai-tunggal dan
dwi-partai tidak asing dalam sejarah kita. Sistem yang kemudian berlaku berdasarkan sustem
tiga orsospol dapat dikategorikan sebagai sistem multi-partai dengan dominasi satu partai.
Tahun 1998 mulai masa Reformasi, Indonesia kembali ke sistem multi-partai (tanpa dominasi
satu partai).
BAB XII
SISTEM PEMILIHAN UMUM
1.
Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum dengan berbagai
variasinya, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu:
Single-member Constituency ( satu daerah pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut
Sistem Distrik).
Multi-member Constituency ( satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil; dinamakan
Sistem Perwakilan Berimbang atau Sistem Proporsional.
Disamping itu ada beberapa varian seperti Block Vote, Alternative Vote, sistem Dua Putaran
atau Two-Round System, Sistem Paralel, Limited Vote, Single Non-Transferable Vote,Mixed
member proportional, dan Single Transferable Vote.
2.
Dewasa ini Jerman menggabung kedua sistem dalam pemilihan umumnya. Setengah dari
parlemen dipilih melalui dengan sistem distrik dan setengah lagi dpilih dengan sistem
proporsional. Setiap pemilih mempunyai dua suara; pemilih memilih calon atas dasar sistem
distrik ( sebagai suara pertama ) dan pemilih itu memilih partai atas dasar sistem proporsional
( sebagai suara kedua ). Negara yang melakukan sistem gabungan adalah swedia, Italia dan
Indonesia.
4.
sembilan
kali
pemilihan
umum,
yaitu
pemilihan
umum
Disusun Oleh
Nama : Kezia Manurung
Nim : 1601111718
Dosen : Saiman Pakpahan S.IP.,M.SI