Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Pembangunan jembatan sangat berkaitan dengan salah satu upaya

pengmbangan wilayah dalam mendukung pengembangan berbagai sektor kegiatan


ekonomi seperti pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, industri,
pariwisata, pertambangan serta pengembangan kegiatan sosial kemasyarakatan,
seperti kegiatan perdagangan antar daerah, kegiatan administrasi pemerintahan,
kegiatan sosial politik, dan sebagainya.
Jembatan Perawang terletak pada ruas jalan Minas-Simpang Lago, di
Kabupaten Siak. Keberadaan Jembatan ini akan memperpendek jarak Jalan Lintas
Timur pada Ruas Simpang Lago Minas sepanjang 45 km, dibanding jika
melewati Kota Pekanbaru. Disamping itu keberadaan jembatan ini juga akan
mengurangi kemacetan lalu lintas kendaraan berat yang biasanya melewati Kota
Pekanbaru dan mengurangi beban lalu lintas pada Ruas Jalan Nasional Simpang
Lago Pekanbaru serta jalan dalam Kota Pekanbaru. Dengan dibangunnya
jembatan ini akan dapat mengurangi waktu tempuh Jalan Lintas Timur dari
Simpang Lago menuju Dumai.
I.2

Maksud dan Tujuan Proyek


Maksud dan tujuan dibangunnya jembatan Perawang adalah :

1.

Menyediakan prasarana transportasi yang menghubungkan kota Perawang


dengan daerah lainnya sehingga daerah-daerah yang terpisah oleh sungai
Siak dapat terhubung dengan baik.

2.

Mengurangi biaya operasional kendaraan sehingga mengurangi biaya


transportasi yang mengakibatkan harga bahan mentah maupun jadi akan
lebih kompetitif.

3.

Memperbesar kesempatan pemasaran dari daerah sekitar yang berakibat


langsung kepada peningkatan sosial dan ekonomi rakyat.

I.3

Ruang Lingkup Kerja Praktek


Ruang lingkup yang ditinjau penulis pada Proyek Pembangunan Jembatan

Perawang ini adalah metode pelaksanaan pekerjaan Post Tensioning Prestressed


Concrete yang meliputi pekerjaan pemasangan tendon, pemasangan kabel strand,
penarikan kabel strand, proses grouting dan hal lain yang diarahkan pembimbing.
Dalam laporan ini dipaparkan pelaksanaan kegiatan proyek yang sedang
dikerjakan berdasarkan pengamatan, konsultasi dan bimbingan dari kontraktor
pelaksana dan konsultan pengawas serta berpedoman pada gambar kerja,
spesifikasi umum, dan lampiran lainnya.
1.4

Sistematika Penulisan
Laporan kerja praktek ini disusun atas beberapa bab, dimana setiap bab

terdiri dari beberapa sub bab dengan rincian sebagai berikut :


Bab I :

Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang proyek, maksud dan tujuan proyek,
ruang lingkup kerja praktek, serta sistematika penulisan.

Bab II :

Tinjauan Umum Proyek


Berisi tentang data umum proyek dan pelaksanaan proyek yang
terdiri dari tahap-tahapan yang dimulai dengan penunjukan
langsung kontraktor pelaksana, administrasi proyek dan tahap
pelaksanaan dilapangan.

Bab III :

Tinjauan Khusus Proyek


Berisi tentang metode pelaksanaan pekerjaan Post Tensioning
Prestressed Concrete dengan standar peraturan yang digunakan
pada proyek ini.

Bab IV :

Penutup
Berupa kesimpulan dan saran-saran penulis terhadap pelaksanaan
proyek secara umum.

BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
2.1.

Lokasi dan Situasi Proyek


Adapun lokasi proyek ini adalah di desa Meredan, kecamatan Tualang,

Kabupaten Siak Sri Indrapura.


P.SUMATE
RA
Prop.Riau

Keterangan(Not
: to Scale)
Ibukota Propinsi
Ibukota Kabupaten
Kota-kota lainnya
Batas Propinsi
Batas Kabupaten
Jalan Nasional
Jalan Propinsi

Gambar 2.1

Lokasi Proyek Jembatan Perawang

Situasi topografi jembatan perawang terdiri atas daerah datar dimana


kedua sisi jembatan dibelah oleh sungai Siak. Kondisi tanah sekitar jembatan
adalah gambut dengan kedalaman rata-rata tanah gambut setebal 30 m.
Proyek

Pembangunan

Jembatan

Perawang

dikerjakan

oleh

Pembangunan Perumahan (Persero) dengan perincian sebagai berikut :


a. Merupakan Jembatan Single Box Girder
b. Terdiri dari 14 buah pier dan 4 abutmen.
c. Total panjang jembatan perawang adalah 1413 meter dengan rincian :
- main span

= 180 meter

- side span

= 202 meter

P.T.

- approach span

= 508 meter

- slab on pile

= 523 meter

Lebar jembatan

: 12,7 m

Free board dari hws

: 23 meter, sepanjang alur pelayaran 100 m

Pekerjaan pondasi
- Pier utama

: Steel pipe pile dia.1200 mm

- Pier app. span

: Pc pile dia. 600 mm

- Slab on pile

: Pc pile dia. 350 mm

Pekerjaan struktur atas


- Main & side span

: Box girder K 500

- App. span

: I girder l.40.8 m; h.1,7 m

- Slab on pile

: Beton K 500

2.1.2. Data Umum Proyek


1. Nama Proyek

: Pembangunan Jembatan Perawang

2. Tipe Jembatan

: Balance Cantilever

3. Pemilik Proyek

: Dinas Kimpraswil Propinsi Riau


Dinas PU, Kimpraswil Kabupaten Siak

4. Pemberi Tugas

: Kepala Dinas PU Kimpraswil Kabupaten Siak

5. Kontraktor Pelaksana

: PT.PP (Persero)

6. Sumber Dana

: APBD PROPINSI RIAU (TA.2004 s/d 2008 )


APBD KABUPATEN SIAK (TA.2004 s/d

2008)
7. Konsultan Perencana

: LAPI ITB CONSULTING

8. Konsultan Pengawas

: PT. KUANTAN GRAHA MARGA

9. Nomor Kontrak

: 620/SPK/MULTY/JBT-PRW/1701

10. Nilai Kontrak

: Rp. 161.972.407.000,- (Seratus Enam Puluh Satu


Milyar Sembilan Ratus Tujuh Puluh Dua Juta
Empat Ratus Tujuh Ribu Rupiah)

11. Sistem Pelelangan

: Sistem Pelelangan Umum

12. Sistem Kontrak

: Multy Years

13. Waktu Pelaksanaan

: 1460 hari kalender

a. Mulai

: 15 Desember 2004

b. Selesai

: Desember 2008

14. Waktu Pemeliharaan

: 365 hari kalender

15. Jenis Pekerjaan

: Struktur, Arsitektur, Mekanikal, dan Electrical

16. Lokasi Pekerjaan


a. Propinsi

: Riau

b. Kabupaten

: Siak Sri Indrapura

c. Alamat

: Desa Meredan, Kecamatan Tualang

17. Kuantitas Pekerjaan


a. Deskripsi Proyek

: Jembatan dengan Panjang 1413 m lebar 12.7 m

b. Fungsi

: Sarana penyebrangan

18. Jenis Pondasi

: Tiang Pancang

19. Jenis Struktur

: Struktur Beton Prategang

20. Material Struktur


a. Beton

: - K-300 untuk Abutment


- K-300 untuk Pilar
- K-500 untuk Deck

b. Baja

: - Baja mutu BJTD 40


- Baja Mutu Tinggi Grade- 270

2.2

Lingkup Pekerjaan Proyek


Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan pada proyek ini meliputi

Pekerjaan:
2.2.1

Pekerjaan Struktur Atas

a.

Pemancangan Tiang Pancang Abutment

b.

Pemancangan Tiang Pancang Pilar

2.2.2

Metode Kerja Struktur Atas

a. Pekerjaan Abutment

b.

Perancah

Bekisting

Skor

Tie Rod
Pekerjaan Pilar

Perancah
Bekisting
Skor
Tie Rod
c. Deck
Approach Span
Side Span
Main Span
2.3

Pelaksanaan Proyek
Dalam melaksanakan suatu proyek ada beberapa tahapan yang harus

dilaksanakan. Tahap pertama yang harus dilaksanakan yaitu tahap pelelangan


dimana pada tahap ini para kontraktor akan diseleksi kemampuannya untuk
melaksanakan proyek. Dari tahap ini ditunjuk kontraktor pelaksana yang akan
menjalankan proyek ini dengan diawasi oleh wakil dari owner, dalam hal ini
konsultan pengawas.
2.3.1

Pelelangan
Menurut Sutjipto et al (1985), sebuah proyek bertitik tolak dari gagasan

dasar atau kebutuhan akan sesuatu yang muncul pada benak seseorang atau
sekelompok orang. Gagasan itu kemudian dikonkritkan ke dalam pendefinisian
sebuah proyek (project definition). Pekerjaan mendefinisikan sesuatu proyek yang
besar tidaklah begitu mudah untuk dilakukan. Dalam hal ini bantuan oleh tenaga
ahli dari luar (konsultan dan kontraktor) diperlukan apabila pemilik proyek
(owner) tidak memilikinya.
Pelelangan adalah suatu cara yang digunakan oleh pemilik proyek untuk
mendapatkan pihak pelaksana (kontraktor) yang akan melaksanakan proyek
tersebut sesuai keinginan pemilik proyek.
Berdasarkan Keppres 80 pelelangan dibagi menjadi beberapa metode:
1.

Pelelangan umum

Pelelangan jenis ini diumumkan secara terbuka melalui media cetak atau
media elektronik dimana setiap rekanan boleh melakukan penawaran asal
memenuhi syarat dan merasa mampu melaksanakan pekerjaan.
2.

Pelelangan Terbatas
Pelelangan jenis ini dilakukan secara terbatas dengan mengundang beberapa
rekanan yang dianggap mampu dan terseleksi. Dalam hal ini jumlah penyedia
barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas yaitu untuk
pekerjaan yang kompleks.

3. Pemilihan Langsung
Pemilihan langsung yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan
dengan

membandingkan

sebanyak-banyaknya

penawaran,

sekurang-

kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus pra
kualifikasi.
4. Pelelangan dengan Penunjukan Langsung
Pelelangan jenis ini merupakan pelelangan dengan cara menunjuk langsung
pihak kontraktor yang akan melaksanakan pekerjaan konstruksi yang
dilakukan oleh pemilik proyek.
Pelelangan proyek pembangunan Jembatan Perawang Kabupaten Siak
Propinsi Riau menggunakan sistem pelelangan umum.
2.3.2

Tahap Pelelangan

2.3.2.1.Persiapan Pelelangan
Langkah-langkah persiapan yang harus dilalui sebelum pelaksanaan proses
pelelangan yaitu sebagai berikut:
1. Mempersiapkan dokumen lelang,
2. Mempersiapkan pelaksanaan lelang.
Anggaran biaya beserta perinciannya tercantum dalam dokumen lelang,
yang menentukan besarnya harga yang diajukan pemborong / kontraktor peserta
lelang.
Dokumen terdiri dari:
1.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini ditentukan oleh panitia lelang,
dalam hal ini yang bertindak sebagai panitia lelang adalah Dinas Kimpraswil
Propinsi Riau.
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) berisikan hal sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
2.

Petunjuk kepada kontraktor


Usulan teknis
Usulan biaya
Format kontrak

Gambar dan data-data keterangan lain.

2.3.2.2. Pelaksanaan Lelang


Adapun sebelum pelaksanaan lelang dimulai maka dilakukan tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Pengumuman Lelang
Sebelum tender dilaksanakan terlebih dulu harus diadakan pengumuman
lelang. Isi pengumuman lelang, sekurang-kurangnya harus memuat ketentuan
sebagai berikut (Keppres 80)
a. Nama dan alamat pengguna barang dan jasa yang akan mengadakan
pelelangan;
b. Uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan atau barang
yang akan dibeli;
c. Perkiraan nilai pekerjaan;
d. Syarat-syarat peserta lelang;
e. Tempat, tanggal, hari dan waktu untuk mengambil dokumen pengadaan.
2. Proses Pascakualifikasi
Pascakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan
usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa
setelah memasukkan penawaran (Keppres No. 80). Prakualifikasi diperlukan
untuk mengidentifikasikan kemampuan dan ruang lingkup pekerjaan antara
lain:
a.

Modal kerja,

b.

Jumlah tenaga ahli,

c.

Pengalaman kerja,

10

d.

Fasilitas kerja.
Sedang ruang lingkup pekerjaan meliputi bidang-bidang keahlian

pekerjaan dikuasai oleh badan-badan tersebut.


Hasil dari proses ini meliputi:
a.

Penilaian terhadap segi administrasi,

b.

Penilaian terhadap segi teknis,

c.

Penilaian terhadap segi keuangan.

3. Pengambilan Dokumen Pelelangan


Para calon kontraktor mengambil dokumen lelang untuk dipelajari berupa
BOQ, Spesifikasi Teknis, RKS dan Gambar lelang.
Dokumen pelelangan meliputi dokumen sebagai berikut:
a.

Surat keputusan pemberian pekerjaan,

b.

Surat perjanjian pemborongan,

c.

Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan,

d.

Gambar-gambar/brosur yang secara teknis ada kaitannya,

e.

Petunjuk-petunjuk dan perintah teknis tertulis serta penjelasanpenjelasan perencanaan atau pengawasan selama pekerjaan berlangsung,

f.

Surat penawaran beserta lampiran-lampirannya.


Dokumen-dokumen tambahan lainnya yang dikeluarkan sebelumnya

adanya kontrak kerja dan atas persetujuan pihak pemilik dan kontraktor.
4. Site Visit
Site Visit dilaksanakan agar para calon kontaraktor dapat melihat langsung
lokasi yang akan dibangun, disamping melihat secara visual sehingga bisa
memprediksi metoda yang akan digunakan, faktor kesulitan dan lain
sebagainya. Dalam pelaksanaan site visit ini diharapkan calon kontraktor
sekalian survey material, proses perijinan dan lain sebagainya.
5. Rapat Penjelasan (Aanwijzing)
Ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam proses Aanwijzing menurut
Keppres No. 80 antara lain :
1. Penjelasan lelang dilakukan di tempat pada waktu yang ditentukan,
dihadiri oleh penyedia barang/jasa yang terdaftar sebagai peserta lelang.

11

2. Ketidakhadiran penyedia barang/jasa pada saat penjelasan lelang tidak


dapat dijadikan dasar untuk menolak/menggugurkan penawaran.
3. Dalam acara penjelasan lelang, harus dijelaskan kepada peserta lelang
mengenai :
a) Metoda pengadaan/penyelenggaraan pelelangan ;
b) cara penyampaian penawaran;
c) dokumen yang harus dilampirkan dalam dokumen penawaran;
d) acara pembukaan dokumen penawaran;
e) metoda evaluasi;
f) hal-hal yang menggugurkan penawaran;
g) jenis kontrak yang akan digunakan;
h) ketentuan dan cara evaluasi berkenaan dengan preferensi harga atas
penggunaan produksi dalam negeri;
i) besaran, masa berlaku dan penjamin yang dapat mengeluarkan jaminan
penawaran.
Rapat penjelasan (aanwijzing) berfungsi memberi penjelasan seluruh
dokumen yang sebelumnya telah diberikan pada tahap pengambilan dokumen.
Para calon kontraktor diberi kesempatan memberikan pertanyaan secara
langsung. Agar semua pertanyaan bisa dijawab, maka calon kontraktor diberi
kesempatan membuat daftar pertanyaan yang dikirim via internet atau fax.
Pada bidang administrasi dijelaskan akan persyaratan-persyaratan yang
tercantum dalam dokumen lelang. Seandainya terdapat hal-hal yang masih
meragukan misalnya tentang syarat-syarat peserta lelang, bentuk surat
penawaran, referensi bank dan lain-lain.
Pada bidang teknis proyek dijelaskan antara lain tentang modifikasi baru
atau ukuran-ukuran gambar yang tidak cocok, gambar konstruksi yang sulit
dimengerti/dibaca, serta kesalahan-kesalahan tulis yang terjadi.
6. Pemasukan Dokumen Penawaran
Calon kontrakator memasukkan dokumen administrasi, dokumen teknis
dan dokumen penawaran harga.
Dokumen Administrasi diantaranya :

12

1.

Akte notaris pendirian perusahaan,

2.

NPWP

3.

PKP

4.

SIUP

5.

SIUJK

6.

Neraca keuangan terakhir

Dokumen Teknis diantaranya :


1. Metoda kerja
2. Daftar alat
3. Usulan tenaga ahli
4. Metoda pengendalian mutu waktu biaya
5. Schedule, dls
Dokumen Penawaran Harga yaitu :
1. Surat penawaran harga
2. RAB
3. Analisa harga satuan
4. Nilai penawaran Harga.
7. Evaluasi Dokumen Penawaran
Panitia mengadakan evaluasi terhadap seluruh dokumen peserta yang
masuk. Evaluasi yang dilakukan untuk menilai kelengkapan administrasi,
teknis dan harga penawaran. Dari proses evaluasi ini ditetapkan calon
kontraktor yang memenuhi syarat untuk mengikuti proses selanjutnya.
8. Penetapan Pemenang
Panitia/pejabat pengadaan menetapkan calon pemenang lelang yang
menguntungkan dalam arti:
a. Penawaran memenuhi syarat administratif dan teknis yang ditentukan
dalam dokumen pemilihan penyedia barang dan jasa;
b.

Perhitungan harga yang ditawarkan adalah terendah yang


responsif;

c.

Menggunaan semaksimal mungkin hasil produksi dalam


negeri;

13

d.

Penawaran tersebut adalah terendah diantara penawaran yang


memenuhi syarat.

9. Sistem Kontrak
Kontrak adalah perjanjian secara tertulis antara pemberi tugas dan
kontraktor dimana kewajiban masing-masing pihak diatur dalam pasal-pasal
surat perjanjian. Suatu kontrak mulai berfungsi pada waktu kontrak tersebut
ditandatangani. Kontraktor baru boleh bekerja secara fisik setelah ada SPMK
(Surat Perintah Mulai Kerja). Kontrak sekurang-kurangnya

memuat

ketentuan-ketentuan sebagai berikut(Keppres No. 80) :


a) Para pihak yang menandatangani kontrak meliputi nama, jabatan, dan
alamat;
b) pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai
jenis dan jumlah barang/jasa yang diperjanjikan;
c) hak dan kewajiban para pihak yang terkait didalam perjanjian;
d) nilai atau harga kontrak pekerjaan, serta syarat-syarat pembayaran;
e) persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci;
f)

tempat dan jangka waktu penyelesaian/penyerahan dengan disertai jadual


waktu

penyelesaian/penyerahan

yang

pasti

serta

syarat-ayarat

penyerahanya;
g) jaminan teknis/hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan/atau ketentuan
mengenai kelaikan;
h) ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak
memenuhi kewajibanya;
i) ketentuan mengenai pemutusan kontrak secara sepihak;
j) ketentuan mengenai keadaan memaksa;
k) ketentuan mengenai kewajiban para pihak dalam terjadi kegagalan dalam
pelaksanaan pekerjaan;
l) ketentuan mengenai perlindungan tenaga kerja;
m) ketentuan mengenai bentuk dan tanggung jawab gangguan lingkungan;
n) ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan.

14

Kontrak adalah perjanjian secara tertulis antara pemberi tugas dan


kontraktor dimana kewajiban masing-masing pihak diatur dalam pasal-pasal surat
perjanjian. Suatu kontrak praktis mulai berfungsi pada waktu kontrak tersebut
ditandatangani. Kontraktor baru boleh bekerja secara fisik setelah ada SPMK
(Surat Perintah Mulai Kerja). Kontrak kontruksi dapat digolongkan dalam tiga
kontrak, yaitu:
1. Lump-Sum Contract (kontrak pembayaran sekaligus)
Artinya pemilik pemberi tugas akan membayar sejumlah uang yang disetujui
kepada kontraktor untuk menyelesaikan suatu proyek yang sesuai dengan
rencana-rencana dan spesifikasi yang telah ditentukan dan dibuat oleh
perencana. Biasanya pemilik membayar sebagian dari jumlah uang tersebut
kepada kontraktor pada selang waktu atau menurut bobot pekerjaan.
2. Turn Key Contract
Pada kontrak tipe ini semua pembiayaan pelaksanaan proyek sampai selesai
dan masa pemeliharaan ditanggung semuanya oleh pihak kontraktor. Pemilik
proyek baru akan membayar kepada kontraktor setelah proyek selesai dengan
sistem pembayaran yang telah disepakati bersama.
3. Unit Price Contract (Kontrak Harga Satuan)
Artinya pemilik akan membayar sejumlah uang yang telah disetujui kepada
pihak kontraktor untuk unit pekerjaan yang telah diselesaikan dalam satu
proyek. Pembayaran biasanya dilakukan oleh pemilik kepada kontraktor pada
selang waktu yang telah ditentukan selama konstruksi proyek tergantung pada
pekerjaan yang telah diselesaikan. Misalnya setiap bulan atau berdasarkan
bobot pekerjaan.
Dalam Proyek Pembangunan Jembatan Balance Cantilever Siak Sri
Indrapura ini memakai sistem pembayaran dari owner kepada kontraktor
berdasarkan bobot pekerjaan (Unit Price Contract).
2.4. Tahap Pelaksanaan di Lapangan
2.4.1. Organisasi dan Personil
Pelaksanaan pembangunan adalah melakukan pekerjaan pada suatu lokasi
sedemikian hingga pembangunan terwujud yang telah ditetapkan dalam biaya,

15

jadwal dan sasaran kualitas. Ada proses-proses yang perlu dipertimbangkan


sehubungan dengan proses pembangunan, yang melibatkan berbagai profesi dan
bahan yang digunakan. Hal ini ditujukan agar semua pihak melakukan tugasnya
sebagai suatu tim. Setiap orang harus mendapat tugas yang jelas dan saling
bekerja sama hingga dapat mencapai tujuan pekerjaan.
Manajemen proyek mengarahkan dan mengembangkan Sumber Daya
Manusia dan Sumber daya lainnya supaya berjalan di jalur yang seharusnya
menuju sasaran yang telah ditetapkan serta menciptakan dorongan semangat untuk
memotivasi orang supaya bekerja dengan baik.
Untuk melaksanakan suatu proyek besar maupun kecil diperlukan suatu
organisasi yang mengelola dan mengontrol jalannya pelaksanaan proyek.
Organisasi proyek tersebut harus mempunyai badan hukum, sarana serta personil
yang dapat bekerja sama secara kolektif dan kualitatif agar mendapat hasil yang
baik.
Struktur organisasi pekerjaan adalah suatu kesatuan yang saling
berhubungan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam melaksanakan suatu
pekerjaan. Sedapat mungkin segala urusan di dalam proyek dapat diselesaikan
dengan sebaik-baiknya, jika terdapat ketidakcocokan, maka dapat diselesaikan
denagan cara musyawarah demi kelancaran proyek.
Adapun pihak-pihak yang memainkan peranan penting di dalam proses
pembangunan adalah :
1.

Pemilik Proyek
Pemilik proyek adalah pihak yang memiliki proyek. Pada Proyek

Pembangunan Jembatan Perawang ini pemilik proyek adalah Dinas Kimpraswil


Propinsi Riau dan Dinas PU, Kimpraswil Kabupaten Siak.
Adapun tugas dan wewenang dari pemilik proyek antara lain :
a. Memberikan informasi, bantuan dan kerjasama yang diperlukan kontraktor
sepanjang batas kewenangan dan kewajiban pemilik.
b.

Memberikan semua instruksi kepada kontraktor melalui konsultan


pengawas.

16

c.

Dapat memberhentikan sebagian atau seluruh pekerjaan apabila


kontraktor tidak memberikan hasil pekerjaan yang sempurna dan melanggar
ketentuan.

d.

Menentukan keputusan akhir yang mengikat mengenai proyek.

e.

Menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK) dan surat perjanjian


dengan kontraktor.

f.

Mengesahkan

semua

dokumen

pembayaran

kepada

pihak

kontraktor.
2.

Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang di tunjuk oleh pemberi tugas

untuk bertindak selaku perencana pekerjaan struktur, arsitektur, mekanikal,


elektrikal, interior dan landscape dalam batas-batas yang telah ditentukan baik
teknis maupun administratif, yaitu PT. LAPI ITB KONSULTING.
Konsultan Perencana berfungsi melaksanakan pengadaan dokumen
perencanaan,

dokumen

lelang,

dokumen

untuk

pelaksanaan

kontruksi,

memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan, dan memberikan


penjelasan serta saran penyelesaian terhadap persoalan perencanaan yang timbul
selama tahap kontruksi. Konsultan Perencana mulai bertugas sejak tahap
perencanaan sampai dengan waktu serah terima I pekerjaan oleh Kontraktor.
Adapun tugas dan tanggung jawab konsultan perencana antara lain :
a. Melakukan perencanaan struktural atas permintaan pemilik proyek secara
keseluruhan sesuai dengan ide, batas-batas teknis dan administrasi.
b.

Menentukan standar dan peraturan struktur yang sesuai dengan


perencanaan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan serta menentukan
spesifikasi teknis (persyaratan meterial dan peralatan, serta metode kerja yang
digunakan).

c.

Memberikan penjelasan secara detail, baik kepada pemilik proyek


maupun kepada kontraktor atas segala sesuatu yang dianggap kurang jelas,
meragukan atau yang dapat menimbulkan masalah tertentu, khususnya yang
menyangkut perencanaan demi kelancaran dan kelangsungan proyek.

17

d.

Bertanggung jawab atas seluruh perencanaan struktural yang dibuat,


perhitungan konstruksi maupun Rencana Anggaran Biaya (RAB).

3.

Konsultan Pengawas
Merupakan Pihak Konsultan Pengawas Pembangunan gedung, yang akan

ditunjuk oleh Pemilik Proyek untuk bertindak sepenuhnya mewakili Pemilik


Proyek dalam memimpin, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan
ini di lapangan pada batas-batas yang telah ditentukan baik teknis maupun
administratif. yang dimaksud adalah PT. KUANTAN GRAHA MARGA.
Tugas dan wewenang konsultan pengawas antara lain :
a.

Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang


akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan dilapangan.

b.

Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metoda pelaksanaan, serta


mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi

c.

Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas


dan laju pencapaian volume/realisasi fisik.

d.

Mengumpulkan data dan informasi dilapangan untuk memecahkan


persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi

e.

Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat laporan


mingguan dan bulanan pekerjaan pengawas, dengan masukan hasil rapat-rapat
lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstuksi yang
dibuat oleh kontraktor.

f.

Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk pembayaran


angsuran, pemeliharaan pekerjaan, dan serah terima pertama dan kedua
pekerjaan konstruksi.

g.

Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawing) yang diajukan


oleh kontraktor.

h.

Meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan dilapangan.

i.

Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima, mengawasi


perbaikannya menyusun laporan akhir pekerjaan pengawasan.

j.

Bersama Konsultan Perencana menyusun petunjuk pemeliharaan dan


penggunaan bangunan gedung.

18

k.

Membantu pengelola proyek dalam menyusun Dokumen Pendaftaran.

l.

Membantu pengelola proyek mengurus sampai mendapatkan IPB (Ijin


Penggunaan Bangunan) dari Pemerintah Daerah Tingkat II setempat.

4.

Kontraktor Pelaksana
Kontraktor Pelaksana adalah pihak yang di tunjuk berdasarkan pelelangan

untuk melakukan pembangunan proyek sesuai rencana, perhitungan dan


persyaratan yang telah dibuat oleh konsultan perencana. Kontraktor Pelaksana
melaksanakan semua pekerjaan yang telah diberikan kepadanya sesuai dengan
kesepakatan denagan pemilik proyek. Tugas dari kontraktor pelaksana, dalam hal
ini adalah PT. Pembangunan Perumahan yaitu melaksanakan pekerjaan kontruksi
di lapangan. Adapun susunan organisasi PT. Pembangunan Perumahan adalah
sebagai berikut :
a. Manajer Proyek
Tugas dan wewenangnya adalah:
1. Menetapkan asumsi-asumsi yang diperlukan untuk perencanaan dalam
rangka pelaksanaan pekerjaan
2. Memberi

pengarahan

dalam

tahap

pembuatan

RPAPP (Rencana

Pelaksanaan Anggaran Pelaksanaan Proyek)


3. Menguasai seluruh isi dokumen kontrak
4. Menjamin tersedianya seluruh sumber daya yang diperlukan untuk
pelaksanaan proyek
5. Memberikan pengarahan dan memantau serta mengevaluasi pelaksanaan
proyek
b. Manajer Lapangan
Tugas dan wewenangnya adalah:
1. Mengumpulkan data untuk proses pembuatan rencana pelaksanaan proyek
2. Membuat studi perbandingan untuk menentukan metode yang tepat
3. Membuat laporan intern dan ekstern serta melakukan monitoring proyek
4. Melakukan studi untuk menjamin mutu pelaksanaan
5. Evaluasi schedule secara rutin
6. Memproses berita acara tepat waktu

19

7. Mengembangkan motivasi kerja bawahan


8. Mewakili kepala proyek jika berhalangan ditempat
c. Supervisor
Tugas dan wewenangnya:
1. Mengumpulkan data-data untuk proses pembuatan rencana pelaksanaan
proyek
2. Bersama-sama kepala proyek menyusun RPAPP (Rencana Pelaksanaan
Anggaran Pelaksanaan Proyek)
3. Mengkoordinir pengadaan mandor dan tenaga kerja lainnya
4. Menguasai dokumen kontrak, gambar dan spesifikasi teknis
5. Meningkatkan efisiensi proyek
6. Menjaga kualitas pekerjaan sesuai dengan kontrak
7. Menjaga safety sesuai dengan persyaratan
8. Mengembangkan dan memotifasi bawahan yang berada dibawah
koordinasinya
d. General Affair
Tugas dan wewenangnya:
1. Mengumpulkan data-data untuk proses membuat rencana pelaksanaan
proyek bagian administrasi dan keuangan
2. Menguasai isi dokumen kontrak yang berkaitan dengan bidangnya
3. Meningkatkan efisiensi proyek
4. Melaksanakan administrasi bagian kepegawaian dan keuangan
5. Menjamin keamanan dan keselamatan sesuai persyaratan
6. Mengembangkan dan memotifasi bawahan yang ada dibawahnya
e. Surveyor
Tugas dan wewenangnya:
1. Membuat analisa harga satuan pekerjaan
2. Melakukan perhitungan pekerjaan tambah kurang
3. Bersama kepala teknik melaksanakan klaim tagihan
4. Bersama dengan team proyek melaksanakan negosiasi pekerjaan lapangan
5. Menyiapkan data-data perusahaan dengan baik

20

f. Administrasi
Tugas dan wewenangnya :
1. Mempersiapkan data seluruh karyawan yang ada diproyek
2. Menangani seluruh surat-surat intern dan ekstern perusahaan
3. Mengarsipkan seluruh data tersebut diatas dengan baik
4. Melaksanakan tertib administrasi tugasnya dengan baik
g. Tenaga bagian Mekanikal
Tugasnya adalah :
1. Memasang instalasi listrik dan menerangkan lapangan
2. Membuat sarana dan prasarana serta mengontrol dan memperbaiki sarana
kerja yang ada
3. Membuat rencana kerja sesuai pekerjaan yang dilaksanakan
h. Tenaga bagian Drawing
Tugasnya adalah :
1. Membuat shop drawing secara benar dan jelas
2. Membuat gambar detail yang rumit
3. Membuat as build drawing berdasarkan shop drawing dan kondisi
lapangan
4. Membuat tertib administrasi gambar
i. Tenaga Bagian Logistik
Tugasnya adalah :
1. Memahami daftar sub kontraktor yang dikeluarkan oleh UPP (Unit
penentuan pembelian) pusat.
2. Mencari bahan atau peralatan serta melapor ke kepala proyek.
3. Mencari penawaran harga atas intruksi kepala operasi minimum tiga
subkontraktor.
j. Tenaga Bagian Pengukuran
Tugasnya adalah :
1. Melaksanakan kalibrasi alat ukur secara periodic sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
2. Menetapkan asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pengukuran.

21

3. Melaksanakan marking untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan.


[

k. Tenaga Bagian Gudang


Tugasnya adalah :
1.

Membuat surat jalan penolakan bahan jika diperlukan.

2.

Membuat bon penerimaan barang berdasar surat jalan yang diterima


setelah dicek dan mengisikan pada stock card serta membukukan dalam
buku harian gudang.

3.

Menyerahkan surat jalan kepada supplier.

4.

Mencatat pengeluaran bahan di dalam stock secara tertib

l. Tenaga Keamanan (Security)


Tugasnya adalah :
1.

Mengamankan areal proyek

2.

Mengamankan material dan peralatan yang ada di dalam proyek.

3.

Mengontrol surat jalan material keluar masuk proyek.

2.4.2. Hubungan Masing-Masing Pihak Secara Organisasi


Kedudukan masingmasing pihak secara organisasi dimaksudkan bahwa
pemilik proyek langsung membawahi kontraktor pelaksana. Artinya, kontraktor
pelaksana langsung bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya kepada pemilik
proyek sesuai dengan penawaran. Sedangkan konsultan pengawas bertanggung
jawab kepada pemilik proyek sesuai dengan ruang lingkup tugas dan kontrak
perjanjian masing-masing. Hubungan kerja antara organisasi proyek dapat dilihat
seperti Gambar 2.1 (Hubungan Organisasi Proyek) berikut:

Pemilik Proyek
Dinas PU Kimpraswil

Konsultan Perencana
PT. LAPI ITB
KONSULTING

Kontraktor
PT. PP

Konsultan Pengawas
PT. KUANTAN
GRAHA MARGA

22

Sub Kontraktor
PT. VSL Indonesia
PT. DSI

Keterangan:
Jalur perintah
Jalur konsultasi
Gambar 2.2 Hubungan Organisasi Proyek
2.4.3. Waktu Kerja
Waktu kerja atau jam kerja adalah waktu yang telah ditetapkan untuk
memulai atau mengakhiri suatu pekerjaan dalam satu hari kerja. Adapun
pembagian waktu kerja pada Pembangunan Jembatan Perawang adalah :
a.

Jam Kerja Reguler/Biasa


Adalah jumlah jam kerja dalam satu hari kerja. Jam kerja tersebut adalah
sebagai berikut :

1.

Jam 08.00 s/d 12.00 WIB

: Jam Kerja

2.

Jam 12.00 s/d 13.00 WIB

: Jam Istirahat

3.

Jam 13.00 s/d 17.00 WIB

: Jam Kerja

b.

Jam Kerja Tambahan (lembur)


Jam kerja lembur adalah waktu kerja diluar jam kerja reguler dimana jam
kerja lembur diadakan untuk mengejar target pekerjaan yang ditetapkan pihak
perusahaan untuk segera diselesaikan atau dikarenakan pekerjaan tersebut
memerlukan jam kerja lembur, misalnya dalam pengecoran lantai yang
dilakukan pada jam 09.00 wib selesai pada jam 21.00 WIB (sampai dengan
pengecoran selesai.

2.4.4. Upah Kerja


Upah kerja adalah imbalan berbentuk uang kepada seseorang pekerja atas
pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Upah kerja yang berlaku pada Proyek
Pembangunan Jembatan Perawang adalah sebagai berikut :

23

1.

Upah kerja diberikan pada setiap awal bulan.

2.

Upah kerja lembur yaitu upah kerja yang dibayarkan kepada tenaga
kerja/buruh yang ikut bekerja lembur.
[

2.4.5. Pelaksanaan Pekerjaan


Metode kerja yang dilakukan oleh kontraktor pelaksana untuk tiap
kegiatan didasarkan menurut suatu aturan yaitu spesifikasi teknis dan rencana
kerja proyek yang dibuat oleh Konsultan Perencana. Spesifikasi teknis dan
rencana kerja proyek tersebut memuat syarat dan standar pekerjaan yang harus
dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana.
1.

Pekerjaan Tanah dan Pengukuran


Pekerjaan tanah ini diawali dengan pembukaan lahan baru dengan cara

perbersihan lapangan serta pembebasan lahan disekitar areal proyek.


2.

Pekerjaan Galian
Penggalian ini dilaksanakan sesuai gambar dan syarat-syarat yang

ditentukan sesuai dengan keperluan. Seperti pada galian pondasi dasarnya


diusahakan serata mungkin (waterpass), apabila pada dasar setiap galian masih
terdapat akar-akar tanaman atau bagian gembur maka ini harus digali keluar
sedangkan lubang-lubang tadi diisi kembali dengan pasir, disiram dan selanjutnya
dipadatkan sehingga didapatkan kembali dasar galian yang pas. Semua tanah yang
berasal dari pekerjaan galian sedapat mungkin segera disingkirkan dari halaman
pekerjaan.
3.

Pekejaan Urugan dan Pemadatan


Urugan yang digunakan adalah jenis tanah silty clay yang bersih tanpa

potongan bahan-bahan yang bias lapuk serta bahan batuan yang telah dipecahpecah yang berukuran 10-15 cm. Diatas urugan tadi diberi urugan pasir kemudian
disirami, diratakan dan selanjutnya dipadatkan. Tebal urugan lantai I adalah 30-50
cm ditinggikan dari elevasi existing.
Apabila material urugan mengandung batu-batu, tidak dibenarkan batu-batu
yang besar bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi dengan batubatu kecil dan tanah yang dipadatkan. Kelebihan material galian harus dibuang
ketempat pembuangan yang ditentukan.

24

4.

Pekerjaan Cetakan dan Perancah

a.

Perancangan perancah
Perancah adalah kontruksi yang mendukung acuan untuk beton yang belum

mengeras untuk menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai bentuk, garis
dan dimensi komponen sesuai dengan gambar rencana.
Perancah dan acuan harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu
menahan beban dari beton waktu masih basah, beban-beban akibat pelaksanaan
dan geteran dari alat penggetar. Acuan harus cukup kuat dan rapat sehingga
mampu mencegah kebocoran adukan dan acuan tersebut juga diberi pengaku dan
ikatan secukupnya sehingga dapat menyatu dan mampu mempertahankan
kedudukan dan bentuknya.
b.

Melapisi cetakan
Melapisi cetakan ini bertujuan untuk mendapatkan penyelesaian beton yang

halus tanpa urat kayu dan noda, sehingga tidak akan meninggalkan sisa-sisa atau
bekas pada permukaan beton atau efek yang merugikan bagi rekatan dari cat,
plester, mortar atau bahan penyelesaian lainnya yan akan dipakai untuk
permukaan beton.
c.

Pengikat cetakan
Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat dipabrik atau jenis

jalur pelat, atau model yang dapat dilepas dengan ulir, dengan kapasitas tarik yang
cukup dan ditempatkan sedemikian sehingga menahahan semua beban hidup dari
pengecoran beton basah dan mempunyai penahan bagian luar dari luasan
perletakan yang memadai.
d.

Pemasangan benda-benda yang akan ditanam dalam beton.


Yang dimaksud dengan benda-benda yang ditanam dalam beton adalah pipa-

pipa, saluran listrik benda lainnya. Benda-benda tersebut harus diperhatikan


pemasangannya dan penempatannya sehingga tidak mengurangi kekuatan struktur
dengan memperhatikan persyaratan dalam PBI 1971 NI-2 Bab .5.7 hal 52.
Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik dan lain-lain terhalang
oleh adanya baja tulangan yang terpasang, maka hal ini sangat diperlukan
konsultasi dari pengawas.

25

5.

Pekerjaan Beton Bertulang

a.

Percobaan bahan adukan beton


Sebelum membuat campuran beton, tes laboratorium harus dilakukan

terhadap kekuatan dan kekentalannya sesuai dengan prosedur-prosedur yang


ditunjukkan dalam standar referensi untuk menjamin pemenuhan spesifikasi
proyek dalam membuat campuran yang diperlukan. Adukan beton harus
didasarkan pada trial mix dan design mix. Campuran harus proporsional pasir,
agregat, semen dan air berdasarkan berat atau proporsi yang cocok dari ukuran
untuk rencana proporsional atau perbandingan yang telah dihitung sebelumnya.
Hasil uji setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14, dan
28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian atau lebih sehingga
hasil uji tersebut dapat disetujui oleh pengawas yang ditunjuk. Hasil uji yang
disetujui tersebut harus disertakan selambat-lambatnya satu minggu sebelum
pengerjaan dimulai. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah
benda uji selinder beton berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm sesuai PBI 1971 Bab
4.7 atau ACI Committee 304, ASTM C 94-78a. Sedangkan pengujian bahan dan
beton harus dilakukan dengan cara yang ditentukan dalam Standar Industri
Indonesia (SII) dan PBI 71 NI-2 hal 42.
Pengujian kekentalan adukan beton diperiksa dengan tes slump. Nilai slump
harus ditentukan dalam batas-batas yang diisyaratkan dalam PBI 71 sehingga
dengan harga slump tersebut akan menghasilkan hasil akhir yang bebas keropos
ataupun rongga-rongga.
b.

Penyimpanan semen
Semen yang digunakan dalam proyek ini adalah semen Portland. Semen

yang sampai ke lokasi proyek langsung disimpan di dalam gudang penyimpanan.


Gudang tersebut harus berada dalam keadaan kering. Semen tersebut dijaga agar
tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk sesuai
dengan urutan pengiriman.
c.

Agregat
Agregat yang digunakan adalah batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai

ukuran 10-20 mm dan berasal dari Tanjung Pinang dan Tanjung Balai Karimun

26

dan agregat halus yang berasal dari Danau Bengkuang. Pemakaiannya tersebut
memenuhi syarat-syarat :

d.

1.

Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI-31-1956)

2.

Peraturan Beton Indonesia (NI-2-1971)

3.

Tidak mudah hancur (tetap keras)

4.

Tidak bercampur dengan tanah liat atau kotoran-kotoran lainnya.

Air
Air yang dipergunakan untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih,

tidak mengandung minyak, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain


yang dapat merusak beton dan baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk
mendapatkan kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, air tersebut diteliti
pada laboratorium.
6.

Pengecoran dan Pemadatan

a.

Pengecoran
Sebelum pengecoran beton dilaksanakan semua cetakan, tulangan beton,

kabel dan benda-benda yang akan ditanamkan kedalam beton di cek terlebih
dahulu. Untuk bekisting (cetakan) harus benar-benar bersih sehingga perlu di
semprot dengan air.
Adukan beton yang akan dituang ditempatkan sedekat mungkin ke cetakan,
dan tinggi jatuhnya tidak melebihi 1 meter. Kemudian permukaan beton diratakan
sesegera mungkin untuk menghindari terjadinya pengerasan beton yang tidak
diharapkan. Untuk mengecek kedalaman beton sehingga sesuai dengan yang
diharapkan, dapat dilihat pada tanda garis yang telah dibuat sebelumnya pada
papan bekisting bagian tepi ataupun dengan cara menancapkan baja tulangan
sepanjang tebal beton untuk memastikan apakah kedalaman beton yang telah
dicor tersebut benar.
Apabila pekerjaan tidak dapat dilaksanakan pada satu hari pekerjaan maka
pemberhentian pengecoran pada atau 1/5 bentang. Untuk melanjutkan
pengecoran yang terhenti dimana beton tersebut telah mengeras, maka digunakan
zat perekat antara beton yang sudah mengeras (beton lama) dengan beton segar
(baru).

27

Perhatian khusus harus dicurahkan pada pengangkutan adukan beton dari


tempat pengadukan ke tempat pengecoran. Pekerjaan ini harus dilakukan sebaik
mungkin sehingga pemisahan dan kehilangan bahan-bahan beton itu sendiri dapat
dicegah. Pengangkutan dan pengecoran harus sesuai dengan PBI 71 bab 6.3 hal
56, ACI 304-73, ACI Committee 304 dan ASTM C94-78a.
7.

Pemadatan
Proses pemadatan ini dilakukan pada saat pengecoran dan menggunakan alat

penggetar/vibrator. Penggetar tersebut dimasukkan kedalam beton kurang lebih


30 detik dan apabila adukan mulai nampak mengkilap (air semen mulai
memisahkan diri dari agregat). Kemudian penggetar tersebut ditarik dan
dimasukkan kedalam adukan yang lain. Jarak antara pemasukan penggetar
tersebut diatur sedemikian rupa sehingga daerah pengaruhnya saling menutupi.
Pemadatan ini bertujuan untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan
sarang-sarang kerikil pada beton.
8.

Perawatan Beton
Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran selesai dilakukan. Beton

tersebut disirami dengan air secara berkala untuk menjaga kelembabannya dan
dihindari terhadap proses pengeringan yang belum saatnya. Terik matahari dan
sebagainya bisa menyebabkan permukaan beton menjadi rusak atau retak-retak.
Apabila cetakan dan acuan beton tersebut di bongkar pelaksanaannya, maka
perawatan beton terus dilakukan dengan cara seperti diatas. Perawatan yang
dilakukan pada beton secara umum harus memenuhi persyaratan di dalam PBI
1971 NI-2 Bab 6.6 hal 58 dan ACI 301-72/75.
9.

Stressing Box Girder ( post-tensioning method )


Pelaksanaan post-tensioning merupakan pekerjaan yang memerlukan

pengawasan yang ketat karena kesalahan yang kecil berakibat fatal bagi
keseluruhan struktur yang dibangun. Pelaksanaan post-tensioning yang dilakukan
haruslah memenuhi ketentuan yang ditetapkan seperti dibawah ini:
a.

Persetujuan
Kontraktor dapat menentukan prosedur prategang yang dikehendakinya,
dimana prosedur dan rencana pelaksanaan tersebut harus diserahkan kepada

28

Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan untuk


setiap unit penegangan setelah pengecoran dimulai.
b.

Penempatan kabel
Sebelum penarikan kabel dilakukan, kontraktor harus menunjukkan bahwa
semua kabel bebas bergerak antar titik penjangkaran dan elemen tersebut
bebas untuk menampung pergerakan horizontal dan vertikal sehubungan
dengan gaya prategang yang diberikan.

c.

Penempatan jangkar
Setiap jangkar harus ditempatkan tegak lurus dengan garis kerja gaya
prategang, dan dipasang sedemikian hingga tidak akan bergeser selama
pengecoran beton. Setelah pekerjaan penegangan dan penyuntikan selesai,
jangkar harus ditutup dengan beton paling sedikit 3 cm.

d.

Kekuatan beton yang diperlukan


Gaya prategang belum boleh diberikan pada beton sebelum beton mencapai
kekuatan yang disyaratkan.

e.

Penegangan kabel dengan satu arah


Penegangan dengan satu arah dilakukan pada bentang yang pendek dimana
garis pengaruh gaya prategang yang diberikan lebih besar dari setengah
panjang bentang yang akan diberi gaya prategang

f.

Penegangan kabel dengan dua arah


Penegangan dengan dua arah dilakukan pada bentang yang relatife lebih
panjang dimana garis pengaruh gaya prategang yang diberikan kurang dari
setengah panjang bentang yang akan diberi gaya prategang. Penegangan
pertama dilakukan sampai 95 % dari gaya yang direncanakan, sedangkan
arah berikutnya diberikan gaya 100 % dari gaya prategang yang
direncanakan.

g.

Lubang penyuntikan ( grouting hole )


Kabel harus disuntik dalam 24 jam setelah penarikan kabel berlangsung.
Lubang penyuntikan harus diuji dengan diisi air yang bertekanan 8 kg/cm2
selama satu jam sebelum penyuntikan.

29

Peralatan pencampur harus dapat menghasilkan adukan semen dengan


kekentalan yang homogen dan harus mampu memasok terus menerus pada
peralatan penyuntikan. Peralatan tersebut harus mempunyai tekanan tetap
yang tidak melebihi 8 kg/cm2.
Stressing Box Girder dimulai setelah pengecoran selesai dilakukan.
Stressing dilakukan seteleh beton berumur 24 jam atau kekuatan beton telah
mencapai 80% dari kuat tekan beton yang direncanakan, menggunakan alat
Multijack SPE-200/300
10.

Pembangunan Hammer Head


Hammer Head merupakan muara dari semua ducting tendon cantilever.

Bagian ini merupakan bagian yang paling rumit karena pembesian yang relative
besar dan pemasangan ducting tendon yang sangat rapat serta penempatan lubanglubang angker untuk dudukan traveller dan balok penggantung.
Pelaksanaan Hammer Head dilakukan dengan cara konvensional yaitu
dengan menggunakan perancah, dilanjutkan dengan pembesian, pemasangan
ducting dan diakhiri dengan pengecoran yang dibagi dalam 3 tahap yaitu bagian
slab, dilanjutkan dengan web/dinding dan diakhiri bagian atas.
11.

Main Span ( Segmental )

a.

Traveller form
Jenis traveller menurut beratnya:
1) Heavy traveller, berat traveller > 50 % berat segmen terbesar
2) Light traveller, berat traveller < 50 % berat segmen terbesar
Hal khusus pada perencanaan traveller
1) Diasumsikan bahwa 50 % berat beton baru akan dipikul oleh traveller,
50 % sisanya dipikul oleh beton lama.
2) Traveller dibuat dengan sistem modul
-

Modul utama

Modul depan

Modul belakang

Modul penggantung

Modul penghubung dll

30

Tahap pergerakan traveller


1) Rel yang mempunyai panjang 2 kali panjang segmental digerakkan
kedepan sampai sejajar dengan muka beton lama yang diangkurkan.
2) Menurunkan traveller dengan menggunakan jecking long stroke double
acting dengan tahap pertahap sesuai dengan kemampuan optimal jeck,
sampai ke posisi.
3) Memposisikan traveller pada kondisi lepas dari rel dengan menggunakan
jeck untuk mengangkat traveler.
Beban beton pada saat pengecoran dipindahkan dari balok penggantung ke
traveller melalui Macalloy bar dia. 32 mm. Pada saat pengecoran traveller
ditahan oleh 4 angker pada bagian belakang dan pada balok kayu dan jack
pada bagian depan.
b.

Form work ( Bekisting )


Untuk mendapatkan hasil yang optimal, untuk form work terbuat dari
material PERI (GT-24) yang didukung oleh profil baja yang disambungkan
langsung ke traveller dan beton yang lama. Form work dibuat dalam sistem
panel yang memudahkan dalam pelaksanaan penyesuaian terhadap dimensi
segmental.

12.

Cacat pada Beton (Devective Work)


Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, namun kenyataan di

lapangan tidak seperti yang diharapkan. Kerusakan bisa saja terjadi pada beton
seperti konstruksi beton yang keropos, retak-retak atau beton yang tidak rata dan
tidak tegak lurus dan tidak sesuai dengan gambar rencana. Apabila kerusakan
yang terjadi itu terlau fatal maka harus dilakukan pembongkaran dan dibuat sesuai
gambar rencana.
13.

Pelaksanaan Pembesian

a.

Pemasangan tulangan
Tulangan yang akan digunakan dibersihkan atau dilap agar bebas dari

kotoran, lemak dan karat serta bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya
lekatnya, untuk itu tulangan harus disimpan di tempat yang terlindung dari hujan
dan panas matahari.

31

Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja,


sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempat. Untuk menjaga
ketebalan pengecoran atau penutup beton maka tulangan dipasang dengan
penahan jarak yang terbuat dari baja itu sendiri yang dibengkokkan berbentuk
spiral dan dipasang minimum 4 buah m2 cetakan/lantai kerja. Penahan jarak ini
harus tersebar secara merata. Untuk tulangan yang langsung diatas tanah dan
diatas agregat dan lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang dengan tahu beton
(beton deking) yang mutunya paling sedikit sama dengan beton yang akan dicor.
b.

Pembengkokan dan pemotongan tulangan


Batang tulangan tidak boleh dibengkok dan diluruskan dengan cara-cara

yang merusak tulangan. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkokkan


dan diluruskan kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari
bengkokan semula. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak
boleh dibengkokkan atau diluruskan dilapangan kecuali apabila ditentukan oleh
gambar rencana dan disetujui oleh perencana. Apabila pemanasan diizinkan,
batang tulangan dari baja lunak (polos/diprofilkan) dapat dipanaskan sampai
kelihatan merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih besar dari 850C dan
tulangan tersebut tidak boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
Batang tulangann harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dan dengan toleransi yang telah
ditetapkan. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran
dan terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok
ditetapkan toleransi sebesar +25 mm. Terhadap panjang total batang yang
diserahkan menurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar 50 mm dan
25mm. Terhadap jarak tulangan total dari batang yang dibengkok ditetapkan
toleransi sebesar 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dari sebesar 12 mm
untuk jarak lebih dari 60 cm. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan
ikatan-ikatan ditetapkan toleransi sebesar 6 mm.
2.4.6. Pengawasan
Pengawasan sangat diperlukan dalam sebuah proyek, untuk menjamin
pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor sesuai dengan yang ada dalam
spesifikasi teknis yang telah dibuat oleh perencana. Pada proyek Pembangunan
Jembatan Perawang ini pengawasan langsung dilakukan oleh PT. Kuantan Graha

32

Marga, dalam hal ini pihak Dinas PU Kimpraswil Kabupaten Siak menunjuk
pengawas yang pada umumnya bertugas mengawasi pekerjaan kontraktor dan
bertanggung jawab kepada Dinas PU Kimpraswil Kabupaten Siak.
Ruang lingkup pengawasan dan pengendalian yang ada di Proyek
Pembangunan Jembatan Perawang serta yang dilakukan oleh suatu proyek pada
umumnya adalah sebagai berikut:

1.

Pengawas Administrasi
Secara administrasi, pengawas biasanya berhubungan dengan laporan

mengenai pelaksanaan proyek antara lain :


a.

Mengecek surat menyurat yang berhubungan dengan pelaksanaan


proyek.

b.

Memeriksa :
1. Formulir laporan harian, mingguan, dan bulanan.
2. Formulir berita acara kemajuan pekerjaan untuk mengajukan termin.
3. Formulir lain yang dianggap perlu

c.

Memberikan laporan kepada owner tentang:


1.

Volume prosentase dan nilai pekerjaan yang telah dilaksanakan dan


membandingkan dengan apa yang tercantum dalam dokumen kontrak.

2.

Kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan


jadwal yang telah disetujui.

3.

Bahan, tenaga kerja dan peralatan yang digunakan kontraktor jika


ada penyimpangan adalam pelaksanaan.

4.

Mengadakan site meeting (rapat lapangan) untuk membicarakan


hal-hal yang dianggap perlu.

2.

Pengawasan mutu bahan


Untuk mencapai kualitas hasil pekerjaan yang baik, maka salah satu yang

diperhatikan adalah pengawasan mutu bahan yang akan dipakai. Pengawasan


bahan dilakukan pada saat bahan yang akan dipakai masuk kedalam proyek.

33

Untuk menjaga keseimbangan antara penerimaan dan pemakaian bahan, maka


diadakan pengaturan sebagai berikut :
a.

Menjaga agar bahan yang tersedia diproyek tidak


berlebihan.

b.

Mengawasi pelaksanaan setiap pekerjaan sehingga tidak


terjadi kesalahan pemakaian bahan.

c.

Mengadakan pengamanan yang cukup untuk menghindari


kehilangan alat-alat dan bahan.
Pada proyek ini pengamanan dan pengawasan cukup ketat. Untuk

pengadaan bahan cukup tepat waktu.


3.

Pengawasan Kualitas
Pengawasan kualitas (Quality Control) dilakukan dengan beberapa

pengujian.
a.

Tes Slump
Tes ini dimaksudkan untuk menguji kekentalan adukan beton, agar diperoleh
mutu beton yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam perencanaan. Proses
pengujian slump test dapat dijelaskan sebagai berikut: alat yang digunakan
adalah kerucut terpancung (Kerucut Abrams) dengan diameter atas 10cm,
diameter bawah 20cm dan tinggi 30cm. Adapun komposisi campuran
berdasarkan perbandingan berat, dimana satu zak semen 50 kg.
Langkah-langkah pekerjaan pengujian slump test sebagai berikut:
Adukan beton yang dihasilkan mesin molen diambil dengan menggunakan
gerobak dorong untuk diuji
Kerucut abrams diletakkan dialas yang rata yang tidak menyerap air (potongan
pelat baja), kemudian diisi dengan bubur beton tadi dengan cara memasukkan
lapis demi lapis masing-masing 1/3 bagian kerucut dan setiap lapis
ditusuk/ditumbuk dengan tongkat sebanyak 25 kali
Setelah kerucut penuh, bidang permukaan atasnya diratakan lalu dibiarkan
sekitar 30 detik. Setelah 30 detik kerucut diangkat dan akan terjadi penurunan
puncak bubur beton yang telah terbentuk kerucut. Penurunan yang terjadi

34

diukur dari bagian atas kerucut ambrams, besarnya penurunan ini disebut
slump. Besarnya slump rencana hanya berkisar antara 18 cm dengan mutu
beton K-500.
b.

Tes Kubus
Tes Kubus adalah suatu percobaan untuk menguji kekuatan tekan beton.
Untuk tes Kubus ini dibutuhkan sampel Setiap 5 M3 beton harus dibuat
minimum 1 benda uji untuk pengujian kuat tekan beton. Pengujian kuat tekan
beton dilakukan pada kubus umur 7 hari dan umur 28 hari. Sampel-sampel ini
dibuat dan diuji dilaboratorium P.T. Pembangunan Perumahan.
Langkah-langkah pembuatan benda uji kubus :
1. Persiapkan alat yang akan digunakan, khusus untuk cetakan kubus harus
dibersihkan terlebih dahulu sebelum dipakai.
2. Isi cetakan sampai penuh dengan beton dalam tiga lapis, dan setiap lapis
kira-kira sebanyak 1/3 dari tinggi kubus.
3. Setiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tumbukan dengan menggunakan
besi penumbuk tadi secara merata, kemudian sisi-sisi kubus diketuk
dengan menggunakan palu.
4. Setetelah penuh permukaan beton diratakan dengan sendok semen.
5. Hindari campuran yang telah dicetak dari getaran dan setelah berumur 24
jam cetakan dibuka.
6. Benda uji yang telah dikeluarkan direndam hingga seluruh permukaannya
terendam di bak perendam yang berada dilokasi pembuatan.
7. Perendaman berlangsung sesuai denagn waktu dan umur benda uji yang
telah ditetapkan, hingga benda uji siap dilakukan pengujian kuat tekan
beton.
8. Sebelum pengujian dilakukan, terlebih dahulu benda uji dibersihkan dan
dikeringkan lalu dibawa ke laboratorium untuk pengujian test kuat tekan
beton.

4.

Pengendalian waktu
Selain memperhatikan kualitas dan kuantitas pekerjaan, hal penting

lainnya adalah menyelesaikan proyek sesuai dengan waktu yang telah disepakati

35

dalam kontrak. Setiap kontraktor yang mendapat kesempatan membuat dan


menyelesaikan suatu proyek, terikat pada lamanya waktu untuk menyelesaikan
proyek sesuai dengan yang tertulis dalam kontrak. Jika kontraktor yang
bersangkutan melakukan keterlambatan dalam menyelesaikan proyek yang telah
menjadi tanggung jawabnya maka kontraktor tersebut dianggap telah melalaikan
tugasnya dan akan terkena sanksi sesuai dengan persetujuan atau kontrak kerja.
Apabila hal ini terjadi maka akan menyebabkan kerugian bagi kontraktor.
Untuk mengansipasi hal-hal tersebut diatas perlu dibuat rencana kerja/time
schedule yang baik. Time schedule berisi item-item pekerjaan yang saling
berurutan/bertahap yang meliputi pekerjaan-pekerjaan yang ada dalam kontrak
yang akan dilaksanakan.
Fungsi time schedule antara lain :
1.

Sebagai pedoman dan penuntun bagi kontraktor dalam


melaksanakan pekerjaan

2.

Sebagai dasar untuk membuat Berita Acara Kemajuan


Pekerjaan Proyek.

3.

Sebagai alat kontrol bagi pengawas proyek dalam menilai


prestasi kerja
Pada proyek ini time schedule yang digunakan yaitu time schedule kurva

S. Kurva S adalah perbandingan antara lamanya pekerjaan dengan bobotnya.


Didalam kurva S ini terdapat bermacam-macam pekerjaan dan masing-masing
pekerjaan tersebut diuraikan menjadi beberapa satuan waktu (mingguan) dan juga
ditentukan waktu permulaan pekerjaan ini harus dipertimbangkan pekerjaan mana
yang lebih dulu dikerjakan atau bila mungkin dikerjakan secara bersamaan
waktunya. Jika dalam pelaksanaan, grafik pekerjaan berada diatas kurva S (Up
Schedule) berarti pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan jika terjadi
sebaliknya berarti pekerjaan terlambat dari yang direncanakan (Behind Schedule).
Pada Proyek Pembangunan Jembatan Siak Sri Indrapura ini dalam
beberapa item pekerjaan ada yang mengalami keterlambatan (Behind Schedule)
tetapi tidak terlalu signifikan, ada juga beberapa item lebih cepat dari yang
direncanakan (Up Schedule).

36

2.4.7. Manajemen Proyek


Manajemen proyek adalah usaha pada suatu kegiatan agar tujuan adanya
kegiatan tersebut dapat tercapai secara efisien dan efektif. Efektif dalam hal ini
adalah dimana hasil penggunaan sumber daya dan kegiatan sesuai dengan
sasarannya yang meliputi kualitas, biaya, waktu dan lain-lain. Sedangkan efisien
diartikan penggunaan sumber daya dan pemilihan sub kegiatan secara tepat yang
meliputi jumlah, jenis, saat penggunaan sumber dan lain-lain. Oleh sebab itu
manajemen proyek pada suatu proyek konstruksi merupakan sesuatu hal yang
tidak dapat diabaikan begitu saja, karena tanpa manajemen suatu proyek,
konstruksi akan sulit berjalan sesuai dengan harapan bayik berupa biaya, waktu
maupun kualitas.
Manajemen proyek meliputi proses perencanaan (planning) kegiatan,
pengaturan (organizing), pelaksanaan dan pengendalian (controlling). Proses
perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian tersebut dikenal proses
manajemen.
Perencanaan (planning) adalah peramalan masa yang akan datang dan
perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan berdasarkan peramalan tersebut. Bentuk dari perencanaan dapat
berupa: perencanaan prosedur, perencanaan metode kerja, perencanaan standar
pengukuran hasil, perencanaan anggaran biaya, perencanaan program (rencana
kegiatan beserta jadwal).
Pengaturan

(organizing)

bertujuan

melakukan

pengaturan

dan

pengelompokan kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang dihasilkan sesuai


dengan yang diharapkan. Tahap ini menjadi sangat penting karena jika terjadi
ketidaktepatan pengaturan dan pengelompokan kegiatan, bisa berakibat langsung
terhadap tujuan proyek.
Pengendalian (controlling) adalah proses penetapan apa yang telah dicapai,
evaluasi kerja, dan langkah perbaikan bila diperlukan
Tujuan dari proses manajemen adalah untuk mengusahakan agar semua
serangkaian kegiatan tersebut :

37

1.

Tepat waktu, dalam hal ini tidak terjadi keterlambatan penyelesaian suatu
proyek. Dalam proyek ini terdapat addendum volume pekerjaan (pekerjaan
tambah kurang). Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan gambar
perencanaan. Dengan demikian proyek ini mengalami

reschedule sesuai

addendum waktu.
2.

Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan dari
perencanaan biaya yang telah dianggarkan. Karena dalam proyek ini terdapat
addendum volume pekerjaan maka terdapat perubahan pada biaya yang telah
dianggarkan.

3.

Kualitas yang sesuai dengan persyaratan.

4.

Proses kegiatan dapat berjalan dengan baik.

BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.1.

Landasan Teori

3.1.1. Pengertian Beton Prategang ( Prestressed Concrete )


Beton Prategang adalah jenis beton dimana tulangan bajanya ditarik
ditegangkan

terhadap

betonnya.

Penarikan

ini

menghasilkan

sistem

kesetimbangan pada ketegangan dalam (tarik pada baja dan tekan pada beton)
yang akan meningkatkan kemampuan beton menahan beban luar. Karena beton
cukup kuat dan daktail terhadap tekanan dan lemah terhadap tarikan maka
kemampuan menahan beban luar dapat ditingkatkan dengan pemberian
pratekanan.
Konsep beton prategang memperlakukan beton sebagai bahan yang elastis.
Beton prategang pada dasarnya adalah beton yang ditransformasikan dari bahan
yang getas menjadi bahan yang elastis dengan memberikan tekanan terlebih
dahulu (Pratekan) pada bahan tersebut. Pada keseluruhan desain struktur beton
prategang, pengaruh dari prategang dipandang sebagai keseimbangan berat sendiri
sehingga batang yang mengalami lenturan seperti plat, transversal beam dan
gelagar tidak akan mengalami tegangan lentur pada kondisi pembebanan yang
terjadi.
Dalam perancangan beton prategang, pembebanan tidak hanya ditinjau
berdasarkan beban eksternal yang bekerja seperti beban mati dan beban hidup,
tetapi juga terhadap kombinasi dari beban-beban tersebut dengan gaya prategang
yang bekerja pada penampang beton. Diantara tahap pembebanan tersebut yang
paling kritis biasanya pada tahap sesaat setelah baja ditegangkan (initial stage)
dan pada masa pelayanan/akhir (service/final stage). Initial stage adalah tahap
dimana gaya prategang dipindahkan pada beton dan tidak ada beban luar yang
bekerja selain berat sendiri. Final stage adalah tahap pembebanan yang paling
berat untuk kondisi masa pelayanan, dengan asumsi bahwa semua kehilangan
prategang telah terjadi sehingga gaya prategang telah mencapai nilai terkecil dan

38

39

kombinasi beban luar mencapai nilai terbesar yaitu meliputi berat sendiri, beban
mati, beban hidup, beban kejut dan sejenisnya.
3.1.2. Sejarah Perkembangan Beton Prategang ( Prestressed Concrete )
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap
tekan, tetapi sebaliknya mempunyai kekuatan relative sangat rendah terhadap
tarik. Beton tidak selamanya bekerja secara efektif didalam penampangpenampang struktur beton bertulang, hanya bagian tertekan saja yang efektif
bekerja, sedangkan bagian beton yang retak dibagian yang tertarik tidak bekerja
efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat.
Hal inilah yang menyebabkan tidak dapatnya dibuat srtuktur-struktur
beton bertulang dengan bentang yang panjang secara ekonomis, karena terlalu
banyak beban mati yang tidak efektif. Disampimg itu, retak-retak disekitar baja
tulangan bisa berbahaya bagi struktur karena merupakan tempat meresapnya air
dan udara luar kedalam baja tulangan sehingga terjadi karatan. Putusnya baja
tulangan akibat karatan fatal akibatnya bagi struktur.
Dengan kekurangan-kekurangan yang dirasakan pada struktur beton
bertulang seperti diuraikan diatas, timbullah gagasan untuk menggunakan
kombinasi-kombinasi bahan beton secara lain, yaitu dengan memberikan
pratekanan pada beton melalui kabel baja (tendon) yang ditarik atau biasa disebut
beton pratekan.
Beton pratekan pertama kali ditemukan oleh EUGENE FREYSSINET
seorang insinyur Perancis. Ia mengemukakan bahwa untuk mengatasi rangkak,
relaksasi dan slip pada jangkar kawat atau pada kabel maka digunakan beton dan
baja yang bermutu tinggi. Disamping itu ia juga telah mengembangkan suatu
sistem panjang kawat dan sistem penarikan yang baik, yang hingga kini masih
dipakai dan terkenal dengan sistem FREYSSINET.
Dengan demikian, Freyssinet telah berhasil mengembangkan suatu jenis
struktur baru sebagai tandingan dari strktur beton bertulang. Karena penampang
beton tidak pernah tertarik, maka seluruh beban dapat dimanfaatkan seluruhnya
dan dengan system ini dimungkinkanlah pembuatan struktur-struktur yang
langsing dan bentang-bentang yang panjang.

40

Beton pratekan untuk pertama kalinya dilaksanakan besar-besaran dengan


sukses oleh Freyssinet pada tahun 1933 di Gare Maritime pelabuhan LeHavre
(Perancis). Freyssenet sebagai bapak beton pratekan segera diikuti jejaknya oleh
para ahli lain dalam mengembangkan lebih lanjut jenis struktur ini,seperti:
a). Yves Gunyon
Yves Gunyon adalah seorang insinyur Perancis dan telah menerbitkan
buku Masterpiecenya Beton precontraint (2 jilid) pada tahun 1951. Yves
Gunyon memecah kesulitan dalam segi perhitungan struktur dari beton pratekan
yang diakibatkan oleh gaya-gaya tambahan disebabkan oleh pembesian pratekan
pada struktur yang mana dijuluki sebagai Gaya Parasit maka Guyon dianggap
sebagai yang memberikan dasar dan latar belakang ilmiah dari beton pratekan.
b). T.Y. Lin
T.Y. Lin adalah seorang insinyur kelahiran Taiwan yang merupakan guru
besar di California University, Merkovoy. Keberhasilannya yaitu mampu
memperhitungkan gaya-gaya parasit yang tejadi pada struktur. Ia mengemukakan
teorinya pada tahun 1963 tentang Load Balancing. Dengan cara ini kawat atau
kabel prategang diberi bentuk dan gaya yang sedemikian rupa sehingga sebagian
dari beban rencana yang telah datetapkan dapat diimbangi seutuhnya pada beban
seimbang ini. Didalam struktur tidak terjadi lendutan dan karenanya tidak bekerja
momen lentur apapun, sedangkan tegangan beton pada penampang struktur
bekerja merata. Beban-beban lain diluar beban seimbang (beban vertikal dan
horizontal) merupakan inbalanced load, yang akibatnya pada struktur dapat
dihitung dengan mudah dengan menggunakan teori struktur biasa. Tegangan akhir
dalam penampang didapat dengan menggunakan tegangan merata akibat
Balanced dan tegangan lentur akibat Unbalanced Load. Tanpa melalui
prosedur rumit dapat dihitung dengan mudah dan cepat. Gagasan ini telah
menjurus kepada pemakaian baja tulangan biasa disamping baja prategang, yaitu
dimana baja prategang hanya diperuntukkan guna memikul akibat dari Inbalanced
Load.
Teori inbalanced load telah mengakibatkan perkembngan yang sangat
pesat dalam menggunakan beton pratekan dalam gedung-gedung bertingkat

41

tinggi. Struktur flat slab, struktur shell, dan lain-lain. Terutama di Amerika dewasa
ini boleh dikatakan tidak ada gedung bertingkat yang tidak menggunakan beton
pratekan didalam strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat
dipakai dengan aman dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah
sebelumnya beton pratekan dianggap sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile)
untuk dipakai didaerah-daerah gempa, tetapi dikombinasikan dengan tulangan
baja biasa ternyata beton pratekan cukup kenyal, sehingga dapat memikul dengan
baik perubahan-perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
c). P.W. Abeles
P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih
mendongkrak aliran Full Prestressing, karena penggunaanya tidak kompetitif
terhadap penggunaan beton bertulang biasa dengan menggunakan baja tulangan
mutu tinggi. Penggunaan Full Prestessing ini tidak ekonomis, menurut berbagai
penelitian biaya struktur dengan beton pratekan dan Full Prestressing dapat
sampai 3,5 atau 4 kali lebih mahal dari pada struktur yang sama tetapi dari beton
bertulang biasa dengan menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Dengan
demikian timbullah gagasan baru yang dikemukakan oleh P.W. Abeles untuk
mengkombinasikan prinsip pratekan dengan prinsip penulangan penampang atau
dikenal dengan nama Partial Prestressing. Yang mana didalam penampang
diijinkan diadakannya bagi tulangan, lebar retak dapat dikombinasikan dengan
baik.
Freyssinet sendiri menjelang akhir karirnya telah mengakui juga bahwa
Partial Prestressing mengembangkan struktur-struktur tertentu. Begitupun
dengan teori Load Balancing dari T.W. Lin yang ikut mendorong dipakainya
Partial Prestressing karena pertimbangannya kecuali segi ekonomis juga segi
praktisnya bagi perencanaan.
3.1.3. Keuntungan Prestressed terhadap Reinforced Concrete
1. Prestressed concrete lebih mampu mengeliminasi retak akibat tension secara
efektif dibandingkan dengan reinforced concrete.

42

2. Material yang digunakan dalam konstruksi dapat lebih digunakan secara


maksimal (optimasi material).
3. Dapat dipakai pada bentang-bentang yang besar
4. Bentuknya langsing, berat sendiri lebih kecil, lendutan lebih kecil

Gambar 3.1 Perbandingan Prestressed Concrete dan Reinforced Concrete


3.1.4. Cara Pemberian Tegangan
Cara Pemberian Tegangan Prestressed concrete dibedakan menjadi 2 type,
yaitu:
1. Pre-Tensioning dimana compressive force diinduksi ke dalam struktur beton
dengan menggunakan high strength steel tendon yang ditarik diantara 2 ujung
abutment.
2. Post-Tensioning dimana compressive force diinduksi ke dalam struktur beton
dengan menggunakan high strength steel tendon yang dipasang dalam ducts
embedded dalam beton. Tendon distressing setelah beton dicor dan dicuring
sampai kuat tekan beton yang disyaratkan.
3.1.5. Jenis Penampang Struktur Dalam Konstruksi Prestressed Concrete
[

Dalam pemilihan penampang struktur yang akan dibangun, ada beberapa


hal yang harus diperhitungkan, baik dari segi biaya maupun dari segi kekuatan
penampang dalam menahan beban yang akan dikerjakan padanya.

43

Penampang persegi panjang adalah yang paling ekonomis dari segi


bekisting, Tetapi jarak kern kecil dan lengan momen yang tersedia untuk baja
terbatas. Beton dekat garis berat dan pada sisi tarik tidak efektif dalam menahan
momen, terutama pada tahap batas. Penampang persegi tidak seefisien
penampang-I dalam penggunaan penampang beton. Hal ini bisa dilihat dari
perbandingan yang terlihat dibawah ini.
Penampang-I

Persegi Panjang

180

109

66

55

406

417

Tarikan batas baja, mm

1001

1001

Momen penahan batas. Km-m

406

417

Jarak pusat batas gaya tekan


dari serat atas
Lengan momen batas a untuk
Kopel penahan, m

Beberapa bentuk penampang yang seringkali digunakan dalam konstruksi


beton prategang diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.

Penampang I simetris
Penampang I tidak simetris
Penampang T
Penampang T terbalik
Penampang box girder
Konstruksi balance cantilever pada jembatan perawang menggunakan

penampang box girder. Adapun alasan pemilihan box gider dalam konstruksi
balance cantilever di jembatan perawang adalah penampang berbentuk hollow
memiliki kekuatan menahan momen sumbu-x maupun sumbu-y yang besar karena
memiliki momen Inersia yang hampir sama antara sumbu-x maupun sumbu-y.
3.1.6. Material Yang Digunakan Dalam Konstruksi Prestressed Concrete
A.

Beton
Beton yang lebih kuat biasanya diperlukan dalam pekerjaan beton

prategang. Dalam prakteknya di Amerika Serikat diharuskan untuk menggunakan


kekuatan silinder beton umur 28-hari sebesar 28 sampai 55 Mpa untuk beton
prategang.

44

Kekuatan yang lebih tinggi merupakan keharusan pada konstruksi beton


prategang dikarenakan beberapa alasan. Pertama, untuk menghemat biaya, angkur
yang diperdagangkan untuk baja prategang selalu direncanakan berdasarkan beton
mutu tinggi. Faktor lain dikarenakan beton mutu tinggi tidak mudah mengalami
retak akibat susut yang kadang-kadang terjadi pada beton mutu rendah. Beton
mutu tinggi juga memiliki modulus elastisitas yang lebih tinggi dan regangan
akibat rangkak yang lebih kecil, sehingga kehilangan gaya prategang pada baja
dapat dikurangi.
B.

Baja Mutu Tinggi


Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum digunakan untuk

menghasilkan gaya prategang. Baja mutu tinggi dibuat melalui proses


pencampuran yang memungkinkan pembuatan baja semacam itu pada operasi
normal. Karbon merupakan unsur yang paling ekonomis untuk pencampuran
karena murah dan mudah pengerjaannya.
Baja mutu tinggi untuk sistem prategang biasanya merupakan salah satu
dari tiga bentuk kawat yakni weir, strand, dan bar. Biasanya pada struktur
jembatan yang paling umum dipakai dari ketiga sistem kawat diatas adalah strand.
Untaian kawat (strand) untuk sistem prategang umumnya disesuaikan
dengan spesifikasi ASTM A 416 untuk Uncoated Seven-Wire Stress-Relieved
For Prestressed Concrete. Yang dipakai adalah dua derajat, 1724 Mpa dan 1862
Mpa, dimana derajat menunjukkan tegangan putus minimum yang dijamin.
Strand dengan 7-kawat mempunyai sebuah kawat ditengah yang sedikit lebih
besar dari 6 kawat sebelah luarnya.
C.

Ducts
Ducts merupakan selimut yang berbentuk spiral yang digunakan sebagai

pembungkus kabel strand yang berfungsi untuk mencegah korosi pada kabel
strand. Luas ducts harus lebih besar 2.25 kali luas kabel strand pada sistem posttensioning.
Adapun material yang digunakan dalam pekerjaan post-tensioning pada
proyek jembatan perawang adalah sebagai berikut.
1. Beton K500
2. Strand dengan spesifikasi

45

Type of strand = low relaxation (seven wire)


Ultimate strength of strand = 1860 N/mm2 / 26.5 ton
Steel Grade = 270
Modulus Elasticity of Strand = 193060 N/mm2
3. Ducts
Duct yang digunakan dalam proyek jembatan perawang memiliki spesifikasi
sebagai berikut:
Coefficient of angular friction = 0.2000/radian
Coefficient of wobble friction = 0.1000/m

Gambar 3.2 Detail Ducts


Jenis ducts yang memiliki interlocking seam biasanya digunakan untuk
struktur tendon yang bounded. Sedangkan untuk struktur tendon yang unbounded
digunakan tendon polos. Struktur tendon bounded adalah dimana setelah diberi
gaya prategang tendon digrouting, sedangkan unbonded tidak digrouting seperti
pada struktur kabel pada jembatan cable stayed.
Coefficient of angular friction menggambarkan kemampuan ducting untuk
mareduksi gesekan antara ducting dengan strand dimana besar kecilnya koefisien
tergantung sudut alignment pemasangan tendon.
Coefficient of wobble friction menggambarkan kemampuan ducting untuk
mareduksi gesekan antara ducting dengan strand dimana besar kecilnya koefisien
tergantung panjang tendon yang diproduksi di pabrik, semakin panjang tendon
maka Coefficient of wobble friction semakin besar.
3.1.7. Sistem Pengangkuran Ujung Pada Post-Tensioning
Pada dasarnya ada tiga prinsip dimana kabel strand dapat diangkurkan ke
beton.
1. Dengan prinsip kerja pasak yang menghasilkan penjepit gesek (wedges) pada
kabel.
2. Dengan peletakan langsung dari kepala paku keling atau baut yang dibuat
pada ujung kabel.
3. Dengan melilitkan kabel ke sekeliling beton.
Beberapa sistem yang saling berkaitan telah dikembangkan berdasarkan
prinsip kerja pasak dan perletakan langsung. Beberapa sistem prategang yang

46

populer mengangkurkan kabel atau strand dengan prinsip kerja pasak antara lain
sistem Freyssinet.
Sistem Freyssinet yang telah digunakan diseluruh dunia menggunakan
prinsip pasak sampai dengan 12 strand dalam satu tendon. Setiap unit
pengangkuran terdiri dari sebuah kerucut yang dilalui oleh kabel-kabel dan pada
dindingnya kabel tersebut dipasak oleh sumbatan berbentuk kerucut yang
diletakkan memanjang dengan lekukan untuk menempatkannya.

Gambar 3.3 Sistem Pengangkuran Post-Tensioning


Kerucut berfungsi untuk mengeliminasi gesekan antara strand dengan
ducting pada pertemuan antara ducting dengan casting (anchore plate) selain itu
juga berfungsi memindahkan reaksi dari dongkrak dan prategang dari kabel ke
beton. Setelah prategang selesai, bahan sementasi disuntikkan melalui lubang di
tengah lubang sumbat kerucut. Kerucut Freyssinet terbuat dari plastik dengan
diameter sebesar 12.7 mm atau 15.24 mm dengan jumlah strand berkisar antara 6
sampai 12 setiap tendon.
3.1.8. Peralatan Jacking Force
1. Monostrand Jacks adalah alat yang digunakan pada penarikan tendon pada
struktur jembatan yang terdiri dari 3-4 strand.

47

Gambar 3.4 Monostrand Jack


2. Multistrand Jacks adalah alat yang digunakan pada penarikan tendon pada
struktur jembatan yang terdiri dari > 6 strand.

Gambar 3.5 Multistrand Jacks


3. Hydrolic pump merupakan alat untuk membaca gaya pategang yang diberikan
pada jecking force.

48

Gambar 3.6 Hydraulic Pump


3.1.9. Alur Pengujian Shop Drawing Post-Tensioning Concrete

Gambar 3.7 Alur Pengujian Shop Drawing Post-Tensioning Concrete


3.2. Jenis Post-Tensioning Struktur Balance Cantilever
1. Transversal Tendon
Transversal tendon berfungsi untuk mentransfer beban dari top slab ke box
web (longitudinal tendon)

49

Gambar 3.8 Transversal Tendon


2. Longitudinal Tendon
Longitudinal tendon berfungsi untuk memberikan gaya prategang kepada box
web guna menahan momen lentur yang terjadi pada saat pelaksanaan
konstruksi balance cantilever

Gambar 3.9 Longitudinal Tendon


3.3. Perhitungan Jecking Force
Jecking force adalah gaya prategang yang diberikan pada saat pelaksanaan
stressing, dimana besar kecilnya gaya jecking tergantung kehilangan gaya yang
terjadi. Gaya jecking yang diperlukan dihitung dengan persamaan:

Kehilangan gaya prategang jangka pendek

(1)

50

Kehilangan gaya prategang jangka panjang

Kehilangan gaya prategang jangka pendek dipengaruhi oleh beberapa


faktor diantaranya:
1.
2.
3.

Kehilangan gaya prategang akibat gesekan


Kehilangan gaya prategang akibat pengangkuran
Kehilangan gaya prategang perpendekan elastik beton
Kehilangan gaya prategang jangka panjang merupakan fungsi waktu yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:


1.
2.
3.

Susut beton (shrinkage)


Rangkak beton (creep)
Relaksasi baja (strand relaxation)

3.4. Pelaksanaan Struktur Balance Cantilever


Penggunaan kabel tendon pada jembatan jenis balance cantilever pada
dasarnya merupakan suatu metodologi kerja yang bertujuan untuk menahan
momen yang sangat besar pada saat konstuksi berlangsung, dimana ketika itu
struktur berprilaku sebagai kantilever murni. Selain itu, penggunaan metode ini
pada proyek Jembatan Perawang secara teknis bermaksud untuk:
1. Menghilangkan pemakaian perancah yang tidak memungkinkan dilaksanakan
sebagai akibat kondisi alam.
2. Mengurangi pembangunan pilar ditengah sungai sehingga menggangu lalulintas dibawah jembatan.
3. Pelaksanaan balancing cantilever akan mendapatkan bentang yang lebih
panjang dibandingkan dengan jembatan rangka biasa
Berdasarkan global construction method pelaksanaan jembatan balancing
cantilever dapat dilakukan dengan
1. Cast in situ
2. Precast
Proyek jembatan perawang menggunakan metode cast ini situ dalam
pembangunannya. Metode cast in situ memiliki kelebihan dan kelemahan
diantaranya:
Kelebihan
1. Tidak memerlukan stock yard luas untuk fabrikasi.
2. Box girder langsung difabrikasi ditempat sehingga penyetelan terhadap
dimensi dan elevasi sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan dapat langsung
diaplikasikan.

51

3. Tidak memerlukan sarana dan prasarana untuk pemasangan dengan kapasitas


tinggi (Ponton dan Crane).
Kelemahan
1. Nilai defleksi lebih besar jika dibandingkan dengan precast.
2. Konsentrasi tegangan pada daerah block angker untuk stressing cukup besar
karena pada saat stressing beton masih dalam kekuatan 80 % dari umur
rencana.
3. Perlunya bahan aditif untuk mempercepat beton mencapai umur yang
disyaratkan.
Adapun proses pelaksanaan pekerjaan struktur balance cantilever di Jembatan
Perawang dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah dibawah ini.
Flowchart Pekerjaan Stressing Bonded Tendon
SHOP
DRAWING
STRAND FABRICATION
AND INSTALLATION

INSTALL LIVE END AND


DEAD END ANCHORE

JOIN
INSPECTION
OK

NO

CONCRETING

CONCRETE
STRENGTH AT
TRANSFER

STRESSING
OK

STRESSING
RESULT
EVALUATION

NO

CURING

52

NO

OK
CUTTING STRAND
CONCRETING RECESSFORM

GROUTING
TENDON
END

3.4.1. Fabrikasi dan Pemasangan Tendon (Tendon Installation)


Tahap awal dalam pelaksanaan struktur balance cantilever adalah fabrikasi
dan pemasangan tendon. Seluruh proses fabrikasi strand cable dilakukan dipabrik
dimana monostand dikirim dilapangan dalam bentuk koil dengan berat rata-rata
2.9 ton/koil.
a. Menginstall sesuai dengan profil (baik kelurusan/alignment dan elevasi)
b. Memasang support bar pada setiap interval 1 m
c. Mengisolasi sambungan (celah) antar coupler ducting dan antara duct
dengan anchor.
d. Mengisolasi dengan baik sambungan antara cast in place joints.
e. Mengecek kembali elevasi dan alignment

Gambar 3.10 Tendon Installation

53

3.4.2. Pengecoran Box Girder


Pengecoran box girder menggunakan mutu beton K500, dimana dengan
menggunakan concrete pump beton disemprotkan keatas jembatan dengan alat
penyemprotan bertekanan tinggi. Dalam proses pekerjaan pengecoran, untuk
mengurangi kandungan udara pada beton digunakan concrete vibrator.
Pengecoran box girder harus mengikuti urutan yang disyaratkan, karena
keropos pada beton dapat menyebabkan kecelakaan kerja (beton meledak) pada
saat stressing. Alur pengecoran yang benar seperti ditunjukkan gambar berikut

Gambar 3.11 Alur Pengecoran Box Girder

Gambar 3.12 Pengecoran Box Dengan Concrete Pump

54

Gambar 3.13 Pelaksanaan Pengecoran Top Slab Box Girder


3.4.3. Penusukkan Kabel Strand
Sambil menunggu proses mengerasnya beton dalam mencapai umur yang
disyaratkan sebelum distressing, pekerjaan memasukkan kabel strand kedalam
ducting sudah bisa dilakukan. Kabel strand sebanyak 19 buah dimasukkan dengan
menggunakan suatu alat yang dinamakan Busro.
Kabel strand yang dibeli dari pabrik umumnya berbentuk koil dimana pada
proses pemasukan kabel secara manual tidak memungkinkan untuk dilakukan
mengingat panjang jembatan yang terlalu besar. Alat busro berfungsi menarik
kabel strand dari bawah jembatan yang kemudian dihubungkan dengan lubang
ducting sehingga kabel dapat ditekan kedalam ducting dari pangkal sampai ke
ujung jembatan.

Gambar 3.13 Memasukkan kabel dengan Busro


3.4.4. Pemasangan Block Angker dan Wedges
Block angker berfungsi memindahkan gaya prategang yang diberikan
untuk ditranformasikan ke beton. Sedangkan wedges berfungsi menahan kabel
strand pada saat penarikan.

55

Gambar 3.14 Pemasangan Block Angker dan Wedges


3.4.5. Penarikan Kabel (Stressing)
Setelah beton mencapai 80% dari kekuatan yang disyaratkan yakni 50 Mpa
langkah berikutnya adalah mengisi duct dengan strand yang telah disediakan;
Kabel strand dipotong sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pemotongan
diusahakan seminimal mungkin agar tidak ada kabel yang terbuang. Berikutnya
kabel strand dimasukkan ke dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon
sesuai dengan perencanaan. Langkah selanjutnya memasang pengunci kabel
strand di ujung kabel dimana alat untuk mengunci kawat-kawat ke dinding beton
biasanya dibuat atas prinsip baji dan gesekan.
Penegangan (stressing) dilakukan dengan menggunakan alat Monostrand
Jacks untuk tendon transversal dan Multistrand Jacks untuk tendon arah
longitudinal. Kabel strand arah longitudinal memiliki 19 strand tiap duct dengan
diameter strand 0.6 sedangkan pada tendon transversal dipakai 4 buah strand
tiap duct yang berdiameter 0.5 .
Kabel strand arah longitudinal ditarik serentak sebanyak 19 strand sampai
tegangan 500 bar dengan dilakukan pengontrol tegangan dan perpanjangan kabel.
Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan tegangan 50 bar dan hasilnya
dibandingkan dengan perhitungan teoritis yang dilakukan sebelum penarikan.

56

Gambar 3.15 Penarikan Kabel Longitudinal Tendon

Gambar 3.16 Penarikan Kabel Transversal Tendon


Kabel strand arah transversal ditarik sampai tegangan 300 bar tiap satu
strand dengan dilakukan pengontrol tegangan dan perpanjangan kabel. Pencatatan
dilakukan pada setiap kenaikan tegangan 50 bar dan hasilnya dibandingkan
dengan perhitungan teoritis yang dilakukan sebelum penarikan.
Penting untuk diperhatikan, dalam pekerjaan stressing box girder adalah
elevasi stressing bed. Alat jecking force yang digunakan untuk menarik kabel
diusahakan sedatar mungkin.
3.4.6. Stressing Record
Pencatatan perpanjangan kabel (elongasi) yang terjadi akibat gaya
prategang yang diberikan, dimaksudkan untuk melihat tingkat keberhasilan
pekerjaan penarikan di lapangan dengan cara membandingkan perpanjangan yang
terjadi dilapangan dengan hasil perhitungan desain.

57

Kesalahan dalam penarikan biasa terjadi dalam penarikan kabel prategang.


Hal ini bisa diakibatkan karena kesalahan yang terjadi pada saat pemasangan
tendon yang tidak tepat dengan gambar rencana. Besarnya tingkat kesalahan yang
masih dapat ditolerir yakni tidak lebih dari 7 %.
Jika perpanjangan yang terjadi lebih besar dari 7 % maka kabel strand
yang telah ditarik dikendorkan kembali kemudian harus diganti dengan strand
yang baru. Sedangkan jika perpanjangan yang terjadi kurang dari 7 % kabel strand
dikendorkan kembali kemudian ditarik kembali tanpa mengganti kabel strand
sebelumnya.
3.4.7. Grouting
Saluran kabel yang ditegangkan setelah betonnya dicor biasanya
digrouting (diisi adukan semen) segera setelah penegangan dan pemasangan
angker. Beberapa fungsi grouting antara lain:
1. Mencegah getaran akibat beban hidup (vibration)
2. Mencegah karatan pada strand
3. Menjaga temperatur baja supaya tetap stabil
4. Mematikan tendon supaya tidak bergerak
Grout yang terdiri dari semen murni dengan air, serta harus encer agar
mudah masuk ke sela-sela duct dengan mudah. Grout ditekan dari salah satu
ujung, sehingga grout yang tebal keluar dari ujung lainnya; ujung itu kemudian
disumbat untuk menjamin bahwa tidak sedikitpun grout yang mengalir keluar.
Pada saluran kabel yang panjang, sejumlah tempat untuk mengisi grout
harus tersedia. Selain pada setiap angker, di sini disarankan untuk memberikan
pemasukan grout pada setiap tempat rendah dan setiap tempat tinggi dalam
saluran
Air dalam grout tak dapat menguap, dan pada waktu musim dingin timbul
pecahan saluran yang disebabkan oleh membekunya air dalam saluran kabel.
Karat tidak tidak akan terjadi karena lubang saluran sebenarnya tertutup dari udara
yang menyebabkan karat dapat berlangsung. Penambahan campuran untuk
mereduksi air di dalam grout akan mereduksi jumlah air yang dibutuhkan
sehingga mengurangi resiko terpisahnya air dan bahan grout. Bahan pemuai
(aditif) adalah campuran jenis lain yang sering digunakan. Ini menghasilkan
pemuaian sedikit dari grout sesaat sebelum mengadakan ikatan, serta
memberikan sumbatan yang baik didalam saluran. Bahan pemuaian berguna untuk

58

saluran vertikal, karena pemuaian dari grout menggantikan air yang mungkin
terbentuk pada bagian atas dari saluran yang disebabkan oleh bleeding. Material
grouting yang digunakan pada proyek jembatan perawang antara lain adalah
1. Semen
=
50 kg
2. Additive
=
Sika intraplast (750 mg/1.5 % dari berat semen)
3. C/W ratio
=
0.4 0.4

Gambar 3.17 Grouting Mixing

Gambar 3.18 Grouting Vent


Sika interaplast berguna untuk mengembangkan bahan grouting sehingga
dapat memenuhi sela-sela yang kosong dalam tendon.
3.4.8. Pengontrolan defleksi ( Deflection Control )
Jembatan Balance Cantilever terdiri atas segmen-segmen beton dan
pekerjaan stressing yang waktu pelaksanaannya berbeda. Untuk itu perlu
keakuratan informasi schedule pelaksanaan struktur atas dan cycle time yang

59

akurat, disamping data teknis yang berhubungan dengan berat traveller, beton
segmental dan elemen lainnya yang dikerjakan pada main span.
Data tersebut diperlukan untuk menghitung defleksi dari sistem cantilever
selama waktu pelaksanaan sehingga nilai awal camber yang akan diberikan
pada traveller. Selama pelaksanaan Statis Tertentu deflection disebabkan oleh:
1. Berat sendiri segmen ( beton + besi dll )
2. Berat traveller + Form work
3. Prestressing
Keakuratan pengontrolan defleksi sangat menentukan dalam pemberian
gaya prategang untuk segmen berikutnya. Hal ini untuk memperhitungkan
defleksi akhir jembatan pada saat jembatan akan disambung. Ketidakakuratan
pengukuran akan mengakibatkan penyambungan akhir jembatan akan meleset dari
perencanaan. Pengukuran defleksi di lapangan pada proyek Jembatan Perawang
dilakukan dengan menggunakan waterpass yang dilakukan pada Pier 7 pada sisi
perawang dan Pier 8 pada sisi meredan.
BAB IV
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melakukan kegiatan kerja

praktek pada proyek Jembatan Perawang dan literature yang mendukung proses
pembuatan laporan ini secara umum dapat penulis simpulkan beberapa hal penting
diantaranya:
1. Proyek Jembatan Perawang dikerjakan oleh kontraktor P.T. PP

yang

ditunjuk langsung oleh owner (Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Riau)


2. Tipe jembatan yang dibangun adalah Balance Cantilever Bridge
3. Pembuatan Main Span Jembatan Perawang ini menggunakan alat
Traveller sebagai lantai kerja.
4. Proyek Jembatan Perawang menggunakan beton prategang dengan mutu
beton K-500 dan baja mutu tinggi grade 270 untuk konstruksi box girder
5. Pada proses pekerjaan terjadi keterlambatan akibat kelangkaan material,
sehingga harus dilakukan desain ulang terhadap struktur akibat terjadinya
penurunan pada jembatan.

60

4.2.

Saran
Saran yang penulis dapat sampaikan terhadap Proyek Pembangunan

Jembatan Perawang serta untuk semua mahasiswa yang akan melaksanakan Kerja
Praktek adalah:
1. Perencanaan bangunan agar dipersiapkan dengan matang sebelum proyek
dilaksanakan, agar tidak banyak terjadi pekerjaan tambah kurang
(addendum)

yang

dapat

mengganggu

bahkan

mengakibatkan

keterlambatan penyelesaian proyek.


2. Untuk menjamin Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) hendaknya
pihak-pihak yang langsung terlibat dalam pelaksanaan di lapangan
memakai segala perlengkapan K3, sehingga dapat mengurangi kecelakaan.
3. Adanya hubungan kerjasama yang baik antara satu pihak dengan pihak
lain yang saling berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan, agar
pelaksanaan pekerjaan proyek berjalan dengan baik sesuai dengan waktu
dan hasil yang direncanakan.
4. Analisa ulang time schedule yang tidak up to date lagi, dengan mengacu
pada kejadian konkrit di lapangan.

61

DAFTAR PUSTAKA

1. Lin, T.Y, & Burn, N.H., 1982, Desain Struktur Beton Prategang Jilid I
dan II, Jakarta: Binarupa Aksara
2. Murdock, L.J, & Brook, K.M., Bahan Dan Praktek Beton, Jakarta:
Erlangga.
3. Supryadi, B., & Muntohar, S.A., 2007, Jembatan, Yogyakarta:Beta
Offset

Anda mungkin juga menyukai