Metode Kerja PostTension Jembatan Box Girder Perawang Riau
Metode Kerja PostTension Jembatan Box Girder Perawang Riau
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Pembangunan jembatan sangat berkaitan dengan salah satu upaya
1.
2.
3.
I.3
Sistematika Penulisan
Laporan kerja praktek ini disusun atas beberapa bab, dimana setiap bab
Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang proyek, maksud dan tujuan proyek,
ruang lingkup kerja praktek, serta sistematika penulisan.
Bab II :
Bab III :
Bab IV :
Penutup
Berupa kesimpulan dan saran-saran penulis terhadap pelaksanaan
proyek secara umum.
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
2.1.
Keterangan(Not
: to Scale)
Ibukota Propinsi
Ibukota Kabupaten
Kota-kota lainnya
Batas Propinsi
Batas Kabupaten
Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Gambar 2.1
Pembangunan
Jembatan
Perawang
dikerjakan
oleh
= 180 meter
- side span
= 202 meter
P.T.
- approach span
= 508 meter
- slab on pile
= 523 meter
Lebar jembatan
: 12,7 m
Pekerjaan pondasi
- Pier utama
- Slab on pile
- App. span
- Slab on pile
: Beton K 500
2. Tipe Jembatan
: Balance Cantilever
3. Pemilik Proyek
4. Pemberi Tugas
5. Kontraktor Pelaksana
: PT.PP (Persero)
6. Sumber Dana
2008)
7. Konsultan Perencana
8. Konsultan Pengawas
9. Nomor Kontrak
: 620/SPK/MULTY/JBT-PRW/1701
: Multy Years
a. Mulai
: 15 Desember 2004
b. Selesai
: Desember 2008
: Riau
b. Kabupaten
c. Alamat
b. Fungsi
: Sarana penyebrangan
: Tiang Pancang
b. Baja
2.2
Pekerjaan:
2.2.1
a.
b.
2.2.2
a. Pekerjaan Abutment
b.
Perancah
Bekisting
Skor
Tie Rod
Pekerjaan Pilar
Perancah
Bekisting
Skor
Tie Rod
c. Deck
Approach Span
Side Span
Main Span
2.3
Pelaksanaan Proyek
Dalam melaksanakan suatu proyek ada beberapa tahapan yang harus
Pelelangan
Menurut Sutjipto et al (1985), sebuah proyek bertitik tolak dari gagasan
dasar atau kebutuhan akan sesuatu yang muncul pada benak seseorang atau
sekelompok orang. Gagasan itu kemudian dikonkritkan ke dalam pendefinisian
sebuah proyek (project definition). Pekerjaan mendefinisikan sesuatu proyek yang
besar tidaklah begitu mudah untuk dilakukan. Dalam hal ini bantuan oleh tenaga
ahli dari luar (konsultan dan kontraktor) diperlukan apabila pemilik proyek
(owner) tidak memilikinya.
Pelelangan adalah suatu cara yang digunakan oleh pemilik proyek untuk
mendapatkan pihak pelaksana (kontraktor) yang akan melaksanakan proyek
tersebut sesuai keinginan pemilik proyek.
Berdasarkan Keppres 80 pelelangan dibagi menjadi beberapa metode:
1.
Pelelangan umum
Pelelangan jenis ini diumumkan secara terbuka melalui media cetak atau
media elektronik dimana setiap rekanan boleh melakukan penawaran asal
memenuhi syarat dan merasa mampu melaksanakan pekerjaan.
2.
Pelelangan Terbatas
Pelelangan jenis ini dilakukan secara terbatas dengan mengundang beberapa
rekanan yang dianggap mampu dan terseleksi. Dalam hal ini jumlah penyedia
barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas yaitu untuk
pekerjaan yang kompleks.
3. Pemilihan Langsung
Pemilihan langsung yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan
dengan
membandingkan
sebanyak-banyaknya
penawaran,
sekurang-
kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus pra
kualifikasi.
4. Pelelangan dengan Penunjukan Langsung
Pelelangan jenis ini merupakan pelelangan dengan cara menunjuk langsung
pihak kontraktor yang akan melaksanakan pekerjaan konstruksi yang
dilakukan oleh pemilik proyek.
Pelelangan proyek pembangunan Jembatan Perawang Kabupaten Siak
Propinsi Riau menggunakan sistem pelelangan umum.
2.3.2
Tahap Pelelangan
2.3.2.1.Persiapan Pelelangan
Langkah-langkah persiapan yang harus dilalui sebelum pelaksanaan proses
pelelangan yaitu sebagai berikut:
1. Mempersiapkan dokumen lelang,
2. Mempersiapkan pelaksanaan lelang.
Anggaran biaya beserta perinciannya tercantum dalam dokumen lelang,
yang menentukan besarnya harga yang diajukan pemborong / kontraktor peserta
lelang.
Dokumen terdiri dari:
1.
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini ditentukan oleh panitia lelang,
dalam hal ini yang bertindak sebagai panitia lelang adalah Dinas Kimpraswil
Propinsi Riau.
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) berisikan hal sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
2.
Modal kerja,
b.
c.
Pengalaman kerja,
10
d.
Fasilitas kerja.
Sedang ruang lingkup pekerjaan meliputi bidang-bidang keahlian
b.
c.
b.
c.
d.
e.
Petunjuk-petunjuk dan perintah teknis tertulis serta penjelasanpenjelasan perencanaan atau pengawasan selama pekerjaan berlangsung,
f.
adanya kontrak kerja dan atas persetujuan pihak pemilik dan kontraktor.
4. Site Visit
Site Visit dilaksanakan agar para calon kontaraktor dapat melihat langsung
lokasi yang akan dibangun, disamping melihat secara visual sehingga bisa
memprediksi metoda yang akan digunakan, faktor kesulitan dan lain
sebagainya. Dalam pelaksanaan site visit ini diharapkan calon kontraktor
sekalian survey material, proses perijinan dan lain sebagainya.
5. Rapat Penjelasan (Aanwijzing)
Ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam proses Aanwijzing menurut
Keppres No. 80 antara lain :
1. Penjelasan lelang dilakukan di tempat pada waktu yang ditentukan,
dihadiri oleh penyedia barang/jasa yang terdaftar sebagai peserta lelang.
11
12
1.
2.
NPWP
3.
PKP
4.
SIUP
5.
SIUJK
6.
c.
13
d.
9. Sistem Kontrak
Kontrak adalah perjanjian secara tertulis antara pemberi tugas dan
kontraktor dimana kewajiban masing-masing pihak diatur dalam pasal-pasal
surat perjanjian. Suatu kontrak mulai berfungsi pada waktu kontrak tersebut
ditandatangani. Kontraktor baru boleh bekerja secara fisik setelah ada SPMK
(Surat Perintah Mulai Kerja). Kontrak sekurang-kurangnya
memuat
penyelesaian/penyerahan
yang
pasti
serta
syarat-ayarat
penyerahanya;
g) jaminan teknis/hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan/atau ketentuan
mengenai kelaikan;
h) ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak
memenuhi kewajibanya;
i) ketentuan mengenai pemutusan kontrak secara sepihak;
j) ketentuan mengenai keadaan memaksa;
k) ketentuan mengenai kewajiban para pihak dalam terjadi kegagalan dalam
pelaksanaan pekerjaan;
l) ketentuan mengenai perlindungan tenaga kerja;
m) ketentuan mengenai bentuk dan tanggung jawab gangguan lingkungan;
n) ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan.
14
15
Pemilik Proyek
Pemilik proyek adalah pihak yang memiliki proyek. Pada Proyek
16
c.
d.
e.
f.
Mengesahkan
semua
dokumen
pembayaran
kepada
pihak
kontraktor.
2.
Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang di tunjuk oleh pemberi tugas
dokumen
lelang,
dokumen
untuk
pelaksanaan
kontruksi,
c.
17
d.
3.
Konsultan Pengawas
Merupakan Pihak Konsultan Pengawas Pembangunan gedung, yang akan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
18
k.
l.
4.
Kontraktor Pelaksana
Kontraktor Pelaksana adalah pihak yang di tunjuk berdasarkan pelelangan
pengarahan
dalam
tahap
pembuatan
RPAPP (Rencana
19
20
f. Administrasi
Tugas dan wewenangnya :
1. Mempersiapkan data seluruh karyawan yang ada diproyek
2. Menangani seluruh surat-surat intern dan ekstern perusahaan
3. Mengarsipkan seluruh data tersebut diatas dengan baik
4. Melaksanakan tertib administrasi tugasnya dengan baik
g. Tenaga bagian Mekanikal
Tugasnya adalah :
1. Memasang instalasi listrik dan menerangkan lapangan
2. Membuat sarana dan prasarana serta mengontrol dan memperbaiki sarana
kerja yang ada
3. Membuat rencana kerja sesuai pekerjaan yang dilaksanakan
h. Tenaga bagian Drawing
Tugasnya adalah :
1. Membuat shop drawing secara benar dan jelas
2. Membuat gambar detail yang rumit
3. Membuat as build drawing berdasarkan shop drawing dan kondisi
lapangan
4. Membuat tertib administrasi gambar
i. Tenaga Bagian Logistik
Tugasnya adalah :
1. Memahami daftar sub kontraktor yang dikeluarkan oleh UPP (Unit
penentuan pembelian) pusat.
2. Mencari bahan atau peralatan serta melapor ke kepala proyek.
3. Mencari penawaran harga atas intruksi kepala operasi minimum tiga
subkontraktor.
j. Tenaga Bagian Pengukuran
Tugasnya adalah :
1. Melaksanakan kalibrasi alat ukur secara periodic sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
2. Menetapkan asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pengukuran.
21
2.
3.
4.
2.
3.
Pemilik Proyek
Dinas PU Kimpraswil
Konsultan Perencana
PT. LAPI ITB
KONSULTING
Kontraktor
PT. PP
Konsultan Pengawas
PT. KUANTAN
GRAHA MARGA
22
Sub Kontraktor
PT. VSL Indonesia
PT. DSI
Keterangan:
Jalur perintah
Jalur konsultasi
Gambar 2.2 Hubungan Organisasi Proyek
2.4.3. Waktu Kerja
Waktu kerja atau jam kerja adalah waktu yang telah ditetapkan untuk
memulai atau mengakhiri suatu pekerjaan dalam satu hari kerja. Adapun
pembagian waktu kerja pada Pembangunan Jembatan Perawang adalah :
a.
1.
: Jam Kerja
2.
: Jam Istirahat
3.
: Jam Kerja
b.
23
1.
2.
Upah kerja lembur yaitu upah kerja yang dibayarkan kepada tenaga
kerja/buruh yang ikut bekerja lembur.
[
Pekerjaan Galian
Penggalian ini dilaksanakan sesuai gambar dan syarat-syarat yang
potongan bahan-bahan yang bias lapuk serta bahan batuan yang telah dipecahpecah yang berukuran 10-15 cm. Diatas urugan tadi diberi urugan pasir kemudian
disirami, diratakan dan selanjutnya dipadatkan. Tebal urugan lantai I adalah 30-50
cm ditinggikan dari elevasi existing.
Apabila material urugan mengandung batu-batu, tidak dibenarkan batu-batu
yang besar bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi dengan batubatu kecil dan tanah yang dipadatkan. Kelebihan material galian harus dibuang
ketempat pembuangan yang ditentukan.
24
4.
a.
Perancangan perancah
Perancah adalah kontruksi yang mendukung acuan untuk beton yang belum
mengeras untuk menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai bentuk, garis
dan dimensi komponen sesuai dengan gambar rencana.
Perancah dan acuan harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu
menahan beban dari beton waktu masih basah, beban-beban akibat pelaksanaan
dan geteran dari alat penggetar. Acuan harus cukup kuat dan rapat sehingga
mampu mencegah kebocoran adukan dan acuan tersebut juga diberi pengaku dan
ikatan secukupnya sehingga dapat menyatu dan mampu mempertahankan
kedudukan dan bentuknya.
b.
Melapisi cetakan
Melapisi cetakan ini bertujuan untuk mendapatkan penyelesaian beton yang
halus tanpa urat kayu dan noda, sehingga tidak akan meninggalkan sisa-sisa atau
bekas pada permukaan beton atau efek yang merugikan bagi rekatan dari cat,
plester, mortar atau bahan penyelesaian lainnya yan akan dipakai untuk
permukaan beton.
c.
Pengikat cetakan
Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat dipabrik atau jenis
jalur pelat, atau model yang dapat dilepas dengan ulir, dengan kapasitas tarik yang
cukup dan ditempatkan sedemikian sehingga menahahan semua beban hidup dari
pengecoran beton basah dan mempunyai penahan bagian luar dari luasan
perletakan yang memadai.
d.
25
5.
a.
Penyimpanan semen
Semen yang digunakan dalam proyek ini adalah semen Portland. Semen
Agregat
Agregat yang digunakan adalah batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai
ukuran 10-20 mm dan berasal dari Tanjung Pinang dan Tanjung Balai Karimun
26
dan agregat halus yang berasal dari Danau Bengkuang. Pemakaiannya tersebut
memenuhi syarat-syarat :
d.
1.
2.
3.
4.
Air
Air yang dipergunakan untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih,
a.
Pengecoran
Sebelum pengecoran beton dilaksanakan semua cetakan, tulangan beton,
kabel dan benda-benda yang akan ditanamkan kedalam beton di cek terlebih
dahulu. Untuk bekisting (cetakan) harus benar-benar bersih sehingga perlu di
semprot dengan air.
Adukan beton yang akan dituang ditempatkan sedekat mungkin ke cetakan,
dan tinggi jatuhnya tidak melebihi 1 meter. Kemudian permukaan beton diratakan
sesegera mungkin untuk menghindari terjadinya pengerasan beton yang tidak
diharapkan. Untuk mengecek kedalaman beton sehingga sesuai dengan yang
diharapkan, dapat dilihat pada tanda garis yang telah dibuat sebelumnya pada
papan bekisting bagian tepi ataupun dengan cara menancapkan baja tulangan
sepanjang tebal beton untuk memastikan apakah kedalaman beton yang telah
dicor tersebut benar.
Apabila pekerjaan tidak dapat dilaksanakan pada satu hari pekerjaan maka
pemberhentian pengecoran pada atau 1/5 bentang. Untuk melanjutkan
pengecoran yang terhenti dimana beton tersebut telah mengeras, maka digunakan
zat perekat antara beton yang sudah mengeras (beton lama) dengan beton segar
(baru).
27
Pemadatan
Proses pemadatan ini dilakukan pada saat pengecoran dan menggunakan alat
Perawatan Beton
Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran selesai dilakukan. Beton
tersebut disirami dengan air secara berkala untuk menjaga kelembabannya dan
dihindari terhadap proses pengeringan yang belum saatnya. Terik matahari dan
sebagainya bisa menyebabkan permukaan beton menjadi rusak atau retak-retak.
Apabila cetakan dan acuan beton tersebut di bongkar pelaksanaannya, maka
perawatan beton terus dilakukan dengan cara seperti diatas. Perawatan yang
dilakukan pada beton secara umum harus memenuhi persyaratan di dalam PBI
1971 NI-2 Bab 6.6 hal 58 dan ACI 301-72/75.
9.
pengawasan yang ketat karena kesalahan yang kecil berakibat fatal bagi
keseluruhan struktur yang dibangun. Pelaksanaan post-tensioning yang dilakukan
haruslah memenuhi ketentuan yang ditetapkan seperti dibawah ini:
a.
Persetujuan
Kontraktor dapat menentukan prosedur prategang yang dikehendakinya,
dimana prosedur dan rencana pelaksanaan tersebut harus diserahkan kepada
28
Penempatan kabel
Sebelum penarikan kabel dilakukan, kontraktor harus menunjukkan bahwa
semua kabel bebas bergerak antar titik penjangkaran dan elemen tersebut
bebas untuk menampung pergerakan horizontal dan vertikal sehubungan
dengan gaya prategang yang diberikan.
c.
Penempatan jangkar
Setiap jangkar harus ditempatkan tegak lurus dengan garis kerja gaya
prategang, dan dipasang sedemikian hingga tidak akan bergeser selama
pengecoran beton. Setelah pekerjaan penegangan dan penyuntikan selesai,
jangkar harus ditutup dengan beton paling sedikit 3 cm.
d.
e.
f.
g.
29
Bagian ini merupakan bagian yang paling rumit karena pembesian yang relative
besar dan pemasangan ducting tendon yang sangat rapat serta penempatan lubanglubang angker untuk dudukan traveller dan balok penggantung.
Pelaksanaan Hammer Head dilakukan dengan cara konvensional yaitu
dengan menggunakan perancah, dilanjutkan dengan pembesian, pemasangan
ducting dan diakhiri dengan pengecoran yang dibagi dalam 3 tahap yaitu bagian
slab, dilanjutkan dengan web/dinding dan diakhiri bagian atas.
11.
a.
Traveller form
Jenis traveller menurut beratnya:
1) Heavy traveller, berat traveller > 50 % berat segmen terbesar
2) Light traveller, berat traveller < 50 % berat segmen terbesar
Hal khusus pada perencanaan traveller
1) Diasumsikan bahwa 50 % berat beton baru akan dipikul oleh traveller,
50 % sisanya dipikul oleh beton lama.
2) Traveller dibuat dengan sistem modul
-
Modul utama
Modul depan
Modul belakang
Modul penggantung
30
12.
lapangan tidak seperti yang diharapkan. Kerusakan bisa saja terjadi pada beton
seperti konstruksi beton yang keropos, retak-retak atau beton yang tidak rata dan
tidak tegak lurus dan tidak sesuai dengan gambar rencana. Apabila kerusakan
yang terjadi itu terlau fatal maka harus dilakukan pembongkaran dan dibuat sesuai
gambar rencana.
13.
Pelaksanaan Pembesian
a.
Pemasangan tulangan
Tulangan yang akan digunakan dibersihkan atau dilap agar bebas dari
kotoran, lemak dan karat serta bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya
lekatnya, untuk itu tulangan harus disimpan di tempat yang terlindung dari hujan
dan panas matahari.
31
32
Marga, dalam hal ini pihak Dinas PU Kimpraswil Kabupaten Siak menunjuk
pengawas yang pada umumnya bertugas mengawasi pekerjaan kontraktor dan
bertanggung jawab kepada Dinas PU Kimpraswil Kabupaten Siak.
Ruang lingkup pengawasan dan pengendalian yang ada di Proyek
Pembangunan Jembatan Perawang serta yang dilakukan oleh suatu proyek pada
umumnya adalah sebagai berikut:
1.
Pengawas Administrasi
Secara administrasi, pengawas biasanya berhubungan dengan laporan
b.
Memeriksa :
1. Formulir laporan harian, mingguan, dan bulanan.
2. Formulir berita acara kemajuan pekerjaan untuk mengajukan termin.
3. Formulir lain yang dianggap perlu
c.
2.
3.
4.
2.
33
b.
c.
Pengawasan Kualitas
Pengawasan kualitas (Quality Control) dilakukan dengan beberapa
pengujian.
a.
Tes Slump
Tes ini dimaksudkan untuk menguji kekentalan adukan beton, agar diperoleh
mutu beton yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam perencanaan. Proses
pengujian slump test dapat dijelaskan sebagai berikut: alat yang digunakan
adalah kerucut terpancung (Kerucut Abrams) dengan diameter atas 10cm,
diameter bawah 20cm dan tinggi 30cm. Adapun komposisi campuran
berdasarkan perbandingan berat, dimana satu zak semen 50 kg.
Langkah-langkah pekerjaan pengujian slump test sebagai berikut:
Adukan beton yang dihasilkan mesin molen diambil dengan menggunakan
gerobak dorong untuk diuji
Kerucut abrams diletakkan dialas yang rata yang tidak menyerap air (potongan
pelat baja), kemudian diisi dengan bubur beton tadi dengan cara memasukkan
lapis demi lapis masing-masing 1/3 bagian kerucut dan setiap lapis
ditusuk/ditumbuk dengan tongkat sebanyak 25 kali
Setelah kerucut penuh, bidang permukaan atasnya diratakan lalu dibiarkan
sekitar 30 detik. Setelah 30 detik kerucut diangkat dan akan terjadi penurunan
puncak bubur beton yang telah terbentuk kerucut. Penurunan yang terjadi
34
diukur dari bagian atas kerucut ambrams, besarnya penurunan ini disebut
slump. Besarnya slump rencana hanya berkisar antara 18 cm dengan mutu
beton K-500.
b.
Tes Kubus
Tes Kubus adalah suatu percobaan untuk menguji kekuatan tekan beton.
Untuk tes Kubus ini dibutuhkan sampel Setiap 5 M3 beton harus dibuat
minimum 1 benda uji untuk pengujian kuat tekan beton. Pengujian kuat tekan
beton dilakukan pada kubus umur 7 hari dan umur 28 hari. Sampel-sampel ini
dibuat dan diuji dilaboratorium P.T. Pembangunan Perumahan.
Langkah-langkah pembuatan benda uji kubus :
1. Persiapkan alat yang akan digunakan, khusus untuk cetakan kubus harus
dibersihkan terlebih dahulu sebelum dipakai.
2. Isi cetakan sampai penuh dengan beton dalam tiga lapis, dan setiap lapis
kira-kira sebanyak 1/3 dari tinggi kubus.
3. Setiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tumbukan dengan menggunakan
besi penumbuk tadi secara merata, kemudian sisi-sisi kubus diketuk
dengan menggunakan palu.
4. Setetelah penuh permukaan beton diratakan dengan sendok semen.
5. Hindari campuran yang telah dicetak dari getaran dan setelah berumur 24
jam cetakan dibuka.
6. Benda uji yang telah dikeluarkan direndam hingga seluruh permukaannya
terendam di bak perendam yang berada dilokasi pembuatan.
7. Perendaman berlangsung sesuai denagn waktu dan umur benda uji yang
telah ditetapkan, hingga benda uji siap dilakukan pengujian kuat tekan
beton.
8. Sebelum pengujian dilakukan, terlebih dahulu benda uji dibersihkan dan
dikeringkan lalu dibawa ke laboratorium untuk pengujian test kuat tekan
beton.
4.
Pengendalian waktu
Selain memperhatikan kualitas dan kuantitas pekerjaan, hal penting
lainnya adalah menyelesaikan proyek sesuai dengan waktu yang telah disepakati
35
2.
3.
36
(organizing)
bertujuan
melakukan
pengaturan
dan
37
1.
Tepat waktu, dalam hal ini tidak terjadi keterlambatan penyelesaian suatu
proyek. Dalam proyek ini terdapat addendum volume pekerjaan (pekerjaan
tambah kurang). Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan gambar
perencanaan. Dengan demikian proyek ini mengalami
reschedule sesuai
addendum waktu.
2.
Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan dari
perencanaan biaya yang telah dianggarkan. Karena dalam proyek ini terdapat
addendum volume pekerjaan maka terdapat perubahan pada biaya yang telah
dianggarkan.
3.
4.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.1.
Landasan Teori
terhadap
betonnya.
Penarikan
ini
menghasilkan
sistem
kesetimbangan pada ketegangan dalam (tarik pada baja dan tekan pada beton)
yang akan meningkatkan kemampuan beton menahan beban luar. Karena beton
cukup kuat dan daktail terhadap tekanan dan lemah terhadap tarikan maka
kemampuan menahan beban luar dapat ditingkatkan dengan pemberian
pratekanan.
Konsep beton prategang memperlakukan beton sebagai bahan yang elastis.
Beton prategang pada dasarnya adalah beton yang ditransformasikan dari bahan
yang getas menjadi bahan yang elastis dengan memberikan tekanan terlebih
dahulu (Pratekan) pada bahan tersebut. Pada keseluruhan desain struktur beton
prategang, pengaruh dari prategang dipandang sebagai keseimbangan berat sendiri
sehingga batang yang mengalami lenturan seperti plat, transversal beam dan
gelagar tidak akan mengalami tegangan lentur pada kondisi pembebanan yang
terjadi.
Dalam perancangan beton prategang, pembebanan tidak hanya ditinjau
berdasarkan beban eksternal yang bekerja seperti beban mati dan beban hidup,
tetapi juga terhadap kombinasi dari beban-beban tersebut dengan gaya prategang
yang bekerja pada penampang beton. Diantara tahap pembebanan tersebut yang
paling kritis biasanya pada tahap sesaat setelah baja ditegangkan (initial stage)
dan pada masa pelayanan/akhir (service/final stage). Initial stage adalah tahap
dimana gaya prategang dipindahkan pada beton dan tidak ada beban luar yang
bekerja selain berat sendiri. Final stage adalah tahap pembebanan yang paling
berat untuk kondisi masa pelayanan, dengan asumsi bahwa semua kehilangan
prategang telah terjadi sehingga gaya prategang telah mencapai nilai terkecil dan
38
39
kombinasi beban luar mencapai nilai terbesar yaitu meliputi berat sendiri, beban
mati, beban hidup, beban kejut dan sejenisnya.
3.1.2. Sejarah Perkembangan Beton Prategang ( Prestressed Concrete )
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap
tekan, tetapi sebaliknya mempunyai kekuatan relative sangat rendah terhadap
tarik. Beton tidak selamanya bekerja secara efektif didalam penampangpenampang struktur beton bertulang, hanya bagian tertekan saja yang efektif
bekerja, sedangkan bagian beton yang retak dibagian yang tertarik tidak bekerja
efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat.
Hal inilah yang menyebabkan tidak dapatnya dibuat srtuktur-struktur
beton bertulang dengan bentang yang panjang secara ekonomis, karena terlalu
banyak beban mati yang tidak efektif. Disampimg itu, retak-retak disekitar baja
tulangan bisa berbahaya bagi struktur karena merupakan tempat meresapnya air
dan udara luar kedalam baja tulangan sehingga terjadi karatan. Putusnya baja
tulangan akibat karatan fatal akibatnya bagi struktur.
Dengan kekurangan-kekurangan yang dirasakan pada struktur beton
bertulang seperti diuraikan diatas, timbullah gagasan untuk menggunakan
kombinasi-kombinasi bahan beton secara lain, yaitu dengan memberikan
pratekanan pada beton melalui kabel baja (tendon) yang ditarik atau biasa disebut
beton pratekan.
Beton pratekan pertama kali ditemukan oleh EUGENE FREYSSINET
seorang insinyur Perancis. Ia mengemukakan bahwa untuk mengatasi rangkak,
relaksasi dan slip pada jangkar kawat atau pada kabel maka digunakan beton dan
baja yang bermutu tinggi. Disamping itu ia juga telah mengembangkan suatu
sistem panjang kawat dan sistem penarikan yang baik, yang hingga kini masih
dipakai dan terkenal dengan sistem FREYSSINET.
Dengan demikian, Freyssinet telah berhasil mengembangkan suatu jenis
struktur baru sebagai tandingan dari strktur beton bertulang. Karena penampang
beton tidak pernah tertarik, maka seluruh beban dapat dimanfaatkan seluruhnya
dan dengan system ini dimungkinkanlah pembuatan struktur-struktur yang
langsing dan bentang-bentang yang panjang.
40
41
tinggi. Struktur flat slab, struktur shell, dan lain-lain. Terutama di Amerika dewasa
ini boleh dikatakan tidak ada gedung bertingkat yang tidak menggunakan beton
pratekan didalam strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat
dipakai dengan aman dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah
sebelumnya beton pratekan dianggap sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile)
untuk dipakai didaerah-daerah gempa, tetapi dikombinasikan dengan tulangan
baja biasa ternyata beton pratekan cukup kenyal, sehingga dapat memikul dengan
baik perubahan-perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
c). P.W. Abeles
P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih
mendongkrak aliran Full Prestressing, karena penggunaanya tidak kompetitif
terhadap penggunaan beton bertulang biasa dengan menggunakan baja tulangan
mutu tinggi. Penggunaan Full Prestessing ini tidak ekonomis, menurut berbagai
penelitian biaya struktur dengan beton pratekan dan Full Prestressing dapat
sampai 3,5 atau 4 kali lebih mahal dari pada struktur yang sama tetapi dari beton
bertulang biasa dengan menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Dengan
demikian timbullah gagasan baru yang dikemukakan oleh P.W. Abeles untuk
mengkombinasikan prinsip pratekan dengan prinsip penulangan penampang atau
dikenal dengan nama Partial Prestressing. Yang mana didalam penampang
diijinkan diadakannya bagi tulangan, lebar retak dapat dikombinasikan dengan
baik.
Freyssinet sendiri menjelang akhir karirnya telah mengakui juga bahwa
Partial Prestressing mengembangkan struktur-struktur tertentu. Begitupun
dengan teori Load Balancing dari T.W. Lin yang ikut mendorong dipakainya
Partial Prestressing karena pertimbangannya kecuali segi ekonomis juga segi
praktisnya bagi perencanaan.
3.1.3. Keuntungan Prestressed terhadap Reinforced Concrete
1. Prestressed concrete lebih mampu mengeliminasi retak akibat tension secara
efektif dibandingkan dengan reinforced concrete.
42
43
Persegi Panjang
180
109
66
55
406
417
1001
1001
406
417
Penampang I simetris
Penampang I tidak simetris
Penampang T
Penampang T terbalik
Penampang box girder
Konstruksi balance cantilever pada jembatan perawang menggunakan
penampang box girder. Adapun alasan pemilihan box gider dalam konstruksi
balance cantilever di jembatan perawang adalah penampang berbentuk hollow
memiliki kekuatan menahan momen sumbu-x maupun sumbu-y yang besar karena
memiliki momen Inersia yang hampir sama antara sumbu-x maupun sumbu-y.
3.1.6. Material Yang Digunakan Dalam Konstruksi Prestressed Concrete
A.
Beton
Beton yang lebih kuat biasanya diperlukan dalam pekerjaan beton
44
Ducts
Ducts merupakan selimut yang berbentuk spiral yang digunakan sebagai
pembungkus kabel strand yang berfungsi untuk mencegah korosi pada kabel
strand. Luas ducts harus lebih besar 2.25 kali luas kabel strand pada sistem posttensioning.
Adapun material yang digunakan dalam pekerjaan post-tensioning pada
proyek jembatan perawang adalah sebagai berikut.
1. Beton K500
2. Strand dengan spesifikasi
45
46
populer mengangkurkan kabel atau strand dengan prinsip kerja pasak antara lain
sistem Freyssinet.
Sistem Freyssinet yang telah digunakan diseluruh dunia menggunakan
prinsip pasak sampai dengan 12 strand dalam satu tendon. Setiap unit
pengangkuran terdiri dari sebuah kerucut yang dilalui oleh kabel-kabel dan pada
dindingnya kabel tersebut dipasak oleh sumbatan berbentuk kerucut yang
diletakkan memanjang dengan lekukan untuk menempatkannya.
47
48
49
(1)
50
51
JOIN
INSPECTION
OK
NO
CONCRETING
CONCRETE
STRENGTH AT
TRANSFER
STRESSING
OK
STRESSING
RESULT
EVALUATION
NO
CURING
52
NO
OK
CUTTING STRAND
CONCRETING RECESSFORM
GROUTING
TENDON
END
53
54
55
56
57
58
saluran vertikal, karena pemuaian dari grout menggantikan air yang mungkin
terbentuk pada bagian atas dari saluran yang disebabkan oleh bleeding. Material
grouting yang digunakan pada proyek jembatan perawang antara lain adalah
1. Semen
=
50 kg
2. Additive
=
Sika intraplast (750 mg/1.5 % dari berat semen)
3. C/W ratio
=
0.4 0.4
59
akurat, disamping data teknis yang berhubungan dengan berat traveller, beton
segmental dan elemen lainnya yang dikerjakan pada main span.
Data tersebut diperlukan untuk menghitung defleksi dari sistem cantilever
selama waktu pelaksanaan sehingga nilai awal camber yang akan diberikan
pada traveller. Selama pelaksanaan Statis Tertentu deflection disebabkan oleh:
1. Berat sendiri segmen ( beton + besi dll )
2. Berat traveller + Form work
3. Prestressing
Keakuratan pengontrolan defleksi sangat menentukan dalam pemberian
gaya prategang untuk segmen berikutnya. Hal ini untuk memperhitungkan
defleksi akhir jembatan pada saat jembatan akan disambung. Ketidakakuratan
pengukuran akan mengakibatkan penyambungan akhir jembatan akan meleset dari
perencanaan. Pengukuran defleksi di lapangan pada proyek Jembatan Perawang
dilakukan dengan menggunakan waterpass yang dilakukan pada Pier 7 pada sisi
perawang dan Pier 8 pada sisi meredan.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melakukan kegiatan kerja
praktek pada proyek Jembatan Perawang dan literature yang mendukung proses
pembuatan laporan ini secara umum dapat penulis simpulkan beberapa hal penting
diantaranya:
1. Proyek Jembatan Perawang dikerjakan oleh kontraktor P.T. PP
yang
60
4.2.
Saran
Saran yang penulis dapat sampaikan terhadap Proyek Pembangunan
Jembatan Perawang serta untuk semua mahasiswa yang akan melaksanakan Kerja
Praktek adalah:
1. Perencanaan bangunan agar dipersiapkan dengan matang sebelum proyek
dilaksanakan, agar tidak banyak terjadi pekerjaan tambah kurang
(addendum)
yang
dapat
mengganggu
bahkan
mengakibatkan
61
DAFTAR PUSTAKA
1. Lin, T.Y, & Burn, N.H., 1982, Desain Struktur Beton Prategang Jilid I
dan II, Jakarta: Binarupa Aksara
2. Murdock, L.J, & Brook, K.M., Bahan Dan Praktek Beton, Jakarta:
Erlangga.
3. Supryadi, B., & Muntohar, S.A., 2007, Jembatan, Yogyakarta:Beta
Offset