Anda di halaman 1dari 11

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN KEHIDUPAN

POLITIK
sistem politik didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila.
Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas
moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan
moral keadilan. Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara
negara dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku
politik yang santun dan bermoral.

Sikap Politik yang tidak sesuai pancasila


a. tidak menampilkan perilaku politik sesuai Pancasila;
b. sikap dan perilaku yang memaksakan pendapat dan ingin menang sendiri;
c. mengabaikan nilai ke tuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, serta kerakyatan dan
ke adilan dalam kehidupan seharihari;
d. sikap menghalang-halangi orang yang akan ber partisipai dalam kehidupan
demokrasi;
e. melecehkan nilai-nilai pancasila
demokrasi tidak boleh brdsrkan kekuasaan perseorangan atau kelompok

Ekonomi kerakyatan menurut mubyarto


Menurut Guru Besar, FE UGM ( alm ) Prof. Dr. Mubyarto, sistem Ekonomi
kerakyatan adalah system ekonomi yang berasas kekeluargaan, berkedaulatan
rakyat, dan menunjukkan pemihakan sungguh sungguhpada ekonomi rakyat
Dalam praktiknya, ekonomi kerakyatan dapat dijelaskan juga sebagai ekonomi
jejaring ( network ) yang menghubung hubungkan
sentra sentra inovasi, produksi dan kemandirian usaha masyarakat ke dalam
suatu jaringan berbasis teknologi informasi, untuk terbentuknya jejaring pasar
domestik diantara sentara dan pelaku usaha masyarakat.

PENGARUH BUDAYA BARAT TERHADAP INDONESIA


Kesenjangan Sosial Ekonomi
Kesenjangan sosial ekonomi adalah suatu keadaan yang tidak seimbang di bidang
sosial dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat.
Kerusakan Lingkungan Hidup
Pencemaran yang terjadi di lingkungan masyarakat menimbulkan dampak
Masalah Kriminalitas
Kriminalitas adalah perbuatan yang melanggar hukum atau hal- hal yang bersifat
kejahatan, seperti korupsi, pencurian, perkelahian, pembunuhan, pemerkosaan dan
lainnya.
Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah penyimpangan perilaku yang dilakukan generasi muda
(sekelompok remaja)

Benturan antara norma hukum dan norma etika ?


Dari segi hukum, mengambil benda atau sesuatu yang bukan milik kita pribadi merupakan suatu
pelanggaran hukum yang termasuk kedalam tindakan kriminal atau pencurian walaupun bersifat
ringan contohnya mengambil pepaya di hutan yang telah ditetapkan dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP). Namun dari segi etika, perbuatan tersebut tergantung dari diri orang itu
sendiri bagaimana sikap yang pantas untuk dapat memecahkan masalah itu, mungkin menurutnya
benar karena benda tersebut jauh dari keramaian dan tidak mungkin ada orang yang memilikinya
serta ditambah rasa lapar pada dirinya sehingga dia mengembil pepaya tersebut. Atau mungkin

perbuatan itu menurutnya tidak baik karena dia merasa itu bukan haknya dan haram bila dimakan
sehingga dia menahan perutnya yang kelaparan. Jika dilihat dari kondisi orang tersebut, maka tak
patutlah hukum banyak bicara dan lebih memfokuskan tentang hak hidup orang tersebut, karena
hukum juga memberikan perlindungan kehidupan yang layak.

Mampukah ideologi pancasila memberi petunjuk memecahkan masalah baik di bidang


hukum, politik ekonomi dan kebudayaan
Pancasila tentu masih mampu memberi petunjuk bagi bangsa Indonesia dan juga bisa bersaing
dengan ideologi-ideologi lain karena memiliki keunggulan yang tidak ada pada ideologi lain dan
mampu kompetitif menjawab perubahan zaman, walaupun Indonesia diserbu nilai-nilai asing di era
globalisasi. kekuatan dari ideologi Pancasila justru terletak pada kemampuannya menjaga
keseimbangan antara unsur-unsur yang ada di masyarakat Indonesia. ideologi yang bisa bertahan
adalah ideologi yang bisa menjaga keseimbangan antara kepentingan global dengan kepentingan
nasional. ideologi yang bisa terus eksis adalah ideologi yang bisa menempatkan kepentingan nasional
tanpa ikut terpengaruh nilai-nilai asing dari ideologi lain yang datang melalui informasi global seperti
siaran televisi, internet atau pertukaran jasa dan barang lainnya. Pancasila sebagai ideologi
berkompetisi melawan nilai-nilai ideologi lain yang masuk ke Indonesia melalui globalisasi. Dan itu
semua tidak terlepas dari kesadaran kita semua dalam mewujudukan dan menyikini ideologi pancasila
itu sendiri.

Pancasila sebagai dasar etika kehidupan berbangsa


dan bernegara
1. Pancasila sebagai dasar etika kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai mana dipahami bahwa sila-sila Pancasila adalah merupakan suatu sistem nilai,
artinya setiap sila memang mempunyai nilai akan tetapi sila saling berhubungan, saling
ketergantungan secara sistematik dan diantara nilai satu sila dengan sila lainnya memiliki
tingkatan. Oleh karena itu dalam kaitannya dengan nilai-nilai etika yang terkandung dalam
pancasila merupakan sekumpulan nilai yang diangkat dari prinsip nilai yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut berupa nilai religious, nilai adat istiadat,
kebudayaan dan setelah disahkan menjadi dasar Negara terkandung di dalamnya nilai
kenegaraan.
Dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat Negara, maka nilai-nilai pancasila harus di
jabarkan dalam suatu norma yang merupakan pedoman pelaksanaan dalam penyelenggaraan
kenegaraan, bahkan kebangsaan dan kemasyarakatan. Terdapat dua macam norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu norma hukum dan norma moral atau etika.
Sebagaimana diketahui sebagai suatu norma hukum positif, maka pancasila dijabarkan dalam
suatu peraturan perundang-undangan yang ekplisit, hal itu secara kongkrit dijabarkan dalam
tertib hukum Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu norma moral yang
merupakan dasar pijak pelaksanaan tertib hukum di Indonesia. Bagaimanapun baiknya suatu
peraturan perundang-undangan kalau tidak dilandasi oleh moral yang luhur dalam

pelaksanaannya dan penyelenggaraan Negara, maka niscahaya hukum tidak akan mencapai suatu
keadilan bagi kehidupan kemanusiaan.
Selain itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai pancasila adalah berifat objektif dan
subjektif. Artinya esensi nilai-nilai pancasila adalah universal yaitu ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Sehingga memungkinkan dapat diterapkan pada Negara lain
barangkali namanya bukan pancasila. Artinya jika suatu Negara menggunakan prinsip filosofi
bahwa Negara berketuhana, berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan,
maka Negara tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai sila-sila pancasila.

Nilai-nilai pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Rumusan dari sila-sila pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat umum universal dan abstrak, karena merupakan suatu nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia dan
mungkin juga pada bangsa lain baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan, maupun
dalam kehidupan keagamaan.
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu hukum memenuhi
syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental Negara sehingga merupakan suatu sumber hukum
positif di Indonesia. Oleh karena itu dalam hierarki suatu tertib hukum hukum Indonesia
berkedudukan sebagai tertib hukum yang tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat diubah
secara hukum sehingga terlekat pada kelangsungan hidup Negara. Sebagai konsekuensinya jika
nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu diubah maka sama halnya
dengan pembubaran Negara proklamasi 1945, hal ini sebagaimana terkandung di dalam
ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, diperkuat Tap. No. V/MPR/1973. Jo. Tap. No.
IX/MPR/1978.
Sebaliknya nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa keberadaan nilai-nilai
pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Pengertian itu dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia sebagai bangsa
kausa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil pemikiran, penilaian kritis, serta hasil refleksi
fiosofis bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia sehingga
merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas nilai kebenaran, kebaikan,
keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
3. Nilai-nilai pancasila di dalamnya terkandung ke tujuh nilai-nilai kerohanian yaitu nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis dan nilai religius yang manifestasinya
sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa.
Nilai-nilai pancasila itu bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar serta motivasi atas
segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam kehidupan kenegaraan.
Dengan kata lain bahwa nilai-nilai pancasila merupakan das sollenatau cita-cita tentang kebaikan
yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das sein.

1.
2.
3.

a.

b.

c.

d.

e.

Di era sekarang sekarang ini, tampaknya kebutuhan akan norma etika untuk kehidupan
berbangsa dan bernegara masih perlu bahkan amat penting untuk ditetapkan. Hal ini terwujud
dengan keluarnya ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat yang merupakan penjabaran nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman
dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai-nilai
keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat.
Etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat bertujuan untuk:
Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan kehidupan
kebangsaan dalam berbagai aspek
Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Etika kehidupan berbangsa meliputi sebagai berikut:
Etika sosial dan Budaya
Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali
sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan tolongmenolong di antara sesame manusia dan anak bangsa. Senada dengan itu juga
menghidupkansuburkan kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang
bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Etika pemerintahan dan politik
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efesien, dan efektif
serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, tanggung
jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, serta
menjujunjung tinggi hak asasi manusia.
Etika ekonomi dan bisnis
Etika ini bertujuan agar prinsip dan prilaku ekonomi baik oleh pribadi, institusi, maupun
keputusan dalam bidang ekonomi dapat melahirkan ekonomi dengan kondisi yang baik dan
realitas.
Etika penegakan hukum yang berkeadilan
Etika ini bertujuan agar penegakan hukum secara adil, perlakuan yang sama dan tidak
diskriminatif terhadap setiap warga Negara di hadapan hukum, dan menghindarkan peggunaan
hukum secara salah sebagai alat kekuasaan.
Etika keilmuan dan disiplin kehidupan
Etika ini diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi
agar mampu berpikir rasional, kritis, logis, dan objektif.
Dengan berpedoman pada etika kehidupan berbangsa tersebut, penyelenggara Negara dan
warga Negara berprilaku secara baik bersumber pada nilai-nilai pancasila dalam kehidupannya.
Etika kehidupan berbangsa tidak memiliki sanksi hukum. Namun sebagai semacam kode etik,
pedoman etik berbangsa memberikan sanksi moral bagi siapa saja yang berprilaku menyimpang
dari norma-norma etik yang baik. Etika kehidupan berbangsa ini dapat kita pandang sebagai
norma etik Negara sebagai perwujudan dari nilai-nilai dasar Pancasila.
Etika dan moral bagi manusia dalam kehiduan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat,
senantiasa bersifat relasional. Hal ini berarti bahwa etika serta moral yang terkandung dalam silasila Pancasila, tidak dimaksudkan untuk manusia secara pribadi, namun secara relasioanal

senantiasa memiliki hubungan dengan yang lain baik kepada Tuhan yang maha esa maupun
kepada manusia lainnya.

2.

a.
b.
c.
d.
e.

Sumber:
Winarno. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara
Kaelan, dan Zubaidi, Achmad. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.
Kaelan. 2009. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Pancasila sebagai sistem dan sistem filsafat secara hierarkis dan Piramidal
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang
dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagiam-bagian yang saling berhubungan, kerja sama
untuk satu tujuan tertentu dan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Ciri-ciri sistem:
Suatu kesatuan bagian-bagian
Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
Saling berhubungan dan ketergantungan
Untuk mencapai tujuan yang sama.
Terjadi dalam suatu lingkungan yang komplek (shore dan Voich, 1974:22).
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila. Setiap sila pada
hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri, tujuan tertentu yaitu suatu
masyarakat yang adil makmur berdasarkan Pancasila.
Isi sila-sila pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Dasar filsafat Negara
Indonesia terdiri atas lima sila yang masing-masing suatu asas beradab. Namun demikian silasila pancasila itu bersama-sama merupakan suatu kesatuan dan keutuhan, setiap sila merupakan
suatu unsure (bagian yang mutlak) dari kesatuan pancasila.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan organis. Antara sila-sila pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan
saling mengkualifikasi. Sila yang satu dikualifikasi oleh sila-sila lainnya. Dengan demikian maka
Pancasila pada hakikatnya merupakan sistem, dalam pengertian bahwa bagian-bagian pancasila
berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai
suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam pancasila yaitu
pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya
sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan masyarakat bangsa Indonesia yang nilai-nilainya
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai suatu sistem mempunyai susunan secara hirarkis dan piramidal.
Piramidal menggambarkan hubungan hierarki sila-sila dari pancasila dalam urutan yang luas
(kuantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya (kualitas). Kalau dilihat dari intinya, urut-urutan
lima sila menunujukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi sifatnya, jika lima sila itu
mempunyai maksud yang demikian, maka diantara kelima sila ada hubungan yang mengikat
yang satu kepada yang lain sehingga Pancasila merupakan suatu kesatuan keseluruhan yang
bulat.Andai sila satu dengan sila yang lainnya tidak mempunyai sangkut- pautnya, maka
Pancasila itu sendiri akan menjadi terpecah-pecah, oleh karena itu tidak dapat dijadikan suatu
asas kerohanian bagi suatu Negara.
Dalam susuan hirarkis dan pyramidal ini, maka Ketuhanan yang maha esa menjadi basis
kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan, dan keadilan. Sebaliknya Ketuhanan Yang Maha

1.

2.

3.

4.

Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan, yang membangun, memelihara, dan


mengembangkan persatuan Indonesia, yang berkerakyatan dan berkeadilan social demikian
selanjutnya, sehingga tiap-tiap sila mengandung sila-sila lainnya.
Rumusan Pancasila yang bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal
Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila kemanusiaan
yang adil beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dan permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila kedua: kemanusiaan yang adil beradab adalah meliputi dan dijiwai oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa dan menjiwai sila-sila persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sila ketiga: Persatuan Indonesia, diliputi oleh Ketuhanan yang maha esa dan menjiwai sila-sila
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan, keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila
keempat:
kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dan
permusyawaratan/perwakilan, adalah dan diliputi oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.

5. Sila kelima: keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh silasila Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan.
Secara ontologis kesatuan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem bersifat hirarkis dan
berbentuk pyramidal yaitu:
Bahwa hakikat adanya Tuhan adalah ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa Prima.
Oleh karena itu segala sesuatu yang ada termasuk manusia yang diciptakan oleh Tuhan (sila 1).
Adapun manusia adalah sebagai subjek pendukung Negara, karena Negara adalah lembaga
kemanusiaan, Negara itu adalah sebagai persekutuan hidup bersama yang anggotanya adalah
manusia (sila 2). Maka Negara adalah akibat adanya manusia yang bersatu (sila 3). Sehingga
terbentuklah persekutuan hidup bersama yang disebut rakyat. Rakyat adalah sebagai totalitas
individu-individu Negara yang bersatu. (sila 4). Keadilan pada hakikatnya merupakan tujuan
suatu keadilan dalam hidup bersama atau dengan kata lain perkataan keadilan sosial (sila 5).
Sebagai suatu sistem filsafat pancasila memiliki dasar ontologis, dasar epistomologis, dan
dasar aksiologis. Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki
hakikat mutlak monopluralis. Subjek pendukung pokok sila-sila pancasila adalah manusia, yaitu
bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
bepersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia.
Dasar epistomologis Pancasila pada hakikatnya tidak bisa dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Karena hal yang mendasar dalam epistomologis yaitu, pertama tentang sumber
pengetahuan manusia, kedua teori tentang kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak
pengetahuan manusia. Kemudia sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memilki
satu kesatuan dasar aksiologisnya, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang pada
hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.

Sumber: Kaelan. 2009. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.


Kaelan.2000. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kaelan, dan Zubaidi, Achmad. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.

3.

Identitas Nasional sebagai karakter bangsa


Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan
suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal dari kata Nation
yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas sosio-kultural tertentu yang
memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama. Jadi, Identitas Nasional Indonesia
adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsabangsa lain di dunia. identitas Nasional Indonesia meliputi segenap yang dimiliki bangsa
Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain seperti kondisi geografis, sumber kekayaan
alam Indonesia, demografi atau kependudukan Indonesia, ideolgi dan agama, politik negara,
ekonomi, dan pertahanan keamanan.
Berdasarkan hakikat pengertian identitas Nasional sebagaimana dijelaskan di atas maka
identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih
popular disebut sebagai kepribadian suatu bangsa. Pengertian kepribadian suatu bangsa adalah
keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-individu sebagai unsur yang membentuk
bangsa tersebut.Oleh karena itu pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan
dengan pengertian peoples character atau National Identity. Dalam hubungannya dengan
identitas nasional Indonseia, kepribadian bangsa Indonesia kiranya sangat sulit jikalau hanya
dideskripsikan berdasarkan cirri khas fisik. Hal ini mengingat bangsa Indonesia itu terdiri atas
berbagai macam unsure etnis, ras, suku, kebudayaan, agama, serta karakter yang sejak asalnya
memang memiliki perbedaan. Oleh karena itu kepribadian bangsa Indonesia sebagai suatu
identitas nasional secara historis berkembang dan menemukan jati dirinya setelah Proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Proses pembentukan identitas nasional umumnya membutuhkan waktu dan perjuangan
panjang diantara warga bangsa-negara yang bersangkutan. Hal ini disebabkan identitas nasional
adalah hasil kesepakatan masyarakat bangsa itu.
Setelah bangsa Indonesia bernegara, mulai dibentuk dan disepakati apa-apa yang dapat
menjadi identitas nasional Indonesia. Bisa dikatakan bangsa Indonesia relative berhasil dalam
membentuk identitas nasionalnya kecuali pada saat proses pembentukan ideology.
Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain yang
menunjukkan karakter bangsa Indonesia.

a.

Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia berawal dari
rumpun bahasa melayu yang dipergunakan sebagai bahasa pergaulan yang kemudian diangkat
sebagai bahasa pergaulan yang kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28
Oktober 1928. Bangsa Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional
sekaligus sebagai identitas nasional Indonesia.

b. Bendera Negara yaitu sang merah putih, warna merah berarti berani dan putih berarti suci.
Lambang merah putih sudah dikenal pada masa kerajaan Indonesia yang kemudian diangkat
sebagai bendera Negara.
c. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya, Indonesia raya sebagai lagu kebangsaan yang pada
tanggal 28 Oktober 1928 dinyanyikan untuk pertama kali sebagai lagu kebangsaan Negara.
d. Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila
Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan lambang Negara.
e. Semboyan Negara adalah bhineka Tunggal Ika. Bhineka tunggal Ika artinya berbeda-beda tetap
satu jua. Menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sebagai bangsa heterogen, namun tetap
berkeinginan untuk menjadi satu bangsa yaitu bangsa Indonesia.,
f. Dasar falsafah Negara yaitu Pancasila, berisi lima dasar yang dijadikan sebagai dasar
filsafat Negara Indonesia. Pancasila merupakan identitas nasional yang berkedudukan sebagai
dasar Negara dan ideology nasional Indonesia.
g. Konstitusi(Hukum Dasar) Negara yaitu UUD 1945..
Merupakan hukum tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata urutan perundangan
dan dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan Negara.
h. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Bentuk Negara adalah
kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. System politik yang digunakan adalah
demokrasi.
i. Konsepsi Wawasan Nusantara, sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
j. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional, berbagai kebudayaan dari
kelompok-kelompok bangsa Indonesia yang memiliki cita rasa tinggi, dapat dinikmati dan
diterima oleh masyarakat luas yang merupakan kebudayaan Nasional, kebudayaaan nasional
adalah puncak-puncak dari kebudayaan daerah.
Menurut saya cara untuk menanamkan identitas Nasional sebagai karakter bangsa
sehingga menjadi pendidikan karakter diantaranya:
1. Menanamkan pada diri sendiri akan kebanggaan terhadap bangsa Indonesia yang berbeda
dengan bangsa lain.
2. Menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air seperti: Bendera Merah Putih, Lambang Negara,
Bahasa Indonesia, dan sebagainya.
3. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, lingkungan
masyarakat, maupun di dalam keluarga.
4. Mencintai mata uang rupiah sebagai alat tukar yang sah dalam ekonomi Indonesia, serta salah
satu ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain.
5. Mempertahankan kebudayaan nusantara yang beragam sebagai bukti kekayaan budaya
Indonesia.
6. Mentaati hukum yang berlaku di Indonesia, sebagai bukti bahwa Negara Indonesia adalah
Negara hukum.
7. Menjaga kekayaan alam Indonesia agar tidak diambil oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Sumber:

Syamsir. 2009. Buku Ajar Pendidikan kewarganegaraan. Padang: UNPPress.


Kaelan, dan Zubaidi, Achmad. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.
Winarno. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara

4. Komponen-Komponen Yang terlibat Dalam Menegakkan Negara Hukum


Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Hal ini tertuang secara jelas dalam pasal 1 ayat 3
UUD 1945 perubahan ketiga yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara hukum. Artinya,
Negara Kesatuan republik Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak
berdasar kekuasaan (machtstaat), dan pemerintahan berdasarkan system konstitusi (hukum
dasar), bukan absolutism (kekuasaan yang tidak terbatas).
Di era reformasi salah satu tuntutan masyarakat adalah menegakkan supremasi yang
menjadikan hukum sebagai panglima. Orientasi impletasi penegak hukum (law enforcement)
secara tegas dan konsisten dan setiap pelanggaran harus diselesaikan melalui prosedur hukum
yang
berlaku. Artinya masyarakat kekuasaan pemerintah dan negara untuk tunnduk pada
hukum tanpa adanya diskriminatif dan segala permasalahan hukum wajib diselesaikan melalui
prosedur hukum yang berlaku. Menegakkan supremasi hukum adalah melaksanakan penegakan
hukum secara tegas konsekuen dan konsisten dalam segala bentuk permasalahan hukum baik
hukum pidana maupun hukum perdata.
Namun demikian untuk menegakkan Negara dengan hukum yang berkeadilan dan kebenaran
melibatkan komponen:
1. Badan-badan kehakiman yang kokoh kuat, adil, dan bijaksana yang tidak mudah dipengaruhi
oleh lembaga-lembaga lainnya.
2. Pemimpin eksekutf (presiden) yang diwajibkan bekerja sama dengan badan-badan kehakiman
untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan sehat serta bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme demi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
3. Aparat penegak hukum ( TNI dan POLRI), berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002 yang
mengemban amanat demokrasi, yang melayani masyarakat serta memberikan perlindungan hakhak asasi manusia.
4. Rakyat yang dituntut untuk mengabdi kepada kepentingan nasional, dengan mentaati hukum
yang berlaku di Indonesia.

Kenapa Negara hukum bisa dipisahkan dengan HAM? Sedangkan HAM tidak bisa
dipisahkan dengan Negara hukum.
Negara hukum berkaitan dengan hak asasi manusia. Sebab, salah satu ciri dari Negara
hukum adalah adanya jaminan atas hak asasi manusia. Oleh karena itu, Negara hukum
bertanggung jawab atas perlindungan dan penegakkan hak asasi warganya. Namun Negara
hukum bisa dipisahkan dengan hak asasi manusia apabila tidak adanya pengakuan dan
perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan di bidang politik, hukum, social,
ekonomi dan kebudayaan. Serta adanya peradilan yang dipengaruhi oleh kekuasaan atau
kekuatan lain yang memihak.

Contohnya: Apabila seorang pejabat Negara yang korupsi puluhan miliaran yang merugikan
uang Negara diberikan hukuman yang tidak sesuai dengan perbuatan jahatnya seperti di rumah
tahanan diberikan fasilitas yang mewah, bisa keluar masuk dari tahanan karena adanya suatu
kekuatan yaitu kekuatan uang. Sebaliknya seorang warga biasa yang ketahuan mencuri seekor
kambing, oleh pengadilan diberikan hukuman yang sama dengan para koruptor bahkan di sel
tahanan dia disiksa. Ini berarti pelanggaran HAM pasal 28 D. karena menurut saya hukum di
Indonesia hanya menjalankan yang tertulis bukan memahaminya dengan perasaan.

Anda mungkin juga menyukai