POLITIK
sistem politik didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila.
Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas
moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan
moral keadilan. Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara
negara dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku
politik yang santun dan bermoral.
perbuatan itu menurutnya tidak baik karena dia merasa itu bukan haknya dan haram bila dimakan
sehingga dia menahan perutnya yang kelaparan. Jika dilihat dari kondisi orang tersebut, maka tak
patutlah hukum banyak bicara dan lebih memfokuskan tentang hak hidup orang tersebut, karena
hukum juga memberikan perlindungan kehidupan yang layak.
pelaksanaannya dan penyelenggaraan Negara, maka niscahaya hukum tidak akan mencapai suatu
keadilan bagi kehidupan kemanusiaan.
Selain itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai pancasila adalah berifat objektif dan
subjektif. Artinya esensi nilai-nilai pancasila adalah universal yaitu ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Sehingga memungkinkan dapat diterapkan pada Negara lain
barangkali namanya bukan pancasila. Artinya jika suatu Negara menggunakan prinsip filosofi
bahwa Negara berketuhana, berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan,
maka Negara tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai sila-sila pancasila.
1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
Di era sekarang sekarang ini, tampaknya kebutuhan akan norma etika untuk kehidupan
berbangsa dan bernegara masih perlu bahkan amat penting untuk ditetapkan. Hal ini terwujud
dengan keluarnya ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat yang merupakan penjabaran nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman
dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai-nilai
keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat.
Etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat bertujuan untuk:
Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan kehidupan
kebangsaan dalam berbagai aspek
Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Etika kehidupan berbangsa meliputi sebagai berikut:
Etika sosial dan Budaya
Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali
sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan tolongmenolong di antara sesame manusia dan anak bangsa. Senada dengan itu juga
menghidupkansuburkan kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang
bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Etika pemerintahan dan politik
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efesien, dan efektif
serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, tanggung
jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, serta
menjujunjung tinggi hak asasi manusia.
Etika ekonomi dan bisnis
Etika ini bertujuan agar prinsip dan prilaku ekonomi baik oleh pribadi, institusi, maupun
keputusan dalam bidang ekonomi dapat melahirkan ekonomi dengan kondisi yang baik dan
realitas.
Etika penegakan hukum yang berkeadilan
Etika ini bertujuan agar penegakan hukum secara adil, perlakuan yang sama dan tidak
diskriminatif terhadap setiap warga Negara di hadapan hukum, dan menghindarkan peggunaan
hukum secara salah sebagai alat kekuasaan.
Etika keilmuan dan disiplin kehidupan
Etika ini diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi
agar mampu berpikir rasional, kritis, logis, dan objektif.
Dengan berpedoman pada etika kehidupan berbangsa tersebut, penyelenggara Negara dan
warga Negara berprilaku secara baik bersumber pada nilai-nilai pancasila dalam kehidupannya.
Etika kehidupan berbangsa tidak memiliki sanksi hukum. Namun sebagai semacam kode etik,
pedoman etik berbangsa memberikan sanksi moral bagi siapa saja yang berprilaku menyimpang
dari norma-norma etik yang baik. Etika kehidupan berbangsa ini dapat kita pandang sebagai
norma etik Negara sebagai perwujudan dari nilai-nilai dasar Pancasila.
Etika dan moral bagi manusia dalam kehiduan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat,
senantiasa bersifat relasional. Hal ini berarti bahwa etika serta moral yang terkandung dalam silasila Pancasila, tidak dimaksudkan untuk manusia secara pribadi, namun secara relasioanal
senantiasa memiliki hubungan dengan yang lain baik kepada Tuhan yang maha esa maupun
kepada manusia lainnya.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
Sumber:
Winarno. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara
Kaelan, dan Zubaidi, Achmad. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.
Kaelan. 2009. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Pancasila sebagai sistem dan sistem filsafat secara hierarkis dan Piramidal
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang
dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagiam-bagian yang saling berhubungan, kerja sama
untuk satu tujuan tertentu dan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Ciri-ciri sistem:
Suatu kesatuan bagian-bagian
Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
Saling berhubungan dan ketergantungan
Untuk mencapai tujuan yang sama.
Terjadi dalam suatu lingkungan yang komplek (shore dan Voich, 1974:22).
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila. Setiap sila pada
hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri, tujuan tertentu yaitu suatu
masyarakat yang adil makmur berdasarkan Pancasila.
Isi sila-sila pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Dasar filsafat Negara
Indonesia terdiri atas lima sila yang masing-masing suatu asas beradab. Namun demikian silasila pancasila itu bersama-sama merupakan suatu kesatuan dan keutuhan, setiap sila merupakan
suatu unsure (bagian yang mutlak) dari kesatuan pancasila.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan organis. Antara sila-sila pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan
saling mengkualifikasi. Sila yang satu dikualifikasi oleh sila-sila lainnya. Dengan demikian maka
Pancasila pada hakikatnya merupakan sistem, dalam pengertian bahwa bagian-bagian pancasila
berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai
suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam pancasila yaitu
pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya
sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan masyarakat bangsa Indonesia yang nilai-nilainya
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai suatu sistem mempunyai susunan secara hirarkis dan piramidal.
Piramidal menggambarkan hubungan hierarki sila-sila dari pancasila dalam urutan yang luas
(kuantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya (kualitas). Kalau dilihat dari intinya, urut-urutan
lima sila menunujukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi sifatnya, jika lima sila itu
mempunyai maksud yang demikian, maka diantara kelima sila ada hubungan yang mengikat
yang satu kepada yang lain sehingga Pancasila merupakan suatu kesatuan keseluruhan yang
bulat.Andai sila satu dengan sila yang lainnya tidak mempunyai sangkut- pautnya, maka
Pancasila itu sendiri akan menjadi terpecah-pecah, oleh karena itu tidak dapat dijadikan suatu
asas kerohanian bagi suatu Negara.
Dalam susuan hirarkis dan pyramidal ini, maka Ketuhanan yang maha esa menjadi basis
kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan, dan keadilan. Sebaliknya Ketuhanan Yang Maha
1.
2.
3.
4.
5. Sila kelima: keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh silasila Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan.
Secara ontologis kesatuan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem bersifat hirarkis dan
berbentuk pyramidal yaitu:
Bahwa hakikat adanya Tuhan adalah ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa Prima.
Oleh karena itu segala sesuatu yang ada termasuk manusia yang diciptakan oleh Tuhan (sila 1).
Adapun manusia adalah sebagai subjek pendukung Negara, karena Negara adalah lembaga
kemanusiaan, Negara itu adalah sebagai persekutuan hidup bersama yang anggotanya adalah
manusia (sila 2). Maka Negara adalah akibat adanya manusia yang bersatu (sila 3). Sehingga
terbentuklah persekutuan hidup bersama yang disebut rakyat. Rakyat adalah sebagai totalitas
individu-individu Negara yang bersatu. (sila 4). Keadilan pada hakikatnya merupakan tujuan
suatu keadilan dalam hidup bersama atau dengan kata lain perkataan keadilan sosial (sila 5).
Sebagai suatu sistem filsafat pancasila memiliki dasar ontologis, dasar epistomologis, dan
dasar aksiologis. Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki
hakikat mutlak monopluralis. Subjek pendukung pokok sila-sila pancasila adalah manusia, yaitu
bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
bepersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia.
Dasar epistomologis Pancasila pada hakikatnya tidak bisa dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Karena hal yang mendasar dalam epistomologis yaitu, pertama tentang sumber
pengetahuan manusia, kedua teori tentang kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak
pengetahuan manusia. Kemudia sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memilki
satu kesatuan dasar aksiologisnya, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang pada
hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.
3.
a.
Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia berawal dari
rumpun bahasa melayu yang dipergunakan sebagai bahasa pergaulan yang kemudian diangkat
sebagai bahasa pergaulan yang kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28
Oktober 1928. Bangsa Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional
sekaligus sebagai identitas nasional Indonesia.
b. Bendera Negara yaitu sang merah putih, warna merah berarti berani dan putih berarti suci.
Lambang merah putih sudah dikenal pada masa kerajaan Indonesia yang kemudian diangkat
sebagai bendera Negara.
c. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya, Indonesia raya sebagai lagu kebangsaan yang pada
tanggal 28 Oktober 1928 dinyanyikan untuk pertama kali sebagai lagu kebangsaan Negara.
d. Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila
Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan lambang Negara.
e. Semboyan Negara adalah bhineka Tunggal Ika. Bhineka tunggal Ika artinya berbeda-beda tetap
satu jua. Menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sebagai bangsa heterogen, namun tetap
berkeinginan untuk menjadi satu bangsa yaitu bangsa Indonesia.,
f. Dasar falsafah Negara yaitu Pancasila, berisi lima dasar yang dijadikan sebagai dasar
filsafat Negara Indonesia. Pancasila merupakan identitas nasional yang berkedudukan sebagai
dasar Negara dan ideology nasional Indonesia.
g. Konstitusi(Hukum Dasar) Negara yaitu UUD 1945..
Merupakan hukum tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata urutan perundangan
dan dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan Negara.
h. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Bentuk Negara adalah
kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. System politik yang digunakan adalah
demokrasi.
i. Konsepsi Wawasan Nusantara, sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
j. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional, berbagai kebudayaan dari
kelompok-kelompok bangsa Indonesia yang memiliki cita rasa tinggi, dapat dinikmati dan
diterima oleh masyarakat luas yang merupakan kebudayaan Nasional, kebudayaaan nasional
adalah puncak-puncak dari kebudayaan daerah.
Menurut saya cara untuk menanamkan identitas Nasional sebagai karakter bangsa
sehingga menjadi pendidikan karakter diantaranya:
1. Menanamkan pada diri sendiri akan kebanggaan terhadap bangsa Indonesia yang berbeda
dengan bangsa lain.
2. Menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air seperti: Bendera Merah Putih, Lambang Negara,
Bahasa Indonesia, dan sebagainya.
3. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, lingkungan
masyarakat, maupun di dalam keluarga.
4. Mencintai mata uang rupiah sebagai alat tukar yang sah dalam ekonomi Indonesia, serta salah
satu ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain.
5. Mempertahankan kebudayaan nusantara yang beragam sebagai bukti kekayaan budaya
Indonesia.
6. Mentaati hukum yang berlaku di Indonesia, sebagai bukti bahwa Negara Indonesia adalah
Negara hukum.
7. Menjaga kekayaan alam Indonesia agar tidak diambil oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Sumber:
Kenapa Negara hukum bisa dipisahkan dengan HAM? Sedangkan HAM tidak bisa
dipisahkan dengan Negara hukum.
Negara hukum berkaitan dengan hak asasi manusia. Sebab, salah satu ciri dari Negara
hukum adalah adanya jaminan atas hak asasi manusia. Oleh karena itu, Negara hukum
bertanggung jawab atas perlindungan dan penegakkan hak asasi warganya. Namun Negara
hukum bisa dipisahkan dengan hak asasi manusia apabila tidak adanya pengakuan dan
perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan di bidang politik, hukum, social,
ekonomi dan kebudayaan. Serta adanya peradilan yang dipengaruhi oleh kekuasaan atau
kekuatan lain yang memihak.
Contohnya: Apabila seorang pejabat Negara yang korupsi puluhan miliaran yang merugikan
uang Negara diberikan hukuman yang tidak sesuai dengan perbuatan jahatnya seperti di rumah
tahanan diberikan fasilitas yang mewah, bisa keluar masuk dari tahanan karena adanya suatu
kekuatan yaitu kekuatan uang. Sebaliknya seorang warga biasa yang ketahuan mencuri seekor
kambing, oleh pengadilan diberikan hukuman yang sama dengan para koruptor bahkan di sel
tahanan dia disiksa. Ini berarti pelanggaran HAM pasal 28 D. karena menurut saya hukum di
Indonesia hanya menjalankan yang tertulis bukan memahaminya dengan perasaan.