Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menyebabkan kematian,disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak. Tingkat insidensi stroke meningkat dengan
pertambahan usia yang lebih sering pada pria dibandingkan wanita. Dengan
beberapa faktor resiko hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes, merokok,
konsumsi alkohol, and oral contraceptive use.
Secara umum, stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke baik iskemik maupun hemoragik dapat mengakibatkan
kerusakan bahkan sampai kematian sel otak. Akibat dari keadaan tersebut dapat
timbul suatu kelainan klinis sebagai akibat dari kerusakan sel otak pada bagian
tertentu tetapi juga dapat berakibat terganggunya proses aktivitas mental atau
fungsi kortikal luhur termasuk fungsi kognitif. Ada banyak faktor resiko dari
stroke, diantaranya hipertensi, obesitas, hiperlipidemia, diabetes mellitus,
merokok, kelainan jantung dan konsumsi alkohol. Dampak dari serangan stroke
sangat bergantung pada lokasi dan luasnya kerusakan, dan juga usia serta status
kesehatan sebelum stroke.
Stroke hemoragik memiliki resiko kematian yang lebih tinggi dari
iskemik. Sekitar 20% dari penderita stroke akan bergantung pada orang lain
untuk melakukan kegiatan sehari-hari (seperti mencuci, berpakaian, dan berjalan)
pada 12 bulan pertama. Dan sekitar 10-16% penderita stroke memiliki resiko
untuk mengalami serangan ulang, dan resiko kematian akibat stroke menjadi dua
kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Usaha pencegahan serangan
stroke yang dapat dilakukan adalah menyingkirkan faktor resiko (konsumsi
alkohol, merokok, dan lain-lain), terutama bagi mereka yang memiliki tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, diabetes mellitus, dan kolesterol darah tinggi.

BAB 2
1

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskuler.
2.2 Klasifikasi Stroke
Menurut (Waxman, 2010) Klasifikasi Stroke yaitu:
a) Stroke iskemik
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
2. Trombosis serebri
3. Emboli serebri
b) Stroke hemoragik
1. Perdarahan subdural
2. Perdarahan subarakhnoid
3. Perdarahan intraserebral
2.2.1 Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak
(disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau kedalam
ruang subaraknoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis
stroke yang paling mematikan dan merupakan sebagian kecil dari stroke total
yaitu 10-15% perdarahan intraserebrum dan sekitar 5% untuk perdarahan
subaraknoid. Stroke hemoragik merupakan 15% sampai 20% dari semua stroke,
dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga
terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan
otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan
subaraknoid (PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV).
Stroke atau cidera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak.

Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan


subarachnoid yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah tertentu. Stroke hemoragik adalah jika suatu pembuluh darah di otak
pecah sehingga timbul iskemia di otak dan hipoksia disebelah hilir.
2.2.2 Klasifikasi
Menurut Snell, 2007 Klasifikasi Stroke Hemoragik
a. Perdarahan Sub Dural (PSD) Perdarahan subdural terjadi diantara
duramater dan araknoid. Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan
(bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus
venosus di dalam dura mater atau karena robeknya araknoid.
b. Perdarahan Sub Araknoid (PSA) Perdarahan Subaraknoid (PSA) adalah
keadaan

akut

dimana

terdapatnya/masuknya

darah

ke dalam

ruangan

subaraknoid, atau perdarahan yang terjadi di pembuluh darah di luar otak, tetapi
masih di daerah kepala seperti di selaput otak atau bagian bawah otak. PSA
menduduki 7-15% dari seluruh kasus Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO).
PSA paling banyak disebabkan oleh pecahnya aneurisma (50%).
c. Perdarahan Intra Serebral (PIS) Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah
perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan
bukan disebabkan oleh trauma, dimana 70% kasus PIS terjadi di kapsula interna,
20% terjadi di fosa posterior (batang otak dan serebelum) dan 10% di hemisfer
(di luar kapsula interna). PIS terutama disebabkan oleh hipertensi (50-68%).
2.2.3 Etiologi
Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari :
Hemoragik serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan
kedalam jaringan otak atau seluruh ruang sekitar otak). Akibatnya adalah
penghentian suplai darah ke otak.
Hemoragik serebral dapat terjadi diberbagai tempat, yaitu :
1. Hemoragik obstrudural
2. Hemoragik subdural

3. Hemoragik subarachnoid
4. Hemoragik intraserebral
2.2.4 Faktor Resiko
Menurut Stroke Association tahun 2012 faktor-faktor risiko untuk
terjadinya stroke dapat dikategorikan sebagai berikut :
Faktor yang tidak dapat dirubah adalah :
Usia
Risiko stroke menjadi berlipat ganda pada usia di atas 55 tahun.
Hereditas
Risiko terkena stroke akan lebih besar jika terdapat riwayat stroke pada
keluarga.
Ras
Ras Afrika-Amerika lebih rentan terkena stroke karena memiliki risiko
hipertensi, diabetes, dan obesitas lebih tinggi.
Jenis kelamin
Stroke lebih sering menyerang pria dibanding wanita, namun kematian akibat
stroke lebih banyak terjadi pada wanita.
Riwayat stroke sebelumnya, TIA, atau serangan jantung
Risiko stroke akan meningkat pada orang yang telah mengalami stroke atau
serangan jantung sebelumnya, atau pada orang yang mengalami TIA risiko
akan meningkat 10 kali , karena itu merupakan peringatan akan kejadian
stroke.
Faktor yang dapat dirubah :
Hipertensi
Hipertensi merupakan penyebab penting dan paling banyak terjadinya stroke.
Pengobatan yang efektif terhadap hipertensi adalah kunci untuk menurunkan
angka kejadian stroke dan kematian akibat stroke.

Merokok

Beberapa tahun terkahir, banyak studi menunjukkan bahwa merokok adalah


faktor risiko penting untuk stroke. Nikotin dan karbon monoksida dari
merokok membahayakan sistem kardiovaskular.

Diabetes melitus

Diabetes merupakan faktor risiko independen untuk stroke. Orang dengan


diabetes umunya disertai dengan hipertensi, hiperkolesterolemia, dan berat
badan berlebih sehigga meningkatkan risiko terjadinya stroke.
Penyakit arteri karotis atau arteri lainnya
Arteri karotis berperan untuk menyuplai darah ke otak, jika terjadi
pendangkalan arteri akibat aterosklerosis atau penyakit stenosis arteri karotis,
maka suplai darah ke otak akan terganggu dan risiko terjadinya stroke akan
meningkat.
Penyakit jantung
Penyakit jantung koroner, penyakit katup jantung, penyakit jantung bawaan,
atau kardiomegali dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke. Keadaan atrial
fibrilasi juga dapat mengakibatkan stroke jika terjadi pembentukan bekuan
darah yang memasuki aliran darah dan menyumbat pada arteri yang
menyuplai darah ke otak.
Sickle-cell disease
Pada penderita Sickle-cell disease kemampuan sel darah merah untuk
membawa oksigen akan menurun. Sickle-cell ini juga dapat melekat pada
dinding pembuluh darah dan dapat memblok arteri menuju otak sehingga
menyebabkan stroke.
Hiperkolesterolemia
Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah adalah risiko untuk kejadian
aterosklerosis, yang juga akan meningkatkan risiko kejadian stroke.
Asupan makanan yang buruk
Diet yang tingggi lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kemudian diet tinggi sodium
atau garam juga berperan terhadap peningkatan tekanan darah. Selain itu,
kalori berlebih juga berkontribusi terhadap kejadian obesitas. Jadi, asupan

makanan yang buruk akan menghasilkan keadaan dengan risiko tinggi


terhadap stroke.
Physical inactivity dan Obesitas
Ketidakatifan fisik, obesitas, atau keduanya akan meningkatkan risiko
hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan stroke. Cobalah aktif beraktivitas
minimal 30 menit setiap hari.
2.2.5 Patofisiologi Stroke Hemoragik
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan
perdarahan subarachnoid. Insidens perdarahan intrakranial kurang lebih 20 %
adalah stroke hemoragik, dimana masing-masing 10% adalah perdarahan
subarachnoid dan perdarahan intraserebral.
Perdarahan

intraserebral

biasanya

timbul

karena

pecahnya

mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling


sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan batang otak. Hipertensi
kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100 400 mikrometer
mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut berupa
lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Pada
kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan
rupturnya penetrating arteri yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah
kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler yang
akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan volume
perdarahan semakin besar.
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat
menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di dearah yang
terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena
ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis.
Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar
permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang
subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya
aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous malformation (AVM).

2.2.6 Manifestasi Klinis


1. kehilangan motorik
a. hemiplegia, hemiparesis
b. paralisi flaksid dan kehilangan atau penurunan tendon profunda
2. kehilangan komunikasi
a. Disartria adalah tidak mampu mengucapkan kata dengan baik
b. Disfagia adalah tidak bias menelan makanan atau minuman
c. Afasia adalah gangguan fungsi bicara
d. Apraksia adalah tidak dapat melakukan gerakan ketika diperintah
3. gangguan konseptual
a. hamonimus hemia hopia (kehilangan setengah dari lapang pandang)
b. gangguan dalam hubungan visual-spasial
c. kehilangan sensorik
4. kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis:
a. kerusakan lobus frontal: kapasitas belajar memori, atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami kerusakan
disfungsi tersebut kesulitan dalam komperhensi, cepat lupa dan kurang
komperhensi.
b. depresi, masalah sikologis lainya. Kelabilan emosional, bermusuhan,
frustasi, menarik diri, dan kurang kerja sama.
5. disfungsi kandung kemih:
a. inkontinensia urinarius transia
b. inkontinensia urinarius peristen / retensi urin
c. inkontinensia urin dan defekasi berkelanjutan.
2.2.7 Komplikasi
Menurut (Greenberg, 2004) Stroke hemoragik dapat menyebabkan
1. Infark Serebri
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3. Fistula caroticocavernosum
4. Epistaksis
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

2.2.8 Penatalaksanaan
Terapi Umum
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >
30 ml, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefhalus, dan keadaan klinis
cenderung memburuk.
Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 1520% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130
mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan
darah harus segera diturunkan dengan labetalol IV 10mg (pemberian dalam 2
menit) sampai 20mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300mg. enalapril
IV 0,625-1,25mg /6jam; kaptopril 3x6,25 25mg/oral.
Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala
dinaikkan 30, posisi kepala dan dada disatu bidang, pemberian manitol dan
hiperventilasi (pCO2 20-35mmHg). Tukak lambung diatasi dengan antagonis H2
parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton, komplikasi saluran nafas
dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotic sprektrum luas.
Terapi Khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator.
Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien
yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter
>3cm, hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau cerebelum,
dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatan
intracranial dan ancaman herniasi. Pada perdarahan subarakhnoid, dapat
digunakan antagonis kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi,
ekstirpasi, maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau
malforasi arteri-vena (arteriovenous malformation, AVM).

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PRIBADI
Nama

: Siti Kuriah Galingging

Jenis kelamin

: Perempuan

Usia

: 50 Tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Sidikalang

Suku bangsa

: Batak

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Petani

Tanggal masuk

: 13 Desember 2016

Tanggal keluar

:-

ANAMNESIS
Keluhan Utama

:Penurunan Kesadaran

Telaah

:Pasien datang ke Rumah Sakit Haji Medan dalam


keadaan tidak sadarkan diri sejak 5 hari sebelum
masuk rumah sakit, didapatkan bahwa kehilangan
kesadaran secara tiba-tiba saat os beraktivitas
(pekerjaan rumah tangga), riwayat sakit kepala (-),
kejang (-), muntah menyembur (+) sebanyak 2
kali, riwayat hipertensi (+) dengan pengobatan
yang tidak teratur. Riwayat stroke (+) sekitar 1
tahun yang lalu dengan lemah lengan dan tungkai

10

sebelah kiri. os belum pernah head CT Scan, DM


(-),jantung (-)
Riwayat Penyakit Terdahulu : Hipertensi (+), Stroke (+)
Riwayat Penggunaan Obat

: Pengobatan hipertensi yang tida

ANEMNESIS TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius

: Hipertensi

Traktus Respiratorius

: Dalam Batas Normal

Traktus Digestivus

: Dalam Batas Normal

Traktus Urogenitalis

: Dalam Batas Normal

Penyakit terdahulu &kecelakaan : Hipertensi


Intoksikasi & Obat-obatan

: Tidak Dijumpai

ANAMNESIS KELUARGA
Faktor Herediter

:-

Faktor Familier

:-

Lain-lain

:-

ANAMNESIS SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan

: Normal

Imunisasi

: Tidak Jelas

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Petani

Perkawinan dan anak

: Menikah, Anak 7

11

PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanaan Darah

: 160/100 mmHg

Nadi

: 83 x/menit

Frekuensi Nafas

: 24 x/menit

Temperatur

: 37oC

Kulit dan Selaput lendir

: Sulit Dinilai

KGB

: Dalam Batas Normal

Persendian

: Sulit Dinilai

KEPALA DAN LEHER


Bentuk dan posisi

: Normocephali

Pergerakan

: Pasif

Kelainan Panca Indera

: Sulit Dinilai

Rongga Mulut dan Gigi

: Sulit Dinilai

Kelenjar Parotis

: Sulit Dinilai

Desah

: Sulit Dinilai

Dan lain-lain

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

RONGGA DADA DAN ABDOMEN


Rongga dada
Inspeksi

: Simetris kanan=kiri

Palpasi

: Sulit Dinilai

Perkusi

: Sonor dikedua lapang paru

Auskultasi

: Vesikuler

12

Rongga Abdomen
Inspeksi

: Simetris

Palpasi

: Soepel

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Peristaltik usus normal

GENITALIA
Toucher

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

STATUS NEUROLOGI
SENSORIUM

: Somnolen (GCS: E=2 M=2 V=4)

KRANIUM
Bentuk

: Normocephali

Fontanella

: Tertutup, Keras

Palpasi

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Perkusi

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Auskultasi

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Transluminasi

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku Kuduk

:-

Tanda Kernig

:-

Tanda Laseque

:-

Tanda Brudzinski I

:-

Tanda Brudzinski II

:-

13

PENINGKATAN TEKANAN INTRA KRANIAL


Muntah

: (+) proyektil

Sakit Kepala

:-

Kejang

:-

SARAF OTAK/NERVUS KRANIALIS


NERVUS I

Meatus Nasi Dextra

Meatus Nasi Sinistra

Normosmia

Sulit Dinilai

Anosmia

Sulit Dinilai

Parosmia

Sulit Dinilai

Hiposmia

Sulit Dinilai

NERVUS II

Oculi Dextra (OD)

Visus

Oculi Sinistra (OS)

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Lapangan Pandang

Normal

Sulit Dinilai

Menyempit

Sulit Dinilai

Hemianopsia

Sulit Dinilai

Scotoma

Sulit Dinilai

Reflek Ancaman

Sulit Dinilai

Fundus Oculi

Warna

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Batas

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

14

Ekscavatio

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Arteri

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Vena

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

NERVUS III, IV, VI

Kanan

Kiri

Gerakan Bola mata

Sulit Dinilai

Nistagmus

Sulit Dinilai

Pupil

Lebar

Bentuk

Reflek Cahaya Langsung

Reflek Cahaya Tak Langsung :

Rima Palpebra

: Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal

Deviasi Konjugate

Fenomena Dolls Eye

Strabismus

NERVUS V

3mm
bulat/isokor

Sulit Dinilai

Kanan

Motorik

Membuka & Menutup Mulut

Sulit Dinilai

3mm
bulat/isokor

Sulit Dinilai

Kiri

15

Palpasi Otot Masetter & Temporalis:

Sulit Dinilai

Kekuatan Gigitan

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Sensorik

Kulit

Sulit Dinilai

Selaput Lendir

Sulit Dinilai

Reflek Kornea

Langsung

Tidak Langsung

Refleks Masetter

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Reflek Bersin

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

NERVUS VII

Kanan

Kiri

Motorik

Mimik

Simetris

Kerut Kening

Sulit Dinilai

Menutup mata

Sulit Dinilai

Meniup sekuatnya

Sulit Dinilai

Memperlihatkan gigi

Sulit Dinilai

Sudut Mulut

Simetris

Sensorik

16

Pengecapan 2/3 depan Lidah

Produksi Kelenjar Ludah

Sulit Dinilai

Hiperakusis

Sulit Dinilai

Reflek Stapedial

Sulit Dinilai

NERVUS VIII

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Kanan

Kiri

Sulit Dinilai

Auditirius

Pendengaran

Sulit Dinilai

Test Rinne

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Test Weber

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Test Schwabach

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Vestibularis

Nistagmus

Sulit Dinilai

Reaksi Kalori

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Vertigo

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Tinnitus

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

NERVUS IX, X
Palatum Mole

: Sulit Dinilai

Uvula

: Sulit Dinilai

17

Disfagia

: Sulit Dinilai

Disartria

: Sulit Dinilai

Disfonia

: Sulit Dinilai

Reflek Muntah

Pengecapan 1/3 Belakang Lidah

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

NERVUS XI
Mengangkat bahu

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Fungsi Otot SCM

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

NERVUS XII
Lidah

Tremor

: Sulit Dinilai

Atrofi

: Sulit Dinilai

Fasikulasi

: Sulit Dinilai

Ujung Lidah sewaktu istirahat

: Medial

Ujung lidah sewaktu dijulurkan

: Sulit Dinilai

SISTEM MOTORIK

Kanan

Kiri

Trofi

Normotrofi

Normotrofi

Tonus Otot

Normotonus

Normotonus

Kekuatan Otot

: Lateralisasi ke kanan
ESD : SDN

ESS: SDN

EID : SDN

EIS : SDN

18

Sikap (duduk, berdiri, berbaring)

: Berbaring

Gerakan Spontan Abnormal

Tremor

:-

Khorea

:-

Ballismus

:-

Mioklonus

:-

Atetosis

:-

Distonia

:-

Spasme

:-

TIC

:-

Dan lain-lain

:-

TES SENSIBILITAS
Eksteroseptif

: Nyeri (SDN), Suhu (TDP), Raba (TDP)

Propioseptif

: Gerak (Pasif), Posisi (berbaring), Tekanan


(TDP), Getar (TDP)

Fungsi Kortikal untuk sensibilitas

Stereognosis

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Pengenalan dua titik

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

19

Grafestesia

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

REFLEK
Reflek Fisiologis

Kanan

Kiri

Biceps

++

++

Triceps

++

++

Radioperiost

++

++

APR

++

++

KPR

++

++

Strumple

Kanan

Kiri

Reflek Patologis

Babinski

Oppenheim

Chaddock

Gordon

Schaefer

Hoffman-Tromner

Klonus Lutut

20

Klonus Kaki

Reflek Primitif

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

KOORDINASI
Lenggang

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Bicara

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Menulis

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Percobaan Apraksia

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Mimik

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Tes Telunjuk-Telunjuk

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Test Telunjuk-Hidung

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Diadokokhinesia

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Test Tumit-Lutut

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Test Romberg

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

VEGETATIF
Vasomotorik

: Sulit Dinilai

Sudomotorik

: Sulit Dinilai

Pilo-erektor

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Miksi

: + (via kateter)

Defekasi

:-

Potensi dan Libido

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

VERTEBRA
Bentuk

Normal

:+

21

Scoliosis

:-

Hiperlordosis

:-

Pergerakan

Leher

: Pasif

Pinggang

: Pasif

TANDA PERANGSANGAN RADIKULER


Laseque

:-

Cross Laseque

:-

Test Lhermitte

:-

Test Naffziger

:-

GEJALA-GEJALA SEREBELAR
Ataksia

: Sulit Dinilai

Disatria

: Sulit Dinilai

Tremor

: Sulit Dinilai

Nistagmus

: Sulit Dinilai

Fenomena rebound

: Sulit Dinilai

Vertigo
Dan lain-lain

: Sulit Dinilai
: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

GEJALA-GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
Tremor

: Sulit Dinilai

Rigiditas

: Sulit Dinilai

22

Bradikinesia

: Sulit Dinilai

Dan lain-lain

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif

: Somnolen

Ingatan Baru

: Sulit Dinilai

Ingatan Lama

: Sulit Dinilai

Orientasi

Diri

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Tempat

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Waktu

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Situasi

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Intelegensia

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Daya pertimbangan

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Reaksi emosi

: Sulit Dinilai

Afasia

Ekspresif

: Sulit Dinilai

Represif

: Sulit Dinilai

Apraksia
Agnosia

: Sulit Dinilai

23

Agnosia visual

: Sulit Dinilai

Agnosia jari-jari

: Sulit Dinilai

Akalkulia

: Sulit Dinilai

Disorientasi kanan-kiri : Sulit Dinilai

KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran
Telaah

:Keluhan utama penurunan kesadaran, riwayat hipertensi dengan


stroke 1 tahun yang lalu, sebelumnya ditemukan muntah yang
menyembur sebanyak 2 kali, pada pemeriksaan dolls eye
fenomena ditemukan hasil (+/+), mimic (+), tertarik kearah
kanan dan ditemukan lateralisasi ke arah kanan.

DIAGNOSIS
DIAGNOSIS FUNGSIONAL

: Hemiparese Dextra

DIAGNOSIS ETIOLOGIK

: Hipertensi

DIAGNOSIS ANATOMIK

: Sub Korteks

DIAGNOSIS KERJA

: Hemiparese Dextra ec. Stroke Hemoragik

PENATALAKSANAAN
-

Bedrest, head up 30
NGT dan Kateter terpasang

24

IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/IV
Inj. Ondansetron 1 amp/12 jam
Inj. Citicoline 250 mg/8 jam/IV

Rencana:
-

Head CT-Scan
DAFTAR PUSTAKA

Hartono. Kapita Selekta Neurologi. Gadjamada University Press.

Yogyakarta. 2009
Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jakarta: EGC. 2009.
Greenberg, Michael. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan

Greenberg Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2004.


Setyopranoto, I. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. Fakultas

Kedokteran Gajahmada. Yogyakarta 2011.


Snell, Richard. Neuroanatomi Klinik Edisi 5. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. 2008.


Ginsberg, Lionel. Neurologi Edisi 8. Jakarta: Erlangga. 2008.
Waxman, Stephen. 26th Edition Clinical Neuroanatomy. Mc Graw
Hill Medical: America. 2010

Anda mungkin juga menyukai