PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menyebabkan kematian,disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak. Tingkat insidensi stroke meningkat dengan
pertambahan usia yang lebih sering pada pria dibandingkan wanita. Dengan
beberapa faktor resiko hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes, merokok,
konsumsi alkohol, and oral contraceptive use.
Secara umum, stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke baik iskemik maupun hemoragik dapat mengakibatkan
kerusakan bahkan sampai kematian sel otak. Akibat dari keadaan tersebut dapat
timbul suatu kelainan klinis sebagai akibat dari kerusakan sel otak pada bagian
tertentu tetapi juga dapat berakibat terganggunya proses aktivitas mental atau
fungsi kortikal luhur termasuk fungsi kognitif. Ada banyak faktor resiko dari
stroke, diantaranya hipertensi, obesitas, hiperlipidemia, diabetes mellitus,
merokok, kelainan jantung dan konsumsi alkohol. Dampak dari serangan stroke
sangat bergantung pada lokasi dan luasnya kerusakan, dan juga usia serta status
kesehatan sebelum stroke.
Stroke hemoragik memiliki resiko kematian yang lebih tinggi dari
iskemik. Sekitar 20% dari penderita stroke akan bergantung pada orang lain
untuk melakukan kegiatan sehari-hari (seperti mencuci, berpakaian, dan berjalan)
pada 12 bulan pertama. Dan sekitar 10-16% penderita stroke memiliki resiko
untuk mengalami serangan ulang, dan resiko kematian akibat stroke menjadi dua
kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Usaha pencegahan serangan
stroke yang dapat dilakukan adalah menyingkirkan faktor resiko (konsumsi
alkohol, merokok, dan lain-lain), terutama bagi mereka yang memiliki tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, diabetes mellitus, dan kolesterol darah tinggi.
BAB 2
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskuler.
2.2 Klasifikasi Stroke
Menurut (Waxman, 2010) Klasifikasi Stroke yaitu:
a) Stroke iskemik
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
2. Trombosis serebri
3. Emboli serebri
b) Stroke hemoragik
1. Perdarahan subdural
2. Perdarahan subarakhnoid
3. Perdarahan intraserebral
2.2.1 Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak
(disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau kedalam
ruang subaraknoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis
stroke yang paling mematikan dan merupakan sebagian kecil dari stroke total
yaitu 10-15% perdarahan intraserebrum dan sekitar 5% untuk perdarahan
subaraknoid. Stroke hemoragik merupakan 15% sampai 20% dari semua stroke,
dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga
terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan
otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan
subaraknoid (PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV).
Stroke atau cidera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak.
akut
dimana
terdapatnya/masuknya
darah
ke dalam
ruangan
subaraknoid, atau perdarahan yang terjadi di pembuluh darah di luar otak, tetapi
masih di daerah kepala seperti di selaput otak atau bagian bawah otak. PSA
menduduki 7-15% dari seluruh kasus Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO).
PSA paling banyak disebabkan oleh pecahnya aneurisma (50%).
c. Perdarahan Intra Serebral (PIS) Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah
perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan
bukan disebabkan oleh trauma, dimana 70% kasus PIS terjadi di kapsula interna,
20% terjadi di fosa posterior (batang otak dan serebelum) dan 10% di hemisfer
(di luar kapsula interna). PIS terutama disebabkan oleh hipertensi (50-68%).
2.2.3 Etiologi
Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari :
Hemoragik serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan
kedalam jaringan otak atau seluruh ruang sekitar otak). Akibatnya adalah
penghentian suplai darah ke otak.
Hemoragik serebral dapat terjadi diberbagai tempat, yaitu :
1. Hemoragik obstrudural
2. Hemoragik subdural
3. Hemoragik subarachnoid
4. Hemoragik intraserebral
2.2.4 Faktor Resiko
Menurut Stroke Association tahun 2012 faktor-faktor risiko untuk
terjadinya stroke dapat dikategorikan sebagai berikut :
Faktor yang tidak dapat dirubah adalah :
Usia
Risiko stroke menjadi berlipat ganda pada usia di atas 55 tahun.
Hereditas
Risiko terkena stroke akan lebih besar jika terdapat riwayat stroke pada
keluarga.
Ras
Ras Afrika-Amerika lebih rentan terkena stroke karena memiliki risiko
hipertensi, diabetes, dan obesitas lebih tinggi.
Jenis kelamin
Stroke lebih sering menyerang pria dibanding wanita, namun kematian akibat
stroke lebih banyak terjadi pada wanita.
Riwayat stroke sebelumnya, TIA, atau serangan jantung
Risiko stroke akan meningkat pada orang yang telah mengalami stroke atau
serangan jantung sebelumnya, atau pada orang yang mengalami TIA risiko
akan meningkat 10 kali , karena itu merupakan peringatan akan kejadian
stroke.
Faktor yang dapat dirubah :
Hipertensi
Hipertensi merupakan penyebab penting dan paling banyak terjadinya stroke.
Pengobatan yang efektif terhadap hipertensi adalah kunci untuk menurunkan
angka kejadian stroke dan kematian akibat stroke.
Merokok
Diabetes melitus
intraserebral
biasanya
timbul
karena
pecahnya
2.2.8 Penatalaksanaan
Terapi Umum
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >
30 ml, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefhalus, dan keadaan klinis
cenderung memburuk.
Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 1520% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130
mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan
darah harus segera diturunkan dengan labetalol IV 10mg (pemberian dalam 2
menit) sampai 20mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300mg. enalapril
IV 0,625-1,25mg /6jam; kaptopril 3x6,25 25mg/oral.
Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala
dinaikkan 30, posisi kepala dan dada disatu bidang, pemberian manitol dan
hiperventilasi (pCO2 20-35mmHg). Tukak lambung diatasi dengan antagonis H2
parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton, komplikasi saluran nafas
dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotic sprektrum luas.
Terapi Khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator.
Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien
yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter
>3cm, hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau cerebelum,
dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatan
intracranial dan ancaman herniasi. Pada perdarahan subarakhnoid, dapat
digunakan antagonis kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi,
ekstirpasi, maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau
malforasi arteri-vena (arteriovenous malformation, AVM).
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PRIBADI
Nama
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 50 Tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Sidikalang
Suku bangsa
: Batak
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Petani
Tanggal masuk
: 13 Desember 2016
Tanggal keluar
:-
ANAMNESIS
Keluhan Utama
:Penurunan Kesadaran
Telaah
10
ANEMNESIS TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius
: Hipertensi
Traktus Respiratorius
Traktus Digestivus
Traktus Urogenitalis
: Tidak Dijumpai
ANAMNESIS KELUARGA
Faktor Herediter
:-
Faktor Familier
:-
Lain-lain
:-
ANAMNESIS SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan
: Normal
Imunisasi
: Tidak Jelas
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Petani
: Menikah, Anak 7
11
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanaan Darah
: 160/100 mmHg
Nadi
: 83 x/menit
Frekuensi Nafas
: 24 x/menit
Temperatur
: 37oC
: Sulit Dinilai
KGB
Persendian
: Sulit Dinilai
: Normocephali
Pergerakan
: Pasif
: Sulit Dinilai
: Sulit Dinilai
Kelenjar Parotis
: Sulit Dinilai
Desah
: Sulit Dinilai
Dan lain-lain
: Simetris kanan=kiri
Palpasi
: Sulit Dinilai
Perkusi
Auskultasi
: Vesikuler
12
Rongga Abdomen
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
: Soepel
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
GENITALIA
Toucher
STATUS NEUROLOGI
SENSORIUM
KRANIUM
Bentuk
: Normocephali
Fontanella
: Tertutup, Keras
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Transluminasi
PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku Kuduk
:-
Tanda Kernig
:-
Tanda Laseque
:-
Tanda Brudzinski I
:-
Tanda Brudzinski II
:-
13
: (+) proyektil
Sakit Kepala
:-
Kejang
:-
Normosmia
Sulit Dinilai
Anosmia
Sulit Dinilai
Parosmia
Sulit Dinilai
Hiposmia
Sulit Dinilai
NERVUS II
Visus
Lapangan Pandang
Normal
Sulit Dinilai
Menyempit
Sulit Dinilai
Hemianopsia
Sulit Dinilai
Scotoma
Sulit Dinilai
Reflek Ancaman
Sulit Dinilai
Fundus Oculi
Warna
Batas
14
Ekscavatio
Arteri
Vena
Kanan
Kiri
Sulit Dinilai
Nistagmus
Sulit Dinilai
Pupil
Lebar
Bentuk
Rima Palpebra
Deviasi Konjugate
Strabismus
NERVUS V
3mm
bulat/isokor
Sulit Dinilai
Kanan
Motorik
Sulit Dinilai
3mm
bulat/isokor
Sulit Dinilai
Kiri
15
Sulit Dinilai
Kekuatan Gigitan
Sensorik
Kulit
Sulit Dinilai
Selaput Lendir
Sulit Dinilai
Reflek Kornea
Langsung
Tidak Langsung
Refleks Masetter
Reflek Bersin
NERVUS VII
Kanan
Kiri
Motorik
Mimik
Simetris
Kerut Kening
Sulit Dinilai
Menutup mata
Sulit Dinilai
Meniup sekuatnya
Sulit Dinilai
Memperlihatkan gigi
Sulit Dinilai
Sudut Mulut
Simetris
Sensorik
16
Sulit Dinilai
Hiperakusis
Sulit Dinilai
Reflek Stapedial
Sulit Dinilai
NERVUS VIII
Kanan
Kiri
Sulit Dinilai
Auditirius
Pendengaran
Sulit Dinilai
Test Rinne
Test Weber
Test Schwabach
Vestibularis
Nistagmus
Sulit Dinilai
Reaksi Kalori
Vertigo
Tinnitus
NERVUS IX, X
Palatum Mole
: Sulit Dinilai
Uvula
: Sulit Dinilai
17
Disfagia
: Sulit Dinilai
Disartria
: Sulit Dinilai
Disfonia
: Sulit Dinilai
Reflek Muntah
NERVUS XI
Mengangkat bahu
NERVUS XII
Lidah
Tremor
: Sulit Dinilai
Atrofi
: Sulit Dinilai
Fasikulasi
: Sulit Dinilai
: Medial
: Sulit Dinilai
SISTEM MOTORIK
Kanan
Kiri
Trofi
Normotrofi
Normotrofi
Tonus Otot
Normotonus
Normotonus
Kekuatan Otot
: Lateralisasi ke kanan
ESD : SDN
ESS: SDN
EID : SDN
EIS : SDN
18
: Berbaring
Tremor
:-
Khorea
:-
Ballismus
:-
Mioklonus
:-
Atetosis
:-
Distonia
:-
Spasme
:-
TIC
:-
Dan lain-lain
:-
TES SENSIBILITAS
Eksteroseptif
Propioseptif
Stereognosis
19
Grafestesia
REFLEK
Reflek Fisiologis
Kanan
Kiri
Biceps
++
++
Triceps
++
++
Radioperiost
++
++
APR
++
++
KPR
++
++
Strumple
Kanan
Kiri
Reflek Patologis
Babinski
Oppenheim
Chaddock
Gordon
Schaefer
Hoffman-Tromner
Klonus Lutut
20
Klonus Kaki
Reflek Primitif
KOORDINASI
Lenggang
Bicara
Menulis
Percobaan Apraksia
Mimik
Tes Telunjuk-Telunjuk
Test Telunjuk-Hidung
Diadokokhinesia
Test Tumit-Lutut
Test Romberg
VEGETATIF
Vasomotorik
: Sulit Dinilai
Sudomotorik
: Sulit Dinilai
Pilo-erektor
Miksi
: + (via kateter)
Defekasi
:-
VERTEBRA
Bentuk
Normal
:+
21
Scoliosis
:-
Hiperlordosis
:-
Pergerakan
Leher
: Pasif
Pinggang
: Pasif
:-
Cross Laseque
:-
Test Lhermitte
:-
Test Naffziger
:-
GEJALA-GEJALA SEREBELAR
Ataksia
: Sulit Dinilai
Disatria
: Sulit Dinilai
Tremor
: Sulit Dinilai
Nistagmus
: Sulit Dinilai
Fenomena rebound
: Sulit Dinilai
Vertigo
Dan lain-lain
: Sulit Dinilai
: Tidak Dilakukan Pemeriksaan
GEJALA-GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
Tremor
: Sulit Dinilai
Rigiditas
: Sulit Dinilai
22
Bradikinesia
: Sulit Dinilai
Dan lain-lain
FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif
: Somnolen
Ingatan Baru
: Sulit Dinilai
Ingatan Lama
: Sulit Dinilai
Orientasi
Diri
Tempat
Waktu
Situasi
Intelegensia
Daya pertimbangan
Reaksi emosi
: Sulit Dinilai
Afasia
Ekspresif
: Sulit Dinilai
Represif
: Sulit Dinilai
Apraksia
Agnosia
: Sulit Dinilai
23
Agnosia visual
: Sulit Dinilai
Agnosia jari-jari
: Sulit Dinilai
Akalkulia
: Sulit Dinilai
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran
Telaah
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS FUNGSIONAL
: Hemiparese Dextra
DIAGNOSIS ETIOLOGIK
: Hipertensi
DIAGNOSIS ANATOMIK
: Sub Korteks
DIAGNOSIS KERJA
PENATALAKSANAAN
-
Bedrest, head up 30
NGT dan Kateter terpasang
24
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/IV
Inj. Ondansetron 1 amp/12 jam
Inj. Citicoline 250 mg/8 jam/IV
Rencana:
-
Head CT-Scan
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta. 2009
Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jakarta: EGC. 2009.
Greenberg, Michael. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan