Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN PERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG

DEMAM DI RUANG ANAK RSUD DR M. ZEIN PAINAN


TGL 12 APRIL 2016
( SAP )

DISUSUN OLEH KELOMPOK C


NUR SUKMA SRIDEWI, S.Kep
MAIRIZA PUTRI, S.Kep
WITNAYORA, S.Kep
YUSMA DEKAWATI, S.Kep
YESI NOVITA, S.Kep
GUSWANIDA, S.Kep
ANGGIA DARFAN, S.Kep
GENNY SINTIA PRATIWI, S.Kep
MIMI WIDIA SARI, S.Kep
KURNIA MARTA FELLY, S.Kep
EGA FEBRINA ELSA, S.Kep
RESLIF WARDA, S.Kep
DEWI R, S.Kep

PEMBIMBING AKADEMIK

PEMBIMBING KLINIK

PROGRAM STUDI NERS


STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2015/ 2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka kematian balita di dunia mengalami penurunan cukup signifikan dalam 10
tahun terakhir termasuk di beberapa negara miskin. Badan WHO yang mengurusi anak-anak,
Unicef mengungkap pada tahun 2010 tercatat jumlah kematian anak di bawah usia 5 tahun
(balita) sebanyak 7,6 juta. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan angka tahun 1990, yaitu
sekitar 12.000 kasus/hari dibandingkan 10 tahun silam. Sementara jika dibandingkan dengan
angka kelahiran, angka kematian balita berkurang dari 88 kasus menjadi 57 kasus tiap
100.000 kelahiran hidup mencapai 12 juta kematian. Beberapa negara memang masih
mencatat angka kematian yang cukup tinggi, bahkan hampir 50 persen dari angka kematian
balita di seluruh dunia terkonsentrasi di 5 negara. Kelima negara tersebut adalah India,
Nigeria, Kongo, Pakistan dan China (WHO, 2011).
Menurut data tahun 2008 di Indonesia, angka kematian balita adalah sebesar 44 per
1000 kelahiran hidup, atau ada lebih dari 200.000 balita Indonesia yang meninggal setiap
tahunnya. Angka kematian bayi di bawah usia 1 tahun (Angka Kematian Bayi) di Indonesia
adalah sebesar 34 kematian per 1000 kelahiran hidup. Dengan kata lain, ada sekitar 157.000
kematian anak setiap tahunnya. Saat ini 70 % angka kematian balita disebabkan karena
pneumoni, campak, diare, malaria dan malnutrisi. Ini berarti bahwa penyakit infeksi masih
menjadi penyebab kematian balita ( hasan, 2007). Terjadinya proses infeksi dalam tubuh
menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang biasa disebut demam. Demam merupakan faktor
resiko utama terjadinya kejang demam (Judha, 2011).
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada
anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak
berumur 6 bulan 5 tahun (Riyadi & Sukarmin, 2009). Prognosis anak dengan kejang
demam rata-rata baik, namun sejauh ini serangan kejang demam sering menyebabkan rasa
takut atau khawatir yang sangat bagi orang tuanya atau pengasuhnya. Setiap anak yang
mengalami kejang, kemungkinan dapat menyebabkan trauma otak maupun epilepsi di
kemudian hari. Hal ini menyebabkan perasaan cemas atau takut pada orang tua. Rasa takut
atau khawatir yang terjadi ini juga disebabkan karena orang tua atau pengasuh tidak atau

kurang memahami bagaimana cara tindakan awal penatalaksanaan di rumah. Pada anak yang
mengalami serangan kejang demam, upaya mencegah dan menghadapi kejang demam, orang
tua atau pengasuh anak harus diberi cukup informasi. Pendidikan kesehatan adalah salah satu
upaya untuk merubah pengetahuan, sikap atau perilaku seseorang. Pemberian pendidikan
kesehatan tentang kejang demam dan penatalaksanaannya diharapkan dapat menambah
informasi orang tua mengenai kejang demam dan tindakan awal penatalaksanaan kejang
demam di rumah.
Kejadian kejang demam diperkirakan 2% 4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan
dan Eropa Barat, sedangkan di Asia dilaporkan lebih tinggi,yaitu 20% kasus merupakan
kejang demam yang kompleks. Sebesar 6% - 9% kejadian di Jepang, 5% - 10% di India dan
2% - 5% di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Prevalensi tertinggi 14%, tercatat pada anakanak dari Guam (Paul et al, 2011). Menurut BPNA (British Paediatric Association
Neurology) kejang demam yang umumnya terjadi 3% 44% pada anak. Usia puncak kejang
demam adalah 18 bulan dan hampir 50% dari anak- anak berusia 12- 30 bulan (Sadleir,
2007). Menurut IDAI, (2009) mencatat kejadian kejang demam di Indonesia pada anak usia 6
bulan sampai 5 tahun mencapai 2% 4 5% (Nurwahyuni , 2009).
Berdasarkan data dari rekam medis RSUD DR. ZEIN PAINAN pada tahun 2015,
demam kejang 71 orang merupakan penyakit terbanyak ke empat, kemudian DBD 87 orang
( %) bakterial infeksi 136 orang dan diare 217 orang. dari data satu bulan terakhir pada bulan
maret 2016 didapatkan 14 orang menderita demam kejang, dan merupakan penyakit ke dua
terbanyak, kemudian DBD sebayak 22 orang.
Berdasarkan masalah di atas maka kelompok tertarik untuk mengangkat kasus
penyuluhan tentang demam kejang pada anak di ruang anak RSUD DR. M ZEIN painan.
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit seluruh orang tua peserta di harapkan
mampu merawat anak dengan kejang demam.
2. Tujuan Khusus
a. Peserta mampu memahami pengertian kejang demam
b. Peserta mampu mengetahui penyebab kejang demam
c. Peserta dapat mengetahui tanda dan gejala kejang demam
d. Peserta dapat memahami dan mengetahui penatalaksanaan kejang demam
e. Peserta dapat memahami dan mengetahui cara mencegah kejang demam
C. MANFAAT KEGIATAN
a. Untuk Mahasiswa
Dapat menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang kejang demam

b. Untuk Rumah Sakit


Dapat di jadikan sebagai bahan bacaan
c. Untuk Peserta
Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang kejang demam dan memahami
panatalaksanaan kejang demam

BAB II
RENCANA KEGIATAN
A. SASARAN
Seluruh orang tua yang anaknya dirawat diruang anak rsud dr m. zein painan
B. METODOLOGI KEGIATAN
Ceramah
C. TOPIK KEGIATAN

Perawatan anak dengan kejang demam


1. Penyampaian materi
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
D. MEDIA DAN ALAT
Laptop, infokus, microfon, leaflet.
E. WAKTU DAN TEMPAT
Waktu : jam 10 sampai jam 10.30
Tempat : ruang anak rsud dr. m. zein painan
F. SETTING TEMPAT

Keterangan:
: Media
: Penyaji

: Observer
: Infokus

: Moderator
: Audience
: Fasilitator

G. PENGORGANISASIAN
1. Penanggung jawab : Anggia Darfan, S.Kep
2. Moderator
: Nur Sukma SriDewi, S.Kep
3. Penyaji
: Mairiza Putri, S.Kep
4. Observer
: Witnayora, S.Kep
Yesi Novita, S.Kep
5. Fasilitator
: Yusma Dekawati, S.Kep
Ega Febrina Elsa, S.Kep
Genny Sintia Pratiwi, S.Kep
Guswanida,S.Kep
Mimi Widia Sari, S.Kep
Kurnia Marta Felly, S.Kep
Reslif Warda, S.Kep
Dewi R, S.Kep
H. URAIAN TUGAS ORGANISASI
1. Penanngung jawab mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan kegiatan.
2. Moderator
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan mahasiswa dan pembimbing
c. Menjelaskan topik dan tujuan
d. Menjelaskan kontrak waktu
e. Mengarahkan alur acara
f. Memimpin jalannya acara
g. Menutup acara
3. Penyaji
a. Menyiapkan materi penyuluhan
b. Menjelaskan materi penyuluhan
c. mendemonstrasikan cara mengompres yang benar
d. Memberikan reinforcement positif
e. Menjawab pertanyaan yang di ajukan audient
4. Observer
a. Mengamati jalannya acara
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
c. Membuat laporan hasil kegiatan yang telah di lakukan
5. Fasilitator
a. Memotifasi audient agar berpartisipasi dalam kegiatan
b. Memfasilitasi dalam kegiatan
c. Membuat dan menjalankan absen
I. KEGIATAN PENYULUHAN

Kegiatan Presenter

Kegiatan Audiens

Waktu

O
1

Pembukaan
a. mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri

a. Menjawab salam
b. Mendengarkan
c. Memperhatikan

5
menit

c. Mengingatkan Kontrak
d. Menjelaskan tujuan
2

Pelaksanaan
a. Menjelaskan pengertian
kejang demam
b. Menjelaskan tanda dan
gejala kejang demam
c. Menjelaskan
Cara
perawatan

kejang

demam
d. Menjelaskan

cara

mengompres

yang

d. Mendengarkan

a. Memperhatikan
b. mempehatikan

15
menit

c. Memperhatikan
d. Memperhatikan
e. Memperhatikan

benar
e. Memberikan
kesempatan

kepada

audiens untuk bertanya


3

Penutup
Tanya jawab
Menevaluasi

Mengajukan pertanyaan
kemampuan Menjawab pertanyaan

peserta

mengajukan

dengan

10
menit

pertanyaan

J. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Diharapkan pada saat penyuluhan berlangsung semua anggota tim melakukan tugasnya
sesuai dari peran masing masing.
2. Evaluasi proses
Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai proses tanpa kendala yang berarti.
3. Evaluasi hasil
a. Di harapkan sebagian besar peserta yang hadir ( 70%) mampu menyebutkan
pengertian kejang demam.
b. Diharapkan sebagian besar peserta yang hadir ( 70%) mampu menyabutkan
c.

penyebab kejang demam.


Diharapkan sebagian besar peserta yang hadir ( 70%) mampu menyabutkan tanda

dan gejala kejang demam.


d. Diharapkan sebagian besar peserta yang hadir ( 70%) mampu menyabutkan cara
perawatan kejang demam.

e. Diharapkan sebagian besar peserta yang hadir ( 70%) mampu menyabutkan cara
mencegah kejang demam.
K. LAMPIRAN MATERI DAN LEAFLET
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi kejang demam
Kejang demam ialah perubahan aktifitas motorik atau behavior yang berisifat
proksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otak yang
terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagdo, 2012).
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Riyadi & Sukarmin, 2009).
Menurut Judha (2011), bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat
misalnya : tonsillitis, ostitis media akut, bronchitis. Setiap anak memiliki ambang kejang
demam yang berbeda-beda. Anak pada ambang kejang rendah, terjadi pada suhu 38 0C,
sedangkan pada anak yang memiliki ambang yang tinggi, kejang baru tercapai pada suhu 40
0

C atau lebih. Kejang demam sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah

(Sodikin 2012).
B. Klasifikasi
Kejang demam dibagi menjadi dua jenis, yaitu kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung kurang
dari 10 menit dan tidak berulang dalam waktu 24jam. Kejang demam komplek adalah kejang
demam yang berlangsung lebih dari 10 menit dan kejang terjadi lebih dari 2 kali dalam wa
ktu 24 jam (Sadleir, 2007; Mewasingh, 2010).
C. Penyebab kejang demam
Penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti dan dianggap multifaktorial,
genetik dan lingkungan merupakan yang berkontribusi terhadap patogenesis (Sadleir 2007).
Keluarga dengan riwayat kejang demam merupakan faktor resiko terjadinya kejang demam,
kejang demam sederhana maupun komplek yang disebabkan oleh demam biasanya adalah
infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut (Ngastiyah 2010).
D. Tanda dan gejala kejang demam

Tanda gejala kejang demam yaitu bola mata naik keatas, demam tinggi lebih dari 38C,
kesulitan bernafas, tubuh bergetar khususnya lengan tangan dan tungkai kaki, tidak bisa
mengontrol buang air besar dan buang air kecil (Saubers 2011).
Kejang demam sederhana yaitu usia dibawah 5 tahun, anak tidak sadar, lendir keluar dari
mulut, pasca kejang demam anak tampak diam, mengantuk, tertidur yang berlangsung
beberapa detik atau menit kemudian pulih seperti biasa, tidak ditemukan kelainan fungsi saraf
sebelum maupun sesudah kejang, kejang tidak berulang dalam 24 jam, kejang tidak berulang
lebih dari 4 kali dalam setahun. Kejang demam kompleks yaitu kejang tidak umum tetapi
hanya mengenai sebagian tubuh misalnya bagian tangan saja, kejang berlangsung lebih dari
15 menit, kejang berulang dalam 24 jam dan kejang berulang lebih 4 kali dalam setahun
(Ngastiyah, 2010).
E. Faktor yang mempengaruhi kejang demam
Seorang anak yang memiliki resiko kejang demam dipengaruhi beberapa faktor, faktor
resiko demam dengan kejadian kejang demam, faktor resiko karakteristik usia dengan
kejadian kejang demam, faktor resiko riwayat keluarga dengan kejadian kejang demam,
faktor resiko trauma kelainan persalinan dengan kejadian kejang demam, dan faktor resiko
berat badan lahir rendah dengan kejadian kejang demam (Kiki Amalia, 2013).
Beberapa faktor yang berperan menyebabkan kejang demam antara lain adalah demam,
demam setelah imunisasi DPT dan morbili, efek toksin dari mikroorganisme, respon alergik
atau keadaan imun yang abnormal akibat infeksi, perubahan keseimbangan cairan dan
elektrolit (Dewanto, 2009).
F. Dampak kejang demam
Kejang demam sifatnya tidak berbahaya, hampir 95% anak anak dengan kejang
demam tidak mengalami epilepsi dan gangguan neurologi (Wong 2009). Serangan kejang
demam yang berkelanjutan dapat menyebabkan sedikit resiko seperti defisit neurologik,
epilepsi, retradasi mental atau perubahan perilaku pada anak. Sembilan puluh persen anak
anak dengan kejang demam tidak akan mengalami epilepsi atau retradasi mental (Ngastiyah
2010).
G. Penatalaksanaan
1. Baringkan pasien ditempat rata, serta kepala dimiringkan dan pasang sudip lidah yang
sudah dibungkus kasa / sapu tangan agar lidah anak tidak tergigit akibat kejang dan

bebaskan area jalan nafas misalnya ikat pinggang, kancing pakaian, gurita dan lain
sebagainya.
2. Menjauhkan dari benda benda yang dapat membahayakan pasien.
3. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
4. Bila suhu tinggi berikan kompres air hangat secara intensif
5. Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan
berpeluang membuat anak tersedak.
6. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas
kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang
menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa
menyatakan batasan menit.

DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, G. (2009). Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC.
Judha M & Rahil H.N. 2011 Sistem Persarafan Dalam Asuhan Keperawatan.Yogyakarta:
Gosyen Publishing
Kiki, A. Fatimah. Martini, B. (2013). Faktor Risiko Kejadian Kejang Demam Pada Anak
Balita Diruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Daya
Kota Makasar. E Library, 01(6), 230241721.
Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Riyadi S & Sukarmin. 2009 Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sadlier LG, Scheffer IE. (2007) Febrile Seizures. BMJ,334, 307-11.
Saubers, N. (2011). Semua Yang Harus Anda Ketahui p3k. Yogyakarta: Palmall.
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (Edisi 6). Jakarta: EGC.
Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Demam. Jakarta: CV
Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai