Anda di halaman 1dari 36

S

P
O

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PENGISIAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS)
POSYANDU LANSIA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

PUSKESMAS
KUMAI
1. Pengertian

2. Tujuan

3. Kebijakan

: 445/1.1.5.2/SPO/KI/2016
:
: 5 Desember 2016
: 1/2
dr.ABIMAYU
NIP 19700526 200501 1 011

Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan pribadi
usia lanjut baik fisik maupun mental emosional. Kegunaan KMS untuk memantau dan menilai
kemajuan kesehatan Usia Lanjut yang di laksanakan di kelompok Usia Lanjut atau Puskesmas.
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia
lanjut.
Keputusan Pimpinan Puskesmas Kumai Nomor: 445/1.2.5.10b/SK/KI/2016 Tentang
Mekanisme Penyelenggaraan Pelayanan dan Upaya Puskesmas.

4. Referensi
5. Langkahlangkah

A. PERSIAPAN ALAT:
1. Bollpoint
2. Kms Lansia
B. TAHAP KERJA :
1. Memilih KMS sesuai jenis kelamin
2. Mengisi nomor KMS
3. Mengisi register kartu rawat jalan
Puskesmas/Puskesmas Pembantu
4. Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman KMS meliputi :
Nama,
Tgl pendaftaran,
Jenis kelamin,
Umur,
Agama,
Alamat,
Pendidikan,
Pekerjaan,
Status,
Tinggal dengan
5. Menuliskan Indeks Masa Tubuh( IMT), Tekanan Darah, Berat Badan dan Tinggi
Badan pada grafik

6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan

No
A.
B.

Aspek yg dinilai

Di
Tdk di
Kompeten
lakukan lakukan

PERSIAPAN ALAT:
1. Bollpoint
2. Kms Lansia

TAHAP KERJA :
1. Memilih KMS sesuai jenis kelamin
2. Mengisi nomor KMS
3. Mengisi register kartu rawat jalan
Puskesmas/Puskesmas Pembantu
4. Mengisi kolom identitas yang tersedia
pada halaman KMS meliputi : nama,tgl
pendaftaran,jeniskelamin,umur,agama,
alamat,pendidikan,pekerjaan,status,
tinggal dengan
5. Menuliskan Indeks Masa Tubuh( IMT),
Tekanan Darah, Berat Badan dan
Tinggi Badan pada grafik

8. Unit Terkait
9. Dokumen
Terkait
10. Rekam Historis
Perubahan

No.

Yang dirubah

Isi Perubahan

Tanggal
Diberlakukan

Tdk
Kompeten

S
P
O

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


POSYANDU LANSIA
No. Dokumen
: 445/1.1.5.2/SPO/KI/2016
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
: 5 Desember 2016
Halaman
: 1/2

PUSKESMAS
KUMAI
6. Pengertian

7. Tujuan

8. Kebijakan

dr.ABIMAYU
NIP 19700526 200501 1 011
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
serta berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut.
Pengertian usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60 tahun keatas.
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat
usia lanjut.
Keputusan Pimpinan Puskesmas Kumai Nomor: 445/1.2.5.10b/SK/KI/2016 Tentang
Mekanisme Penyelenggaraan Pelayanan dan Upaya Puskesmas.

9. Referensi
10. Langkahlangkah

1.
2.
3.
4.
5.

Petugas kader melakukan pendaftaran (meja 1)


Petugas kader melakukan penimbangan (meja 2)
Petugas kader melakukan pengisian KMS (meja 3)
Petugas kader melakukan penyuluhan perorangan berdasarkan hasil KMS (meja 4)
Petugas kesehatan melakukan pelayanan kesehatan dasar sederhana
( pengukuran tensi, nadi, pemeriksaan fisisk dan pengobatan sederhana)
6. Petugas kesehatan mencatat hasil kegiatan posyandu di Register pely. Kes

7.

Bagan Alur
Pasien dilayani sesuai keluhan

Periksa tensi nadi dan


pemeriksaan fisik oleh
petugas

Dilayani di Meja 1

Ditimbang dan tinggi


badan di meja 2

Penyuluhan di meja
Pasien diberi obat

Kader di meja 3
mengisi KMS

Tidak perlu obat

Perlu obat

Pasien diberi obat

Beri KIE

Pasien Pulang

Pasien dilayani sesuai keluhan

11. Hal-hal

yang

perlu
diperhatikan
12. Unit Terkait
13. Dokumen

Loket, Apotek, Bagian Gizi,Poli Gigi, Poli Anak

Terkait
14. Rekam Historis
Perubahan

No.

Yang dirubah

Isi Perubahan

Tanggal
Diberlakukan

S
P
O

PUSKESMAS
KUMAI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


POSYANDU LANSIA
No. Dokumen
: 445/1.1.5.2/SPO/KI/2016
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
: 5 Desember 2016
Halaman
: 1/2
dr.ABIMAYU
NIP 19700526 200501 1 011

11. Pengertian
12. Tujuan

.
Dengan mengajak mereka ikut membantu penyelenggaraan posyandu akan emberikan
banyak manfaat antara lain:
- Para lanjut usia akan merasa posyandu milik mereka
- Para lanjut usia merasa dihargai/dihormati
- Membuat lanjut usia tersebut tetap aktif dan akan meningkatkan kesehatan dan
mencegah kepikunan.
- Meningkatnya rasa persaudaraan, terbangunnya ikatan emosi yang positif antar
generasi dan akan membuat lanjut usia rajin datang.
- Pekerjaan menjadi ringan, efisien dan efektif, cepat selesai, sehingga akhirnya
tersedia waktu luang yang dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.

13. Kebijakan

Keputusan Pimpinan Puskesmas Kumai Nomor: 445/1.2.5.10b/SK/KI/2016 Tentang


Mekanisme Penyelenggaraan Pelayanan dan Upaya Puskesmas.

14. Referensi

15. Langkah-

1
2

langkah

3
4
5

8.

Meja 1 tempat pendaftaran


Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan
pencatatan tinggi badan serta penghitungan index massa tubuh (IMT)
Meja 3 tempat melakukan kegiatan Pemeriksaan dan pengobatan sederhana (tekanan
darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin, dan lain - lain)
Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan kesejahteraan)
Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial (pemberian
makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan lain lain sesuai kebutuhan)

Bagan Alur

15. Hal-hal

yang

perlu
diperhatikan
16. Unit Terkait
17. Dokumen

Loket, Apotek, Bagian Gizi,Poli Gigi, Poli Anak

Terkait
18. Rekam Historis
Perubahan

No.

Yang dirubah

Isi Perubahan

Tanggal
Diberlakukan

K
A
K

PUSKESMAS
KUMAI

UPAYA PELAYANAN KESEHATAN


USILA
No. Dokumen
: 445/1.1.5.2/SPO/KI/2016
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
: 5 Desember 2016
Halaman
: 1/2
dr.ABIMAYU
NIP 19700526 200501 1 011

A PENDAHULUAN
Semakin majunya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
terutama dalam bidang Kesehatan memberikan dampak terhadap peningkatan
usia harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup terutama kualitas usia
lanjut tidak diikuti oleh peningkatan kualitas kehidupannya, karena secara
fisiologis usia lanjut akan mengalami banyak kemunduran dalam semua aspek
kehidupannya. Hal ini dapat mengakibatkan tingkat produktifitas dan
kemandiriannya secara nyata semakin berkurang, karena kemunduran ini
mungkin akan menimbulkan ketergantungan pada orang lain. Namun harus
disadari bahwa manusia menjadi tua bukan suatu hal yang luar biasa, karena
proses ini adalah peristiwa yang alami yang sudah pasti datang pada orangorang yang berumur panjang.
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia)
dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas
minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap
dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak
memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang
menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat
hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus
memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia dengan lansia
lainnya (Potter & Perry, 2009).
Klasifikasi

pada lansia berdasarkan Depkes RI (2003) dalam Maryam

dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang
berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih, lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan,
lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa, lansia tidak


potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.

B LATAR BELAKANG
Salah

satu

dampak

keberhasilan

pembangunan

kesehatan

adalah

terjadinya penurunan angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian


serta peningkatan angka harapan hidup penduduk Indonesia. Indonesia
termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di
dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut usia di
Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk). Pada tahun 2014,
jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan
diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mancapai 36 juta jiwa.
Lanjut

Usia

mempunyai

hak

yang

sama

dalam

kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009


tentang kesehatan menyebutkan bahwa untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif,
partisipatif dan berkelanjutan. Dalam undang-undang kesehatan pasal 138
disebutkan bahwa upaya

pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus

ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial
maupun ekonomis.
Meningkatnya

jumlah

lanjut

usia

akan

menimbulkan

berbagai

permasalahan yang kompleks bagi lanjut usia itu sendiri maupun bagi
keluarga

dan

masyarakat.berdasarkan

data

Riskedas

tahun

2007,

10

penyebab kematian pada umur 65 tahun keatas pada laki-laki adalah stroke
(20,6%), penyakit saluran napas bawah kronik (10,5%), TB (8,9%), Hipertensi
(7,7%), NEC (7,0%), penyakit jantung iskemic (6,9%), penyakit jantung lain
(5,9%), diabetes mellitus (4,9%), penyakit hati (4,4%), pneumonia (3,8%). Pada
perempuan adalah stroke (24,4%),hipertensi (11,2%), NEC (9,6%), penyakit
saluran napas bawah kronik (6,6%), diabetes mellitus (6,0%), penyakit jantung
iskemik (6,0%), penyakit jantung lain (5,9%), TB (5,6%), pneumonia (3,0%),

dan penyakit hati (2,2%). Dari data terlihat penyebab utama kematian pada
lanjut usia sudah bergeser ke penyakit degenerative, sehingga perlu dilakukan
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative terhadap penyakit tersebut.
Sebagai

unit

terdepan

dalam

pelayanan

kesehatan,

Puskesmas

diharapkan mampu melakukan upaya-upaya tersebut diatas. Menurut data di


UPT Puskesmas Karangmojo II jumlah usia lanjut tahun 2015 adalah sebagai
berikut
Usia
45 59 tahun
60 69 tahun
70 tahun
Jumlah

Laki-laki
2.384
1.065
1.124
4.573

Perempuan
2.768
1.325
1.235
5.328

C TUJUAN
1 Tujuan Umum
Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk
mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan
keluarga dan masyakat sesuai
dengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan.
2 Tujuan Khusus
a Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri
kesehatannya.
b Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk
keluarganya dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia
lanjut.
c Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan usia lanjut.
d Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut

D KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan yang dilakukan adalah :
1 Pemeriksaan Kesehatan Usila di tingkat layanan Puskesmas
2 Pembentukan Posyandu Usila
3 Pembinaan Posyandu Usila
4 Skrening Kesehatan Usila
5 Prolanis
6 Senam Usila
7 Refreshing Kader Usila
8 Pencatatan dan pelaporan kegiatan tiap 3 bulan / trimester

E CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1 Pemeriksaan Kesehatan Usila di tingkat layanan Puskesmas
a Pelayanan kesehatan dasar
b Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan
2 Pembentukan Posyandu Usila
a Sosialisasi tentang posyandu usila
b Pendataan desa/dusun mana yang dianggap perlu dibentuk
posyandu usila dengan bantuan kader
c Pembentukan kader usila
d Penjelasan tentang tugas 5 meja di posyandu usila
e Penjelasan tentang cara membaca dan mengisi KMS usila
f Penjelasan tentang cara mengukur tekanan darah dan nadi
3 Pembinaan Posyandu Usila
a Penyuluhan
b Evaluasi pelaksanaan 5 meja
4 Skrening Kesehatan Usila
a Pendataan usila sesuai usia dilakukan skrening yang dibantu
kader
b Melakukan skrening pada usila di posyandu dengan alat yang
sudah ditentukan
5 Prolanis
a Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur pada pasien
hipertensi dan diabetes mellitus
b Melaksanakan kelas edukasi prolanis yang dilaksanakan rutin
setiap bulan satu kali untuk masing-masing kriteria penyakit
6 Senam Usila
Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan
dengan
kemampuan

usia

Dilaksanakan

lanjut

setiap

hari

serta

tetap

jumat

merasa

jam

07.30

sehat
wib

di

dan

bugar.

Puskesmas

Karangmojo II
7 Refreshing Kader Usila
Dilakukan

satu

kali

dalam

satu

tahun

bertujuan

untuk

menyegarkan kader usila mengenai kesehatan usila dan pelaksanaan


posyandu usila.
8 Pencatatan dan pelaporan

Dilakukan tiap 3 bulan sekali oleh kader posyandu ke Puskesmas


Karangmojo II

dan petugas

usila Puskesmas melakukan rekap data

yang kemudian data tersebut dilaporkan ke Dinas Kesehatan.


F SASARAN
a Sasaran pembinaan Secara Langsung
1 Kelompok usia menjelang usia lanjut ( 45 -54 tahun ) atau dalam
virilitas dalam keluarga maupun masyarakat luas.
2 Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium ( 55 -64 tahun )
dalam keluarga,organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat
umumnya.
3 Kelompok usia lanjut dalam masa senescens ( >65 tahun ) dan
usia lanjut dengan resiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ) hidup
sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat,

cacat dan lain-lain.


4 Kader Usila
Sasaran Pembinaan Tidak Langsung
1 Keluarga dimana usia lanjut berada.
2 Masyarakat luas.

G EVALUASI PRA PELAKSANAAN PROGRAM


a Evaluasi target tahun sebelumnya yang sudah tercapai dantarget tahun
yang akan dilaksanakan
b Evaluasi pelaksanaan 1-2 minggu sebelum pelaksanaan
c Kegiatan dilaksanakan oleh pelaksanan program usila,drokter umum,
dokter gigi, tim prolanis, dan petugas lain yang ada di wilayah
Puskesmas Karangmojo II
d Semua hasil kegiatan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas dilanjutkan
ke Dinas Kesehatan Gunungkidul

H PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Hasil pelaksanaan kegiatan Usila dicatat dalam form laporan yang
sudah disediakan. Laporan program dibuat setelah pelaksanaan kegiatan
dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul. Evaluasi
kegiatan dilakukan dengan melihat cakupan kegiatan Puskesmas. Kegiatan
dilakukan oleh pelaksanan program Usila,dr umum,dr gigi,tim prolanis dan
tenaga kesehatan lain di Puskesmas Karangmojo II.

G) BIAYA
NO

Nama
Kegiatan

Sasaran

Volume

Lokasi

Rincian

Harga

Jumlah

Pelaksanaan

dana

satuan

total

Kegiatan

perkegiatan

RENCANA USULAN KEGIATAN ( RUK )


UPAYA KESEHATAN USIA LANJUT
TAHUN 2017
No
7

Upaya
Kesehatan
USILA

Kebutuhan Sumber daya


Kegiatan
A PERSIAPAN
1. Pertemuan lintas
program
B PELAKSANAAN
1 Pendataan Usila

Tujuan

Sasaran

Target

Koordinasi dengan
program lain

Pemegang program
terkait

Adanya kerja
sama lintas prog

Mengetahui jml klp.


lansia yg ada

Semua kelompok
usila

1 x / Br

2 Pembinaan kader Usila

Kaderisasi pelaksana
program kelompok
usila dilapangan.

Tokoh masyarakat
dimasing-masing
dusun

3 Pembinaan Kelompok
Usila

Meningkatkan peran
serta klp. Serta status
kesehatannya

4 Pelayanan Kesehatan
Usila Resti

Memberikan pelayan
kesehatan pada usila
resti

C. EVALUASI
1. Pelaporan dan
pencatatan
2. Monitoring kegiatan

Dana

Alat

Sum
ber
Biaya

Ka. Pus.
Dan staf

Terjalinnya kerja
sama antar program

1 or x 22 Br x
Rp 50.000 = Rp
1.100.000

Medis dan
paramedis

Semua klp. lansia


terdata dan tercatat.

BOK/
APBD

1 x / Br

3 or x 1 x 22 Br Makalah,
x Rp 50.000 =
alat peraga
Rp 3.300.000

Medis dan
paramedis

Ditiap-tiap dusun
terbentuk 1 kelompok
posyandu usila.

BOK/
APBD

Kelompok usila
yang telah didata

1 x / Br

3 or x 1 x 22 Br Makalah,
x Rp 50.000 =
alat peraga
Rp 3.300.000

Medis dan
paramedis

Kelompok usila dapat


memelihara kesehatannya secara kolektif

BOK/
APBD

Usila yang
mempu-nyai
masalah kesehatan

4 x / Ds / th

4 or x 4 Ds x
12 x Rp 50.000
= Rp
9.600.000,-

Obat,sarana kes
lain

Medis dan
paramedis

Kelompok usila dapat


mempertahankan
kebugarannya.

BOK/
ADD

Semua hasil
kegiatan ter
catat dan
dilaporkan
Semua kegiat
an terawasi

1 rim hvs x Rp
35.000.

ATK

Pet.Gilut

Adanya data kes. Gigi


dan mulut

Ka.Pus.

Pencapaian sesuai
target.

Mencatat dan
melaporkan hasil
kegiatan

Semua kegiatan
yang telah
dilaksanakan

Mengetahui hasil
kegiatan program

Hasil kegiatan

ATK

Tenaga

Indikator
keberhasilan

APBD

JUMLAH RENCANA ANGGARAN PROGRAM USILA

Rp. 17.335.000,-

JADWAL KEGIATAN PROGRAM USILA


UPT PUSKESMAS KARANGMOJO II
TAHUN 2016

Nama Kegiatan

Sasaran

Bulan
1

10

11

12

S
P
O

SOP
PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA
PUSKESMAS
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

PUSKESMAS
KUMAI

: 445/1.1.5.2/SPO/KI/2016
:
: 5 Desember 2016
: 1/2
dr.ABIMAYU
NIP 19700526 200501 1 011

16. Pengertian

. Suatu pemeriksaan yang di lakukan untuk mengetahui adanya gangguan


kesehatan mata.

17. Tujuan

Mengidentifikasi jenis gangguan kesehatan mata untuk mencegah serta


menentukan terapi/pengobatan, penanganan lebih lanjut dan sebagai dasar
untuk melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan rujukan / Rumah Sakit
sesuai Standar.
Sebagai pedoman bagi petugas untuk melaksanakan pemeriksaan Mata
sesuai standar
Keputusan Pimpinan Puskesmas Kumai Nomor: 445/1.2.5.10b/SK/KI/2016 Tentang

Kebijakan

Mekanisme Penyelenggaraan Pelayanan dan Upaya Puskesmas.


J Referensi
K Langkahlangkah

Standar Tenaga
Dokter : 1 orang
Perawat : 1 orang
1 ANAMNESA
Menyapa pasien dengan ramah, sambil menatap mata pasien dengan
lembut dan mengucapkan salam
Bila kunjungan yang pertama perlu menanyakan identitas pasien :Nama ,
umur, alamat rumah, pekerjaan.
Bila kunjungan ulang, maka jawaban pasien dicocokkan dengan kartu
status pasien
Bertanya dengan ramah dan hati-hati tentang
Riwayat Penyakit :
Tentukan masalah yang mendorong klien untuk mencari bantuan
kesehatan.
Tanyakan pada klien adakah kelopak mata yang turun menutup
terus menerus, Nyeri mata, foto phobia (kerentaan terhadap cahaya)
rasa seperti terbakar pada mata, gatal, air mata, kotoran mata yang
berlebihan, diplopia (pandangan ganda), pandangan kabur ,
perasaan adanya film diatas lapang penglihatan, mengambang
(titik hitam kecil yang tampak menghilang pada lapang penglihatan),
cahaya kilatan, lingkaran hitam (halo) di seputar cahaya.
Tentukan apakah klien mempunyai riwayat penyakit mata, trauma
pada mata, diabetes, hipertensi, atau masalah visual
Tentukan apakah ada riwayat keluarga dengan gangguan mata,
meliputi gloukoma atau retinitis pigmentosa
Kaji riwayat pekerjaan klien mengenai aktivitas kerja yang
memerlukan kerja tertutup, kerja yang melibatkan computer, atau
aktivitas seperti pengelas, terpajan langsung dengan bahan kimia
yang membuat resiko cedera mata.
Tanyakan pada klien apakah memakai kaca mata, atau lensa kontak
atau tidak
Tentukan tanggal terakhir klien memeriksakan mata.
Kaji obat obatan yang sudah di pakai termasuk tetes mata.

2. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dengan cara :
KETAJAMAN PENGLIHATAN
Tahap I
i
Lakukan pemeriksaan sekilas dengan meminta klien membaca surat
kabar/majalah.Pastikan pencahayaan cukup. Klien berkacamata
seharusnya memakai kecamatanya selama tahap pemreksaan ini.
Perhatikan cara klien memegang lembaran yang dibaca dari matanya.
ii
Pastikan klien tidak buta huruf. Mintalah klien agar membaca dengan
keras untuk memastikan bahwa klien tidak buta huruf. Bila klien
menghadapi kesulitan lanjutkan pengujian ke tahap II
Tahap II
i
Untuk pemeriksaan yang akurat gunakan lembar pemeriksaan Snellen.
Pastikan bahwa lembaran pemeriksa benar benar diterangi. Buat klien
berdiri 20 kaki (6,1 m) jauhnya dari lembar Snellen atau duduk di kursi
pengujian yang telah terpasang khusus bersebrangan dengan layar
periksa
ii
Minta klien untuk membaca huruf huruf pada layar dimulai dari garis
yang mana saja, pertama dengan kedua mata terbuka dan kemudian
dengan satu mataterpisah (mata lainnya ditutupi)
iii
Selalu menguji pertanma kali tanpa kacamata. Kemudian bila memakai
kacamata jarak jauh, ulangi pengujian. Tentukan baris terkecil dimana
klien dapat membaca seluruh huruf dengan benar baca ketajaman
untuk garis tersebut.
iv
Bila klien tidak bisa membaca, gunakan kartu E dan tentukan arah
tangan huruf E . Pada anak kecil, gunakan lembaran dengan
gambaran obyek yang dikenal. Catat nilai ketajaman penglihatan untuk
masing masing mata dan kedua mata dalam dua nilai :
Pembilang adalah jarak dari lembar pemeriksaan ke klien dalam
ukuran kaki.
Penyebut adalah nomor standar untuk garis tersebut pada
lembar pemeriksa ( contoh : 20/80 ). Nomor standar ini adalah
jarak dimana mata normal dapat membaca baris tersebut.
Tahap III
i
Uji masing-masing mata dengan klien membaca kartu indek dengan
menutupi satu mata bergiliran
ii
Jangan menggunakan tangan untuk menutupi mata
iii
Minta klien dengan gangguan penglihatan parah untuk menghitung jari
jari yang diacungkan kurang lebih satu kaki ( 30 cm ) dari wajah klien.
iv
Bila klien gagal dalam kedua tes tersebut, sinari mata klien dengan
senter kecil dan kemudian padamkan cahayanya . Tanyakan apakah
klien melihat cahaya.
Hasil Normal :
Nilai normal ketajaman penglihatan adalah 20/20
Catat, apabila ketajaman penglihatan diukur dengan kacamata
perbaikan atau lensa kontak ( cc ) atau tanpa perbaikan ( sc ).
Penyimpangan dari Normal :
Nilai ketajaman penglihatan 20/200 dianggap buta total
PEMERIKSAAN LAPANG PENGLIHATAN
Pemeriksaan lapang penglihatan dengan cara :
i
ii

iii

iv

Buat klien duduk atau berdiri 2 kaki 60 cm jauhnya, berhadapan


dengan petugas sejajar ketinggian mata.
Minta klien untuk menutupi atau melapisi dengan perlahan satu mata
menggunakan kartu indeks dan menatap mata petugas berlawanan
arah contoh mata kiri klien, mata kanan petugasTutup atau lapisi mata petugas yang berlawanan dengan mata klien
sehingga lapang penglihatan petugas tidak bertumpang tindih dengan
lapangan penglihatan klien.
Gerakkan jari dengan jarak sebanding panjang lengan diluar lapang
penglihatan.

v
vi

Minta klien untuk mengatakannya bila melihat jari petugas.


Perlahan tarik jari petugas mendekat. Jari selalu dijaga tetap di tengah
anatara petugas dan klien.
vii
Ulangi prosedur pada sisi yang lain, atas dan bawah. Selalu harus
membandingkan titik dimana petugas melihat jari tersebut memasuki
lapang penglihatan petugas dan titik di mana klien melihatnya.
viii
Ulangi prosedur dengan ke empat arah pada mata lainnya.
Bila klien melihat jari sedikit lebih lama dari petugas, klien mengalami
penyempitan lapang penglihatan. PEMERIKSAAN VISUS
Pemeriksaan visus dengan cara :
I
Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan posisi
lebih tinggi atau sejajar dengan mata pasien.
Bila jarak 5 meter, maka visus normal akan bernilai 5/5 artinya mata
normal dapat melihat pada jarak 5 meter, pasien juga dapat melihat
pada jarak 5 meter. Bila berjarak 6 m, berarti visus normalnya 6/6.
Satuan selain meter ada kaki = 20/20, ada juga log (logaritma).
II
Pastikan cahaya harus cukup
III
Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup
dan pasien diminta membaca kartu.
IV
Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :
a Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau
6/6, maka tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal
b Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas
visus normal, cek pada 1 baris tersebut
i Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya
terletak pada baris tersebut dengan false 1.
ii Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak
pada baris tersebut dengan false 2.
iii Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah
huruf yang ada, berarti visusnya berada di baris tepat di
atas baris yang tidak dapat dibaca.
iv Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya
terdapat pada baris di atasnya.
c

Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole


(alat untuk memfokuskan titik pada penglihatan pasien)
d Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan refraksi.
e Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti merupakan
kelainan refraksi
PEMERIKSAAN TONOMETER
Pemeriksaan tonometer dengan cara :
i
ii
iii
iv
v
vi

Menggunakan Tonometer dari Schiotz.


Klien diminta tidur terlentang di tempat tidur.
Mata penderita terlebih dulu ditetesi dengan larutan anestesi lokal- pantokain
0,5%, masing-masing 1 tetes. Ditunggu sampai klien tidak merasa perih.
Kelopak mata klien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari jangan tertekan bola
mata pasienPasien diminta meletakkan ibu jari tangannya di depan matanya atau pasien
melihat ke langit-langit ruang pemeriksaan.
Tonometer diletakkan dengan perlahan-lahan dan hati-hati diatas cornea
penderita.
Setelah telapak tonometri menunjukkan angka yang tetap,dibaca nilai
tekanan pada skala busur schiotz yang berantara 0-15

vii

Misalnya menunjukkan angka 5 dengan beban 5.5, maka tekanan bola


matanya ialah 5/5.5. lalu carilah tabel konversi yang selalu ada pada setiap
tonometer. Misssalnya untuk 5/5.5 akan terdapat angka konversi 15.0 mmHg.
viii
Apabila dengan beban 5.5 jarum skala tidak bergerak atau bergerak Cuma
sedikit, misalnya hanya pada angka 1-2, maka gantilah beban tonometer
dengan beban 7.5. apabila dengan beban ini angka skala menunjukkan
angka 4, maka tekanan bola mata ialah 4/7.5. lalu bacalah tabel konversi
untuk mendapatkan angka untuk itu.
1 Tekanan bola mata yang disebut normal ialah yang berkisar antara 15-22mmHg.
Jika tekanan bola mata di bawah 10 mmHg, maka berarti rendah dan bila diatas
25 mmHg berati tinggi. DIAGNOSA

Dari hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa :


Katarak sesuai SOP
Kelainan Refraksi sesuai SOP
Glaukoma sesuai SOP
Konjungtivitis sesuai SOP
Xerofthalmia sesuai SOP
Buta Warna sesuai SOP

4 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Katarak sesuai SOP
Penatalaksanaan Kelainan Refraksi sesuai SOP
Penatalaksanaan Glaukoma sesuai SOP
Penatalaksanaan Konjungtivitis sesuai SOP
Penatalaksanaan Xerofthalmia sesuai SOP
Penatalaksanaan Buta Warna sesuai SOP
5 KONSELING
Konseling Katarak sesuai SOP
Konseling Kelainan Refraksi sesuai SOP
Konseling Glaukoma sesuai SOP
Konseling Konjungtivitis sesuai SOP
Konseling Xerofthalmia sesuai SOP
Konseling Buta Warna sesuai SOP
6 PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan Katarak sesuai SOP
Pencatatan dan pelaporan Kelainan Refraksi sesuai SOP
Pencatatan dan pelaporan Glaukoma sesuai SOP
Pencatatan dan pelaporan Konjungtivitis sesuai SOP
Pencatatan dan pelaporan Xerofthalmia sesuai SOP
Pencatatan dan pelaporan Buta Warna sesuai SOP

9.

Bagan Alur

19. Hal-hal

yang

perlu
diperhatikan
20. Unit Terkait
21. Dokumen

Loket, Apotek, Bagian Gizi,Poli Gigi, Poli Anak

Terkait
22. Rekam Historis
Perubahan

No.

Yang dirubah

Isi Perubahan

Tanggal
Diberlakukan

S
P
O

SOP
PEMERIKSAAN KATARAK

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

:
:
:
:

445/1.1.5.2/SPO/KI/2016
5 Desember 2016
1/2

PUSKESMAS
KUMAI

dr.ABIMAYU
NIP 19700526 200501 1 011

18. Pengertian

Pemeriksaan gangguan penglihatan yang disebabkan perubahan lensa mata


yang seharusnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh, akibatnya obyek
yang dilihat menjadi kabur dan menyebabkan penderita tidak bisa melihat
dengan jelas ( Katarak).
Sebagai pedoman bagi petugas untuk melaksanakan pemeriksaan katarak
sesuai standar
Keputusan Pimpinan Puskesmas Kumai Nomor: 445/1.2.5.10b/SK/KI/2016 Tentang Mekanisme

19. Tujuan
20. Kebijakan

Penyelenggaraan Pelayanan dan Upaya Puskesmas.


21. Referensi
22. Langkahlangkah

Standar Tenaga

Dokter :1 orang
Perawat : 1 orang
1.Sarana Non Medis :
a Ruang Pemeriksaan
Ukuran minimal 4 m x 4 m
Ventilasi dan pencahayaan yang cukup
Ruangan bersih dan rapi
Wastafel dengan air yang mengalir, dilengkapi dengan sabun cair
serta handuk tangan yang bersih / disposible tissue
b Mebelair
Meja kursi satu set untuk pemeriksa dan pasien serta pengantar
c Lain lain
Tempat sampah medis dan non medis masing masing 1 buah

Buku register pasien


Status / lembar rekam medis
Informed Consent
Kertas resep
Blanko permintaan laboratorium
Alat tulis menulis
Formulir rujukan

2.Sarana Medis :
Stetoskop dan tensimeter
Pinhole (cakram berlubang)
Snellen chart
Penutup 1 mata (okluder)
Senter
APD
Prosedur Tetap
1 Anamnesa
2 Pemeriksaan
3 Diagnosa
4 Penatalaksanaan
5 Konseling
6 Pencatatan dan pelaporan
1) ANAMNESA
1 Menyapa pasien dengan ramah, sambil menatap mata pasien dengan
lembut dan mengucapkan salam
2 Bila kunjungan yang pertama perlu menanyakan identitas pasien :Nama ,
umur, alamat rumah, pekerjaan.
3 Bila kunjungan ulang, maka jawaban pasien dicocokkan dengan kartu
status pasien
4 Bertanya dengan ramah dan hati-hati tentang
Riwayat penyakit :
Apa gejala yang paling dirasakan sehingga bapak/ibu,Sdr/Sdri
datang kesini? (menanyakan riwayat penyakit utama).
Kapan pertama kali timbul keluhan ?
Apakah keluhan ini timbul pertama kali atau sudah berulang ?
Apakah ada riwayat trauma pada mata, atau terkena debu,
binatang, cairan, dll ?
Apakah ada keluhan/penyakit lain yang diderita (ex:DM,HT,dll) dan
riwayat penyakit sebelumnya ?
Adakah
riwayat
alergi
(debu,asap
kendaraan,udara,makanan/minuman, alergi obat,dll)
Apakah sudah pernah berobat atau sudah minum obat- obatan
tertentu ?( riwayat pengobatan sebelumnya )
Apakah timbul gangguan penurunan penglihatan ?
Spesifik Katarak :
Apakah ada penurunan penglihatan/ pandangan
buram,
kabur, seperti tertutup kabut / berasap bahkan pada siang
hari ?
Apakah peka terhadap sinar atau cahaya ?
Apakah terjadi diplobia/melihat dobel pada satu mata ?
Apakah ada nyeri pada mata ?(biasanya pada katarak tidak
disertai nyeri kecuali terdapat komplikasi lain)
Kapan mulai terjadi kekeruhan lensa, sejak usia ?(untuk
mengetahui jenis Katarak)
Apakah ada riwayat trauma atau riwayat penyakit lain ?
(Untuk mengetahui jenis Katarak)
2) PEMERIKSAAN

a Pemeriksaan Fisik

Pada saat pertama kali bertemu dengan pasien , kita melihat dan menilai
keadaan umum pasien, apakah pasien kelihatan sakit, lemah, pucat, atau
tampak sehat, dan bagaimana pasien datang apakah bisa berjalan sendiri
atau dibantu keluarga untuk menilai fungsi penglihatan.
Melihat keadaan mata pasien, apakah mata tampak merah, adanya
secret/kotoran, sembab, ada benjolan apa tidak, lensa mata keruh apa tidak,
apakah pada sklera tampak bersih,warna konjungtiva,dan apakah tampak
tanda-tanda abnormal di bandingkan mata sehat.
Perhatikan :
Lensa Perhatikan kejenihannya. Normal jernih, kalau keruh suspek katarak.
Cairan mata ( Normal, bertambah, berkurang) Untuk menentukan stadium
katarak
Iris (Normal atau terdorong, tremulans ) Untuk menentukan stadium katarak
Bilik mata depan ( Normal, dangkal ) Untuk menentukan stadium katarak
Sudut bilik mata ( Normal, sempit, terbuka ) Untuk menentukan stadium
katarak
b Pemeriksaan fungsi Penglihatan
Lakukan pemeriksaan visus sesuai SOP pemeriksaan mata
c Pemeriksaan Stadium Katarak
Lakukan Pemeriksaan selanjutnya apabila ada indikasi katarak, yaitu :
Dari anamnesa diketahui adanya penurunan fungsi penglihatan ( mata
buram ,redup, berkabut termasuk saat siang hari, diplobia, peka terhadap
sinar, dll)
Dari pemeriksaan Inspeksi ditemukan kekeruhan lensa
Dari pemeriksaan Visus diperoleh adanya penurunan ketajaman
penglihatan bukan karena kelainan refraksi
Lakukan Shadow Test untuk mengetahui Stadium Katarak, dengan cara
sebagai berikut :
Untuk melihat lensa lebih jelas bisa memakai obat tetes yang berisi
midriatill yang fungsinya untuk midriasis pupil, jadi lensanya bisa lebih
mudah dilihat
Pasien diminta melihat lurus ke depan
Lalu pemeriksa menyenteri mata pasien pada sudut 45 0 dari
samping, dari bayangan iris.
Nanti ada bayangan yang dibiaskan dari humor aquosus.
Katarak matur : lensa lebih cembung karena menyerap cairan lebih
banyak,bayangan iris pada lensa terlihat kecil dan letaknya dekat
terhadap pupil, shadow test (-) ; katarak imatur: lensa masih
kecil,terdapat bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya
jauh terhadap pupil, shadow test (+)

3) PENEGAKAN DIAGNOSA
Dari Anamnesa dan Pemeriksaan dapat ditegakan Diagnosa Katarak sesuai
dengan jenis dan stadium Katarak
A Menurut Jenisnya :
Katarak Kongenital apabila kekeruhan lensa mata timbul pada saat
pembentukan lensa, Sudah terdapat pada saat bayi baru lahir
Katarak Senile apabila keluhan lensa yang terdapat pada usia diatas 50
tahun
Katarak Juvenile apabila mulai terbentuknya saat usia kurang dari 9
tahun dan lebih dari 3 bulan biasanya merupakan lanjutan katarak
kongenital
Katarak komplikata apabila Katarak terjadi akibat komplikasi dari
penyakit lain seperti penyakit sistemik, dan trauma

B Menurut Stadiumnya :
Stadium insipien Dimana mulai timbul katarak akibat proses
degenerasi lensa
Stadium imatur Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata
ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung
Stadium matur merupakan proses degenerasi lanjut lensa , terjadi
kekeruhan seluruh lensa
Stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan
korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam dalam
korteks lensa ( katarak Morgagni)
PERBEDAAN KARAKTERISTIK KATARAK UNTUK MENEGAKAN
DIAGNOSA SESUAI HASIL PEMERIKSAAN
INSIPIEN
IMATUR
MATUR
HIPERMATUR
KEKERUHAN

RINGAN

SEBAGIAN

SELURUH

MASIF

CAIRAN
LENSA MATA

NORMAL

BERTAMBAH

NORMAL

BERKURANG

IRIS

NORMAL

TERDORONG

NORMAL

TREMULANS

BILIK MATA
DEPAN

NORMAL

DANGKAL

NORMAL

DALAM

SUDUT BILIK
MATA

NORMAL

SEMPIT

NORMAL

TERBUKA

SHADOW
TEST

(-)

(+)

(-)

+/-

VISUS

(+)

<

<<

<<<

PENYULIT

(-)

GLAUKOMA

(-)

UVEITIS+
GLAUKOMA

4) PENATALAKSANAAN
Setelah ditegakan diagnosa Katarak maka lakukan rujukan ke pelayanan
kesehatan rujukan / Rumah Sakit sesuai SOP untuk penanganan lebih lanjut.
5) KONSELING
Sarankan pada penderita rutin kontrol ke Rumah Sakit atau dokter
spesialis mata untuk melakukan pengecekan retina serta ketajaman visual
secara berkala.
Sarankan kepada penderita untuk selalu menggunakan sunglass saat
beraktivitas diluar ruangan, hindari paparan sinar matahari langsung, dan
cahaya yang terlalu terang.
Sarankan kepada penderita untuk tidak merokok serta jangan
mengkonsumsi minuman beralkohol.
Anjurkan penderita makan makanan bergizi yang mengandung vitamin A,
C, E, dan protein seperti buah dan sayur berwarna terang, beras merah,
kacang-kacangan, sereal, minyak canola serta ikan.
Hindari makanan yang terlalu banyak mengandung lemak dan garam.
6) PENCATATAN DAN PELAPORAN
Setiap orang yang datang berobat ke Puskesmas dimasukan ke
register harian dan simphustronik
Setiap orang yang datang ke Puskesmas dengan keluhan
gangguan kesehatan indra dimasukan dalam register harian
program kesehatan indra
Laporan dari Pengelola program kesehatan Indra Puskesmas ke
Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan dilakukan setiap Tribulan
( Tiga bulan ) dan diambil dari register harian program kesehatan
Indra.

10. Bagan Alir


23. Hal-hal
yang perlu
diperhatika
n

N
o

Aspek yg dinilai

Di
lakuka
n

Tdk di
lakuka
n

Kompete
n

Tdk
Kompeten

PERSIAPAN ALAT:
3. Bollpoint
4. Kms Lansia

A.
B.

TAHAP KERJA :
6. Memilih KMS sesuai jenis kelamin
7. Mengisi nomor KMS
8. Mengisi register kartu rawat jalan
Puskesmas/Puskesmas Pembantu
9. Mengisi kolom identitas yang tersedia
pada halaman KMS meliputi : nama,tgl
pendaftaran,jeniskelamin,umur,agama,
alamat,pendidikan,pekerjaan,status,
tinggal dengan
10. Menuliskan Indeks Masa Tubuh( IMT),
Tekanan Darah, Berat Badan dan
Tinggi Badan pada grafik

24. Unit Terkait


25. Dokumen
Terkait
26. Rekam
Historis

No.

Yang dirubah

Isi Perubahan

Perubahan

S
P
O

SOP
PENANGANAN ISPA (PNEUMONIA)

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
PUSKESMAS
KUMAI

Tanggal
Diberlakukan

: 445/1.1.5.2/SPO/KI/2016
:
: 5 Desember 2016
: 1/2
dr.ABIMAYU
NIP 19700526 200501 1 011

PENGERTIAN

Suatu pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang datang ke Puskesmas sehingga
diketahui penyakitnya

TUJUAN

Untuk menentukan diagnosa dan pemberian terapi pada balita sakit

KEBIJAKSANAAN

Sebagai acuan penerapan langkah langkah melakukan penanganan atau perawatan


sehingga pasien mendapat pelayanan sesuai harapan

REFERENSI

Sistem Manajemen Mutu ISO 90001-2008

STANDAR
TENAGA

Dokter, Bidan dan Perawat


1

SARANA NON MEDIS


a Meja 1-2 buah
b Kursi 2-4 buah
c Tempat tidur 1 buah
d Blanko resep
e Blanko rujukan
f Wastafel dengan kran mengalir dan sabun cuci tangan
g Tissue (lap tangan)
h Kartu status anak
i Computer
j MTBS

SARANA MEDIS
a Stetoskop
b Thermometer
c Soundtimer
d Timbangan
e Alcohol 70%
f Kassa steril
g Tempat sampah medis dan nom medis
Anamnesa
Pemeriksaan
Penegakkan diagnose
Pengobatan dan rujukan
Penyuluhan kepada orang tua
ANAMNESA
a Identitas pasien
b Tanya apakah anak menderita batuk dan atau sukar bernapas, lama batuk
c Tanya apakah anak 2 bulan - <5 tahun tidak bias minum atau menetek; apakah
bayi <2 bulan kurang bisa minum atau menetek
d Tanya apakah anak demam, berapa lama
e Tanya apakah anak kejang

STANDAR
SARANA DAN
PRASARANA

PROSEDUR
TETAP

1
2
3
4
5

1
CARA
MELAKSANAK
AN
TIAP
KEGIATAN

PEMERIKSAAN
Anak harus tenang dan dipangku ibu atau ditidurkan ditempat pemeriksaan
a Frekwensi pernafasan yaitu dengan menghitung tarikan nafas pada gerakan
dinding dada dan melihatnya dengan hitungan waktu permenit berapa kali
b Apakah ada tarikan dinding dada/tarikan dinding dada kedalam dengan cara
melihat dinding dada bagian bawah pada celah intercosta dan diamati apakah
terjadi pada saat inspirasi
c Apakah ada pernafasan cuping hidung : lihat pada cuping hidung yaitu gerakan
cuping hidung pada ekspirasi dan inspirasi
d Mengukur suhu badan : dengan memakai thermometer, dimana sebelumnya
thermometer harus dibersihkan dengan kapas alcohol pada ujungnya setelah itu
digerak-gerakkan sampai air raksa pada titik 0, baru diletakkan menempel pada
ketiak dan dipertahankan selama 5 menit setelah itu dilepas dan dilihat dengan
sejajar dengan mata dan suhu dicatat kemudian ujung thermometer dibersihkan
dengan alcohol dan diletakkan pada tempatnya
e Apakah ada wheezing/stridor : dengan meletakkan stetoskop pada dinding dada
dan akan terdengar bunyi ngik pada waktu inspirasi itulah suara wheezing.
Begitu juga dengan stridor juga meletakkan stetoskop pada dinding dada dan

f
3

akan terdengar suara nafas berbunyi ksosok krosok


Ukuran berat badan yaitu dengan timbangan bayi, untuk anak>2 tahun yaitu
dengan timbangan injak
PENEGAKAN DIAGNOSA
a Umur < 2 bulan
Bila :
nafas cepat>60x / menit
Tarikan dinding dada kuat
Maka itu adalah pneumonia berat
Bila :
nafas <60x / menit
Tarikan dinding dada negative
Maka bukan pneumonia
b Umur 2 bulan <5 tahun
Bila ada tarikan dinding dada kedalam (bila ada wheezing berulang-ulang)
Maka itu adalah Pneumonia Berat
Bila :
2 bulan < 12 bulan : 50 x /menit
12 bulan < 5 tahun : 40 x/menit
Maka itu adalah Pneumonia
Bila tarikan dinding dada kedalam negative
Nafas cepat negative
12 bulan < 5 tahun < 40x/menit
1 -<5 tahun < 40x/menit
Maka itu Bukan Pneumonia

4 PENGOBATAN DAN RUJUKAN


A < 2 bulan
1 Pneumonia berat
Rujuk ke Rumah Sakit
Antibiotic yaitu kotrimoksasol 1/8 tab
Wheezing ada : obati dengan salbutamol <10 kg tablet W-19 kg
1 tab
2 Bukan Pneumonia
Nasihat dan perawatan di rumah
Jaga agar tidak kedinginan dengan cara diberi selimut
ASI teruskan dan lebih sering
Bersihkan sumbatan hidung dan kapas lidi dimasukkan pada lubang
hidung untuk membersihkan lendirnya
Anjuran kontol bila
Nafas cepat
Sulit bernafas
Sulit minum
Kejang kejang
B 2 bulan < 5 tahun
1 Pneumonia berat
Rujuk ke RS
Antibiotic dengan kotrimoksasol
2-6 bln tablet
6 bulan 3 tahun tablet
3 5 tahun 1 tablet
Wheezing ada obati dengan salbukanol
< 10 kg : tablet
10-19 kg 1 tablet
2 Pneumonia
Nasihat dan perawatan di rumah
Antibiotic selama 5 hari yaitu dengan kotrimoksasol
2 bln 6 bln tab
6 bln 3 th tab

3 th 5 th 1 tab
Anjuran control 2 hari/lebih cepat bila keadaan memburuk
Demam obati dengan paracetamol
2 bln 6 bln tab
6 bln 3 th tab
3 th 5 th 1 tab
Kompres dengan air biasa yang ditaruh pada baskom dengan memakai
saputangan handuk yang dikompreskan pada dahi anak sebelumnya
diperas lebih dulu
Bukan Pneumonia
Batuk >30 hari rujuk
Bila ada penyakit lain obati sesuai dengan penyakitnya
Nasehat untuk perawatan dirumah kemudian ibu diberi penjelasan yang
cukup jelas dan dimengerti oleh ibu. Dan ucapkan terima kasih karena
ibu sudah merawat anaknya dan ucapan semoga lekas sembuh dan
control kembali

PENYULUHAN KEPADA IBU BALITA


Menjelaskan pada ibu/pengantar (nafas sesak cepat, sulit minum, sakit parah,
kejang)
a Anjuran control 2 hari kemudian pada anak dengan pneumonia
b Kembali bila keadaan memburuk
c Cara pemberian obat
d Cara pengobatan / perawatan dirumah (makan cukup, bersihkan hidung,
minum lebih banyak dan obat obatan )
e Menjaga makanan yang semakin memperparah penyakit missal gorengan dan
es
f Hindari merokok dalam ruangan
Loket,Klinik Umum,
Tim Mutu Puskesmas
Koordinator Pelayanan Puskesmas
Loket,Klinik Umum,
Tim Mutu Puskesmas
Koordinator Pelayanan Puskesmas

Unit Terkait

Distribusi

Rekaman Historis

NO

Halaman

Yang dirumah

Perubahan

Pelaksana
Uraian Prosedur

1.

Pasien ambil nomor


antrian

px

petug
as
loket

pera
wat

dokter

Mu
apotek

Kelengkapan

NO

Halaman

Yang dirumah

2.

Petugas
loket
memanggil
sesuai
nomor antrian dan
memasukkan
ke
dalam
computer
sambil menyerahkan
status pasien

Pasien masuk ke
BP/KIA
dan
dianamnesa (tensi,
suhu,
RR,
nadi)
sesuai keluhan oleh
perawat

Setelah
dilakukan
anamnesa
sesuai
keluhan
kemudian
dikonsulkan
oleh
dokter dan dilakukan
pemeriksaan
fisik
kemudian
dokter
memberikan resep
obat
untuk
diserahkan
ke
apotek. Jika perlu
rujuk ke RS.

Apotek
menerima
resep dari dokter
sesuai
indikasi
pasien
dan
menyerahkan obat
ke pasien tersebut.

Setelah
menerima
obat dari apotek
pasien pulang.

S
P
O

Perubahan

SOP
PENANGANAN DIARE

No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

: 445/1.1.5.2/SPO/KI/2016
:
: 5 Desember 2016
: 1/2

PUSKESMAS
KUMAI

dr.ABIMAYU
NIP 19700526 200501 1 011

PENGERTIAN

Salah satu elemen yang sangat penting untuk mendapat gambaran dan informasi
program pengendalian penyakit ISPA

1 Mendapatkan informasi hasil pelaksanaan program P2 ISPA


2 Menidentifikasi masalah
3 Mengetahui keberhasilan program

TUJUAN
KEBIJAKSANA
AN

Sebagai pedoman petugas dalam pencatatan dan pelaporan P2 ISPA


1

Buku pedoman tatalaksana pneumonia balita Depkes RI Tahun 2007


Buku pedoman pengendalian penyakit infeksi salpuran pencernaan akut Depkes
RI Tahun 2009

REFERENSI

STANDAR
TENAGA

Perawat dan Bidan

1 Ballpoint
Register harian P2 ISPA
STANDAR
SARANA DAN
PRASARANA
Mencatat dan melaporkan setiap penderita ISPA yang mengarah ke Pneumonia yang
Prosedur Tetap
datang ke puskesmas
1 Setiap balita yang batuk dan atau kesukaran bernapas yang datang berobat ke
puskesmas dimasukkan ke register harian program P2 ISPA yang merupakan
Cara
rekapitulasi ISPA Balita
Melaksanakan
2
Laporan bulanan program P2 ISPA diambil dari register harian program P2 ISPA
Tiap Kegiatan
3 Px yang terdiagnosa Pneumonia kemudian dikunjungi (Care Seeking) oleh petugas
kesehatan untuk diketahui keadaan/kondisi pasien selanjutnya
4 Petugas menulis hasil keadaan umum pasien yang sekarang. Apabila belum ada
perubahan, memotivasi pasien dan keluarga untuk berobat kembali ke Puskesmas
5 Petugas mendokumentasikan kegiatan tersebut
Unit Terkait
Distribusi
Rekaman Historis

NO

Halaman

Yang dirumah

Perubahan

Pelaksana

Diperlakukan tgl.

Mutu Baku

Ket

Uraian Prosedur
Keleng
kapan
1.

Petugas
kesehatan
mencari data pasien
yang
terdiagnosa
pneumonia
dalam

Waktu

Output

Pelaksana

Mutu Baku

Ket

Uraian Prosedur
Keleng
kapan
buku register

2.

Petugas mengunjungi
(Care Seeking) ke
rumah pasien yang
terdiagnosa
pneumonia tersebut

Petugas melakukan
pemeriksaan
dan
melihat
keadaan
umum pasien, jika
belum ada perubahan
memotivasi
pasien
dan keluarga untuk
segera berobat ke
puskesmas

Petugas
mencatat
hasil kunjungan dan
mendokumentasikan
hasil
kegiatan
tersebut

Waktu

Output

S
P
O

SOP
PENCATATAN & PELAPORAN
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

: 445/1.1.5.2/SPO/KI/2016
:
: 5 Desember 2016
: 1/2

PUSKESMAS
KUMAI
PENGERTIAN
TUJUAN

dr.ABIMAYU
NIP 19700526 200501 1 011
Salah satu elemen yang sangat penting untuk mendapat gambaran dan informasi
program pengendalian penyakit diare
1 Mendapatkan informasi hasil pelaksanaan program P2 diare
2 Menidentifikasi masalah
3 Mengetahui keberhasilan program

KEBIJAKSANA
AN

Nomor SK

REFERENSI

Sistem Manajemen Mutu ISO 90001-2008


Petugas adalah 1 orang paramedis yang berkompeten

Standar Tenaga
1 Ballpoint
Standar
Sarana 2 Register harian P2 diare
dan Prasarana
Persiapan petugas
Prosedur Tetap
1 Setiap orang yang mengalami diare datang berobat ke puskesmas dimasukkan ke
register harian program P2 diare
Cara
2
Laporan bulanan program P2 diare diambil dari register harian program P2 diare
Melaksanakan
3 Petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada kader posyandu baik balita
Tiap Kegiatan
maupun posyandu lansia tentang penanganan kasus diare
4 Selain memberikan penyuluhan, petugas kesehatan juga memberikan oralit di
posyandu balita maupun posyandu lansia jika sewaktu-waktu ada penderita diare
disekitarnya
5 Petugas kesehatan mengevaluasi hasil laporan dari kader tentang kasus diare di
posyandunya masing-masing
6 Petugas kesehatan mencatat hasil laporan dan mendokumentasikan hasil kegiatan
tersebut
Unit Terkait
Distribusi
Rekaman Historis

NO

Halaman

Yang dirumah

Perubahan

Diperlakukan tgl.

Pelaksana

Mutu Baku

Uraian Prosedur

Ket
Keleng
kapan

1.

Petugas
kesehatan
memberikan penyuluhan
kepada kader posyandu
balita
dan
posyandu
lansia
tentang
penanganan kasus diare

2.

Petugas
memberikan
oralit di setiap posyandu
balita dan lansia jika
sewaktu-waktu
ada
penderita diare

Petugas
mengevaluasi
hasil laporan diare dari
kader balita dan lansia

Petugas mencatat hasil


dan mendokumentasikan
kegiatan tersebut.

Waktu

Output

Anda mungkin juga menyukai