Refrat ANIN Lengkap
Refrat ANIN Lengkap
Disusun Oleh:
Anindita Pramadyasiwi, S. Ked
NIM. 072011101007
Dosen Pembimbing :
dr. H. A. Nuri, Sp. A
dr. Gebyar Tri Baskoro, Sp. A
dr. Ramzi Syamlan, Sp. A
Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik
SMF Ilmu Kesehatan Anak di RSD dr. Soebandi Jember
SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSD dr. SOEBANDI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2011
Pendahuluan
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit yang terbanyak
diderita oleh anak- anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju dan
sudah mampu; dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena
penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi
dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa, di mana
ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary
Disease.1,2
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA
setiap tahunnya. 40% -60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit
ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20% - 30%.
Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi
berumur kurang dari 2 bulan.1
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi.
Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam
keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data
morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 %
dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian di lapangan (Kecamatan
Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %). Diperkirakan
bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6
bulan.1,2
Definisi
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Istilah
ini diadaptasi dari istilah Acute Respiratory Infections (ARI). Yang dimaksud ISPA
adalah mulai dari infeksi saluran pernafasan atas dan adneksanya hingga parenkim
paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung hingga 14 hari.2
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut,
dengan pengertian sebagai berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
2
organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA
secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran
pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract).
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung
lebih dari 14 hari.
ISPA diklasifikasikan berdasarkan letak yaitu infeksi saluran pernafasan
atas akut (di atas laring) dan infeksi saluran pernafasan bawah akut (laring ke
bawah). ISPA atas terdiri dari rinitis, faringitis, tonsilitis, rinosinusitis dan otitis
media; dan ISPA bawah terdiri dari epiglotitis, croup (laringotrakeobronkitis),
bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia. Sebagian besar ISPA biasanya terbatas
pada ISPA atas saja, tapi sekitar 5%-nya melibatkan laring dan respiratori bawah
berikutnya, sehingga berpotensi menjadi serius.2
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia
dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat (ditandai secara klinis
oleh adanya tarikan dinding dada ke dalam/chest indrawing). dan pneumonia tidak
berat (ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat). Penyakit batuk pilek
seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya
digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit
jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik.
Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila
ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut
harus mendapat antibiotik.1,2
Epidemiologi
ISPA paling sering terjadi pada anak. Kasus ISPA merupakan 50% dari
seluruh penyakit pada anak berusia dibawah 5 tahun, dan 30% pada anak berusia
5-12 tahun.3 Walaupun sebagian besar terbatas pada saluran pernafasan atas, tetapi
sekitar 5% juga melibatkan saliran nafas bawah, terutama pneumonia. Anak
3
berusia 1-6 tahun dapat mengalami episode ISPA sebanyak 7-9 kali per tahun,
tetapi biasanya tingan. Puncak insidens biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun.1,2
Insidens ISPA/pneumonia di negara berkembang adalah 2-10 kali lebih
banyak daripada negara maju. Perbedaan tersebut berhubungan dengan etiologi
dan faktor resiko. Di negara maju, ISPA didominasi oleh virus, sedangkan
dinegara berkembang oleh bakteri seperti S. pneumonia dan H. influenza. Di
Negara berkembang, ISPA dapat menyebabkan 10-20% kematian dan
bertanggung jawab terhadap 1/3-1/2 kematian pada balita. Pada bayi, angka
kematiannya dapat mencapai 45 per 1000 kelahiran hidup.2
Di Indonesia, ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan
pasien ke sarana kesehatan, yaitu 40-60% dari seluruh kunjungan ke puskesmas
dan 15-30% dari seluruh kunjungan rawat jalan dan rawat inap RS. Jumlah
episode ISPA di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun, tetapi berbeda antar
daerah. Pada tahun 2002, ISPA menempati peringkat pertama dari 10 penyakit
terbanyak di rumah sakit umum di Indonesia, dengan angka kejadian pneumonia
diperkirakan 10-20% per tahun, dan terdapat kecenderungan bergesernya
prevalens tertinggi ke kelompok usia yang lebih muda.1,2
Mortalitas ISPA yang pasti sampai saat ini belum diketahui. Kematian
terbanyak akibat bronkopneumonia dan bronkiolitis. Pada negara berkembang
diperkirakan 20-25% kematian anak balita diakibatkan ISPA. Mortalitas ISPA di
Amerika Utara 0,5% per 1000 anak di bawah usia 1 tahun, dan 3-8 per 1000 anak
usia 1-5 tahun; sedangkan laporan dari berbagai negara berkembang berkisar 1044 per 1000 anak di bawah 1 tahun dan 3-8 per 1000 pada anak berusia antara 1-5
tahun.Dari data ini diperkirakan angka kematian akibat ISPA perseribu penduduk
100-200 kali lebih tinggi di negara berkembang daripada negara maju.1,2
A. Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut
a) Rinitis (Common Cold, Coryza, Cold, Selesma)
Definisi
Rinitis adalah infeksi saluran nafas atas ringan dengan gejala utama
hidung buntu, adanya sekret hidung, bersin, nyeri tenggorok dan batuk.
Infeksi ini terjadi secara akut, dapat sembuh spontan, dan merupakan
Kategori
Penyebab rinitis terbanyak
Mikroorganisme
Rhinovirus
Virus Parainfluenza
RSV
Coronavirus
Adenovirus
Enterovirus
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Reovirus
Mycoplasma pneumonia
Coccidiodes immitis
Histoplasma capsulatum
Bordatella pertusis
Chlamydia psitacci
Coxiella Burnetti
Patofisiologi
Penularan rinitis dapat terjadi melalui inhalasi aerosol yang mengandung
partikel kecil, deposisi droplet pada mukosa hidung atau konjungtiva, atau
melalui kontak tangan dengan sekret yang mengandung virus.2
Infeksi dimulai dengan deposit virus di mukosa hidung anterior atau di
mata. Dari mata, virus menuju hidung melalui duktus lakrimalis, lalu
berpindah ke nasofaring posterior akibat gerakan mukosilier. Di daerah
Diagnosis2
Ditegakkan berdasarkan
1) Anamnesis
Berdasarkan gejala klinis dan perjalanan penyakit. Perlu ditanyakan
karakteristik rinorea, unilateral atau bilateral, riwayat alergi serta
kebiasaan merokok pada orang tua.
2) Pemeriksaan Fisik
Komplikasi2,4
Otitis media
Rinosinusitis
Infeksi saluran pernapasan bawah
Eksaserbasi asma
Penatalaksanaan
Non medikamentosa2
o
Bila gejala klinis tidak terlalu berat, dianjurkan tidak menggunakan
medikamentosa/obat-obatan
Usaha untuk mengatasi hidung tersumbat:
1)
Anak yang lebih besar: elevasi kepala saat tidur
2)
Bayi dan anak: terapi suportif yang adekuat
Medikamentosa2
o
Demam: asetaminofen atau ibuprofen (> 6 bulan)
o
Mengurangi sekret hidung: tetes hidung salin (bayi) atau semprot
o
Pencegahan
Cara terbaik adalah mencuci tangan, khususnya setelah kontak dengan
sekret pasien. Pemberian imunisasi influenza setahun sekali dapat
mencegah infeksi influenza dan komplikasinya.2,4
b) Faringitis Akut
Definisi
Faringitis merupakan peradangan akut membran mukosa faring dan
struktur lain di sekitarnya, termasuk tonsillitis (tonsilofaringitis) yang
berlangsung hingga 14 hari. Oleh karena itu, pengertian faringitis secara
Mikroorganisme
Bakteri
Streptokokus, group A
Streptokokus, group C dan G
Campuran bakteri anaerob
Neisseria gonorrhoeae
Corynebacterium diphtheria
Arcanobacterium haemolyticum
Yersinia enterocolitica
Yersinia pestis
Francisella tularensis
Virus
Virus Rhino
Virus Corona
Virus Adeno
Virus Herpes simplex 1 dan 2
Virus Parainfluenza
Virus Coxsackie A
Virus Epstein-Barr
Virus Sitomegalo
Human immunodeficiency virus
Virus Influenza A dan B
Mikoplasma
Mycoplasma pneumonia
Klamidia
Chlamydia psittaci
C. pneumonia
Patogenesis
Bakteri maupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring
yang kemudian menyebabkan respon peradangan lokal. Rhinovirus
menyebabkan iritasi mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal.
Sebagian besar peradangan melibatkan nasofaring, uvula, dan palatum
mole. Perjalanan penyakitnya ialah terjadi inokulasi dari agen infeksius di
faring yang menyebabkan peradangan lokal sehingga menyebabkan
eritema faring, tonsil, atau keduanya. Infeksi Streptokokus ditandai dengan
invasi lokal serta pelepasan toksin ekstraselular dan protease. Transmisi
dari virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi akibat kontak tangan
dengan sekret hidung dibandingkan kontak oral. Gejala akan tampak
setelah masa inkubasi yang pendek, yaitu 24-72 jam.2
Manifestasi klinis2
1) Faringitis Streptokokus
Gejala yang khas berupa nyeri tenggorokan dengan awitan mendadak,
disfagia dan demam. Selain itu, juga didapatkan demam yang dapat
mencapai 40oC, beberapa jam kemudian terdapat nyeri tenggorok.
Dapat dijumpai gejala dan tanda seperti faring hiperemis, tonsil
bengkak dengan eksudasi, kelenjar getah bening leher anterior bengkak
dan nyeri, uvula bengkak dan merah, ekskoriasi hidung disertai lesi
impetigo sekunder, ruam skarlatina dan petekie palatum mole. Akan
tetapi, penemuan tersebut bukan merupakan tanda pasti faringitis
streptokokus.
2) Bukan faringitis streptokokus
Gejala dan tanda kemungkinan besar bukan faringitis streptokokus
yaitu usia di bawah 3 tahun, awitan bertahap, kelainan melibatkan
beberapa mukosa (konjungtivis, diare, batuk, pilek, suara serak), mengi
dan ronki di paru, dan eksantem ulseratif.
3) Faringitis difteri
Tanda khas yaitu membran asimetris, mudah berdarah, dan berwarna
kelabu pada faring. Membran dapat meluas dari batas anterior tonsil
hingga ke palatum mole dan/atau ke uvula.
4) Faringitis akibat virus
Diagnosis2,4
Ditegakkan berdasarkan
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan Fisik
3) Pemeriksaan Penunjang
Baku emas: pemeriksaan kultur dari apusan tenggorok.
Penatalaksanaan
MC ISSAC SCORE
a) Kriteria (1 angka untuk tanda klinis yang ditemukan)
Kriteria original
1. Temperatur > 38 C
2. Tidak batuk
3. Adenopati servikal anterior yang lunak
4. Pembesaran tonsil atau eksudat
Modifikasi
1. Umur 3-14 tahun
: +1 poin
2. Umur 15-44 tahun : 0 poin
3. Umur > 45 tahun : -1 poin
b) Interpretasi (Clinic and ER probability) Didasarkan kriteria original :
Skor 0
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
10
selama 10 hari.
Eritromicin ethylsuccinate 40mg/kgBB/ hari 2-4 kali (max I g/hari)
selama 10 hari.
c) Sinusitis
Definisi
Sinusitis merupakan radang sinus (paranasal) pada bayi dan anak.
Diperkirakan 5-10% infeksi respiratorik atas yang disebabkan oleh virus
11
selesma berjalan lambat selama lebih 10 hari. Batuk malam hari sering
menyertai infeksi virus pernafasan atas, tetapi batuk siang hari lebih
berkesan sinusitis. Nyeri kepala, nyeri wajah, pelembekan dan oedem
tidak lazim.5,9
Keluhan yang sering ditemukan adalah batuk kronik berulang, pilek
dengan cairan hidung yang berwarna kuning-hijau. Gejala infeksi
respiratorik tidak sembuh sampai lebih dari 7 hari. Nyeri kepala dan nyeri
di daerah muka yang menjalar ke graham atas (geligi). Kadang
pendengaran menurun dan penciuman serta sensorik wajah berkurang.
Demam ditemukan pada kurang dari 30% kasus. Nafas atau mulut berbau
dapat dijumpai.
Pemeriksaan penunjang
Pencitraan2,4,5
Foto rontgen
Waters (occipitomental) untuk melihat sinus frontalis dan
ethmoidalis
Caldwell (postero anterior) untuk melihat sinus frontalis dan
ethmoidalis
Lateral untuk melihat sinus sphenoid dan adenoid
12
Pengobatan
Terapi antibiotik pilihan pertama ampisilin atau amoksilin 2-3 minggu,
jika alergi golongan penisilin maka pilihan pertama trimetroprinsulfametoksasol
Supportif :
a. Pembersihan secret
b. Pengurangan edema dan inflamasi
13
Definisi
Otitis media merupakan suatu inflamasi telinga tengah yang berhubungan
dengan efusi dan penumpukan cairan di telinga tengah. Otorrhea
merupakan discharge telinga yang dapat berasal dari membran timpani.
Otitis media terjadi karena gangguan aerasi telinga tengah yang biasanya
yang purulen.2
Penatalaksanaan2
bersama
sulfonamid
100
mg/Kgbb/hari
atau
14
Etiologi
Epiglotitis hampir selalu disebabkan oleh Haemophilus influenza tipe B.
penyebab lain adalah S. aureus, S. pneumonia, C. albicans, virus dan
trauma.2,6
Menyerang terbanyak pada kelompok usia 3-7 tahun.6
Manifestasi klinis
Ditandai dengan perjalanan demam yang tinggi mendadak dan berat, nyeri
tenggorok, sesak nafas, diikuti dengan gejala obstruksi saluran nafas yang
progresif (dalam beberapa jam dapat memburuk menjadi obstruksi
pernafasan total dan dapat menyebabkan kematian).2,6
Pada anak yang lebih besar, gejala prodromal berlangsung lebih lama
daripada anak kecil. Biasanya didahului nyeri tenggorokan dan disfagia,
pasien lebih menyukai posisi duduk, badan membungkuk ke depan dengan
mulut terbuka dan leher ekstensi (sniffing position).2,6
Pada anak kecil, keadaan umum awalnya baik, kemudian terbangun di
malam hari dengan demam tinggi, afonia, lidah terjulur disertai gawat
nafas (respiratory disstres) sedang hingga berat dan stridor inspirasi.
Gawat nafas dapat terjadi pada menit-menit atau jam-jam pertama
dimulainya penyakit.2,6
Karakteristik
Usia
Awitan
Epiglotitis
Semua usia
Mendadak
Croup
6 bulan-6 tahun
Perlahan
15
Lokasi
Suhu tubuh
Disfagia
Dispnea
Drooling
Batuk
Gambaran radiologis
Supraglotis
Demam tinggi
Berat
Ada
Ada
Jarang
Positive thumb sign
Subglotis
Demam tidak terlalu tinggi
Ringan atau tidak ada
Ada
Ada
Khas
Positive steeple sign
Diagnosis
Diagnosis epiglotitis ditegakkan atas dasar ditemukannya epiglotis yang
besar, bengkak dan berwarna merah ceri, dengan pemeriksaan langsung
ataupun laringoskopi. Pada laringoskopi terlihat radang epiglottis yang
berat dan kadang-kadang disertai peradangan di daerah sekelilingnya,
termasuk atenoid dan lipatan ariepiglotis, plika vokalis, dan daerah
subglotis. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan gambaran thumb sign
karena pembengkakan epiglotis.2
16
Laringotrakeobronkitis
Spasmodic croup = Spasmodic cough, terdapat faktor atopik, tanpa
gejala prodromal; anak tiba-tiba mengalami gejala obstruksi saluran
respiratori, biasanya pada waktu malam menjelang tidur; serangan
Etiologi2,6
Virus penyebab tersering (sekitar 60% kasus) adalah Human Parainfluenza virus type 1 (HPIV-1), HPIV-2, 3, dan 4, virus Influenza A dan B,
napas.
Manifestasi klinis2,6
Manifestasi klinis didahului dengan demam yang tidak begitu tinggi
selama 12-72 jam, hidung berair, nyeri telan dan batuk ringan. Kondisi ini
akan berkembang menjadi batuk nyaring, suara menjadi parau dan kasar.
Gejala sistemik yang menyertai seperti demam dan malaise. Bila keadaan
berat dapat terjadi sesak nafas, stridor inspiratorik yang berat, retraksi dan
anak tampak gelisah, dan gejala akan bertambah berat pada malam hari.
Gejala puncak terjadi pada 24 jam pertana hingga 48 jam. Biasanya
perbaikan akan tampak dalam waktu satu minggu.
Tabel 4. Perbandingan antara Viral Croup dengan Spasmodik Croup2
Karakteristik
Usia
Gejala prodromal
Stridor
Batuk
Demam
Lama sakit
Riwayat keluarga
Predisposisi asma
Viral croup
6 bulan 6 tahun
Ada
Ada
Sepanjang waktu
Ada (tinggi)
2-7 hari
Tidak ada
Tidak ada
Spasmodik croup
6 bulan 6 tahun
Tidak jelas
Ada
Terutama malam hari
Bisa tidak, tidak tinggi
2-4 jam
Ada
Ada
18
Diagnosis2
Ditegakkan berdasarkan
1) Anamnesis: gejala klinis yang timbul
2) Pemeriksaan fisik: ditemukan suara serak, hidung berair, peradangan
faring, dan frekuensi nafas yang sedikit meningkat.
3) Pemeriksaan penunjang
Peningkatan leukosit > 20.000/mm3 yang didominasi oleh PMN
kemungkinan telah terjadi superinfeksi, misalnya epiglotitis
Pemeriksaan radiologis leher posisi PA: ditemukan gambaran udara
steple sign (seperti menara) yang menunjukkan adanya penyempitan
kolumna subglotis (pada 50% kasus)
Pemeriksaan CT-Scan: penyebab obstruksi terlihat jelas
Penatalaksanaan2
Tatalaksana utama bagi pasien croup adalah mengatasi obstruksi jalan
nafas.
Kriteria rawat inap: (bila dijumpai salah satu dari gejala berikut)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
19
8. Gangguan kesadaran
9. Demam tinggi
10. Anak tampak toksik
11. Tidak ada respon terhadap terapi
a) Terapi inhalasi
Terapi uap digunakan untuk mengatasi obstruksi jalan napas.
20
Pemakaian uap dingin lebih baik daripada uap panas krena akan
melembabkan
saluran
respiratori,
meringankan
inflamasi,
Etiologi
Bronkitis akut pada umumnya disebabkan oleh virus, antara lain
21
dikaitkan
dengan
Staphylococcus
aureus,
Streptococcus
atau meningkat.2,6
Penatalaksanaan2,6
o Istirahat yang cukup, kelembapan udara yang cukup, masukan cairan
yang adekuat
o Asetaminofen
o Antibiotik (bila dicurigai infeksi bakteri) dengan pilihan: ampisilin,
cloxasilin, kloramfenikol, eritromisin.
d) Bronkiolitis
Definisi
Bronkiolitis adalah penyakit ISPA-bawah yang ditandai dengan adanya
inflamasi pada bronkiolus. Umumnya disebabkan oleh virus. Secara klinis
ditandai dengan episode pertama wheezing pada bayi yang didahului
23
0
Wheezing
- Ekspirasi
- Inspirasi
- Lokasi
Retraksi
- Supraklavikular
- Interkostal
- Subkostal
TOTAL
SKOR
1
4
Semua
(-)
(-)
(-)
Akhir
Sebagian
2 dari 4
lapangan
paru
Semua
3 dari 4
lapangan
paru
(-)
(-)
(-)
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
Sedang
Sedang
Berat
Berat
Berat
SKOR
MAKSIMAL
4
2
2
3
3
3
17
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah tepi tidak khas. Pada pemeriksaan foto dada AP dan
lateral dapat terlihat gambaran hiperinflasi paru (emfisema) dengan
diameter anteroposterior membesar pada foto lateral serta dapat terlihat
bercak konsolidasi yang tersebar. Analisis gas darah dapat menunjukan
hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis respiratorik atau
metabolik. Bila tersedia, pemeriksaan deteksi cepat dengan antigen RSV
dapat dikerjakan.
Diagnosis Banding6
1. Asma bronkial
2. Aspirasi benda asing
3. Bronkopneumonia
4. Gagal jantung
5. Miokarditis
6. Fibrosis Kistik
Penatalaksanaan6,9
a) Pemberian oksigenasi; dapat diberikan oksigen nasal atau masker,
monitor dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas diberikan
bantuan ventilasi mekanik.
b) Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu dapat dengan
cairan parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu
dan status hidrasi.
24
25
Sedang: RDAI 3 - 15
Retraksi (+), Takipnea
(+), Wheezing (+)
Sianosis (-)
Resiko tinggi (+)
Rawat Jalan :
Rumah Sakit:
ICU/UPI:
Hidrasi oral, nutrisi,
Oksigenasi, hidrasi, Nutrisi
Cek: Foto dada, Gas darah,
Suportif
Albuterol: 0,1 mg/Kg/dosis
EKG, Elektrolit.
Pastikan:
dalam 3 cc normal saline
Oksigenasi, bila perlu:
pengetahuan orang
secara nebulasi, bisa diulangi
ventilasi mekanik, Nebulasi
tua (+), transportasi
tiap 4-6 jam,
Albuterol,
ke RS memadai
Antibiotika: disesuaikan
Steroid: deksametason 0,1Suportif
0,2 mg/Kg/dosis IV,
Diagnosa Banding Bronkiolitis:
Antibiotik spectrum luas,
Infeksi: Pertusis, Bronkopneumonia
Suportif
Non-infeksi: Asma, Gastroesophageal reflux, Corpus Alienum saluran napas,
Trakeoesofageal
fistula, Cystic Fibrosis
Bronkiolitis dengan resiko tinggi:
Lahir premature, usia < 3 bulan, Penyakit Jantung Bawaan, Penyakit Pru Kronis, Riwayat asma/alergi
pada keluarga
Gambar 5. Algoritma Tatalaksana Bronkiolitis6
e) Pneumonia
Definisi
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai parenkim paru yang
meliputi parenkim dan jaringan interstisial. Yang ditandai dengan batuk,
sesak nafas, demam ronki basah, dengan gambaran infiltrat pada foto
rontgen thoraks.2,10
Etiologi
Virus merupakan penyebab tersering pneumonia, terutama RSV, virus
influenza, adenovirus dan virus parainfluenza. Secara umum bakteri yang
berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus, Streptococcus group B,
serta kuman atipik klamidia dan mikoplasma.2,10
Pada neonatus, Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes
merupakan penyebab terbanyak. Virus adalah penyebab terbanyak pada
usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia. Selain itu
Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab utama pada pneumonia
bakterial.
Mycoplasma
pneumoniae
dan
Chlamydia
pneumoniae
Manifestasi klinis
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak tergantung pada berat
ringannya infeksi, tetapi secara umum sebagai berikut:2
(1) Gejala infeksi umum: demam, sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah,
atau diare, kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner
(2) Gejala gangguan respiratori: batuk, sesak napas, retraksi dada,
takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, sianosis
Diagnosis
Anamnesis
Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan
infeksi saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam
tinggi terus menerus, sesak, kebiruan disekitar mulut, menggigil (pada
anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala
non spesifik seperti hipotermi, penurunanan kesadaran, kejang atau
kembung sehingga sulit dibedakan dengan meningitis, sepsis atau ileus.6
Pemeriksaan fisis
Tanda yang mungkin ada adalah suhu 390 C, dispnea: inspiratory
effort ditandai dengan takipnea, retraksi (chest indrawing), nafas cuping
hidung dan sianosis. Gerakan dinding toraks dapat berkurang pada daerah
yang terkena, perkusi normal atau redup. Pada pemeriksaan auskultasi
paru dapat terdengar suara nafas utama melemah atau mengeras, suara
nafas tambahan berupa ronki basah halus di lapangan paru yang terkena.6
Pemeriksaan penunjang6
-
analisis
gas
darah
penanganan awal.
Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di
seluruh lapangan paru. Luasnya kelainan pada gambaran radiologis
biasanya sebanding dengan derajat klinis penyakitnya, kecuali pada
infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat daripada
keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai:
o Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobaris
o Penebalan pleura pada pleuritis
o Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura, pneumomediastinum, pneumotoraks, abses, pneumatokel
Gejala Klinis
Bayi berusia di bawah 2 bulan
Pneumonia
Napas cepat (> 60x/menit)
atau Sesak nafas
Tatalaksana
Harus dirawat
Diberikan antibiotik
Bukan pneumonia
Bukan pneumonia
Penatalaksanaan
a) Pneumonia rawat jalan2,12
Antibiotik lini pertama secara oral: Kotrimoksasol (4 mg TMP-20 mg
sulfametoksazol/kgBB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari atau
Amoksisilin (25 mg/kgBB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk
pasien HIV, diberikan selama 5 hari.
b) Pneumonia rawat inap2,12
Terapi Antibiotik
oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%. Pemberian oksigen setelah
saat ini tidak berguna.
c) Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal.
Penggunaan
nasal
prongs
adalah
metode
terbaik
untuk
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasmaliah.
2004.
Infeksi
Saluran
Pernafasan
Akut
(ISPA)
dan
Care Untuk
Penyakit
Infeksi
Saluran