ABSTRAK
Operasi pemboran yang dilakukan tidak
selalu berjalan dengan lancar, ada kalanya
timbul masalah yang dapat menghambat
jalannya operasi pemboran tersebut. Salah satu
hambatan itu adalah terjepitnya rangkaian
pemboran. Hambatan operasi pemboran pada
sumur X lapangan Y Pertamina EP
menyebabkan waktu operasi menjadi lebih lama
dari yang direncanakan, serta meningkatnya
biaya pemboran sampai dua kali lipat dari biaya
yang dianggarkan.
Hambatan pemboran berupa rangkaian
terjepit oleh diidentifikasi terjadi pada trayek 81/2 ini diidentifikasikan merupakan differential
pipe sticking ataupun key seating setelah
dilakukan analisa terhadap beberapa parameter
seperti aspek lumpur, aspek litologi batuan,
aspek geometri lubang bor, aspek rangkaian
pipa bor.
Dari hasil analisa dan evaluasi
hambatan pemboran tersebut, maka perlu
dilakukan metode-metode untuk mengatasi
jepitan tersebut serta pencegahan terjadinya
jepitan. Metode yang dilakukan pada evaluasi
ini dilakukan metode Regang Lepas, Spotting
Fluids, Back Off serta hasil akhir dari
kesimpulan ini merupakan perbandingan antara
Formasi Baturaja
Terdapat pada kedalaman 2309-2563
mbpl. Litologinya adalah dominan batu
gamping dengan sisipan tipis serpih.
Formasi Parigi
Terdapat pada kedalaman 944-1056
mbpl. Litologi batuannya adalah dominan
batu gamping dengan sisipan tipis serpih.
Formasi Cisubuh
Terdapat pada kedalaman 0-943 mbpl.
Litologi batuannya adalah dominan batu
lempung dengan sisipan gravel, batu
pasir, dan batuan lanau. Dominan serpih
dengan sisipan batu pasir, batu lanau dan
batu gamping.
= DP Ac Cf (3.1)
Dimana :
F
DP
Ac
=
=
=
Cf
2.
3.
4.
5.
IV.
METODOLOGI
akhir
3671
Pipa
:
:
:
:
:
Sebelum
dilakukan
mechanical back off, maka perlu
diketahui pada titik kedalaman berapa
pipa terjepit, maka pihak Pertamina
memakai jasa PT Shlumberger untuk
melakukan FPIT (Free Point Indicator
Tools) dan Back Off. Adapun hasil
pengukuran FPIT adalah seperti terlihat
pada Tabel V-4.
Tabel V- 4
Hasil Pengukuran FPIT
No
1
2
3
4
5
Depth
(metres)
2295
2620
2643
2649
2658
Tension
(%)
97
54
35
33
30
Free Point
(%)
97
44
11
10
7.2
6
7
8
9
10
11
2669
2678
2685
2696
2704
2733
25
24
20
19
10
3.4
5.9
5.5
4.7
3.2
2.6
0
Perhitungan :
Tekanan hidrostatis (Ph) :
Ph
=
0,052 mud TVD
Ph
=
0,052 (1,53 8,33)
(3424 3,281)
Ph
=
7443,3 psi
Tekanan formasi berdasarkan referensi
sumur di sekitarnya adalah 5774,68 psi pada
kedalaman 3000 m. Sedangkan tekanan formasi
pada titik jepit pada kedalaman 3424 m adalah :
Pf = 5774,68 psi + {(5774,68 psi / 3000
m) x (3424 m 3000 m)
Pf = 5774,68 psi + 816,15
Pf = 6590,8 psi
Selisih tekanan (DP) adalah sebesar :
DP = Ph Pf
DP = 7443,3 6590,8
DP = 852,5 psi
5.5.2. Aspek Litologi Batuan
Pemboran pada sumur X pada kedalaman
saat pipa terjepit, formasi yang ditembus adalah
termasuk dalam formasi Talang Akar dan
Jatibarang yaitu dengan lapisan batuan yang
ditembus berupa perselingan batu pasir, batu
lanau dan batu gamping.
5.5.3. Aspek Geometri Lubang Bor
Sumur X dan Y merupakan pemboran
sumur berarah. Dari survey terlihat bahwa pada
setiap interval kedalaman yang dihitung sampai
kedalaman terjadiya jepitan pipa didapatkan
harga-harga dogleg yang melebihi dogleg
severity-nya (3/100 ft), harga dogleg ini adalah
hal yang tidak diinginkan karena dengan harga
dogleg ini melebihi harga dogleg severity-nya
maka terjadi pembelokan arah lubang bor yang
lebih besar dari arah pembelokan lubang bor
yang telah direncanakan. (Perhitungan dapat
dilihat pada lampiran B).
5.5.4. Aspek Rangkaian Pemboran
VI.
DISKUSI
Interval
(mTVD)
1250
2340
2340
2594
2594
3141
3141
3198
3198
3531
dogleg (
)
- 50,04
dogleg
severity (
)
1,39
- 14,59
1,74
- 9,52
0,5
- 2,52
1,34
- 9,84
0,27
3.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Flow Chart 4.1. Metodologi