8 2
8 2
com/2006/10/04/strategiinvestasi-untuk-menarik-investor/
Tinggalkan komentar Go
A. Latar Belakang
Selama hampir lebih dari dua dasawarsa proses pembangunan di tanah air
tercinta Indonesia, kita menyaksikan dan mengalami pertumbuhan perekonomian
yang secara bertahap meningkat dengan pesatnya. Bahkan beberapa tahun
sebelum krisis terjadi, mesin pertumbuhan ekonomi telah terpacu melebihi daya
dukung kapasitasnya dengan segala akibat yang harus kita tanggung: seperti
melonjaknya hutang luar negeri; misalokasi sumber daya nasional kepada
pengembangan sektor manufaktur yang sangat tergantung pada komponen bahan
baku impor; suburnya kolusi-korupsi-dan nepotisme; dan yang tidak kalah
pentingnya adalah ketimpangan pembangunan antar wilayah (propinsi) di
Indonesia.
Syukur Allhamdullilah para wakil rakyat dalam orde pasca orde baru dapat
menghayati dan mengerti tuntutan-tuntutan tersebut dengan mengeluarkan
ketetapan Undang-Undang No22 Tahun 1999 tentang (otonomi) Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang No25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Dalam master plan ini secara minimal perlu disusun suatu swot analysis
yang dihadapi oleh Daerah Propinsi, berikut identifikasi kendala-kendala yang
dihadapi masing-masing Daerah Otonom didalamnya. Atas dasar analisa tersebut
selanjutnya dijabarkan visi dan tujuan pembangunan daerah dalam jangka panjang,
yang dalam proses perumusannya akan melibatkan seluruh Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota berikut para wakil rakyat (DPRD ) di propinsi tersebut (azas
participatory democracy).
Atas dasar analisis swot berikut penetapan visi dan misi ini selanjutnya dapat
dirumuskan berbagai strategi pengembangan daerah yang meliputi strategi
investasi dan promosi, strategi pembangunan infrastruktur dan social overhead
capital; strategi penggunaaan, pemanfaatan dan pengembangan lahan; strategi
mobilisasi dana dan anggaran; dan strategi perumusan kebijaksanaan daerah. Pada
tingkatan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, berbagai jenis rencana tindakan
(Action Plan) yang merupakan wujud pelaksanaan strategi dan kebijaksanaan
pembangunan yang telah ditetapkan dapat dirumuskan secara detail menurut
kebutuhan dan kemampuan masing-masing Daerah Otonom.
Menjawab pertanyaan ini akan sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi
oleh masing-masing daerah serta kebutuhan pengembangan investasi dan
infrastruktur yang akan dijalankan selama suatu periode perencanaan.
dan rumah tangga maupun pendapatan dari pajak daerah. Salah satu metode untuk
menyeleksi industri andalan yang memiliki daya saing adalah dengan revealed
comparative advantage(RCA). Menurut analisis yang dilakukan oleh Brodjonegoro
(1999), Daerah Aceh memiliki dua industri andalan masing-masing industri yang
menghasilkan produk minyak bumi dan pupuk, dengan RCA index di atas satu.
Sayangnya ada kendala keterbatasan cadangan minyak dan besarnya komponen
impor bahan baku pupuk yang jika akan dikembangkan lebih lanjut menjadi
terbatas sustainabilitynya. Demikian proses analisis seperti ini dapat dilanjutkan
untuk Daerah Propinsi lainnya..
Para perintis model strategi pembangunan daerah ini antara lain adalah
Hirschman (1958), Lyod Rodwin (1963), dan Friedmann (l966). Doktrin growth
center ini kemudian berkembang pesat , sebagaimana dibahas oleh Niles M Hansen
(1967,1968) dan DF Darwent (1969). Keterkaitan growth center dan perekonomian
daerah pernah banyak terjadi di banyak kawasan sebagaimana dilaporkan oleh
Brian Berry (1969) dan Gordon Cameron (1970); walaupun sebenarnya banyak juga
kasus-kasus kegagalan seperti terjadi di Malaysia, Amerika Latin, dan bahkan di
Indonesia seperti di kawasan industri Makassar, Cirebon dan Semarang.
Strategi growth center telah banyak berhasil di Indonesia antara lain dengan
dibangunnya kawasan Pulau Batam (BIDA, 2000) dan kawasan industri di
Pulogadung-Jakarta. Keberhasilan pengembangan Pulau Batam adalah karena
lokasinya yang strategis dekat dengan tranfer-points perdagangan antar negara di
Singapura, dan memanfaatkan pengembangan ancillary industries yang memiliki
keterkaitan dengan leading industry elektronika di negara tetangga. Banyaknya
obyek wisata baru yang dikembangkan turut pula mendorong keberhasilan tersebut,
disamping tentunya hasil kerja keras dari para pimpinan puncak manajemen
pengelola kawasan Batam. Sedangkan untuk kawasan industri Pulogadung pada
saat ini sedang menghadapi permasalahan struktural karena meningkatnya
external diseconomies dan urbanization diseconomies dari kota Jakarta,
khususnya di sekitar lokasi kawasan tersebut.
Jika industri yang berorientasikan ekspor atau suatu leading industry dan
dapat pula kawasan industri atau pelabuhan/airport menjadi cukup berkembang
sehingga dapat menciptakan pasar untuk produk-produk lanjutan , baik ke hulu
maupun ke hilir, dan atau kegiatan tersebut telah cukup untuk menghasilkan
external localization economies untuk industri-industri yang terkait, maka strategy
pengembangan ancillary industry sudah dapat dicoba untuk dilaksanakan
(Moriarty ,1980).
Salah satu faktor yang terpenting dalam upaya menarik investor ke daerah
adalah adanya jaminan kepastian hukum dalam menjalankan usaha. Pengalaman
selama masa orde Baru, Pemerintah kurang berhasil dalam memberikan jaminan
bahwa peraturan yang telah ditetapkan dalam kegiatan investasi dan usaha akan
tetap dipegang walaupun sistem pemerintahan berubah. Jaminan ini sangat diminta
oleh para investor maupun calon investor dalam kegiatan investasi yang jangka
waktu pengembalian modal yang ditanamnya cukup lama. Hal ini dapat kita jumpai
dalam kegiatan investasi di bidang eksplorasi minyak bumi dan hasil tambang,
industri berat, perkebunan, kawasan industri, apartemen dan gedung bertingkat,
serta kegiatan-kegiatan high-tech industries.
berusaha dan dampak kebijaksanaan bagi para pelaku bisnis dan calon investor di
sektor ekonomi lainnya..