PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada abad modern ini Pelayanan dan fasilitas
merupakan komponen
pelaksanaan kerja pegawai. Seorang pegawai yang disiplin tidak akan mencuri
waktu kerja untuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan
pekerjaan. Demikian juga pegawai yang mempunyai kedisiplinan akan mentaati
peraturan yang ada dalam lingkungan kerja dengan kesadaran yang tinggi tanpa
ada rasa paksaan. Pada akhirnya pegawai yang mempunyai kedisiplinan kerja
yang tinggi akan mempunyai kinerja yang baik karena waktu kerja
dimanfaatkannya sebaik mungkin untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
target yang telah ditetapkan.
Dengan semakin meningkatnya tingkat gaya hidup masyarakat, maka
masyarakat yang membayar pajak juga semakin meningkat. Salah satu jasa dari
teknologi informasi yang banyak dimanfaatkan dan digunakan masyarakat adalah
dengan menggunakan sarana internet melalui samsat up tambusai. Dengan
mengakses pada internet seseorang akan dengan mudah dan cepat dalam
membayar pajak.
Dalam hal ini penyelenggaraan pelayanan publik tidak hanya
diselenggarakan oleh pemerintah semata tetapi oleh penyelenggara swasta.
Dengan kata lain seluruh kepentingan yang menyangkut hajat hidup orang banyak
memerlukan adanya suatu pelayanan. Salah satu upaya langkah strategis yang
dilakukan oleh pemerintah Rokan hulu ialah membentuk kantor Satuan
Administrasi dalam Satu Atap yang dikenal dengan Samsat. Samsat adalah suatu
sitem kerjasama secara terpadu antara Polri, Dispenda dan PT. Jasa Raharja
(Persero) dalam pelayanan untuk menerbitkan Surat Tanda Nomor Kendaraan
(STNK/TNK) yang dikaitkan dengan pemasukan uang ke kas Negara baik melalui
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan bermotor (BBNKB) dan Sumbangan Wajib Dana Kecalakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) dan
dilaksanakan pada satu kantor yang diberi nama kantor bersama Samsat (Up
Tambusai
Sebagai instansi pemerintahan , untuk dapat menciptakan nilai lebih pada
pelanggan maka perlu diperhatikan faktor-faktor kualitas layanan jasa yang
diberikan kepada masyarakat seperti kualitas layanan yang berkaitan pada segala
sesuatu yang tampak nyata (kebersihan dan kenyamanan ruangan, sara parkir yang
memadai, perlengkapan yang bisa dioperasikan), kualitas layanan yang berkaitan
dengan kemampuan pegawai dalam memberikan layanan segera dan memuaskan
masyarakat (kecepatan dalam pelayanan dalam membayar pajak), kualitas layanan
yang berkaitan dengan memberikan pelayanan sebaik mungkin (kesediaan
pegawai dalam membantu masyarakat, ketanggapan pegawai), layanan yang
berkaitan dengan pengetahuan dan kesopan santunan pegawai serta kemampuan
mereka untuk menumbuhkan rasa kepercayaan dan keyakinan (perasaan
aman,tingkat kejujuran, sikap dalam melayani masyarakat), kualitas layanan yang
berkaitan dengan kepedulian, komunikasi yang baik (pelayanan yang adil,
hubungan antar masyarakat.
Dalam penelitian ini ditekankan pada adanya keterkaitan antar kualitas
pelayanan dari samsat up tambusai dengan kepuasan masyarakat, dan menyadari
betapa pentingnya kepuasan masyarakat maka penulis mengadakan penelitian
dengan judul PENGARUH FASILITAS DAN PELAYANAN TERHADAP
KEPUASAN
MASYARAKAT PADA
SAMSAT UP TAMBUSAI
DI
TALIKUMAIN
KECAMATAN
TAMBUSAI
KABUPATEN
ROKAN
HULU.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, dapat di rumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah fasilitas dan pelayanan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan pelanggan pada Samsat up tambusai Kec.tambusai Kab.rokan hulu?
2. bagaimana pelayanan publik di bidang perpajakan di Kantor Bersama Samsat
up tambusai terhadap Pengelolaan Pajak Kendaraan Bermotor?
3. Faktor-faktor dominan apa saja yang mempengaruhi efektivitas pelayanan sesuai
Standar Pelayanan Minimal (SPM) kepada wajib pajak agar sejalan dengan
peningkatan pemasukan pendapatan daerah?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penelitian ini
bertujuan untuk :
oleh instansi
menjadi tugas dan urusan sesuai dengan kewenangan dalam kompetensi wilayah
administratifnya sesuai ketentuan perundang-undangan.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi
dan sumbangan pemikiran untuk pengembangan Hukum Administrasi Negara di
Bidang Tata Pemerintahan Daerah pada umumnya, serta Hukum Perpajakan/Pajak
Daerah pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis, hasil penelitian diharapkan sebagai kontribusi sumbangan
pemikiran dalam upaya meningkatkan kinerja SKPD serta kualitas kerja aparat
pemerintahan daerah dalam memberikan pelayanan publiknya kepada wajib
pajak/masyarakat.
.
BAB II
LANDASAN TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTES
A. Kualitas Pelayanan
Pelayanan pada dasarnya mempunyai sasaran yang sederhana yaitu
untukkepuasan pelanggan. Oleh karena itu pelayanan yang diberikan harus
memperhatikan kualitas. Menrut Parasuraman dalam Hutasoit (2011:66).
sebagaimana dikutip Shahin, Kualitas Pelayanan adalah perbedaan antara
pelayanan yang diharapkan dengan pelayanan yang diterima. Apabila harapan
lebih besar jika dibandingkan dengan kinerja, maka kualitas yang dirasakan lebih
kecil jika dibandingkan dengan kepuasannya, karenanya kepuasan konsumen atau
publik yang menrima pelayanan terjadi. Menurut Muhtosim Arief (2013:77),
kualitas pelayanan adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan
konsumen.
Menurut Parasuraman dalam Tjiptono (2014:53) ada dua faktor utama
yang mempengaruhi kualitas jasa: jasa yang diharapkan (Expected service) dan
jasa yang dipersepsikan (Perceived service).
1. Jasa yang diharapkan, menekankan arti penting harapan pelanggan sebelum
membeli atau mengkonsumsi suatu jasa sebagai standar atau acuan dalam
mengevaluasi kinerja jasa yang bersangkutan.
2. Jasa yang dipersepsikan. Kualitas jasa harus dimulai dari kebutuhan pelanggan
dan berakhir pada persepsi pelanggan (Kotler dalam Tjiptono, 2013: 54). Sebagai
pihak yang membeli dan mengkonsumsi jasa, pelangganlah yang menilai tingkat
kualitas jasa sebuah perusahaan. Jasa memiliki karakteristik variability, sehingga
kinerjanya seringkali tidak konsisten. Hal ini menyebabkan pelanggan
menggunakan isyarat intrinsik (output dan penyampaian jasa) dan isyarat
eksteristik (unsur-unsur pelengkap jasa) sebagai acuan dalam mengevaluasi
kualitas jasa. Menurut Ernon S. Muselman dalam J. Supranto (2012:14), kualitas
jasa adalah tingkat pelayanan yang diberikan oleh manajemen untuk memenuhi
harapan konsumen. Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk
atau jasa yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan
yang dinyatakan atau yang tersirat (Kotler, 2009:49). Dengan demikian kualitas
jasa dapat merupakan kemampuan suatu jasa yang mampu memenuhi kebutuhan
dan harapan konsumen. Masih menurut Parasuraman dalam Hutasoit (2011:66)
Accounts commission mengidentifikasikan 10 faktor yang menentukan kualitas
pelayanan kesepuluh faktor dimaksud sebagai berikut:
1. Akses, yaitu kemudahan dan kenyaman memperoleh pelayanan
2. Komunikasi, yaitu menjaga konsumen selalu memperoleh imformasi
dalam bahasa yang dimengerti dan mendengar konsumen.
3. Kompetensi, yakni memiliki keterampilan dan pengetahuan terhadap jasa
yang diberikan
4. Rasa hormat, yaitu meliputi kesopanan, menghargai, pertimbangan, dan
ramah dari semua tingkatan staf.
5. Kreadibilitas, yakni mencakup kepercayaan, reputasi dan citra.
6. Keandalan, memberikan pelayanan yang konsisten, akurat, dan dapat
diandalkan, serta memberikan pelayanan sesuai yang di janjikan.
7. Daya tangggap, adalah memiliki kesediaan dan kesiapan untuk
memberikan pelayanan ketika dibutuhkan.
8. Keamanan, meliputi keamanan fisik, keungan dan kerahasiaan.
9. Bukti fisik, mencakup aspek fisik pelayanan seperti perlengkapan,
fasilitas, stap dan penampilan.
10. Memahami konsumen, yaitu mengetahui kebutuhan personal konsumen
dan mengenali pengulangan konsumen.
Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak di jadikan acuan
dalam penelitian pemasaran Parasuraman, Zeithaml, dan Berry. Dalam Hutasoit
(2011:67) Pendekatan ini di buat berdasarkan perbandingan dua faktor utama
yakni persepsi konsumen atas layanan nyata yang mereka terima dan layanan
yang sesungguhnya diharapkan/diinginkan, model ini memberikan indikator
ukuran kepuasan pelanggan terletak pada lima dimensi kualitas pelayanan
menurut yang dikatakan pelanggan. Kelima dimensi pokok tersebut meliputi:
Ketepatan waktu pelayanan, yang meliputi waktu tunggu dan waktu proses.
Akurasi pelayanan, yang meliputi bebas dari kesalahan.
Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan.
Kemudahan mendapatkan pelayanan, misalnya banyaknya petugas yang
keamanan,
kenyamanan,
kepastian
hokum
yang
dapat
10
11
Servqual ini yang akan menjadi acuan dalam melakukan penilaian terhadap
kualitas layanan/jasa. Dimensi Servqual terdiri atas unsur-unsur:
1) Tangible (bukti fisik) merupakan salah satu alat ukur untuk menilai kualitas
pelayanan, yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya
kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik
perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti pelayanan yang
diberikan oleh pemberi jasa. Yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, tempat
parkir), perlengkapan, peralatan yang digunakan (teknologinya) serta penampilan
pegawainya.
2) Reliability (keandalan) adalah salah satu dimensi yang menjadi tolak ukur
kualitas pelayanan, yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan
sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan
harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, dan pelayanan dengan tingkat
akurasi yang tinggi.
3) Responsiveness (daya tanggap) merupakan salah satu alat ukur untuk menilai
kualitas pelayanan. Daya tanggap yaitu suatu kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang cepat (responsive) dan tepat kepada pelanggan dengan
penyampaian informasi yang jelas.
4) Assurance (jaminan) adalah salah satu dimensi yang menjadi tolok ukur
kualitas pelayanan, yaitu kemampuan para pegawai untuk menumbuhkan rasa
percaya para pelanggan pada`organisasinya. Terdiri dari beberapa komponen
antara
lain
competence
(kemahiran),
courtesy
(kesopanan),
12
credibility
5) Emphaty (empati) merupakan salah satu alat ukur untuk menilai kualitas
pelayanan, yaitu dengan memberikan perhatian yang tulus dan sifat individual
yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya memahami keinginan
pelanggan. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan
pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik
serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.Lebih jauh
Parasuraman mengemukakan bahwa kelima dimensi kualitas pelayanan model
servqual ini digunakan untuk menganalisis lima kesenjangan antara kemampuan
suatu perusahaan dalam memberikan pelayanan dengan pelayanan yang
diharapkan pelanggan. Dimana kelima kesenjangan ini akan mempengaruhi
kualitas pelayanan perusahaan yang dikenal dengan Model Servqual diantaranya
yaitu:
1) Kesenjangan persepsi manajemen (gap ke-1). Hal ini terjadi apabila terdapat
perbedaan antara harapan-harapan konsumen dengan persepsi manajemen, karena
pihak manajemen tidak selalu dapat memahami harapan pelanggan secara akurat.
2) Kesenjangan persepsi kualitas (gap ke-2). Gap persepsi kualitas akan terjadi
apabila terdapat perbedaan antara persepsi manajemen tentang harapan-harapan
dengan spesifikasi kualitas pelayanan yang dirumuskan. Dalam situasi-situasi
tertentu, manajemen mungkin mampu memahami secara tepat antara apa yang
diinginkan pelanggan, namun mereka tidak menyusun standar kinerja yang jelas.
3) Kesenjangan penyelenggara pelayanan (gap ke-3). Gap ini lahir jika pelayanan
yang diberikan berbeda dengan spesifikasi kualitas yang dirumuskan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karyawan yang belum terlatih,
13
beban kerja terlalu berlebihan, standar kerja tidak terpenuhi atau bahkan karyawan
yang tidak bersedia memenuhi standar kerja.
4) Kesenjangan komunikasi pasar (gap ke-4). Gap ini merupakan akibat dari
adanya perbedaan antara pelayanan yang diberikan dengan komunikasi eksternal
terhadap konsumen.
5) Kesenjangan kualitas pelayanan (gap ke-5). Gap ini terjadi karena pelayanan
yang diharapkan oleh konsumen tidak sama dengan pelayanan yang senyatanya
diterima atau dirasakan oleh konsumen. Berdasarkan kelima kesenjangan tersebut,
yang paling berpengaruh dalam menggambarkan tingkat kepuasaan pelanggan
adalah kesenjangan yang ke-5 yaitu kesenjangan antara kualitas pelayanan yang
dirasakan dengan kualitas pelayanan yang diharapkan pelanggan. Hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan yang mendasar dimana antara kesenjangan ke1 sampai dengan kesenjangan ke-4, titik beratnya pada organisasi pemberi
pelayanan sedangkan pada kesenjangan ke-5, titik beratnya justru berada pada sisi
pelanggan.
Berdasarkan kedua pendapat dapat dilihat bahwa dimensi-dimensi yang
dikemukakan pada dasarnya sama. Namun dimensi-dimensi yang dikemukakan
Parasuraman dkk lebih baik karena sudah teruji, mudah dipahami dan mudah
dalam hal pengukurannya. Disamping itu sebagian besar dimensi yang
dikembangkan oleh Groonros berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap
perusahaan manufaktur. Dimensi Servqual didesain dan divalidasi untuk dapat
digunakan dalam berbagai sektor jasa/pelayanan. Meskipun banyak sekali
pendapat yang telah dikemukakan, metode Servqual merupakan alat pengukur
14
kualitas pelayanan jasa yang paling populer di dunia bahkan di Indonesia. Hal ini
dikarenakan servqual memiliki banyak kelebihan, antara lain (Syahbana, 2004):
1) Tingkat validitas dan reliabilitasnya tinggi.
2) Dapat dipergunakan di berbagai macam sektor jasa.
3) Memperlihatkan trend kualitas jasa/pelayanan melalui survei pelanggan
secara periodik.
4) Memperlihatkan dimana dan seserius apa gap yang terjadi antara penyedia
layanan dengan harapan pelanggan.
5) Mengidentifikasi aspek kualitas layanan yang perlu dilakukan perbaikan.
6) Memperlihatkan urutan prioritas perbaikan kualitas layanan.
7) Memperlihatkan dimensi kualitas pelayanan yang memiliki pengaruh
signifikan pada performa kualitas layanan perusahaan.
8) Memberikan acuan bagi perusahaan untuk membuat rencana program
peningkatan kualitas layanan yang efektif dan efisien.
9) Dapat digunakan sebagai alat untuk membandingkan kinerja suatu perusahaan
dengan perusahaan lainnya secara global.
C. Hipotesis
Pengaruh Pelayanan Publik Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor Kualitas pelayanan yang baik akan mendorong
seseorang untuk memenuhi kewajibannya membayar pajak (Supadmi, 2009).
Penelitian yang dilakukan Setijo dan Sumadi (2006), tentang pengaruh kualitas
pelayanan terhadap kepuasan wajib pajak pada obyek pajak penghasilan di KPP,
Yogyakarta, menyatakan kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap
15
(competency)
aparatur
meliputi
pengetahuan
(knowledge),
ketrampilan (skill) dan sikap atau perilaku (attitude). Kristina (2009) dalam
penelitiannya tentang Pengembangan SDM Aparatur melalui pendekatan soft
HRM sebagai titik tumpu reformasi perpajakan menyatakan SDM Aparatur
mempunyai peranan penting dalam mendukung suksesnya reformasi perpajakan.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis pada penelitian ini adalah :
H2 : Kompetensi SDM Aparatur berpengaruh positif terhadap efektivitas
penerimaan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bemotor.
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Efektivitas Peneriman Pajak BBNKB
Kepatuhan wajib pajak merupakan bentuk kesadaran wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan. Kepatuhan wajib pajak merupakan indikator
16
penentu yang mempengaruhi penerimaan Negara, oleh karena itu setiap kebijakan
untuk meningkatkan penerimaan pajak tidak hanya dilakukan dengan menambah
jumlah wajib pajak, tetapi juga disertai dengan peningkatan kepatuhan wajib
pajak Sari (2012 : 23). Kamila (2010) dari hasil penelitiannya yang berjudul
pengaruh tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak serta perubahan penghasilan kena
pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang
pribadi pada KPP Tambusai. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepatuhan
wajib pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak
penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis pada penelitian ini adalah :
H3 : Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap efektivitas penerimaan
Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bemotor.
BAB III
17
METODE PENELITIAN
18
pelayanan
pajak
kendaraan
bermotor
yaitu
19
efektifitas
implementasi
Kebijakan
Pajak
Progresif
20
biografi, media baik online maupun cetak yang dalam hal ini dapat
mendukung data primer atau dikatakan relevan dengan penelitian.
Data sekunder dalam penelitian ini akan diperoleh melalui buku,
penelitian- penelitian terdahulu serta media cetak.
D. Teknik Pengambilan Data
1) Wawancara: Menurut Moleong (2010:186) wawancara
adalah
adalah
21
E. Definisi Operasional
Menurut Singarimbun dan Effendi (2001: 123), definisi operasional adalah
petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca definisi
operasional dalam penelitian maka kita akan mengetahui baik atau
buruknya variabel tersebut.
No
1
Variabel
Kualitas pelayanan cek fisik
Indikator
Kehandalan
Jaminan
Bukti langsung
Daya tangkap
Kehandalan
Jaminan
Bukti langsung
Daya tamglap
Kehandalan
Jaminan
Bukti langsung
Daya tangkap
F. Hubungan penelitian
Menurut Singarimbun dan Effendi (2001: 111), skala likert terdiri dari
lima alternatif jawaban, di mana setiap alternatif dapat diberi skor
berdasarkan kategori jawaban pada kuesioner penelitian. Kegiatan yang
dilakukan dalam penentuan skor memberikan kode pada jawaban
responden dalam kuesioner, yaitu sebagai berikut:
1) Jawaban (a) Sangat Setuju/Sangat Baik diberi skor 5
2) Jawaban (b) Setuju/Baik diberi skor 4
22
23
24
fungsi
linier
dari
variabel
bebas
lainnya.
Adanya
parameter
semakin
melebar,
dengan
demikian
terbuka
25
26