Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena kurangnya pengertian masyarakat terhadap akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh sampah. Faktor yang menyebabkan permasalahan sampah di Indonesia semakin rumit adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan dan juga partisipasi masyarakat yang kurang untuk memelihara kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya (Slamet, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau/proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun sampah sejenis sampah rumah tangga. Sedangkan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh
dan
berkesinambungan yang meliputi perencanaan, pengurangan, dan penanganan
sampah. Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Dampak peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut mengakibatkan bertambahnya sampah. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya
Universitas Sumatera Utara
kualitas lingkungan perkotaan karena pengelolaan persampahan yang kurang
memadai. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan suatu cara untuk menangani masalah sampah tersebut sehingga fenomena sampah yang selama ini terjadi pada kota tidak menjadi masalah serius bagi warga masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Sejalan dengan itu, bahwa masalah persampahan telah mengakibatkan pencemaran lingkungan secara berantai, seperti bau busuk yang mengganggu, sumber penularan penyakit, tersumbatnya drainase dan sungai yang dapat mengakibatkan banjir. (Naatonis, 2010) Salah satu permasalahan sampah yang cukup rumit adalah permasalahan sampah pasar, sebab selain jumlahnya yang relatif banyak, sampah pasar juga mempunyai problematik tersendiri. Keadaan ini terjadi di pasar tradisional sebagai salah satu wadah perekonomian sebagian besar masyarakat perkotaan. Aktivitas yang ada baik itu jual beli antara pedagang dengan pengunjung atau pembeli secara tidak langsung dapat menyebabkan adanya timbulan sampah pada pasar tersebut setiap harinya.(Naatonis, 2010) Menurut penelitian Susanawati (2004) mengenai evaluasi pengelolaan sampah Pasar Johar berdasarkan persepsi pengelola dan pedagang serta arahan pengelolaannya di Kota Semarang, mengatakan bahwa pengelola sampah mengeluhkan tentang rendahnya partisipasi dari pedagang untuk ikut mengelola sampah di Pasar Johar, terutama mengenai pewadahan secara individual yang sangat diabaikan oleh pedagang. Pedagang juga mengeluhkan mengenai peralatan-peralatan yang digunakan untuk operasional pengelolaan sampah,
Universitas Sumatera Utara
karena dinilai sering mengalami kerusakan dan pengelola tidak menyediakan
peralatan cadangan sehingga mengakibatkan operasionalnya terhambat. Menurut
Naatonis
(2010)
dalam
penelitiannya
mengenai
sistem
pengelolaan sampah berbasis masyarakat di kampung nelayan Oesapa Kupang,
menunjukkan pada subsistem pewadahan, sebagian besar masyarakat kampung nelayan (26,92%) sudah mempunyai pewadahan, namun belum memisahkan sampah menurut jenisnya. Sedangkan sistem pengumpulan yang dilakukan petugas kebersihan masih kurang karena 73,08% masyarakat kampung nelayan menyatakan kurang puas. Menurut penelitian Zulkarnaini (2009) bahwa tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah Pasar Pagi Arengka Kota Pekanbaru berdasarkan kriteria Interpretasi skor secara keseluruhan tingkat partisipasi pedagang termasuk kategori sedang dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi adalah pendidikan, pendapatan, kepedulian terhadap sampah, peraturan, kondisi lingkungan dan fasilitas. Berdasarkan hasil survei pendahuluan, Pasar Terapung merupakan salah satu pasar pasar tradisional yang ada di kecamatan tembilahan kota kab. Indragiri hilir riau. Pasar terapung dibangun di atas sungai Indragiri. Gedung pasar ini memiliki 2 lantai. Lantai 1 terdiri dari para pedagang bahan mentah seperti sayursayuran, ikan, telur, buah-buahan dan lain-lain, di lantai 2 terdiri dari pedagang yang menjual makanan siap saji. Pengelolaan sampah tidak terlepas dari perilaku pedagang dalam mengelola sampah. Perilaku pedagang yang dimaksud
Universitas Sumatera Utara
diantaranya perlakuan terhadap sampah sebelum dibuang, penyediaan tempat
sampah, dan bahan pewadahan yang digunakan. Sebagian besar pedagang di Pasar Terapung tidak memiliki tempat penampungan sampah yang memadai, masih banyaknya timbulan dan tumpukan sampah pada daerah sekitarnya (TPS), serta sebagian besar pedagang membuang sampah ke sungai karena letak pasar yang berada diatas sungai dan kurangnya petugas kebersihan di pasar Terapung. Tempat penampungan sampah harus memenuhi syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan, seperti: konstruksinya kuat, tidak mudah bocor, tempat sampah mempunyai tutup, dan mudah untuk diangkat oleh satu orang. Kebanyakan mereka menggunakan keranjang sampah yang terbuat dari bambu, kardus dan kantong plastik. Pedagang yang tidak mempunyai kotak sampah mereka akan membuang sampah di sekitar tempat pedagang, sehingga menjadikan tempat tersebut kotor dan sebagian besar membuang ke sungai. Tempat pengumpulan sampah yang terbuka dapat menjadikan tempat perkembangbiakan kuman penyakit, yang akan menjadi sumber infeksi. Dan tempat perkembangbiakannya vektor penyakit yang dapat menularkan penyakit melalui makanan dan minuman, serta ganguan estetika. Kondisi ini perlu dicermati agar tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Pewadahan sampah yang ada pada saat ini masih belum seragam, baik dari bentuk dan
kapasitas
serta
bahannya.
Mulai
dari
Pengumpulan,
pemindahan,
pengangkutan dan pembuangan sementara hingga ke pembuangan akhir dinilai
masih perlu untuk dibenahi. Untuk itu perlu adanya penelitian dalam upaya
Universitas Sumatera Utara
mengkaji sistem pengelolaan sampah yang sesuai, dengan cara menganalisa
sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau. 1.2 Rumusan Masalah Masalah sampah yang berserakan disekitar pasar Terapung mengakibatkan pasar ini menjadi tidak rapi dan masih ada pedagang yang membuang sampah di sungai yang berada dibawah gedung. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan sampah dan partisipasi yang dilakukan pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan sampah dan partisipasi yang dilakukan pedagang untuk menciptakan lingkungan yang bersih di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pengelola pasar meliputi: perwadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, dan Pembuangan akhir sampah yang dilaksanakan di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau. 2. Untuk mengetahui partisipasi pedagang dalam menciptakan lingkungan bersih di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi pihak pengelola Untuk dapat memberikan alternatif solusi terhadap system pengolahan Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau. 2. Untuk dapat kiranya membantu Dinas Kebersihan, pertamanan dan pemakaman Kab. Indragiri Hilir dalam penanggulangan sampah, khususnya sampah pasar. 3. Untuk dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman serta sebagai proses belajar bagi penulis dalam mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku perkuliahan selama proses belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan. 4. Sebagai informasi dan bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya pada bidang ilmu kesehatan lingkungan.