7546 18157 1 SP
7546 18157 1 SP
Abstrak
Pemeriksaan fisik gardu dan pengukuran parameter trafo distribusi dilakukan secara berkala sebagai salah
satu langkah pemantauan gardu (monitoring) maupun keperluan lainnya. Hasil ukur parameter trafo dapat di
analisis, sehingga trafo dan komponen lain pada suatu Gardu Trafo Tiang (GTT) dapat terhindar dari kerusakan.
Namun kenyataan di lapangan, ditemukan kesalahan pengukuran karena dilakukan secara konvensional, sehingga
anilisis hasil ukurpun menjadi kurang tepat. Tulisan ini membahas tentang usaha mengurangi kesalahan pengukuran
parameter trafo dengan menggunakan alat ukur dan aplikasi web bernama Electrical Measurement and Data
Transmit (EMT), serta menganalisis data hasil ukurnya. Dari analisis data diperoleh, tingkat kesalahan alat ukur
EMT tertinggi adalah 6,15%. Dengan menghitung efisiensi maksimum sebesar 98,9%, ditunjukkanlah bahwa
pembebanan yang lebih besar akan mengurangi efisiensi trafo, akan tetapi pembebanan yang terlalu kecil juga
menyebabkan efisiensi trafo yang rendah. Ketidakseimbangan beban MK328 saat pengukuran LWBP adalah
27,33% melebihi ketentuan sebesar 25%. Pembebanan yang lebih seimbang dapat menurunkan rugi-rugi akibat
adanya arus yang mengalir pada penghantar netral. Nilai THD arus MK328 melebihi ketentuan IEEE 519-1992
tentang standar harmonisa arus. Kapasitas trafo MK328 dan JH184 adalah sebesar 160 kVA, namun akibat THD,
terjadi penurunan kemampuan pada trafo (derating). Penurunan paling signifikan terjadi pada MK328 menjadi
136,89 kVA, sementara pada JH184 daya trafo hanya turun menjadi 152,16 kVA.
Kata Kunci: EMT, Pengukuran Parameter Trafo
1. Pendahuluan
Pengukuran parameter trafo pada sebuah
GTT merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan
oleh PLN, sebagai salah satu langkah
pemantauan gardu (monitoring) maupun
keperluan lainnya. Pengukuran gardu trafo tiang
dengan metode konvensional biasanya dilakukan
dengan pengukuran manual, yaitu mengukur
kemudian mencatat hasil pengukuran untuk
kemudian di masukkan data hasil ukurnya (data
entry) menggunakan aplikasi SIGD (Sistem
Informasi Gardu Distribusi).
Metode lain dalam pengukuran gardu
trafo tiang adalah Electrical Measurement and
Data Transmit (EMT) yang dapat diakses
disetiap komputer yang memiliki fasilitas
internet. Sistem ini dapat meminimalisir
kemungkinan kesalahan pengukuran beban dan
meningkatkan keakuratan data hasil ukur.
=
(1)
Pout
100 .................................
Pout + rugi
Pcu=I 2 . R .........................................
(2)
dan rugi inti adalah:
(9)
maka :
=1
Pi
I .R
......
(5)
dengan men-diferensialkan
didapatkan:
kedua
bagian,
Pi
d
R
=0
+
dI
V 1 cos 1 V 1 cos 1 .................
.......
(6)
I R=a . I ; I S =b . I ; I T =c . I
kVA rated
Pi
P curated ....................
(7)
Efisiensi
untuk
setiap
persentase
pembebanan dari sebuah trafo akan berubahubah, dikarenakan rugi tembaga juga berubah.
Dari persamaan (1), didapatkan efisiensi sebuah
trafo dengan pembebanan yang berbeda-beda.
Dengan menggunakan nilai x sebagai
perbandingan antara pembebanan dalam kVA
dengan daya trafo terpasang.
kVA actual
x=
kVA rated ..............................
(8)
unbalance=
..
|a1|+|b1|+|c1|
3
100 ..
(11)
THDF=
Standar harmonisa arus pada IEEE 519-1992
diperlihatkan pada Tabel 2:
Tabel 2. Standar Harmonisa Arus[3].
I SC /I L.
1,414 ( I rms )
100 .......................
I peak
(16)
Dalam keadaan ideal (gelombang
sinusoidal murni), nilai THDF = 1, sehingga
tidak terjadi penurunan kapasitas pada
transformator[4].
Pengukuran
trafo
pada
EMT
memanfaatkan teknologi SMS Gateway untuk
mengirimkan data hasil ukur gardu ke server,
kemudian data-data tersebut disimpan kedalam
data base server yang dapat diakses serta
diunduh data hasil ukur gardunya via
internet[5].
Secara
sederhana,
topologi
pengukuran
trafo
menggunakan
EMT
diperlihatkan pada Gambar 2:
IL
I L=
S
3 V .......................................................
(12)
I SC =
S
Z 3 V
.................................................
(13)
Ratio SC =
I SC
I L ..............................................
(14)
Harmonisa pada
sistem distribusi
menimbulkan panas, sehingga akan terjadi
penurunan kapasitas daya terpasang (derating)
pada transformator tersebut. Digunakanlah
metode perhitungan nilai THDF (Transformator
Gambar 3. EMT-PORTABLE[5].
Pada tas emt-portable terdapat peralatan
atau perangkat yang sudah terintegrasi dan
tambahan peralatan lainnya[5].
3. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang diterapkan pada
studi tentang penggunaan EMT ini adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan penelitian terhadap peralatan
EMT-PORTABLE dan mendapatkan prinsip
kerjanya;
2. Melakukan perhitungan terhadap hasil ukur
EMT, baik kesalahan alat itu sendiri (error),
pembebanan
trafo,
efisiensi
trafo,
ketidakseimbangan trafo, standar harmonisa
trafo, dan derating trafo (THDF);
3. Diagram tahapan penelitian pada tulisan ini
dapat dilihat pada Gambar 4:
1
(I + I + I )
3 R S T
Load=
100
I nominal
Data hasil ukur trafo JH184 saat
pengukuran LWBP diperlihatkan pada tabel 5:
Tabel 5. Data Ukur LWBP JH184[6].
%error=
Persentase
kesalahan
diperlihatkan pada tabel 7:
ukur
EMT
Tabel 8. Perubahan
pembebanan.
efisiensi
terhadap
17 , 47 kVA .
Saat
pengukuran
WBP,
Deratingtrafo=23 , 11 kVA
Tanpa pengaruh harmonisa, berdasarkan
pengukuran WBP (malam), Trafo MK328 telah
dibebani sebesar 102,4 % dari daya
pengenalnya. Artinya MK328 mengalami beban
lebih sebesar
1,414
THDF=
1
(I +I +I )
3 R S T rms
1
(I +I +I )
3 R S T peak
100
(17)
Dari nilai THDF MK328 saat pengukuran
LWBP, didapatkanlah penurunan kemampuan
mengalami
penurunan
kemampuan
9,28 kVA .
Deratingtrafo=160152,1kVA
Deratingtrafo=7 , 9 kVA
Pada
Trafo
JH184,
penurunan
kapasitasnya akibat harmonisa tidak terlalu
signifikan, karena pembebanan trafo JH184
masih tergolong kecil. Dengan kata lain, besar
pembebanan juga berpengaruh terhadap
derating trafo, dimana pembebanan yang lebih
tinggi akan menyebabkan penurunan kapasitas
trafo yang tinggi dan demikian sebaliknya.
5. Kesimpulan
Dari data hasil pengukuran, perhitungan
dan analisis data ukur parameter gardu, dapat
diambil kesimpulan bahwa:
1. Masih terdapat kesalahan pengukuran (error)
pada alat ukur EMT. Error paling besar
terjadi saat pengukuran WBP gardu MK328
sebesar 6,15%;
2. Pembebanan yang lebih besar akan
mengurangi efisiensi trafo, akan tetapi
pembebanan yang terlalu kecil juga
menyebabkan efisiensi trafo yang rendah;
3. Dari analisis ketidakseimbangan pembebanan
pada kedua Trafo, hanya pada pengukuran
siang (LWBP) gardu MK328 saja yang tidak
memenuhi ketentuan ketidakseimbangan
maksimal, yaitu sebesar 27,33% dari
ketentuan sebesar 25%;
4. Pembebanan yang lebih seimbang dapat
menurunkan rugi-rugi akibat mengalirnya
arus pada penghantar netral.
5. Dari standar harmonisa tegangan, trafo
MK328 dan JH184 keduanya memenuhi
ketentuan sesuai IEEE 519-1992. Akan
6. Daftar Pustaka
[1] Theraja, B.L. & Theraja, A.K., A Text Book
of Electrical Technology, New Delhi:
S.Chand and Company Ltd., 2001.
[2] Sopyandi,
Endi,
Pengaruh
Ketidakseimbangan Pembebanan Pada
Trafo Distribusi, 15 Oktober 2012.
[3] Dugan, Roger C., Electrical Power Systems
Quality, New York: The McGraw-Hill
Companies, 2004.
[4] Tribuana,
Nanan,dkk.,
Pengaruh
Harmonik pada Transformator Distribusi,
April 1999.
[5] Manual
Book
PATTINDO,
EMTPORTABLE.
[6] Website Data Hasil Pengukuran Gardu
PT.PATTINDO, [online].
Tersedia:
http://emt.pattindo.net/plnsumut/measurement/login.php