BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Osteosarkoma (osteogenik sarkoma) merupakan neoplasma sel spindle yang
memproduksi osteoid. Osteosarkoma adalah tumor ganas primer dari tulang yang
ditandai dengan pembentukan tulang yang immatur atau jaringan osteoid oleh sel-sel
tumor.
B. Faktor resiko
Penyebab pasti osteosarkoma tidak diketahui, namun terdapat berbagai faktor
resiko terjadinya osteosarkoma, yaitu:
1. Pertumbuhan tulang yang cepat, terlihat sebagai predisposisi osteosarkoma,
seperti yang terlihat bawa insidennya meningkat pada saat pertumbuhan remaja.
Lokasi osteosarkoma
D. Klasifikasi
Berdasarkan atas gradasi, lokasi, jumlah dari lesinya, penyebabnya maka
osteosarkoma dibagi atas beberapa klasifikasi yaitu:
1. Osteosarkoma klasik
Osteosarkoma klasik merupakan tipe yang paling sering dijumpai. Tipe ini
juga disebut osteosarkoma intramedular derajat tinggi (high grade intramedullary
osteosarcoma). Tipe ini sering terdapat di daerah lutut pada anak-anak dan dewasa
3
muda, terbanyak pada femur distal. Sangat jarang ditemukan pada tulang kecil di
kaki, tangan maupun kolumna vertebralis. Apabila pada kaki biasanya mengenai
tulang besar pada kaki belakang yaitu talus dan calcaneus, dengan prognosis jelek.
10
Stadium
Tingkat
IA
Rendah
IB
Rendah
Ekstrakomparmental
IIA
Tinggi
Intrakomparmental
IIB
Tinggi
Ekstrakomparmental
III
Lokasi
Intrakomparmental (di tulang atau otot yang
berasal)
M = metastasis jauh
N0 = tidak ditemukan
M0 = tidak ditemukan
metastasis jauh
T0 = tidak ditemukan
N1 = tumor di kelenjar
M1 = metastasis jauh
tumor primer
T1 = tumor terbatas di
limfe regional
dicapai
dalam periosteum
T2 = tumor menembus
periosteum
T3 = tumor masuk organ
atau struktur sekitar
tulang
11
F. Gejala klinis
Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien
didiagnosa. Gejala yang paling sering adalah nyeri, terutama pada saat aktifitas dan
terdapat massa atau pembengkakan. Tidak jarang terdapat riwayat trauma, meskipun
peran trauma pada osteosarkoma tidaklah jelas. Fraktur patologis sangat jarang
terjadi, terkecuali pada osteosarkoma telangiectatic yang lebih sering terjadi fraktur
patologis. Nyeri pada ekstremitas dapat menyebabkan kekakuan. Riwayat
pembengkakan dapat ada atau tidak, tergantung dari lokasi dan besar dari lesi. Gejala
sistemik, seperti demam atau keringat malam sangat jarang. Penyebaran tumor pada
paru-paru sangat jarang menyebabkan gejala respiratorik dan biasanya menandakan
keterlibatan paru yang luas. Penemuan pada pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada
tempat utama tumor:
Massa: massa yang dipalpasi dapat ada atau tidak, dapat nyeri tekan dan
hangat pada palpasi, meskipun gejala ini sukar dibedakan dengan
jarang terjadi.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan dengan
penggunaan kemoterapi. Sangat penting untuk mengetahui fungsi organ sebelum
pemberian kemoterapi dan untuk memonitor fungsi organ setelah kemoterapi.
Pemeriksaan darah untuk kepentingan prognosa adalah lactic dehydrogenase
(LDH) dan alkaline phosphatase (ALP). Pasien dengan peningkatan nilai ALP
pada saat diagnosis mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai
metastase pada paru. Pada pasien tanpa metastase, yang mempunyai peningkatan
nilai LDH kurang dapat menyembuh bila dibandingkan dengan pasien yang
mempunyai nilai LDH normal. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting
termasuk:
LDH (Lactate Dehydrogenase)
ALP (Alkaline Phosphatase)
Hitung darah lengkap
Hitung trombosit
11
12
-
2. Radiografi
Didapat 3 macam gambar radiologi yaitu:
Osteolitik, dimana proses destruksi merupakan proses utama
Osteoblastik, yang diakibatkan oleh banyak pembentukan tumor tulang
Campuran antara proses destruksi dan proses pembentukan tumor tulang
3. X-ray
Foto polos merupakan hal yang esensial dalam evaluasi pertama dari lesi
tulang karena hasilnya dapat memprediksi diagnosis dan penentuan pemeriksaan
lebih jauh yang tepat. Gambaran dapat bervariasi, tetapi kebanyakan menunjukkan
campuran antara area litik dan sklerotik. Sangat jarang hanya berupa lesi litik atau
sklerotik. Lesi terlihat agresif, dapat berupa moth eaten tepi tidak jelas atau
kadangkala terdapat lubang kortikal multipel yang kecil. Setelah kemoterapi,
tulang disekelilingnya dapat membentuk tepi dengan batas jelas disekitar tumor.
Penyebaran pada jaringan lunak sering terlihat sebagai massa jaringan lunak.
Dekat dengan persendian, penyebaran ini biasanya sulit dibedakan dengan efusi.
Area seperti awan karena sclerosis dikarenakan produksi osteoid yang maligna
dan kalsifikasi dapat terlihat pada massa. Reaksi periosteal seringkali terdapat
ketika tumor telah menembus kortek.
Berbagai spektrum perubahan dapat muncul, termasuk Codman triangles dan
multilaminated, spiculated, dan reaksi sunburst, yang semuanya mengindikasikan
proses yang agresif. Osteosarkoma telangiectatic secara umum menunjukkan
gambaran litik, dengan reaksi periosteal dan massa jaringan lunak. Ketika batas
tumor berbatas tegas, dapat menyerupai gambaran aneurysmal bone cyst.
Osteosarkoma
Small-cell
terlihat
sama
dengan
gambaran
osteosarkoma
13
sklerotik atau campuran dan sering terjadi destruksi tulang, reaksi periosteal dan
ekstensi pada jaringan lunak. Osteosarkoma intracortical dideskripsikan sebagai
gambaran radiolusen dan geographic, dan mengandung mineralisasi internal
dalam jumlah yang kecil. Osteosarkoma derajat tinggi mempunyai gambaran
massa jaringan lunak yang luas dengan berbagai derajat mineralisasi yang muncul
dari permukaan tulang. Osteosarkoma parosteal secara tipikal merupakan tumor
berdensitas tinggi yang muncul dari area tulang yang luas. Tidak seperti
osteochondroma, osteosarkoma parosteal tidak melibatkan kavitas medulla tulang.
Gambar Foto polos dari osteosarkoma dengan gambaran Codman triangle (arrow) dan
difus, mineralisasi osteoid diantara jaringan lunak
13
14
Gambar Reaksi periosteal ketika tumor telah menembus kortek, sunburst appearance
4. CT Scan
CT scan dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos
membingungkan, terutama pada area dengan anatomi yang kompleks (contohnya
pada perubahan di mandibula dan maksila pada osteosarkoma gnathic dan pada
pelvis yang berhubungan dengan osteosarkoma sekunder). Gambaran cross14
15
sectional memberikan gambaran yang lebih jelas dari destruksi tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya daripada foto polos. CT scan dapat
memperlihatkan matriks mineralisasi dalam jumlah kecil yang tidak terlihat pada
gambaran foto polos. Serta sangat membantu ketika perubahan periosteal pada
tulang pipih sulit untuk diinterpretasikan. Namun jarang digunakan untuk evaluasi
tumor pada tulang panjang, namun merupakan modalitas yang sangat berguna
untuk menentukan metastasis pada paru. CT scan sangat berguna dalam evaluasi
berbagai
osteosarkoma
varian.
Pada
osteosarkoma
telangiectatic
dapat
16
tumor dengan struktur neurovascular dan sendi sekitarnya. Hal ini penting untuk
menghindari pasien mendapat reseksi yang melebihi dari kompartemen yang
terlibat. Keterlibatan sendi dapat didiagnosa ketika jaringan tumor terlihat
menyebar menuju tulang subartikular dan kartilago.
6. Ultrasonography (USG)
USG tidak secara rutin digunakan untuk menentukan stadium dari lesi.
Berguna sebagai panduan dalam melakukan percutaneous biopsi. Pada pasien
dengan implant prostetik, mungkin merupakan modalitas pencitraan satu satunya
yang dapat menemukan rekurensi dini secara lokal, karena penggunaan CT scan
atau MRI dapat menimbulkan artefak pada bahan metal. Meskipun USG dapat
memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan lunak, tetapi tidak bisa
digunakan untuk mengevaluasi komponen intermedula dari lesi.
7. Patologi Anatomi
Kriteria untuk diagnosis adalah didapatnya stroma sarcoma dengan
pembentukan osteoid neoplastik dari tulang disertai gambaran anaplasia yang
menyolok. Sel-sel ganas menembus rongga antara kumpulan osteoid. Gambaran
patologis ditemukannya stroma sarcoma dan anaplasia.
8. Angiografi
Angiografi merupakan pemeriksaan yang lebih invasif. Dengan angiografi
dapat ditentukan diagnosa jenis suatu osteosarkoma, misalnya pada high grade
osteosarcoma akan ditemukan adanya neovaskularisasi yang sangat ekstensif.
Selain itu untuk mengevaluasi keberhasilan pengobatan preoperatif kemoterapi,
yang mana lebih terjadi mengurang atau hilangnya vaskularisasi tumor
menandakan respon terapi kemoterapi preoperatif berhasil.
H. Diagnosa Banding
Beberapa kelainan yang menimbulkan bentuk massa pada tulang sering sulit
dibedakan baik secara klinis maupun dilihat dari pemeriksaan penunjang, yaitu:
1. Ewing sarcoma
Tumor ganas yang jarang didapat. Menyerang usia muda, kebanyakan
dibawah usia 20 tahun dengan prevalensi kurang lebih 80%. Lebih banyak pada
16
17
kaum pria. Dengan gejala klinis penderita mengeluh sakit dengan disertai adanya
benjolan. Kemungkinan ada suhu badan yang meninggi, berkeringat berlebih,
leukositosis dan laju endap darah meningkat. Terletak di diafisis tulang panjang,
paling sering pada femur, humerus, tibia, ulna dan fibula, dapat juga mengenai
tulang-tulang tipis. Pada pemeriksaan radiologi tampak proses destruksi tulang
dengan batas yang tidak jelas. Pembentukan tulang reaktif baru oleh periosteum
bisa berlapis-lapis yang memberikan gambaran onion skin atau tegak lurus yang
nampak sebagai sunbrust. Pada MRI menunjukkan kerusakan kortek dan
gangguan pada jaringan lunak sekitarnya. Pada pemeriksaan patologi anatomi
terdapat gambaran highly cellular, neoplasma infiltrat dengan bagian yang padat,
round cell dengan sitoplasma yang jernih round blue cell tumor, dan adanya
ekstensif nekrosis yang ditunjukkan dengan gambaran occasional homer-wright
rossetes.
2. Osteomielitis
Osteomielitis adalah peradangan tulang dan rongga sumsum tulang. Letak
infeksi bervariasi sesuai usia. Pada anak, biasanya terkena adalah metafisis tulang
panjang, pada dewasa biasanya mengenai korpus vertebra. Gejala klinis seperti
demam, malaise, leukositosis, nyeri lokal, pembengkakan dan kemerahan tanpa
keluhan sistemik. Kelainan tulang mungkin tidak terlihat pada radiografi selama
lebih dari seminggu setelah onset. Selama periode ini dapat terjadi destruksi
tulang. Pada osteomielitis kronis, ditemukan tulang nekrotik yang tersisa
(sekuestrum) dan dikelilingi oleh suatu cincin tulang reaktif (involucrum).
3. Osteoblastoma
Osteoblastoma adalah tumor dengan ukuran yang lebih besar dari osteoid
osteoma, lebih jarang dan paling sering terjadi di tulang vertebra. Perbedaannya
adalah tidak mempunyai prostaglandin yang menyebabkan reaksi jaringan. Terjadi
pada dewasa muda (10-20 tahun) dengan keluhan nyeri pada tulang yang
bersangkutan. Pada pemeriksaan penunjang radiologi, tampak daerah osteolitik
dengan pinggir yang tidak/sedikit sklerotik mirip abses tulang. Pada pemeriksaan
patologi anatomi gambarannya mirip dengan osteoid osteoma namun lebih agresif
dengan ukuran lebih dari 2 cm. Terdapat osteoblas dan osteoklas seperti giant cell
berhubungan dengan osteoid spikula dan disertai dengan struma fibrous yang
menunjukkan vaskularitas prominen.
4. Giant cell tumor (osteoklastoma)
17
18
19
5 years survival rates sebesar 50-70% dan sebesar 20% pada penanganan dengan
hanya radikal amputasi.
Pada beberapa keadaan amputasi mungkin merupakan pilihan terapi, namun >
80% pasien dengan osteosarkoma pada ekstremitas dapat ditangani dengan
pembedahan limb salvage dan tidak membutuhkan amputasi. Jika memungkinkan,
dapat dilakukan rekonstruksi limb salvage yang harus dipilih berdasarkan konsiderasi
individual, sebagai berikut:
Autologous bone graft: hal ini dapat dengan atau tanpa vaskularisasi.
Penolakan tidak muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada
pasien yang mempunyai lempeng pertumbuhan yang imatur mempunyai
remaja.
Rotationplasty: Sesuai untuk pasien dengan tumor yang berada pada distal
femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran tumor yang besar sehingga
alternative pembedahan hanya amputasi. Selama reseksi tumor, pembuluh
darah diperbaiki dengan cara end to end anostomosis untuk mempertahankan
patensi dari pembuluh darah. Kemudian bagian distal dari kaki dirotasi 180 o
dan disatukan dengan bagian proksimal dari reseksi. Rotasi ini dapat membuat
19
20
Faktor yang mempengaruhi prognosis termasuk lokasi dan besar dari tumor,
adanya metastase, reseksi yang adekuat, dan derajat nekrosis yang dinilai setelah
kemoterapi
a) Lokasi tumor
Lokasi tumor mempunyai faktor prognostik yang signifikan pada tumor
yang terlokalisasi. Diantara tumor yang berada pada ekstremitas, lokasi yang lebih
distal mempunyai nilai prognosa yang lebih baik daripada tumor yang berlokasi
lebih proksimal. Tumor yang berada pada tulang belakang mempunyai resiko yang
paling besar untuk progresifitas dan kematian. Osteosarkoma yang berada pada
pelvis sekitar 7-9% dari semua osteosarkoma dengan tingkat survival sebesar 2050%.
b) Ukuran tumor
Tumor yang berukuran besar menunjukan prognosa yang lebih buruk
dibandingkan tumor yang lebih kecil. Ukuran tumor dihitung berdasarkan ukuran
paling panjang yang dapat terukur.
c) Metastase
Pasien dengan tumor yang terlokalisasi mempunyai prognosa yang lebih
baik daripada yang mempunyai metastase. Sekitar 20% pasien akan mempunyai
metastase pada saat di diagnosis, dengan paru-paru merupakan tempat tersering
lokasi metastase. Prognosa pasien dengan metastase bergantung pada lokasi
metastase, jumlah metastase, dan respectability dari metastase. Pasien yang
menjalani pengangkatan lengkap dari tumor primer dan metastase setelah
kemoterapi mungkin dapat bertahan dalam jangka panjang, meskipun secara
keseluruhan prediksi bebas tumor hanya sebesar 20% sampai 30% untuk pasien
dengan metastase saat diagnosis.
Prognosis juga terlihat lebih baik pada pasien degan nodul pulmoner yang
sedikit dan unilateral, bila dibandingkan dengan nodul yang bilateral, namun
bagaimanapun juga adanya nodul yang terdeteksi bukan berarti metastase. Derajat
nekrosis dari tumor setelah kemoterapi tetap merupakan faktor prognostik. Pasien
dengan skip metastase dan osteosarkoma multifocal terlihat mempunyai prognosa
yang lebih buruk.
d) Reseksi tumor
Kemampuan untuk direseksi dari tumor mempunyai faktor prognosa karena
osteosarkoma relatif resisten terhadap radioterapi. Reseksi yang lengkap dari tumor
sampai batas bebas tumor penting untuk kesembuhan.
e) Nekrosis tumor setelah induksi kemoterapi
20
21
21