Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Peralatan utama sistem PLTU terdiri dari HRSG, Turbin Uap, Kondensor dan Alternator,
dilengkapi oleh peralatan bantu / auxilliaries, yang terhimpun di dalam beberapa subsistem,
diantaranya :
Disamping ada keuntungannya, penggunaan bahan bakar gas juga mempunyai kerugian yaitu :
Kebocoran gas dari instalasi tidak dapat terlihat langsung, sehingga dapat mengundang
bahaya kebakaran.
Hanya dapat diperoleh ditempat-tempat tertentu saja, atau harus disupply dengan memasang
instalasi pipa yang panjangnya sampai ratusan kilometer, atau menggunakan alat transportasi
khusus.
Pada kebanyakan PLTG tidak tersedia tempat penyimpanan bahan bakar gas, karena bahan bakar
gas disupply oleh pemasoknya langsung ke instalasi PLTG dan langsung digunakan oleh turbin
gas.
Untuk mencegah agar kondensat dan kotoran lain tidak terbawa masuk ke dalam instalasi gas
PLTG, maka terlebih dahulu bahan bakar gas tersebut dialirkan melalui Fuel Gas Separator dan
Filter (Gambar 1.1).
Disini kondensat dan kotoran dipisahkan dari gas. Kondensat dan kotoran ditampung didalam
Condensate Tank atau langsung dibuang melalui Cold Stack atau Burning Pit.
Selanjutnya bahan bakar gas yang sudah bersih dialirkan ke instalasi gas PLTG/PLTGU untuk
digunakan didalam proses pembakaran (lihat Gambar 1.2).
Main Valve (1) adalah valve utama berupa manual valve untuk memblokir bahan bakar gas yang
akanmasuk ke dalam sistem PLTG apabila tidak digunakan (saat overhaul dan lain-lain).
Agar tekanan gas yang diterima oleh sistem bahan bakar gas selalu stabil/konstan, maka tekanan
gas diatur oleh Pressure Regulator (2) sehingga tekanan bahan bakar mencapai range tertentu
(misalnya 200 s.d. 400 psi). Sedangkan tekanan gas supply dapat mencapai 800 psi. Selanjutnya
gas akan melalui Flow Meter (3) guna mengukur volume gas yang terpakai.
Sistem bahan bakar gas ini dilengkapi Overspeed Trip Valve (4) yang terbuka terus selama turbin
beroperasi dan akan segera menutup jika ada gangguan tertentu.
Starting Valve (5) berfungsi untuk mengatur aliran bahan bakar ke nozzle saat start-up,
sedangkan apabila kondisi operasi sudah melampaui periode start-up, pengaturan bahan bakar
dilakukan oleh Governing Valve atau Throttle Valve (6). Tidak semua turbin gas di;engkapi
Starting Valve karena pada model tertentu pengaturan aliran gas pada saat start-up juga
dilakukan oleh Governing Valve.
Isolation Valve (7) akan terbuka saat turbin start-up dan menutup apabila turbin shut-down.
Header (8) sebagai penampung akhir sebelum bahan bakar gas diterima oleh nozzle, berfungsi
untuk menstabilkan tekanan, sedangkan Nozzle (9) untuk pengabutan / atomizing bahan bakar di
dalam Combustor Liner (Combustor Basket).
pada nosel bahan bakar yang pada akhirnya mempengaruhi kesempurnaan pembakaran. Oleh
karenanya mungkin diperlukan pemanas untuk mendapatkan viskositas yang sesuai.
Penerimaan bahan bakar minyak dari pemasok dapat dilaksanakan melalui tongkang, mobil
tangki maupun langsung menggunakan pipa,untuk kemudian di site PLTG, bahan bakar
minyak tersebut ditampung didalam bunker/tangki.
Salah satu contoh instalasi penyimpanan dan penyaluran bahan bakar dapat dilihat pada
Gambar 1.3.
Bahan bakar minyak yang ditampung di dalam Tangki Bahan Bakar (1) dialirkan melalui
Filter Kasar 100 mesh (2) untuk menyaring kotoran yang berukuran agak besar.
Selanjutnya bahan bakar akan dihisap oleh Fuel Forwarding Pump atau Booster Pump (3)
yang berfungsi untuk menjamin agar sisi hisap Main Fuel Pump (5) tidak mendapat tekanan
negatif. Tidak semua PLTG memiliki Fuel Forwarding Pump.
Fuel Forwarding Pump adalah pompa sentrifugal tekanan rendah, sedangkan Main Fuel
Pump berupa pompa tekanan tinggi.
Filter yang lebih halus (4) sekitar 200 mesh mencegah agar kotoran halus tidak terbawa
masuk kedalam Main Fuel Pump (5).
Main Fuel Pump (5) umumnya berupa pompa gigi/ulir atau pompa sentrifugal bertingkat
banyak agar tekanan bahan bakar yang dihasilkannya cukup tinggi. Beberapa model PLTG
menggunakan pompa bahan bakar yang diputar oleh poros turbin. Pada model lainnya pompa
diputar oleh motor listrik. Pompa ini mensupply bahan bakar ke Nozzle.
Untuk mendapatkan tekanan bahan bakar yang konstan disisi discharge Main Fuel Pump
dipasang dua katup Pressure Regulator (6 & 7). Kelebihan tekanan akan dikembalikan ke
tangki.
Overspeed Trip Valve (8) adalah katup bahan bakar yang akan menutup apabila turbin
mengalami overspeed atau gangguan lain seperti overheat dan sebagainya. Dalam keadaan
normal atau tidak ada gangguan, katup ini akan terbuka terus.
Untuk mengetahui jumlah bahan bakar yang digunakan, dipasang Flow Meter (9) sesudah
overspeed trip valve.
Governing Valve atau throttle valve (10) berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan
putaran turbin gas pada saat start-up dan shut down, serta mengatur beban setelah turbin gas
dibebani.
Ada Turbin Gas yang memiliki katup pengatur bahan bakar khusus untuk periode start up
(dinamakan Starting Valve).
Nozzle bahan bakar yang memiliki lubang sangat halus perlu dijaga agar tidak dimasuki kotoran
yang akan mengakibatkan penyumbatan. Oleh karena itu bahan bakar minyak terlebih dahulu
dilewatkan melalui Filter yang sangat halus (11).
Isolation Valve (12) berfungsi untuk memblokir bahan bakar selama turbin tidak dioperasikan.
Agar pembagian bahan bakar minyak ke setiap fuel nozzle merata, maka sebelum fuel nozzle
dipasang manifold (13), pembagian bahan bakar harus merata untuk mencegah terjadinya
perbedaan temperatur diantara Combustion Liner. Pada turbin gas tertentu, fungsi Manifold
digantikan oleh Flow Divider.
Pipa dan saluran sesudah isolation valve tidak boleh terisi bahan bakar minyak pada saat turbin
gas tidak beroperasi karena dapat menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya
pembakaran didalam manifold. Oleh karena itu semua bahan bakar minyak yang ada di dalam
manifold, dibuang melalui Manifold Drain Valve (14) ketika turbin stop.
Fuel Nozzle (15) sebagai bagian ujung akhir dari saluran bahan bakar minyak berfungsi untuk
mengabutkan (atomisasi) bahan bakar didalam Combustor Liner sehingga diperoleh pembakaran
yang sempurna.
Agar tidak terjadi ledakan saat mulai penyalaan, maka sisa bahan bakar yang ada didalam
Combustion Chamber dibuang melalui Combustor Shell Drain Valve (16). Katup ini terbuka
terus selama turbin gas tidak beroperasi.
Bahan bakar minyak yang di Drain dari Combuster Shell ditampung didalam Drain Tank (17)
untuk selanjutnya dikembalikan ke tangki bahan bakar minyak oleh Transfer Pump (18).
Flow Divider
Flow Divider adalah suatu peralatan mekanis yang berguna untuk mengatur serta membagi rata
aliran bahan bakar minyak yang akan dibakar oleh setiap fuel nozzle. Pada dasarnya, flow divider
adalah pompa-pompa yang dipasang pada satu poros. Setiap pompa melayani satu fuel nozzle.
Pompa-pompa ini ada yang diputar oleh motor listrik, tapi ada juga yang diputar oleh bahan
bakar minyak.
Satu contoh flow divider yang diputar oleh bahan bakar minyak seperti pada Gambar 4. Sistem
Flow Divider seperti pada Gambar 4 ini dinamakan Universal Flow Divider System.
Flow Divider diputar oleh Hydraulic Motor, yang merupakan setengah bagian dari transmisi
hydrostatic, dan yang setengah bagian lainnya berupa Hydraulic Control Pump. Besarnya Stroke
dari Hydraulic Control Pump akan berarti besarnya aliran dari Hydraulic Control Pump tersebut
yang menuju Hydraulic Motor. Besarnya Stroke ini diatur oleh atau merupakan respon dari VCO.
Dengan adanya perubahan flow dari Hydraulic Control Pump, berarti kecepatan putaran
Hydraulic Motor akan berubah pula dan selanjutnya mengubah besarnya aliran bahan bakar
menuju nozzle
Pada turbin gas yang dapat menggunakan dua jenis bahan bakar, misalnya HSD dan Residu, akan
terpasang satu unit instalasi HSD lengkap, dan satu unit instalasi residu yang dilengkapi pemanas
residu serta katup transfer bahan bakar.
Katup transfer bahan bakar berfungsi untuk memilih / memindahkan pemakaian bahan bakar baik
manual maupun auto dari HSD ke residu dan sebaliknya.
Residu perlu dipanaskan untuk memperoleh viskositas yang sesuai agar terjadi pengabutan yang
baik dan pembakaran yang sempurna, dengan menggunakan uap sebagai media pemanasnya.
Suhu residu diatur secara automatis dengan membuka dan menutup katup uap pemanas.
Untuk mendapatkan bahan bakar minyak yang berkualitas baik, beberapa unit PLTG dilengkapi
dengan Fuel Oil Treatment Plant.
Peralatan utama pada Fuel Oil Treatment Plant adalah Filter, Magnetic Filter, Heater dan
Centrifuges. Filter berfungsi untuk menyaring kotoran yang agak kasar. Magnetic Filter untuk
menangkap kotoran logam magnetic. Heater berguna menurunkan viscositas minyak apabila
diperlukan. Centrifuges dapat memisahkan air maupun kotoran dari minyak. Apabila diperlukan,
kedalam bahan bakar minyak dapat ditambahkan Fuel Oil Additive agar kualitas bahan bakar
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan
minyak menjadi lebih baik lagi. Bahan bakar minyak yang sudah diolah akan ditampung disatu
tangki penampungan atau dikembalikan/disirkulasikan kedalam tangki semula.
Sistem pemanas pada instalasi residu juga merupakan pengolahan bahan bakar untuk
memperoleh viscositas yang sesuai untuk pengabutan / pembakaran.
1.4. Sistem Udara Pembakaran.
Sistem udara pembakaran adalah sistem yang utamanya menyediakan udara untuk pembakaran,
tapi juga berfungsi mencatu udara untuk keperluan lainnya.
Sistem ini terdiri dari :
Komponen utama dari Inlet Air System adalah Filter Udara Masuk (Inlet Filter), Silencer dan
Inlet Guide Vanes.
Disisi masuk Kompresor Utama terpasang saringan udara yang berfungsi untuk mencegah
terbawanya kotoran dari udara luar ke udara dalam kompresor dan turbin. Saringan udara
atau filter ini dapat berupa filter yang dapat berputar atau berganti secara otomatis (Roll-Omatic Filter) maupun filter yang dapat membersihkan diri secara otomatis (Self Cleaning
Filter).
Filter yang dapat berputar secara otomatis tidak memiliki fasilitas pembersih, dan apabila
filter sudah menjadi kotor maka filter yang sudah kotor akan digulung dan diganti secara
otomatis dengan filter yang masih bersih. Self Cleaning Filter umumnya berupa cartridge
yang jumlahnya ratusan buah.
Pembersihan filter ini terlaksana secara otomatis apabila perbedaan tekanan udara antara
sebelum dan sesudah filter mencapai besar tertentu, misalnya 3 inch WG. Setelah melalui
filter, udara akan masuk ke silencer yang berfungsi sebagai peredam suara, kemudian masuk
ke Inlet Guide Vanes yang terpasang didalam Inlet Casing sebelum sudu pertama kompresor.
Inlet Guide Vanes ini ada yang fixed (tetap pada posisinya / tidak dapat diatur), dan ada juga
yang dapat diatur (Variable Inlet Guide Vanes).
Penggunaan Variable Inlet Guide Vanes bersama-sama dengan Bleed Valve bertujuan untuk
menghindarkan terjadinya surge pada saat turbin start-up dan shut-down.
Pada saat beban rendah Variable Inlet Guide Vanes berfungsi untuk mengurangi jumlah
udara pembakaran sehingga losses / kerugian panas yang terbuang ke cerobong dapat
dikurangi.
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan
10
Kompresor Utama yang bertingkat banyak (16 tingkat atau lebih) akan menghasilkan udara
bertekanan tinggi yang bisa mencapai 7 - 14 bar / 435 oC. Udara di dalam kompresor
mengalir secara aksial pada celah-celah sudu tetap dan sudu gerak (fixed blades dan moving
blades) yang makin ke belakang celahnya semakin kecil.
Pada moving blades terjadi peningkatan kecepatan dan tekanan udara, sedangkan pada fixed
blades terjadi peningkatan tekanan udara.
Udara berkecepatan tinggi ini akan masuk ke Combustion Chamber dan kecepatannya
berkurang dengan drastis sehingga Energi Kinetik udara berkecepatan tinggi tadi diubah
menjadi Tekanan Statis. Tekanan udara diperlukan untuk mengatasi hambatan pada saluran
udara/gas hasil pembakaran.
Untuk menghasilkan proses pembakaran yang sempurna, maka bahan bakar harus
diatomisasikan dulu.
Atomisasi bahan bakar didalam turbin gas dilaksanakan oleh nozzle bahan bakar dengan
bantuan udara
Atomisasi dengan udara dilaksanakan dengan memberikan udara atomisasi (Atomizing Air),
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.5.
Pada periode start-up, udara atomisasi diambil dari tangki udara atomisasi yang dilengkapi
dengan kompresor torak, atau dapat juga diambil dari tangki udara instrumen yang juga
dilengkapi kompresor torak.
Sedangkan apabila tekanan udara dari kompresor utama sudah cukup tinggi, maka udara
atomisasi atau sweeping diambil dari kompresor utama.
11
12
Vanadium dapat membentuk senyawa V2O5 yang mencair pada temperatur 690 C dan
menyebabkan korosi temperatur tinggi, sehingga kadar Vanadium dibatasi sampai maksimum 0,5
ppm. Untuk mengurangi pengaruh Vanadium dapat ditambahkan unsur Mg dengan perbandingan
Mg : V = 3 : 1, yang bertujuan untuk menaikkan temperatur pencairan senyawa Vanadium
sehingga lebih tinggi dari temperatur kerja turbin gas, serta untuk memudahkan terlepasnya kerak
apabila turbin dimatikan.
Sodium dan Potassium, bersama Vanadium dapat membentuk senyawa yang mencair pada
temperatur 560 C bahkan bersama Sulfur dapat mencair pada temperatur kerja turbin sekitar 650
C, yang akan menyebabkan korosi. Kadar Sodium dan Potassium dibatasi maksimum 1 ppm.
Calcium tidak menyebabkan korosi tapi dapat memmbentuk kerak yang sangat keras dan sulit
dibersihkan. Kadar Calcium dibatasi maksimum 1 ppm.
Lead dapat menimbulkan korosi dan mengurangi efektifitas Magnesium terhadap Vanadium.
Kadar Lead dibatasi maksimum 0,2 ppm.
Sulfur menyebabkan korosi pada temperatur rendah, misalnya pada stack, serta meningkatkan
korosi akibat Sodium dan Potassium. Sebaiknya unsur Sulfur dibatasi maksimum 2 % berat, atau
apabila digunakan bahan bakar dengan kadar Sulfur tinggi maka temperatur gas bekas yang
keluar dari cerobong harus lebih tinggi ahar tidak terjadi korosi, dengan resiko efisiensi turbin
berkurang.
13
Pelumasan Batas.
Adalah pelumasan dimana permukaan kedua benda yang bergesekan dipisahkan oleh lapisan
pelumas yang sangat tipis sehingga pada beberapa lokasi masih terjadi gesekan diantara kedua
benda tersebut. Lihat Gambar 2.1A.
Pelumasan Film.
Dengan memberikan lapisan minyak pelumas yang lebih tebal (berupa film) diantara kedua
benda yang bergesekan, tidak lagi terjadi gesekan diantara kedua benda tersebut. Prinsip
pelumasan yang baik adalah pelumasan film.
Fungsi utama minyak pelumas adalah untuk pelumasan, sedangkan fungsi lain yang tak kalah
pentingnya adalah untuk pendingin, perapat, mengurangi korosi, peredam kejut dan kontrol.
14
Sebagai Pendingin.
Gesekan akan menimbulkan panas yang apabila berlebihan dapat menimbulkan kerusakan
material. Minyak pelumas akan menyerap panas tersebut untuk dibawa dan dibuang di sistem
pendingin minyak pelumas atau ke udara luar.
Sebagai Perapat.
Pelumas dapat difungsikan sebagai perapat, misalnya untuk mencegah bocornya hydrogen dari
poros alternator ke udara luar.
15
Pelumas dapat mengurangi laju korosi karena membentuk lapisan pelindung pada permukaan
logam sehingga kontak langsung antara zat penyebab korosi dengan permukaan logam dapat
dihindari atau dikurangi.
Beban kejut dapat terjadi pada komponen mesin, diantaranya pada roda gigi. Lapisan minyak
pelumas akan memperkecil benturan diantara permukaan roda gigi yang saling bersinggungan,
sehingga dapat meredam getaran dan noise.
Titik Tuang (Pour Point) adalah temperatur tertinggi dimana minyak pelumas mulai membeku
apabila temperaturnya diturunkan. Minyak pelumas yang digunakan pada temperatur rendah
harus memiliki Titik Tuang yang rendah.
16
Titik Nyala (Flash Point), adalah temperatur terendah dimana uap minyak pelumas akan
terbakar apabila diberi sumber panas. Pembakaran berhenti apabila sumber panasnya
dihilangkan. Minyak pelumas harus memiliki Titik Tuang yang rendah.
Titik Bakar (Fire Point), adalah temperatur terendah dimana uap minyak pelumas akan terbakar
dengan sendirinya dan terus terbakar walaupun tidak diberi sumber panas dari luar.
2.3. Aditif Minyak Pelumas.
Aditif atau bahan tambahan yang dicampurkan kedalam minyak pelumas bertujuan untuk
memperbaiki sifat pelumas tersebut. Aditif yang banyak digunakan diantaranya adalah:
Pour Point Depressants.
Bertujuan untuk menurunkan titik tuang.
Oxidation Inhibitor.
Adalah zat anti oksidasi agar minyak pelumas tidak membentuk asam yang akan mengakibatkan
korosi dan meningkatkan kekentalannya.
Viscosity Index Improver.
Digunakan untuk memperbaiki indek viskositas.
Antifoam Agent.
Adalah zat aditif yang dapat memecah gelembung udara yang timbul pada minyak pelumas,
terutama pada sistim sirkulasinya.
Rust and Corrosion Inhibitor.
Untuk mengurangi timbulnya karat dan korosi dan karat.
Extreme Pressure Additive.
Berguna untuk meningkatkan kemampuan minyak pelumas dalam menahan desakan, sehingga
lapisan minyak pelumas tidak mudah terdesak meninggalkan permukaan yang perlu
mendapatkan pelumasan.
Detergent
Adalah sebagai aditif pembersih yang dapat mencegah atau mengurangi terbentuknya
kotoran/kerak pada bagian yang dilumasi serta membuang kotoran yang sudah terbentuk.
17
Emulsifying Agent.
Berguna untuk membungkus/menyelubungi partikel air yang ada di dalam minyak pelumas, agar
kontak antara partikel air dengan permukaan material yang dilumasi terhindarkan (mencegah
korosi).
Emulsion Breaker.
Untuk mempercepat terpisahnya partikel air dari minyak pelumas sehingga dapat lebih mudah
untuk membuang partikel air tersebut, misalnya pada proses pemurnian minyak pelumas/
centrifuges.
2.4. Pemurnian Minyak Pelumas.
Pada sistem pelumasan selalu terbuka kemungkinan tercemarnya pelumas oleh kontaminasi
sehingga kondisi minyak pelumas menjadi menurun. Agar kondisinya tetap baik sehingga masa
pakainya menjadi panjang maka minyak pelumas harus mendapat perawatan yang baik. Diantara
metode perawatan untuk pemurnian minyak pelumas yang sering dilakukan adalah:.
Cara ini dilakukan dengan mengambil sebagian minyak pelumas (+/- 10 %) dari dalam sistem
pelumasan lalu menggantinya dengan yang baru. Cara ini efisien untuk mesin-mesin kecil yang
menggunakan volume pelumas sedikit, tapi akan menjadi boros untuk sistem yang besar. Cara ini
juga tidak efektif untuk minyak pelumas yang sudah teroksidasi.
Filtrasi.
Metoda ini dilakukan dengan cara mengeluarkan seluruh minyak pelumas dari dalam sistem
pelumasan untuk selanjutnya sistem diisi minyak pelumas baru atau minyak pelumas lama yang
sudah diproses dengan menggunakan filter. Kerugian cara ini adalah mesin harus dimatikan
ketika dilakukan penggantian minyak pelumas.
Oil Conditioning.
Oil Conditioning menggunakan Oil Conditioner yang berupa instalasi pemulih kondisi minyak
pelumas. Instalasi ini dapat terpasang secara tetap dan merupakan bagian dari sistem pelumasan,
atau instalasi mobile (dapat dipindah).
Perlengkapan yang ada di dalam instalasi Oil Conditioner diantaranya Pompa sirkulasi, Mesh
Filter, Magnetic Filter, Heater, Gas Extractor dan Centrifuges.
Instalasi Oil Conditioner hihubungkan dengan tangki minyak pelumas pada sistem pelumasan.
Secara kontinyu, sebagian kecil minyak pelumas disirkulasikan melalui
instalasi Oil
Conditioner. Minyak pelumas yang sudah bersih langsung dikembalikan ke tangki, atau disimpan
di dalam tangki cadangan. Bila level minyak pelumas di dalam tangki turun, maka ditambahkan
minyak pelumas baru atau minyak pelumas yang sudah dibersihkan.
18
Starting Packages (misalnya Starting Diesel beserta perlengkapannya) ada yang mempunyai
sistem pelumasan tersendiri dan ada juga yang mempunyai sistem pelumasan yang menjadi
satu dengan Sistem Pelumasan Utama.
Peralatan Sistem Pelumasan Utama biasanya dipasang pada Engine Bedplate dan terdiri dari:
Lube Oil Reservoir, adalah tangki yang dapat menampung sejumlah besar minyak
pelumas ( 5 - 15 m3 ).
Reservoir ini harus cukup besar agar minyak pelumas dapat diam / berhenti sesaat
didalam tanki untuk mengendapkan kotoran-kotoran dan membuang gasnya.
Suhu minyak pelumas selalu di monitor dan dijaga agar tetap pada batas-batas yang
ditetapkan agar proses pelumasan dapat berjalan dengan baik.
Suhu minyak pelumasan di dalam Reservoir juga tidak boleh terlalu rendah karena akan
menghambat pemompaan. Bila suhunya terlalu rendah maka secara otomatis alat
pemanas yang dipasang didalam tangki akan bekerja.
Primary Lube Oil Pump atau Main Lube Oil Pump (Pompa Minyak Pelumas Utama),
berfungsi sebagai pompa minyak pelumas utama dan diputar langsung oleh poros turbin
gas, atau diputar oleh motor listrik AC.
Untuk Primary Lube Oli Pump yang diputar oleh motor listrik, penempatan pompa
adalah didalam reservoir minyak pelumas, sedangkan motor listriknya berada diatas
tutup reservoir.
Pompa ini harus mampu mensupply kebutuhan minyak pelumas dalam keadaan operasi
normal. Sebagai contoh, kapasitas Primary Lube Oil Pump sebesar 2.800 liter per menit
dengan tekanan 6 bar.
19
Secondary Lube Oil Pump atau Auxilliary Lube Oil Pump atau Back-up Lube Oil
Pump, ditempatkan didalam reservoir minyak pelumas dengan motor listrik AC sebagai
penggeraknya dipasang diatas tutup reservoir. Kapasitas dan tekanannya sama dengan
Primary Lube Oil Pump.
Untuk turbin gas yang Primary Lube Oil Pump-nya diputar langsung oleh poros turbin
gas, maka Secondary Lube Oil Pump akan bekerja ketika putaran turbin masih rendah
(saat start-up dan shut-down) dimana tekanan minyak pelumas dari Primary Lube Oil
Pump belum mencukupi. Bila putaran turbin cukup tinggi, maka secara otomatis
Secondary Lube Oil Pump akan stop
Pada turbin gas yang Primary Lube Oil Pump diputar oleh motor listrik, maka
Secondary Lube Oil Pump berfungsi sebagai cadangan.
Secondary Lube Oil Pump juga akan bekerja secara otomatis bila tekanan minyak
pelumas turun oleh karena suatu sebab.
Emergency Lube Oil Pump, pemasangan pompa ini sama seperti pemasangan
Secondary Lube Oil Pump.
Emergency Lube Oil Pump diputar oleh motor listrik DC dan bekerja bila tegangan
listrik AC hilang dan atau tekanan minyak pelumas turun mencapai batas yang
ditetapkan.
Baik kapasitas maupun tekanan minyak pelumas dari Emergency Lube Oil Pump lebih
rendah dibanding dari Primary Lube Oil Pump, maka hasil pemompaannya akan
langsung dialirkan kedalam bantalan-bantalan tanpa melalui Lube Oil Cooler.
Emergency Lube Oil Pump pada umumnya hanya digunakan apabila turbin tidak
dibebani serta putarannya sangat rendah (diputar turning gear/Ratchet).
Lube Oil Cooler, atau Pendingin Minyak Pelumas, biasanya terdiri dari dua unit, salah
satunya beroperasi dan yang lainnya stand-by, dan menggunakan media pendingin
udara atau air.
Lube Oil Cooler dengan media pendingin air akan lebih kecil dimensinya sehingga
sedikit memakan tempat dibandingkan dengan yang menggunakan media pendingin
udara.
Lube Oil Cooler berfungsi untuk mendinginkan minyak pelumas yang sudah ditampung
didalam reservoir dan akan dialirkan kembali ke bantalan-bantalan.
Untuk Lube Oil Cooler yang menggunakan media pendingin udara, setiap unit cooler
memiliki dua buah kipas (fan) dengan kapasitas 2 x 50%, sehingga lebih hemat dalam
pemakaian listrik pada saat suhu minyak lumas tidak terlalu tinggi.
20
Vapor Extractor, adalah sejenis exhaust fan yang berfungsi untuk mengeluarkan gasgas yang ada didalam reservoir minyak pelumas, dan membuat sedikit vakum di
reservoir.
Kondisi vakum ini akan berguna untuk membantu mencegah kebocoran minyak
pelumas dari celah labirin pada ujung bantalan, dan mempercepat penguapan gas-gas
yang terkandung didalam minyak pelumas.
Detektor Suhu, Detektor Tekanan dan Detektor Level, untuk memonitor agar suhu,
tekanan maupun level sesuai dengan yang ditetapkan.
Disamping detektor-detektor tersebut dilengkapi juga dengan signal alarm dan peralatan
trip.
Salah satu contoh batas-batas suhu dan tekanan minyak pelumas adalah sebagai berikut
:
Minimum
: 27 oC.
Normal
Maksimum
Maksimum
: 45 - 65 oC.
: 70 oC.
: 90 oC
Normal
Minimum
: 1,5 bar.
: 1,0 bar (alarm)
0,8 bar (trip)
21
22
23
Kontrol Hidrolik
Beberapa unit PLTG menggunakan kontrol hidrolik (Hydraulic Controller) untuk
mengatur beban turbin gas.
Salah satu contoh Kontrol Hidrolik adalah seperti pada Gambar 2.4.
Sistem ini memanfaatkan sistem minyak pelumas atau menggunakan minyak pelumas
sebagai minyak hidrolik, baik untuk mengontrol pembukaan katup bahan bakar (Fuel
Control Valve) maupun untuk mentrip turbin apabila terjadi overspeed (Overspeed Trip
Solenoid Valve).
24
25
26
27
28
tercampur
dengan homogen.
4. Jalankan/putar turbin gas/kompresor pada posisi SPIN START DEVICE HOLD. Putaran
sekitar 900 RPM.
5. Sesudah turbin/kompresor berputar (spin) selama 2 menit, alirkan air pencuci ke dalam
kompresor. Volume aliran air 23 - 25 gpm.
6. Sesudah dua menit, hentikan aliran air pencuci, dan stop turbin/kompresor.
7. Putar turbin/kompresor menggunakan turning gear selama 20 menit untuk periode
pengeringan.
8. Tangki air pencuci diisi air tanpa detergen sebanyak 50 gallon.
9. Jalankan pompa pencuci.
10. Jalankan/putar turbin gas/kompresor pada posisi SPIN START DEVICE HOLD.
11. Sesudah turbin/kompresor berputar (spin) selama 2 menit, alirkan air pencuci ke dalam
kompresor. Volume aliran air 23 - 25 gpm.
12. Sesudah air pencuci mendekati habis, stop pompanya.
13. Turbin/kompresor di SPIN terus selama 10 - 20 menit untuk periode pengeringan.
29
HP / LP Bleed Valve.
Inlet Guide Vanes
Fuel Oil System Control Valve
Safety Trip System
Lube Oil Temperature Control
Overspeed Trip System
Purge Air Valve
Atomizing Air Isolation Valve
dan lain-lain.
30
HRSG.
Sistem Uap.
Sistem Air Kondensat.
Sistem Air Pengisi.
Sistem Drain.
Sistem Air Pendingin.
Sistem Minyak Pelumas Turbin.
HRSG akan dibahas tersendiri sehingga tidak dibahas didalam topik ini.
Dua macam sistem siklus PLTU pada PLTGU yang banyak ditrapkan adalah seperti pada
Gambar 6.1 atau Gambar 6.3 dan Gambar 6.2 atau Gambar 6.4.
Pada Gambar 6.1 (Gambar 6.3) sistem memiliki deaerator khusus, sedangkan pada Gambar 6.2
(Gambar 6.4) deaeratornya digabungkan dengan drum tekanan rendah (LP Drum).
Berbagai pabrik pembuat PLTGU mendesain kapasitas, tekanan dan temperatur kerja yang
berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhannya. Demikian juga konfigurasinya ada yang
memiliki konfigurasi 1-1-1 (satu turbin gas, satu HRSG, satu turbin uap), 2-2-1 (dua turbin gas,
dua HRSG, satu turbin uap) atau konfigurasi 3-3-1 (tiga turbin gas, tiga HRSG, satu turbin uap).
Satu contoh parameter operasi PLTGU dengan konfigurasi 2-2-1 sebagai berikut :
: 7 bar abs.
: 197 oC.
: 2 x 12 kg/s
: 85 bar abs.
: 527 oC.
: 2 x 61 kg/s
: 156 MW
: 420 MW
31
32
33
34
Memasok turbin dengan uap tekanan tinggi maupun tekan rendah yang dihasilkan oleh
HRSG.
Membuang kelebihan produksi uap dari HRSG ke Condenser (misalnya ketika turbin
trip).
Memasok Deaerator / Feed Water Tank dan Auxilliary Steam System dengan uap tekanan
rendah selama unit beroperasi, apabila tersedia Deaerator terpisah.
35
36
Sumber panas untuk External Preheater adalah air panas dari Outlet HP Economizer. Pipa dari
tiga buah pompa kondensat (Condensate Extraction Pump, 3 x 50% ) digabungkan pada sebuah
header. Pompa-pompa ini dilengkapi dengan saluran minimum flow yang mengembalikan air
yang dipompakan menuju kondenser untuk mencegah terjadinya kerusakan apabila tidak ada
aliran didalam Condensate System.
Air kondensat juga digunakan untuk mendinginkan uap perapat pada Gland Steam Condenser,
sambil memanasi air kondensatnya. Besarnya aliran air kondensat yang masuk kedalam
Condensate Preheater dikontrol oleh Control Valves. Titik pengukuran temperatur tersedia
sebelum dan sesudah Condensate Preheater dan juga ada katup bypass yang dipasang paralel
dengan Condensate Preheater sehingga temperatur kondensat keluar Condensate Preheater dapat
dijaga.
Mengontrol temperatur kondensat masuk Condensate Preheater.
Lihat Gambar 6.3. Temperatur kondensat masuk Condensate Preheater harus dijaga agar tidak
berada dibawah titik pengembunan flue gas agar tidak terjadi korosi. Selama Turbin Gas
beroperasi menggunakan bahan bakar gas, External Preheater tidak diaktifkan. Untuk menjaga
agar temperatur air kondensat yang masuk kedalam Condensate Preheater tetap tinggi (
60 oC ), diberikan campuran air dari Feed Water Tank yang dipompakan oleh Condensate
Circulating Pump ( 2 x 100% ). Apabila temperatur kondensat yang akan masuk Condensate
Preheater belum mencapai temperatur yang dikehendaki walaupun sudah diberi tambahan dari
Condensate Circulating Pump, maka sebagian air kondensat dibypass tidak melalui Condensate
Preheater. Ketika Turbin Gas beroperasi menggunakan bahan bakar minyak, Condensate
Circulating Pump dan External Preheater dioperasikan. Air kondensat yang datang dari
kondenser dipanasi didalam External Preheater menggunakan air dari HP Ecomonizer.
Temperatur air kondensat yang akan masuk Condensate Preheater harus diatas temperatur
kondensasi flue gas. Apabila temperatur yang diinginkan belum tercapai juga Condesate
Circulating Pump dan Bypass kondensat dioperasikan.
Mengontrol temperatur kondensat masuk Deaerator.
Temperatur kondensat masuk Deaerator diatur sedikit dibawah temperatur feedwater tank (
perbedaannya 7 oC ). Apabila perbedaannya kurang dari yang ditentukan, akan dialirkan air
yang lebih dingin dari by-pass kondensat.
Condensate Circulating System.
Sisi discharge Condensate Circulating Pump digabungkan dalam satu header. Pompa ini
dilengkapi dengan minimum flow yang airnya dikembalikan ke Deaerator / Feed Water Tank.
Pompa Kondensate. ( Condensate Extraction Pump )
Pompa kondensat digunakan untuk mengeluarkan air hasil pengembunan uap di Condenser dapat
terdiri dari dua pompa ( 2 x 100% ) atau tiga pompa ( 3 x 50% ). Untuk mencegah kerusakan
akibat aliran terlalu sedikit, pompa ini dilengkapi dengan saluran minimum flow, dengan
mengembalikan air ke Condenser.
37
38
39
40
Gambar 7.1 merupakan ilustrasi dari sistem pendingin utama siklus terbuka beserta komponenkomponen utamanya yang meliputi :
Saringan Apung ( Floating Dam ) :
Fungsinya adalah untuk mencegah terbawanya sampah-sampah dan benda-benda yang
mengapung diatas permukaan air terutama yang berukuran besar. Fungsi lainnya adalah untuk
menghambat aliran air dibagian permukaan yang relatif lebih hangat dan membiarkan air yang
lebih dingin dari daerah yang lebih dalam untuk mengalir.
Bar Screen ( Trash Rack ) :
Merupakan saringan kasar yang berfungsi untuk menyaring benda-benda berukuran sedang.
Biasanya terbuat dari batang logam pipih yang dirangkai sehingga membentuk semacam terali
besi.
Saringan Putar ( Traveling Screen ) :
Berfungsi untuk menyaring semua benda sampai yang berukuran relatif kecil. Dipasang vertikal
pada sisi masuk kanal pompa air pendingin utama (CWP) dimana sebagian besar segmen
saringan berada dibawah permukaan air. Sedang sebagian lagi diatas permukaan air. Konstruksi
saringan adalah berupa kawat baja berbentuk segmen-segmen persegi panjang yang dikaitkan
pada rantai-rantai di kedua sisinya. Rantai-rantai tersebut kemudian dikalungkan melingkari
roda-roda gigi yang ditempatkan diantara 2 poros. Salah satu poros dihubungkan ke penggerak
berupa motor listrik. Dalam keadaan terpasang, rangkaian segmen-segmen kasa baja tersebut
akan membentuk suatu pita raksasa / layar (screen) dan bila motor diputar, maka layar ini akan
bergerak mengelilingi roda gigi. Sampah-sampah dalam air pendingin akan tersangkut pada
saringan dan karena saringan bergerak, maka sampah-sampah yang menempel juga akan terbawa
ke atas permukaan. Pada bagian saringan yang berada di atas permukaan air dipasang nosel-nosel
penyemprot (sprayer) yang menggunakan media air bertekanan. Manakala sampah-sampah yang
tersangkut mencapai posisi nosel, maka semprotan air dari nosel akan merontokkan sampahsampah tersebut dan jatuh ke saluran khusus untuk menampung sampah-sampah tersebut.
Dengan cara ini maka setelah melewati posisi nosel, saringan akan bersih kembali. Pada
beberapa konstruksi juga disediakan penyemprot ikan (Fish Spray) yang posisinya berada
dibawah nosel utama. Fish spray berfungsi untuk menyemprot ikan-ikan kecil yang tersangkut di
saringan dengan air bertekanan rendah. Akibat semprotan ini ikan-ikan akan terlepas dari
saringan dan masuk ke saluran yang khusus disediakan untuk selanjutnya dikembalikan ke air.
Pompa penyemprot saringan putar (Screen Wash Pump) :
Merupakan pemasok air bertekanan yang dialirkan ke nosel penyemprot guna membersihkan
saringan putar. Air yang digunakan adalah juga air pendingin utama. Pompa ini dapat
dioperasikan secara manual ataupun otomatis. Dalam posisi otomatis, pompa akan start secara
otomatis bila perbedaan tekanan air yang melintasi saringan putar tinggi. Perbedaan tekanan yang
tinggi mengindikasikan bahwa saringan sudah mulai tersumbat sampah. Apabila perbedaan
tekanan sudah normal kembali, maka pompa akan stop secara otomatis.
Penginjeksi Chlor ( Chlorinator ) :
Berfungsi untuk menginjeksi chlor kedalam air pendingin yang tujuannya untuk membunuh atau
sekurangnya mencegah berkembang-biaknya jasad-jasad renik (micro organisme) yang hidup
dalam air pendingin agar tidak menimbulkan gangguan dalam sistem air pendingin utama.
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan
41
Sumber pasokan chlor dapat berupa tabung-tabung gas chlor ataupun unit penghasil chlor
(Chlorination Plant). Metode penginjeksian chlor ada beberapa macam, diantaranya metode
penginjeksian kontinyu atau metode shock therapy. Pada metode shock therapy, penginjeksian
tidak dilakukan secara kontinyu melainkan secara periodik. Selang waktu antar periodenya dapat
diatur secara otomatis dengan bantuan timer. Hal yang penting diperhatikan adalah konsentrasi
chlor yang diinjeksikan harus tepat. Bila dosisnya kurang, maka efeknya terhadap micro
organisme akan berkurang. Sedang bila dosisnya terlalu besar, dapat mempengaruhi lingkungan
terutama didaerah outfall.
Pompa pendingin utama ( CWP ) :
Berfungsi untuk mengalirkan air pendingin utama ke condenser/kondensor dan pada beberapa
sistem juga memasok air ke System Air pendingin Bantu. Umumnya bertipe mixed flow dengan
posisi vertikal. Pada beberapa konstruksi pompa dilengkapi dengan saluran air lincir dan
sekaligus juga berfungsi sebagai perapat yang dialirkan ke perapat poros pompa (Gland Seal).
Sebelum pompa dijalankan, pasokan air ini harus diaktifkan terlebih dahulu. Selain itu, beberapa
pompa juga dilengkapi dengan sistem pelumasan sirkulasi yang salah satu komponennya adalah
pendingin pelumas (Oil Cooler). Pasokan air untuk oil cooler ini juga harus diaktifkan sebelum
pompa dijalankan. Perlu diingat bahwa pelumasan memegang peranan penting mengingat pada
pompa vertikal, seluruh berat pompa beserta beban lain berupa gaya-gaya aksial yang timbul
praktis haru ditanggung hanya oleh satu bantalan. Pada sisi tekan pompa dipasang penghubung
fleksibel (expansion joint) untuk meredam getaran. Pada saluran tekan pompa umumnya
dipasang katup kupu-kupu (buterfly) dengan maksud agar dapat menutup dengan cepat
mengingat diameter pipa saluran yang sangat besar. Katup ini umumnya digerakkan oleh motor
listrik. Pembukaan dan penutupan katup ini berlangsung secara otomatis. Katup akan membuka
otomatis beberapa saat setelah pompa start dan akan menutup secara otomatis pula bila pompa
distop.
Condenser :
Fungsi utama condenser adalah untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin menjadi air
kondensat untuk dapat disirkulasikan kembali. Hal ini dilaksanakan melalui proses pengembunan
oleh air pendingin yang mengalir dibagian dalam pipa-pipa Condenser. Salah satu tipe Condenser
yang akan dibahas sebagai contoh tipikal adalah tipe single pass, single shell, double inlet &
outlet, surface condenser, devided water boxes seperti terlihat pada Gambar 7.2. Konstruksinya
merupakan sekumpulan pipa-pipa pendingin dimana uap bekas berada dibagian luar pipa (disebut
sisi uap), sedang air pendingin mengalir dibagian dalam pipa (disebut sisi air). Akibat
pendinginan ini,uap bekas disisi uap akan terkondensasi dan ditampung dalam penampung
dibagian bawah condenser yang disebut hotwell. Proses kondensasi ini mengakibatkan sisi uap
condenser (termasuk hotwell) berada dalam kondisi vacum. Bila aliran air pendingin berkurang
misalnya akibat pipa-pipa condenser tersumbat kotoran, vacum akan turun dan pada kondisi yang
ekstrim dapat mengakibatkan unit trip karena vakum terlalu rendah. Karenanya, air pendingin
utama merupakan unsur yang cukup vital. Untuk meningkatkan keandalan condenser, katup air
pendingin sisi masuk dan sisi keluar condenser biasanya digerakkan oleh motor dimana
konfigurasikatup-katup tersebut dapat diatur sedemikian rupa sehingga selain posisi normal
operasi, juga memungkinkan condenser diposisikan Out of Service atau diposisikan Back
Washing. Posisi Out of Service adalah posisi me-non-aktifkan salah satu shell condenser
dengan menutup aliran air pendingin untuk shell tersebut sehingga shell dapat dibersihkan dalam
kondisi unit beroperasi.
42
Tetapi karena hanya satu shell yang beroperasi, maka dalam kondisi out of service, biasanya unit
hanya boleh beroperasi 50% beban. Setelah pembersihan selesai, condenser dapat dinormalkan
kembali.
Sedangkan posisi backwashing artinya membalik aliran air pendingin pada salah satu shell.
Backwashing dilakukan bila pipa-pipa condenser tersumbat oleh kotoran. Dengan cara membalik
arah aliran pada salah satu shell, maka kotoran-kotoran yang menyumbat mulut pipa akan rontok
sehingga pipa-pipa bersih kembali.
43
44
Taproge :
Taproge adalah sistem pembersih pipa condenser sisi air pendingin dengan menggunakan sarana
pembersih berupa bola-bola karet yang disebut bola Taproge dengan cara mensirkulasikan bolabola tersebut bersama air pendingin seperti terlihat pada Gambar 7.4.
45
Bila pipa air pendingin kotor dan tidak teratasi oleh backwashing, maka sistem Taproge dapat
dioperasikan. Untuk keperluan ini, pada saluran air pendingin keluar dipasang semacam saringan
berengsel yang terdiri dari dua bagian seperti layaknya sepasang daun pintu teralis. Perangkat ini
disebut Catcher yang berfungsi untuk menangkap bola-bola Taproge agar tidak ikut terbuang ke
outfall.
Sebelum mengoperasikan sistem Taproge, catcher harus dalam posisi tertutup (catch position).
Bila menggunakan bola-bola Taproge baru, bola-bola taproge sebaiknya terlebih dahulu
direndam dalam air dan diremas-remas guna menghilangkan udara dari dalam bola. Bola
kemudian dimasukkan pada penampung (ball collector) yang dilengkapi dengan tingkat
berlubang-lubang.
Bila tingkap tertutup, maka hanya air yang dapat mengalir melalui lubang-lubang tersebut
sementara bola-bola taproge tertahan didalam collector. Bila tingkap dibuka, maka air dan bolabola taproge dapat mengalir. Setelah bola taproge dimasukkan ke collector dengan tingkat masih
posisi tertutup, jalankan pompa sirkulasi (Taproge Pump), kemudian buka tingkap pada collector
dan bola-bola taproge akan mengalir bersama air ke sisi masuk (inlet) condenser.
Untuk selanjutnya masuk ke pipa-pipa pendingin dan akhirnya keluar sambil membawa kotorankotoran dari pipa condenser. Ketika sampai outlet, bola-bola taproge akan tertahan pada catcher
dan akan diarahkan kembali ke collector. Sirkulasi ini terus dilakukan sampai selang waktu
tertentu. Bila dirasa sudah cukup, tutup tingkap pada collector, dan biarkan sistem tetap
beroperasi beberapa saat guna memberi waktu bagi bola-bola taproge untuk terkumpul
seluruhnya didalam collector. Bila dipandang cukup, matikan pompa dan catcher dapat dibuka
kembali.
46
Proses pendinginan air pendingin dilaksanakan di Menara Pendingin (Cooling Tower). Didalam
menara pendingin, air pendingin didinginkan oleh udara sehingga temperaturnya kembali turun
dan siap disirkulasikan kembali kedalam condenser.
47
Siklusnya merupakan siklus tertutup menggunakan air demineral. Air pendingin bantu
didinginkan oleh Air Pendingin Utama.
Contoh Sistem Air Pendingin Bantu seperti pada Gambar 7.6.
48
49
Bila ternyata hal ini disebabkan oleh tersumbatnya saluran-saluran media pendingin, lakukan
back-washing terhadap penukar panas atau bila perlu lakukan pembersihan.
50