Anda di halaman 1dari 3

Part 4:

// Content warning: Blood and violence.

KYAAAAAAAAAAAAAA!!! serentak semua member yang melihat kejadian


itu berteriak tanpa dikomando, suaranya menggema ke seluruh ruangan lalu
setelah beberapa saat hening kembali meski beberapa diantaranya mulai
merengek dan sesenggukan meneteskan air mata, sambil beberapa merengek
ingin pulang.
Veranda, secara inisiatif langsung memeriksa denyut nadi Nabilah, minus.
Detak jantungnya berpacu kencang dan adrenalinnya melonjak. Nabilah sudah
mati. Dia mulai menangis, air matanya mengalir deras membasahi pipinya, lalu
perlahan jatuh ke dahi Nabilah yang hancur tertembus peluru. Terlihat samarsamar lubang yang cukup dalam telah menembus kepalanya.
Aku tahulah, ini bakal jadi pelanggaran jika aku ketahuan membunuh
salah seorang peserta Erik menarik pistolnya kembali. Seolah tak terjadi apaapa, dia kembali berbicara dengan santai Tapi biarlah, bilang saja terjadi
kecelakaan. Berarti sekarang tinggal 49 member yang tersisa
BERANINYA KAU! JANGAN SEENAKNYA SAJA PERLAKUKAN KAMI SEPERTI
PELIHARAAN! teriak Veranda dengan kalap. Dia yang biasanya tenang, langsung
terbakar emosi. Terang saja, tak ada seorangpun yang bisa tenang ketika teman
baiknya diperlakukan semena-mena. Mengetahui itu, Erik langsung
menempelkan ujung pistolnya ke dahi Veranda, persis seperti yang dia lakukan
tadi ke Nabilah. Panas yang terasa diujung pistol akibat tembakan tadi langsung
terasa oleh Veranda.
Veranda, Veranda... member yang dijuluki bidadari oleh para fans yang
mengelu-elukan namamu. Tapi sayang, wajah badaimu tak bisa menyelamatkan
hidupmu untuk kali ini Erik menekan ujung pistolnya ke dahi Veranda hingga
kepalanya terdorong sedikit kebelakang. Jangan sampai nasibmu berakhir
seperti temanmu ini. Sayang sekali kalau harus melihat wajah indahmu
berlumuran darah
Veranda tertunduk memandang Nabilah yang terkapar tak bernyawa
dipangkuannya. Dalam hati dia juga merasa ketakutan, tapi mau tak mau dia
harus menguatkan hatinya. Setelah berusaha membuang semua rasa takutnya
kemudian dia mengusap tangisnya. Dirasakannya darah yang terciprat kewajah
dan bajunya sudah mengering menutupi parasnya yang cantik.
Dari sini ada pertanyaan?
Ngg, permisi mas... Shania menyahut dari belakang.
Ya?
Jika menang, aku bisa keluar dari sini gak?

Ya tentu saja, tapi itu jika hanya tinggal kamu saja yang bertahan jawab
Erik santai. Jika sampai batas waktu tak ada satupun yang dinyatakan menang,
maka kami akan tinggalkan kalian dipulau ini sampai mati kelaparan. Jadi
pastikan salah satu dari kalian tersisa sampai akhir Erik melanjutkan
penjelasannya.
Oh ya satu lagi, didepan pintu keluar itu kalian akan diberi sebuah ransel
militer berisi kebutuhan logistik kalian selama berada dipulau, cukup untuk
memenuhi kebutuhan kalian selama beberapa hari, dan juga sebuah senjata.
Pergunakan dengan baik! Erik lalu mengambil kertas berisi daftar member yang
terdaftar dalam program ini, yang terselip dibelakang punggungnya. Kemudian
membacakannya seperti seorang pembawa acara.
Yak, urutan nomor 1, Team J, Ayana Shahab, silahkan keluar!
Dari belakang, Ayana segera berlari menuju pintu keluar. Disana sudah
ada seorang tentara bersiaga yang segera menyerahkan tas militer ditangannya
ke Ayana. setelah mendapatkan tasnya, dia segera berlari keluar dari gedung itu,
melewati pagar yang dijaga beberapa tentara dan mencari tempat berlindung.
Nomor 2, Team J, Beby Chaesara Anadila, silahkan keluar!
Beby segera berlari menuju pintu keluar. Tapi sebelum hilang dari
pandangan, Gaby memanggil Beby Beby, kita ketemu diluar nanti! Beby lalu
menoleh dan mengangguk pelan, kemudian melanjutkan langkahnya.
Nomor 3, Dena Siti Rohayati, silahkan keluar!
Dena segera berlari keluar.
Nomor 4, Frieska Anastasia Laksani, silahkan keluar!
Sebelum Frieska beranjak keluar, Melody segera memeluk adik yang
sangat dia sayangi itu. Kak, kita masih tetap saudaraan, kan? air mata Frieska
membasahi pipinya, namun segera diseka oleh kakaknya Ya, tentu saja Mpris.
Kita akan bertemu lagi diluar sana, tunggu aku setelah itu, Frieska segera
berlalu meninggalkan kakaknya.
Satu persatu member berlari menuju pintu keluar didepan, lalu segera
mencari tempat untuk berlindung dan memikirkan strategi masing-masing untuk
bertahan hidup.
Nomor 9, Team J, Jessica Veranda, silahkan keluar
Veranda, masih terdiam memandang Nabilah yang sudah terbujur kaku
tak bernyawa. Nabilah yang dulunya selalu meramaikan suasana dengan tingkah
polanya yang kocak, sekarang terdiam bisu untuk selamanya. Sebenarnya dia
berat meninggalkan jasad teman satu tim-nya yang biasa dia panggil adik itu
sendirian. Apa yang akan mereka lakukan dengan jasadnya? Bagaimana nanti
mereka menguburnya? Pikiran Veranda dipenuhi berbagai macam pertanyaan
yang sayangnya tak mungkin terjawab dengan situasi seperti ini. Dia

membaringkan tubuh Nabilah kesampingnya, membuatnya seperti seolah-olah


Nabilah sedang tertidur. Dia mengusap wajah Nabilah yang hampir seluruhnya
tertutup darah, sehingga telapak tangannya berwarna merah dibeberapa bagian.
Wajah yang dulunya selalu tersenyum sambil menampilkan gigi gingsulnya,
sekarang pucat bersimbah darah. Maafin aku, dik. Aku gak bisa berbuat apa-apa
untuk menyelamatkanmu setelah mengusap rambut Nabilah, Veranda segera
berlari menuju pintu depan. Dari situ tangisnya kembali keluar perlahan,
menemani langkahnya.
Sambil menunggu gilirannya datang, Gracia masih duduk meringkuk. Dari
kejauhan dia melihat tubuh Nabilah yang terbujur kaku bersimbah darah. Apa
nasibku bakal seperti itu nanti? Bagaimana caraku bisa bertahan hidup diluar
sana, ya Tuhan? Berbagai pikiran memenuhi otaknya. Dia masih sulit
membayangkan dirinya yang bahkan masih belum lulus dari sekolah menengah
atas itu harus terlibat pertarungan maut dengan teman-temannya sendiri,
apalagi membayangkan jika dirinya harus mati disini, sendirian tanpa ada sanak
saudara ataupun teman yang menguburkan ataupun memanjatkan doa
untuknya. Dia terlalu takut untuk menghadapi itu semua.
Nomor 47, Shania Gracia, silahkan keluar!
Gracia, sambil tergopoh-gopoh berlari menuju pintu keluar, dari sana dia
segera mengambil ranselnya. Agak terasa sulit ketika dia membawa ransel yang
dia dapatkan, bukan karena isinya yang memang berat, tapi karena dengan
meninggalkan gedung itu berarti dia harus siap mengikuti turnamen hidup dan
mati yang akan segera dia jalani. Ketika dia sampai diluar pagar yang dijaga
beberapa tentara bersenjata, suasananya sangat sepi. Para tentara yang berjaga
diluar tak sedikitpun menoleh kearahnya, apalagi memberi ucapan hangat.
Sangat berlawanan dengan kondisi ketika dia masih menjadi idol yang dieluelukan para fans. Namun, dia sadar harus segera menyingkir dari sana dan
mencari tempat berlindung, dia berlari melewati jalan setapak yang lurus
mengarah ke perbukitan. Dari sesekali menoleh kebelakang dia melihat gedung
itu semakin mengecil, seiring dengan langkah kakinya.

[ Pertarungan dimulai ]

*Bersambung

Anda mungkin juga menyukai