TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ERGONOMI
2.1.1 Definisi Ergonomi
Dalam International Ergonomics Association dijelaskan bahwa ergonomi
berasal dari kata ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum atau
aturan, dimana kedua kata tersebut berasal dari bahasa Yunani dan dapat
didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen, dan desain atau perancangan. Selanjutnya untuk lebih memahami
pengertian mengenai ergonomi, maka penulis akan menjabarkan berbagai macam
definisi ergonomi dari beberapa literatur, antara lain:
UnivUernsivitearssitIans
doInndeosnieasia
Ergonomi adalah suatu istilah yang berlaku untuk dasar studi dan desain
hubungan antara manusia dan mesin untuk mencegah penyakit dan cidera
serta meningkatkan prestasi atau performa kerja (ACGIH, 2007).
mempelajari
UnivUernsivitearssitIans
doInnedsoinaesi
untuk
mencegah
pergerakan
yang
tidak
sesuai.
Fisiologi
kerja
UnivUernsivitearssitIans
doInndeosnieasia
dan
Human>Environment,
interaksi
tersebut,
yaitu:
Human>Machine,
Machine>Human,
Machine>Environment,
Environment>Human,
Evaluasi
Fisiologi
oksokan
work
dan
rate
(konsumsi
detak
jantung),
Fisik:
terhadap
lingkungan.
karbondioksida,
Manusia
kebisingan,
mengeluarkan
panas,
dan
lain
Pengukuran
obyektif
dari
sebagainya.
Mesin > Manusia : Umpan balik dan display
Fisik:
Pengukuran
Fisiologi:
obyektif
Aplikasi
dari
dari
prinsip
Umumnya
ditangani
oleh
teknisi
FisikFisiologi
mempengaruhi
berinteraksi
kemampuan
dengan
manusia
mesin
atau
sistem
dalam
kebisingan,
kerja
>
Mesin:
fungsi
Lingkungan
dari
mesin
dapat
dengan
Ditangani
oleh
personil
perawatan,
lapangan,
fasilitator
mesin.
teknisi
Dalam upaya menciptakan suatu kondisi kerja yang aman dan nyaman,
maka diperlukan interaksi yang baik dari ketiga komponen yang telah disebutkan
di atas, yaitu manusia, mesin, dan lingkungan kerja. Dalam ergonomi, manusia
merupakan komponen yang paling utama yang harus diperhatikan dengan segala
keterbatasan yang dimilikinya, karena manusia dalam hal ini yang menjadi
operator dari pekerjaannya. Ini berarti hal yang diperbaiki adalah mengenai
workstation yang akan menyesuaikan pekerjanya. Sebagai contoh, desain
pembuatan kursi kerja berkisar antara 43-50 cm (Oborne, 1995). Kursi kerja yang
didesain dengan menambahkan sandaran punggung (backrest) dilakukan dengan
tujuan agar memberikan kesempatan relaksasi pada otot punggung secara berkala
(Kroemer dan Grandjean, 1997). Contoh lainnya adalah mengenai desain meja
kerja. Menurut Kroemer dan Grandjean (1997), tinggi meja yang disarankan
untuk pekerjaan berat adalah sekitar 75-90 cm dari lantai (untuk pria) dan 70-85
cm dari lantai (untuk wanita), untuk pekerjaan ringan berkisar antara 90-95 cm
dari lantai (untuk pria) dan 85-90 cm dari lantai (untuk wanita), serta pekerjaan
yang membutuhkan ketelitian berkisar 100-110 cm dari lantai (untuk pria) dan 95105 cm dari lantai (untuk wanita).
Material
Task/Work
Characteristics
Place
Characteris
t
TASK
DEMANDS
Organizational Environment
Characteristics
al
Characterist
ics
Personal
Physiologic
Capacity
al Capacity
WORK
CAPACITY
Psycological
Biomechan
Capacity
i cal
Capacity
PERFORMANC
E
Quality
Stress
Fatigue
Accident
Discomfort
Diseases
Injury
Productivity
Keterangan:
Kemampuan Kerja
Capacity
(kemampuan
fisiologis),
meliputi
Tuntutan tugas
Tuntutan tugas pekerjaan atau aktivitas tergantung pada:
1. Task dan Material Characteristics (karakteristik tugas dan
material) ditentukan oleh karakteristik peralatan dan mesin, tipe
kecepatan, irama kerja, dan sebagainya.
2. Organization
Characteristics
(karakteristik
organisasi)
berhubungan dengan jam kerja dan jam istirahat, kerja malam dan
bergilir, cuti dan libur, manajemen, dan sebagainya.
3. Environmental Characteristics (karakteristik lingkungan) berkaitan
dengan manusia teman setugas, suhu dan kelembaban, bising dan
getaran, penerangan, sosio-budaya, tabu, norma, adat dan
kebiasaan, bahan-bahan pencemar, dan sebagainya.
Performa
Performa atau tampilan seseorang sangat tergantung kepada rasio dari
besarnya tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan yang bersangkutan.
Dengan demikian:
1. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan
seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan
akhir berupa ketidaknyamanan, overstress, kelelahan, kecelakaan,
cidera, rasa sakit, penyakit, dan tidak produktif.
2. Sebaliknya, bila tuntutan tugas lebih rendah daripada kemampuan
seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan
akhir berupa understress, kebosanan, kejemuan, kelesuan, sakit,
dan tidak produktif
3. Agar
penampilan
menjadi
optimal
maka
perlu
adanya
2009
UnivUernsivitearssitIansd
oInndeosniaesia
sangat kompleks. Contoh sambungan tulang yang sederhana ada pada siku dan
lutut. Siku dan lutut merupakan sambungan yang membatasi gerakan fleksi.
Tangan manusia mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam gerakannya. Akan
tetapi jika ada gerakan berulang (repetitive), maka harus mempertimbangkan hal
yang lebih penting, misalnya seperti efisiensi penggunaan otot dan konsumsi
energinya (Nurmianto, 2004).
2.2.2 Sistem Otot
Sistem otot (muskular) terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung
jawab atas gerakan tubuh (Watson, 1997). Otot terbentuk atas fiber yang
berukuran panjang dari 10 hingga 400 mm dan berdiameter 0,01 hingga 0,1 mm.
Pengujian mikroskopis menunjukkan bahwa fiber terdiri dari myofibril yang
tersusun atas sel-sel filament dari molekul myosin yang saling tumpang tindih
dengan filament dari molekul aktin. Serabut otot bervariasi antara satu otot
dengan yang lainnya. Beberapa diantaranya mempunyai gerakan yang lebih cepat
dari yang lainnya dan hal ini terjadi pada otot yang dipakai untuk
mempertahankan kontraksi badan, seperti otot pembentuk postur tubuh
(Nurmianto, 2004).
Dalam Watson (1997) dijelaskan bahwa otot utama tubuh terdiri atas: otot
kepala, otot leher, otot tubuh, otot anggota gerak atas, dan otot anggota gerak
bawah. Untuk mengetahui jenis-jenis otot yang telah disebutkan di atas lebih
lanjut, maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Jenis otot
Otot kepala
Otot leher
Otot tubuh
menggerakkan
panggul,
otot
yang
UnivUernsivitearssitIans
doInndeosnieasia
2009
UnivUernsivitearssitIansd
oInndeosniaesia
beban otot statis ataupun karena aliran darah yang tidak cukup mensuplai oksigen
dan glikogen, akan melepaskan asam laktat.
b. Aerobik
Aerobik yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan energi dengan
bantuan oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot
dioksidasi dengan cepat menjadi karbondioksida dan H 2O dalam kondisi aerobic,
sehingga beban pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan akan dapat berlangsung
cukup lama. Selain itu, aliran darah yang cukup akan mensuplai lemak,
karbohidrat, dan oksigen ke dalam otot. Akibat dari kondisi kerja yang terlalu
lama akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah akan menurun drastis di
bawah normal dan kebalikannya kadar asam laktat akan meningkat. Apabila sudah
demikian, maka cara terbaik adalah menghentikan pekerjaan, kemudian istirahat
dan makan makanan yang bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah.
UnivUernsivitearssitIans
doInndeosnieasia
seluruh
rangkaian
dan
UnivUernsivitearssitIans
doInnedsoinaesi
memegang objek, atau postur tubuh saat memindahkan barang yang kurang baik.
Cidera dapat terjadi seketika maupun secara berangsur-angsur selama beberapa
tahun. Cidera yang dihasilkan dari aktivitas pada pekerjaan yang dilakukan ini
berkaitan dengan gangguan pada sistem muskuloskeletal. Untuk selanjutnya,
maka akan dijelaskan mengenai gangguan muskuloskeletal serta faktor risikonya.
disorders
maksudnya adalah adanya suatu gangguan kronis pada otot, tendon, dan syaraf
yang disebabkan oleh penggunaan tenaga secara berulang (repetitive), gerakan
secara cepat, beban yang tinggi, tekanan, postur janggal, vibrasi, dan rendahnya
temperatur (ACGIH, 2007).
Berdasarkan berbagai definisi dari lembaga-lembaga tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa gangguan musculoskeletal merupakan suatu gangguan yang
menyerang otot, tendon, dan syaraf manusia yang disebabkan oleh aktivitas yang
dilakukan secara repetitif dengan postur janggal.
2.4.2 Jenis-jenis MSDs
Postur janggal merupakan faktor risiko pada kejadian MSDs karena pada
postur janggal, otot, tulang, dan sendi bekerja berlebihan memberikan tekanan
atau gaya untuk mempertahankan keseimbangan posisi tubuh tertentu. Postur
janggal akan meningkatkan risiko kejadian MSDs bila terjadi kombinasi dengan
faktor risiko ergonomi lain, seperti durasi, frekuensi, intensitas, repetitif, dan
UnivUernsivitearssitIansd
oInndeosniaesia
adanya intervensi stressor dari lingkungan. Berikut ini adalah beberapa jenis
MSDs yang dapat diakibatkan oleh postur janggal, yaitu:
1. Low Back Pain, yaitu rasa sakit akut dan kronis dari tulang belakang pada
daerah lumbosacral, pantat dan kaki bagian atas yang biasanya terjadi karena
penipisan intervertebral disk atau berkurangnya cairan pada disk. Biasanya
terjadi pada pekerja yang suka mengangkat (Bridger, 2003)
2. Carpal Tunnel Syndrome, yaitu tendon pada carpal tunnel membengkak
karena penggunaan yang cepat dan berulang pada jari dan tangan.
menyebabkan nyeri, rasa terbakar, dan kemampuan menggenggam menurun.
Biasanya terjadi pada typist (Humantech, 1989,1995)
3. Bursitis, yaitu rongga yang berisi cairan pelumas sendi membengkak dan
inflamasi sehingga menyebabkan nyeri dan keterbatasan gerak (Bridger, 2003)
4. Epicondylitis, yaitu inflamasi pada otot dan jaringan penghubung yang berada
di sekitar siku karena adanya rotasi dan putaran yang terlalu sering. Biasanya
sering terjadi pada petenis (Bridger, 2003)
5. Sprain dan strains, terjadi saat ligamen atau otot terlalu tertekan karena
adanya postur yang memberi beban terhadap tubuh (Bridger, 2003)
6. Ganglion Cyst, yaitu benjolan di bawah kulit yang disebabkan karena
akumulasi cairan pada lapisan tendon. Ini biasanya ditemukan pada tangan dan
pergelangan tangan (Humantech, 1989, 1995)
7. Tendinitis, yaitu inflamasi pada tendon biasanya terjadi pada tangan dan
pergelangan tangan karena pekerjaan menggunakan postur yang tidak biasa
secara terus-menerus (Bridger, 2003)
8. Tenosynovitis, terjadi karena adanya inflamasi tendon dan pelapisnya dengan
pembengkakan pada pergelangan tangan aktifitas yang berlebihan pada tendon
yang disebabkan oleh beban dan pergerakan yang berulang (Pulat, 1997).
9. Trigger Finger, yaitu keadaan kaku dan gemetar pada jari karena gerakan
berulang dan penggunaan yang berlebihan dari jari, ibu jari atau pergelangan
tangan yang terus-menerus (Bridger, 2003)
UnivUernsivitearssitIans
doInndeosnieasia
faktor-faktor
risiko
utama
terhadap
terjadinya
gangguan
UnivUernsivitearssitIans
doInndeosniaesia
c.
Membungkuk
Memutar(Twisting)
Miring (Bending)
UnivUernsivitearssitIans
doInndeosnieasia
Postur janggal pada tangan dan pergelangan tangan (kiri dan kanan)
Faktor risiko pada tangan dan pergelangan tangan adalah melakukan
pekerjaan dengan posisi memegang benda dengan cara mencubit (pinch
grip), tekanan pada jari terhadap objek (finger press), menggenggam
dengan kuat (power grip), posisi pergelangan tangan yang fleksi dan
0
ekstensi dengan sudut >45 , serta posisi pergelangan tangan yang deviasi
selama lebih dari10 detik, dan frekuensi > 30/menit (Humantech,
1989,1995).
lengan atas membentuk sudut >45 ke arah samping atau ke arah depan
terhadap badan selama lebih dari 10 detik dengan frekuensi lebih dari atau
sama dengan 2 kali per menit dan beban > 4.5kg (Humantech, 1989,
1995).
Menunduk
Menoleh
Menekukkan
Menengadah
antara
anterior
dan
posterior
tertekan
sehingga
menyebabkan
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009
UnivUernsivitearssitIansd
oInndeosniaesia
UnivUernsivitearssitIansd
oInndeosniaesia
b. Frekuensi
Postur yang salah dengan frekuensi pekerjaan yang sering dapat
mengakibatkan tubuh kekurangan suplai darah, asam laktat yang terakumulasi,
inflamasi, tekanan pada otot, dan trauma mekanis. Frekuensi terjadinya postur
janggal terkait dengan terjadinya repetitive motion dalam melakukan pekerjaan.
Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja terusmenerus tanpa melakukan relaksasi (Bridger, 2003). Secara umum, semakin
banyak pengulangan gerakan dalam suatu aktivitas kerja, maka akan
mengakibatkan keluhan otot semakin besar. Pekerjaan yang dilakukan secara
repetitif dalam jangka waktu lama maka akan meningkatkan risiko MSDs apalagi
bila ditambah dengan gaya/beban dan postur janggal (OHSCO, 2007).
c. Durasi
Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi dapat dilihat
sebagai menit-menit dari jam kerja/hari pekerja terpajan risiko. Durasi juga dapat
dilihat sebagai pajanan/tahun faktor risiko atau karakteristik pekerjaan
berdasarkan faktor risikonya. Secara umum, semakin besar pajanan durasi pada
faktor risiko, semakin besar pula tingkat risikonya. Durasi diklasifikasikan
sebagai berikut :
UnivUernsivitearssitIans
doInndeosnieasia
2.
Lengan harus berada di dekat tubuh dengan posisi lurus. Fleksi pada lengan
untuk mengangkat dan membawa menyebabkan ketegangan otot statis
pada lengan yang melelahkan.
3.
4.
5.
6.
Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak
mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari
pembebanan.
7.
Sedangkan bentuk objek yang baik harus memiliki pegangan, tidak ada
sudut tajam dan tidak dingin atau panas saat diangkat. Mengangkat objek tidak
boleh hanya dengan mengandalkan kekuatan jari, karena kemampuan otot jari
terbatas sehingga dapat cidera pada jari (Kumar, 1996). Semakin berat objek yang
ditangani, tenaga yang dibutuhkan akan meningkat. Dapat disimpulkan, semakin
besar gaya yang dikeluarkan untuk menangani suatu objek, maka semakin tinggi
risiko terkait gangguan otot rangka apabila hal tersebut dilakukan dengan postur
yang salah dan berat objek melampaui batas maksimum yang diperbolehkan.
Pajanan terkait MSDs tersebut tidak hanya disebabkan oleh salah satu
faktor saja, melaikan adanya keterkaitan atau gabungan dari berbagai faktor risiko
ergonomi yang ada serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya.
Gangguan terhadap muskuloskeletal tersebut akan timbul semakin cepat apabila
suatu aktivitas kerja yang dilakukan dengan postur yang tidak tepat dengan beban
yang berat dan dilakukan secara repetitif dalam jangka waktu yang cukup lama.
2009
UnivUernsivitearssitIansd
oInndeosniaesia
dari keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima
beban statis secara berulang dalam jangka waktu yang lama akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon.
Keluhan inilah yang biasanya disebut sebagai muskuloskeletal disordes (MSDs)
atau cidera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993). Secara garis besar
keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
otot menerima beban statis, tetapi keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap
meskipun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut (Tarwaka, 2004).
rekomendasi
dari
Occupational
Safety
and
Health
UnivUernsivitearssitIans
doInndeosnieasia
1. Rekayasa teknik
Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa
alternatif sebagai berikut:
Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang
bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.
Substitusi, yaitu mengganti alat/bahan lama dengan yang baru yang aman,
menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur
penggunaan peralatan.
2. Rekayasa manajemen
Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai
berikut:
Evaluasi dan pengawasan secara terus menerus data medis, kesehatan, dan
cidera
Pengendalian secara khusus pada pekerjaan yang langsung berhubungan
Menyeleksi
atau
mendesain
peralatan
untuk
mengurangi
beban,
praktisi
K3,
dan
pekerja
mengenai
faktor
risiko
4. Consideration of action
QEC secara cepat dapat mengidentifikasikan tingkat pajanan dari
punggung, bahu/lengan tangan, pergelangan tangan dan leher. Hasil
dari metode ini juga merekomendasikan intervensi ergonomi yang
efektif untuk mengurangi tingkat pajanan
Metode QEC ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
metode ini, antara lain adalah:
1. mencakup beberapa faktor risiko fisik terbesar terkait WMSDs
2. mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan dapat digunakan oleh
peneliti yang belum berpengalaman
3. mempertimbangkan kombinasi dan interaksi berbagai macam faktor
risiko di tempat kerja
4. menyediakan tingkat sensitivitas dan kegunaan yang baik
5. realibilitas dapat diterima secara luas
6. mudah dipelajari dan cepat digunakan
Disamping berbagai keuntungan tersebut, metode ini juga memiliki
beberapa kekurangan, antara lain :
1. metode hanya berfokus pada faktor fisik di tempat kerja
2. hipotesis
skor
pajanan
yang
disarankan
pada
action
level
membutuhkan validasi
3. pelatihan dan praktek tambahan diperlukan oleh penggunan yang
belum berpengalaman untuk pengembangan reliabilitas pengukuran
(Stanton, dkk, 2005).
untuk
menggambarkan
atau
memperlihatkan
efektivitas
dari
Tingkat risiko dihitung dalam skor 1 yang berarti memiliki tingkat risiko
rendah hingga skor 7 yang berarti memiliki tingkat risiko tinggi. Skor tersebut
disatukan ke dalam empat kategori action level yang mengindikasikan jangka
waktu yang tepat untuk dilakukannya tindakan pengendalian yang disarankan.
RULA biasanya digunakan pada pekerjaan di depan komputer, manufaktur atau
retail dimana pekerja duduk atau berdiri tanpa adanya pergerakan. Tujuan dari
RULA adalah sebagai berikut:
1. Mengukur risiko muskuloskeletal, biasanya sebagai bagian dari sebuah
investigasi ergonomi
2. Membandingkan beban muskuloskeletal yang terjadi dan memodifikasi desain
tempat kerja
3. Mengevaluasi hasil, seperti produktivitas atau kesesuaian peralatan
4. Mendidik pekerja terhadap risiko muskuloskeletal yang ada di berbagai postur
kerja yang berbeda
Prosedur menggunakan RULA terbagi ke dalam tiga langkah, yaitu:
1. Memilih postur yang akan dinilai
2. Postur dinilai dengan menggunakan lembar penilaian, diagram bagian tubuh,
dan tabel
3. Nilai diubah ke dalam kategori action level dari angka 1hingga 4 (Stanton,
dkk, 2005).
Seperti metode penilaian ergonomi yang lain, RULA juga memiliki
kelebihan. Kelebihan RULA adalah sebagai berikut:
1. Panduan cepat dan mudah untuk mendeterminasi keberadaan WMSDs
2. Efektif untuk menilai postur bagian atas
3. Sudah mencakup postur, tekanan, dan frekuensi
4. Dapat mengidentifikasi pada bagian tubuh mana yang berisiko paling besar
pada suatu pekerjaan
5. Score pada RULA dilengkapi dengan action level yang menggambarkan
prioritas tindakan.
Kelebihan
Mudah digunakan
durasi
dengan
kombinasi
benchmarks
untuk
untuk
perbandingan
Tidak
waktu
ada
kerja
perbedaan
dari
postur
klasifikasi
Kekurangan
Tidak adanya informasi mengenai
mengevaluasi keefektifitasannya
tangan
Tingkat Risiko
Action Level
Tindakan
Diabaikan
Tidak perlu
2-3
Rendah
Mungkin perlu
4-7
Sedang
Perlu
8-10
Tinggi
Perlu segera
11-15
Sangat tinggi
Sekarang juga
UnivUernsivitearssitIans
doInndeosniaesia
diuji, sehingga penelitian dapat diterima secara ilmiah. Selain itu, metode ini juga
tidak membutuhkan waktu yang lama dalam penelitiannya dan mudah untuk
digunakan. Metode ini tentu saja bukanlah metode yang paling baik digunakan,
namun mungkin lebih sesuai untuk penelitian ini. Berikut merupakan kelebihan
dan kekurangan dari metode ini.
Kekurangan
seperti
dada,
leher,
kaki,
dan bawah
lain,
Tidak
ada
pengukuran
durasi
dan
terhadap
risiko
MSDs pada
berbagai task.
UnivUernsivitearssitIans
doInndeosnieasia
BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
Postur
Frekuensi
Faktor
risiko
MSDs
Durasi
Beban
42
UnivUernsivitearssitIans
doInndeosnieasia
43
Tingkat Risiko
Ergonomi
dengan Metode
REBA
Keluhan
MSDs dengan
Nordic Body
Map
UnivUernsivitearssitIans
doInndeosnieasia
Postur (leher,
batang
tubuh/tulang
Unive
Indonesia belakang,
kaki, lengan
atas kiri dan
kanan, lengan
bawah kiri
dan kanan,
pergelangan
tangan kiri
dan kanan)
Definisi Operasional
Hasil akhir dari proses penilaian
terhadap postur tubuh penggunaan
otot
dan
penggunaan
kekuatan/muatan
yang
telah
dilakukan responden mulai dari
sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi, dan sangat tinggi.
Sikap atau posisi bagian tubuh (leher,
batang tubuh/tulang belakang, kaki,
lengan atas kiri dan kanan, lengan
bawah kiri dan kanan, serta
pergelangan tangan kiri dan kanan)
pekerja saat melakukan pekerjaan
pada masing-masing proses kerja
yang terdiri dari inspeksi kain,
pembungkusan,
pengepakan
(mengangkat kain).
Alat Ukur
REBA
Skala
Ordinal
REBA
Checklist,
Handycam,
Busur
derajat
Nominal
Skor 1
Skor 2-3
Skor 4-7
Skor 8-10
Skor 11-15
Hasil Ukur
: Sangat rendah
: Rendah
: Sedang
: Tinggi
: Sangat tinggi
44
Universitas Indonesia
Force/beban
Coupling
REBA
checklis
t
Interval
Penilaian Gaya/Beban:
1. + 0, untuk beban 0-5 kg
2. + 1, untu beban 6-10 kg
3. +2 untuk beban > 10 kg
REBA
checklist
Ordinal
Penilaian Coupling:
1. Good = +0
2. Fair = + 1
Universitas Indonesia
Unive
Indonesia
45
3. Poor = +2
4. Unacceptable = +3
Aktivitas
(durasi dan
frekuensi)
REBA
checklis
t timer
Nominal
Penilaian Aktivitas:
+1 jika postur janggal dilakukan lebih dari 1
menit
+1 jika postur janggal dilakukan > 4 kali per
menit
Kuesioner
Nordic Body
Map (NBM)
Nominal
Ya
Tidak
Universitas Indonesia
Unive
Indonesia
46