Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Erosi dan karies gigi mempunyai kesamaan dalam jenis kerusakannya
yaitu terjadi demineralisasi jaringan keras yang disebabkan oleh asam. Karies gigi
merupakan masalah kesehatan yang masih ditemukan baik di negara maju maupun
di negara-negara berkembang. Salah satu cara untuk merawat karies gigi yaitu
dengan melakukan penumpatan gigi yang karies agar gigi dapat kembali ke
bentuknya semula dan berfungsi dengan baik. Prosedur penumpatan gigi
merupakan suatu perawatan yang bertahap dimulai dengan membersihkan jaringan
gigi yang sudah rusak oleh bakteri dan merapikan bentuk kavitasnya kemudian
mengaplikasikan bahan tumpatan ke dalam kavitas gigi yang sudah dibersihkan dan
dirapikan bentuknya.1,2
Saat ini, terdapat berbagai macam bahan tumpatan yang digunakan oleh
dokter gigi, seperti resin komposit, amalgam, dan glass ionomer cement (GIC). Hal
ini memberi kesempatan bagi pasien maupun dokter gigi untuk memilih bahan
tumpatan yang diinginkan berdasarkan harga ataupun estetiknya dan tentunya
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari dokter gigi.2
Glass ionomer cement merupakan salah satu bahan tumpatan dalam ilmu
kedokteran gigi yang digunakan pada saat ini. Glass Ionomer Cement (GIC) telah
banyak di gunakan dalam kedokteran gigi sejak tahu 1970. Dianggap lebih unggul
dari jenis lain berbasis semen air karena memiliki sifat mekanik yang baik dan
transparan. Selain itu, flouride rilis dalam jangka waktu yang lama dan
biokompabilitas yang baik membuat GIC berguna sebagai bahan kedokteran gigi.
Namun, GIC memiliki beberapa kelemahan seperti kerapuhan yang relatif tinggi
dan kelembaban sensitif selama tahap awal keadaan.2,3
Kemajuan bidang kedokteran gigi mencakup tindakan preventif, kuratif,
dan promotif, juga estetik yang menyebabkan kebutuhan terhadap restorasi estetik
semakin banyak. Semen ionomer kaca (SIK) merupakan salah satu bahan restorasi
yang banyak digunakan dokter gigi karena mempunyai keunggulan berupa ikatan
secara khemis dengan gigi, melepas fluor sehingga dapat mencegah karies lebih
lanjut, estetis, biokompatibel, daya larut rendah, translusen, dan bersifat anti
bakteri. Keunggulan-keunggulan tersebut membuat bahan tumpatan SIK banyak
digunakan oleh dokter gigi.4
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan Glass Ionomer Cement (GIC)?
Dimanakah Glass Ionomer Cement (GIC) sering digunakan?
Siapakah penemu dari Glass Ionomer Cement (GIC)?
Kapan Glass Ionomer Cement (GIC) ditemukan?
Mengapa Glass Ionomer Cement (GIC) lebih unggul?
Bagaimana tatalaksana, sifat umum, fisik dan biologi serta manipulasi dari
Glass Ionomer Cement (GIC)?

BAB II
ISI
Semen ionomer kaca adalah bahan restorasi yang melekat pada enamel dan
dentin melalui ikatan kimia, terdiri dari campuran powder dan liquid. PowderSIK
adalah kaca aluminosilikat dan liquid larutan asam poliakrilik. Beberapa sifat
yang dimiliki semen ionomer kaca yaitu biokompatibilitas melepas fluor sehingga
dapat mencegah karies lebih lanjut, estetis, daya larut rendah, translusen, dan
bersifat anti bakteri. Semen ini juga menghasilkan ikatan adhesi yang sangat kuat
dengan struktur gigi, sehingga berguna untuk restorasi konservatif pada daerah
yang mengalami erosi. Salah satu hal yang menarik dari semen ini adalah sifat
antikariogeniknya. Glass ionomer cement atau Semen Ionomer Kaca (GIC atau
SIK) merupakan bahan restorasi yang banyak digunakan oleh dokter gigi dan terus
dikembangkan. SIK memiliki kemampuan berikatan secara fisikokimiawi baik
pada email maupun dentin. GIC tidak terlalu tahan terhadap lingkungan dengan pH
rendah dan dapat mengalami kerusakan yang nyata.2,4,5
Awalnya, semen ini dirancang untuk tambalan estetik pada gigi anterior
dan dianjurkan untuk penambalan gigi dengan preparasi kavitas kelas III dan V.
Juga karena semen ini menghasilkan ikatan adhesi yang sangat kuat dengan struktur
gigi, akan sangat berguna untuk restorasi konservatif pada daerah yang tererosi.
Kebutuhan akan retensi mekanis melalui preparasi kavitas menjadi berkurang atau
ditiadakan. Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan
perekat, pelapik, bahan restorative untuk restorasi konservatif Kelas I dan II,
membangun badan inti, dan sebagai penutup ceruk dan fisura. Meskipun demikian,
semen ionomer kaca tidak dianjurkan untuk restorasi Kelas II dan IV karena sampai
saat ini formulanya masing kurang kuat dan lebih peka terhadap keausan
penggunaan jika dibandingkan dengan komposit. Ada tiga jenis semen ionomer
kaca berdasarkan formulanya dan potensi penggunaannya. Tipe I untuk bahan
perekat, Tipe II untuk bahan restorasi, dan Tipe III untuk basis atau pelapik. Juga
ada semen ionomer kaca yang pengerasannya dilakukan oleh sinar. Jenis inni juga
disebut sebagai semen ionomer kaca modifikasi resin sebab melibatkan resin yang
dikeraskan sinar dalam formulanya. Sampai titik ini, pembahasan difokuskan pada
semen ionomer kaca Tipe II.6
Semen ionomer kaca sering digunakan sebagai material restorasi dalam
praktik kedokteran gigi di Puskesmas, rumah sakit, klinik, dan balai pengobatan
serta praktik pribadi.7
Glass Ionomer Cement (GIC) diciptakan oleh Wilson dkk. di
Laboratorium Chemist Government pada awal tahun 1970. GIC adalah semen
berbasis air, yang dikenal sebagai semen polyalkenoate. Nama generik nya
didasarkan pada reaksi antara kaca silikat dan asam poliakrilat, dan formasi yang
muncul dari reaksi asam/basa antara komponen-komponen.8
Beberapa keunggulan glass ionomer cement yaitu, berikatan secara
kimiawi dengan gigi dan dapat berikatan dengan email dan dentin, melepaskan

fluoride, stabilitas dimensi tinggi, dan mempunyai sifat biokompatibilitas Semen


ini dibuat untuk tambalan estetik pada gigi anterior dan dianjurkan untuk
penumpatan gigi dengan preparasi kavitas kelas III dan V. Semen ini juga
menghasilkan ikatan adhesi yang sangat kuat dengan struktur gigi, sehingga
berguna untuk restorasi konservatif pada daerah yang mengalami erosi. Kelarutan
bahan tumpatan GIC dapat terjadi baik pada perendaman dengan asam asetat
sebagai kelompok perlakuan maupun dengan saliva buatan sebagai kelompok
kontrol. Secara sederhana, dilihat dari sudut pandang molekul, proses pelarutan
terjadi dalam tiga tahap yang berbeda, yaitu: Pertama, tahap terjadinya pemisahan
antarmolekul pelarut; Kedua, tahap terjadinya pemisahan antarmolekul zat terlarut;
dan, Ketiga, tahap bercampurnya molekul pelarut dengan mulekul zat terlarut. Jika
suatu zat (zat terlarut) larut dalam zat lainnya (pelarut), partikel zat terlarut akan
menyebar ke seluruh pelarut. GIC tidak terlalu tahan terhadap lingkungan dengan
pH yang rendah. Hal ini berarti bahwa partikel GIC yang terlepas pada larutan
dengan pH rendah akan lebih banyak dibandingkan dengan partikel yang terlepas
pada larutan dengan pH yang mendekati pH normal. Semen ionomer kaca (SIK)
merupakan salah satu bahan restorasi yang banyak digunakan dokter gigi karena
mempunyai keunggulan berupa ikatan secara khemis dengan gigi, melepas fluor
sehingga dapat mencegah karies lebih lanjut, estetis, biokompatibel, daya larut
rendah, translusen, dan bersifat anti bakteri. Penggunaan SIK yang meluas antara
lain sebagai bahan perekat, pelapik, bahan restoratif untuk restorasi Kelas I dan II
klasifikasi Black.2 Restorasi kelas III dan IV tidak dianjurkan menggunakan SIK
karena sampai saat ini formulanya masih kurang kuat dan lebih peka terhadap
keausan penggunaan jika dibandingkan dengan komposit.1 Penelitian lain
menyatakan bahwa material ini biokompatibel di dalam rongga mulut, normal
ekspansi hampir sama dengan struktur gigi dan perlekatan baik. Keunggulankeunggulan tersebut membuat bahan tumpatan SIK banyak digunakan oleh dokter
gigi. Para dokter gigi lebih cenderung menggunakan SIK tipe II sebagai bahan
tumpatan gigi karena memiliki sifat cukup keras tetapi rapuh, kekuatan tekan relatif
tinggi , daya tahan terhadap fraktur dan keausan rendah.2,4,9
Semen ionomer kaca mempunyai komposisi bahan powderacid soluable
calcium fluoraluminosilicate glass dan liquidaqueous solution of polyacrilycacid.
Kandungan fluorida pada bahan ini sangat tinggi yang berfungsi untuk menurunkan
suhu fusi kaca, meningkatkan kekuatan dan translusensi semen. Keuntungan SIK
yaitu perlekatan ionik permanen terhadap struktur gigi dan kapasitas untuk
melepaskan fluorida. Semen ionomer kaca memiliki biokompabilitas yang baik
terhadap jaringan gigi, solubilitas rendah, antikariogenik, perubahan dimensi kecil
dan tahan terhadap fraktur. Kerugian SIK antara lain estetik, kehalusan permukaan,
kekuatan kompresif, kekuatan flexural kurang dibandingkan kompomer dan juga
lebih tidak tahan terhadap erosi. Minuman beralkohol mempunyai sifat asam dan
sebagai pelarut, sehingga dapat mengikis tumpatan dan memengaruhi warna
enamel gigi. Bubuk semen ionomer kaca adalah kalsium fluoroaluminosilikat yang

larut dalam asam. Bahan-bahan mentah digabung sehingga membentuk kaca yang
seragam dengan memanaskannya sampai temperature 1100-1500o Celsius.
Lanthanum, strontium, barium, atau oksida seng ditambahkan untuk menimbulkan
sifat radioopak. Kemudian kaca digerus menjadi bubuk yang ukuran partikelnya
berkisar antara 20-50 m. Aslinya, cairan untuk semen ionomer kaca adalah larutan
dari asam poliakrilat dengan konsentrasi 50%. Cairan ini cukup kental dan
cenderung menjadi gel dengan berjalannya waktu. Pada semen-semen ionomer
kaca terbaru, cairan asamnya berada dalam bentuk kopolimer dengan asam
itakonik, maleic, atau trikarbosilik. Asam-asam ini cenderung meningkatkan
reaktivitas dari cairan, mengurangi kekentalan, dan mengurangi kecenderungan
untuk menjadi gel.4,6
Tatalaksana Glass Ionomer Cement yaitu yang pertama melakukan
preparasi. Kedua, dentin conditioning dengan cairan glass ionomer yang
diencerkan, aplikasikan pada kavitas selama 10-15 detik. Ketiga, bersihkan kavitas
dan keringkan. Keempat, manipulasi glass ionomer. Kelima, Aplikasikan ke dalam
tumpatan dengan menggunakan plastis instrument. Keenam, Oleskan vanish diatas
tambalan, biarkan 1-2 menit.9
Sifat umum nya yaitu Sebagai semen yang diaduk, semen ini mampu
membentuk lapisan setebal 25 m atau lebih tipis. Waktu kerja biasanya lebih
singkat daripada semen seng fosfat tetapi bervariasi di antara berbagai merek.
Kisarannya adalah sekitar 3-5 menit. Sistem yang dibasahi dengan air memiliki
pengerasan awal yang lebih cepat daripada yang menggunakan cairan poliasam.
Kekuatan kompresi dari semen ionomer kaca Tipe I sebanding dengan semen seng
fosfat, dan kekuatan Tarik garis tengahnya sedikit lebih tinggi. Modulus
elastisitasnya hanya separuh dari semen seng fosfat. Jadi, semen ionomer kaca tidak
terlalu kaku dan lebih peka terhadap perubahan bentuk elastis. Kelarutannya di
dalam air selama 24 jam pertama cukup tinggi. Sangatlah penting bahwa semen
dilindungi dari kontaminasi cairan selama periode 24 jam ini. Setelah semen
matang sempurna, semen ini menjadi salah satu semen non-resin yang paling tahan
terhadap kelarutan dan disintegrasi di dalam rongga mulut.6
Sifat fisiknya yaitu Pelarutan awalnya berkaitan dengan pelepasan produkproduk penengah atau yang tidak berkaitan dengan pembentukan matriks. Namun,
jika semen ionomer kaca di tes di bawah kondisi in vitro, semen cenderung lebih
tahan terhadap asam. Sifat lain yang sangat menonjol dari penggunaan semen
ionomer kaca sebagai bahan restorasi adalah kekuatannya terhadap fraktur, suatu
ukuran dari energy yang dibutuhkan untuk terjadinya fraktur. Semen ionomer kaca
Tipe II jauh lebih inferior daripada komposit. Juga lebih rentan terhadap keausan
disbanding komposit bila dikenai uji abrasi dengan sikat gigi secara in vitro dan uji
keausan oklusal. Namun, semen ionomer kaca cukup menarik karena mempunyai
kecocokan biologin, dapat melekat pada email dan dentin, dan bersifat
antikariogenik.6

Sifat biologinya yaitu semen ionomer kaca melekat erat dengan struktur
gigi dan mencegah infiltrasi cairan mulut di antar-muka semen-gigi. Sifat khusus
ini ditambah dengan sifat asamnya yang tidak terlalu mengiritasi, seharusnya dapat
mengurangi frekuensi kepekaan pasca-operatif. Meskipun demikian, kadangkadang ada laporan kepekaan pasca-operatif. Meskipun demikian, kadang-kadang
ada laporan kepekaan pasca-sementasi. Laporan ini sepertinya lebih sering terjadi
pada formula pengerasan dengan air. Ada beberapa factor yang mempengaruhi
potensi iritasi. Salah satunya adalah pH dan lamanya sifat asam ini bertahan.
Meskipun pH dari kedua formula ini sama pada menit ke-10, pH dari formula
pengerasan dengan air akan lebih rendah daripada formula poliasam pada menit ke2 dan 5. Faktor lainnya adalah kekentalan semen. Perlu diingat bahwa besarnya pH
ini mempunyai hubungan dengan adonan encer yang digunakan untuk sementasi
namun tidak berlaku untuk rasio ubuk cairan yang lebih tinggi seperti yang
digunakan pada ionomer restoratif. Kepekaan pasca-operatif jarang dikeluhkan
pada penggunaan ini. Terlepas dari jenis formula semen ionomer, jika kepekaan
pasca-operatif ini terjadi, kemungkinan ada satu atau dua kondisi yang
menimbulkannya. Termasuk di antara kondisi ini adalah pulpitis yang sebelumnya
memang sudah ada, preparasi kavitas yang sangat dalam, serta ketebalan minimal
dari dentin, yang mengurangi waktu penembusan bahan iritan ke dalam pulpa, dan
masuknya bakteri di sepanjang pertemuan semen-gigi. Jika restorasi akan disemen
dengan semen ionomer kaca, perlu dilakukan tindakan perlindungan pulpa.
Pertimbangan biologis harus didahulukan daripada soal-soal lain, misalnya potensi
adhesi yang menjamin adanya ikatan yang kuat dengan struktur gigi. Lapisan olesan
pada permukaan potong dari preparasi kavitas tidak boleh dihilangkan tetapi harus
dibiarkan utuh sehingga dapat menjadi penghambat penetrasi asam dari semen ke
tubulus dentin. Semua daerah preparasi yang dalam harus dilindungi dengan selapis
tipis semen kalsium hidroksida yang bisa mengeras.6
Manipulasi semen ionomer kaca yaitu permukaan preparasi, pengadukan
semen, penyemenan, dan pembuangan kelebihan semen adalah hal-hal yang perlu
diperhatikan. Struktur gigi yang dipreparasi harus dibersihkan dengan pasta pumis,
dibilas, dan dikeringkan, namun jangan sampai mengalami dehidrasi. Pengeringan
yang berlebihan akan membuka ujung-ujung tubulus dentin dan meningkatkan
penterasi cairan asam. Prosedur pengadukannya mirip dengan yang idjelaskan
untuk semen seng poli-karboksilat. Bubuk digabungkan ke cairan dalam jumlah
yang besar dan diaduk dengan cepat selama 30-45 detik. Seperti untuk semua semen
lain, sifat semen ionomer kaca TIpe I sangat dipengaruhi oleh factor manipulasi.
Rasio bubuk cairan yang dianjurkan akan bervariasi tergantung mereknya, tetapi
umumnya berkisar antara 1,25-1,5 gram bubuk per 1 ml cairan. Retensi tuangan
dapat diperbaiki jika permukaan bagian dalamnya dibersihkan, seperti yang
dijelaskan untuk semen polikarboksilat. Penyemenan harus dilakukan sebelum
semen kehilangan kilapnya. Seperti semen seng fosfat, ionomer kaca menjadi rapuh
(mudah patah) begitu mengeras. Setelah mengeras, kelebihan semen dapat dibuang

dengan mencungkil atau mematahkan semen menjauh dari tepi restorasi. Seperti
semen polikarboksilat, kelebihan semen perlu dijaga agar tidak melekat ke
permukaan gigi atau rotesa. Semen ini sangat peka terhadap kontaminasi air selama
pengerasan. Karena itu, tepi restorasi harus dilapisi untuk melindungi semen dari
kontak yang terlalu dini dengan cairan.6

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Glass Ionomer Cement (GIC) merupakan salah satu bahan restorasi yang
banyak digunakan oleh dokter gigi karena mempunya beberapa keunggulan yaitu
preparasinya dapat minimal, ikatan dengan jaringan gigi secra khemis, melepas
flour dalam jangka panjang, estetis, biokompatibel, daya larut rendah, translusen,
dan bersifat anti bakteri. Komposisi GIC terdiri atras bubuk dan cairan. Bubuk
terdiri atas kaca kalsium fluoroalmuminosilikat yang larut asam dan cairannya
merupakan larutan asam poliakrilik. Reaksi pengerasan dimulai ketika bubuk kaca
fluoroaluminosilikat dan larutan asam poliakrilik dicampur, kemudian
menghasilkan reaksi asam-basa dimana bubuk kaca fluoroaluminosilikat sebagai
basanya. Air memegang peranan penting selama proses pengerasan dan apabila
terjadi penyerapan air maka akan mengubah sifat fisik GIC. Saliva merupakan
cairan didalam rongga mulut yang dapat mengkontaminasi GIC selama proses
pengerasan dimana dalam periode 24 jam ini GIC sensitif terhadap cairan saliva
sehingga perlu dilakukan perlindungan agar tidak terkontaminasi. Kontaminasi
dengan saliva akan menyebkan GIC mengalami pelarutan dan daya adhesinya
terhadap gigi akan menurun. GIC juga rentan terhadap kehilangan air beberapa
waktu setelah penumpatan. Jika tidak dilindungi dan terekspos oleh udara, maka
permukaannya akan retak akibat desikasi. Baik desikasi maupun kontaminasi air
dapat merubah struktur GIC selama beberapa minggu setelah penumpatan.
B.

Saran
Bagi instansi Rumah Sakit diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
mutu kesehatan gigi dan mulut khususnya pada penggunaan material restorasi Glass
Ionomer Cement (GIC). Diharapkan masyarakat mendapatkan pengetahuan
mengenai Glass Ionomer Cement (GIC) sehingga menjadi pertimbangan dalam
pemilihan material restorasi gigi.Masyarakat juga sebaiknya mengurangi
mengkonsumsi makanan atau minuman yang rentan dapat menyebabkan karies.

1.

2.

3.
4.

5.
6.
7.

8.
9.

DAFTAR PUSTAKA
Fredian AE, Dyah S, Niken P. Efek Perendaman Bahan Fissure Sealant
Sement Ionomer Kaca Pada Minuman Berkarbonasi Terhadap Pelepasan
Fluor (The Effects of Immersion Material Glass Ionomer Cement Fissure
Sealant on Carbonated Drinks to The Release of Fluoride Ions). Jurnal
Pustaka Kesehatan. 2014 September; 2(3): 538.
Tanga A, Youla AA, Michael AL. Pengaruh Waktu Perendaman terhadap
Bahan Tumpatan Glass Ionomer Cement dalam Larutan Asam Asetat. Jurnal
e-GiGi (eG). 2016 Januari-Juni; 4(1): 1-3: 1.
Chen S, et al. Enchanced Bioactivity of Glass Ionomer Cement by
Incorporating Calcium Silicates. Biomatter. 2016 January; 6(1)
Roeroe VM, Dinar AW, Juliatri. Gambaran Kekuatan Tekan Bahan
Tumpatan Semen Ionomer Kaca yang Direndam dalam Minuman Beralkohol.
Jurnal e-GiGi (eG). 2015 Januari-Juni; 3(1)
Mount GJ, Wyatt RH. Preservation and restoration of tooth structures 2nd ed.
Australia : Knowledge Books and Sofware; 2005.
Anusavice KJ, Phillips. Buku ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi edisi 10.
Jakarta : EGC; 2004.
Sarjono MI, Dinar AW, Damayanti HCP. Gambaran Penggunaan Material
Restorasi Semen Ionomer Kaca di Poli Gigi RUmah Sakit Bhayangkara
Manado. Jurnal e-GiGi (eG). 2014 Juli-Desember; 2(2)
Lyapina MG, et al. Nano-Glass-Ionomer Cements in Modern Restorative
Dentistry. Journal of IMAB. 2016; 22(2) : 1160.
Bakar A. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta : Quantum; 2012.

Anda mungkin juga menyukai