Anda di halaman 1dari 3

Perilaku Seks Bebas Pada Remaja

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa
berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed
Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari
mood senang luar biasa ke sedih luar biasa, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam
untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali
dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski
mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala
atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang
dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat
orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik
mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat
remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image).
Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan
mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di
hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja
putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan hebat. Pada usia
16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan
dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia
tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja
bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah,
remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan
mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka
terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan;
sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau
jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka,
akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu
bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai
dasar pembentukan jati-diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada
diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat
dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai seseorang yang
baru; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan
apa yang akan dilakukan oleh para idolanya untuk menyelesaikan masalah seperti itu.
Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja Dari beberapa dimensi perubahan
yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan
kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang
resiko dan berdampak negative pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja
misalnya seperti penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya;
Salah satu hal perilaku yang mengundang resiko dan banyak dialami oleh remaja yaitu
perilaku seks bebas. Seks pada remaja dapat diartikan dengan tingkah laku remaja yang didorong oleh
hasrat seks kepada lawan jenis. Contoh dari tingkah laku tersebut adalah seperti perasaan tertarik,
berkencan, bercumbu bahkan bersenggama. Dalam hal ini saya tidak membahas tentang perilaku
seksnya tetapi lebih condong pada faktor yang menyebabkan perilaku seks bebas pada kalangan
remaja ini.
Dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu pesat maka dengan mudahnya para
remaja mengakses situs-situs porno. Dan hal ini berdampak pada perkembangan seks remaja yang

belum matang (lebih dini). Tak dapat dipungkiri bahwa perkembanagan seks remaja yang tidak
terkontrol menjadikan seks bebas menjadi semakin meningkat. Maraknya seks bebas dikalangan
remaja dapat dikarenakan beberapa factor yaitu:
1.

Factor Lingkungan
Lingkungan memiliki andil yang sangat besar terhadap seks bebas dikalangan remaja. Dengan
adanya budaya pacaran salah satu contohnya, masyarakat membolehkan jika dua insan
yang berbeda jenis menjalin hubungan tanpa ikatan apapun.

2.

Kurangnya pendidikan seks dikalangan remaja


Selain itu peran serta orang tua dalam memberikan pendidikan seks terhadap anak sangat
kurang, hal ini terlihat ketika anak membicarakan tentang masalah seks maka dianggap
sangat tabu. Padahal ketika remaja tidak diberiikan informasi yang cukup tentang pendidikan
seks maka mereka akan mencari informasi diluar tanpa dampingan orang tua.

3.

Media
Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa media sangat berpengaruh terhadap
perkembangan seks remaja. Pada era teknologi yang begitu canggih, maka berdampak pada
dengan mudahnya para remaja memperoleh hal-hal yang berbau seks. Oleh karena itu sangat
diperlukan dalam mendampingi perkembangan remaja.

4.

Meningkatnya libido seksualitas


Perubahan hormonal yang menjadikan hasrat seksual remaja meningkat, ini membutuhkan
penyaluran dalam bentuk seksual tertentu. Oleh karena itu remaja perlu pendampingan
maupun pengetahuan tentang seks sedini mungkin agar tidak menyalurkan pada tempat yang
salah.

5.

Factor ekonomi
Budaya materialisme dan hedonism yang berkembang sekarang menjadikan para remaja ingin
selalu up to date pada perkembangan fashion maupun gaya hidup yang lain. Banyak remaja
yang tidak mampu menjangkau di karenakan dana yang minim. Namun, untuk memaksakan
gaya hidup tersebut maka kemudian mereka bertindak bodoh dengan (maaf) menjual diri.

6.

Broeken Home
Semakin tingginya tingkat perceraian dewasa ini ternyata berpengaruh terhadap kehidupan
seksual remaja. Ketidak utuhan peran masing-masing orang tua menyebabkan remaja salah
dalam mencari figure orang tua, sehingga tidak salah jika kemudian mereka mencari perhatian
pada orang yang salah. Sehingga menjadikan anak yang salah dalam perilaku.

7.

Kurangnya pendidikan agama


Pendidikan agama memegang peranan yang sangat penting dalam perilaku remaja.
Penanaman nilai-nilai agama pada remaja berfungsi sebagai penyeimbang ilmu-ilmu
pengetahuan yang telah diajarkan disekolah. Oleh karena itu orang tua hendaknya
menanamkan betul pendidikan agama sejak dini. Dengan pendidikan agama yang kuat remaja
akan tetap bertahan ditengah pergaulan sehari-hari yang semakin mengglobal.
Dari pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa perilaku seks bebas pada remaja itu berawal
dari banyak factor yang mendukung, sehingga dari banyak factor tersebut dapat memberikan
kita pemahaman akan perilaku seks bebas ini.

Sebagai penulis saya berharap agar kita sebagai orang tua bisa memberikan pendidikan seks
yang benar sejak dini serta memberikan Uswah (contoh) yang baik benar terhadap anak-anak
kita.

Oleh :
Soreni Mastiti, S.Psi
Guru Bimbingan Konseling

Anda mungkin juga menyukai