Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA MANGROVE BERBASIS

EKOWISATA
DESA MINASA UPA KACAMATAN BONTOA KABUPATEN MAROS

A. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki potensi pariwisata yang besar di berbagai
aspek. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993:
120), industri pariwisata dapat meningkatkan penerimaan devisa,
memperluas lapangan kerja, dan memperkenalkan kebudayaan
bangsa, Dalam buku Sugiantoro (2000: V). Sri Sultan Hamengku
Buwono X juga menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi alam
dan budaya luar biasa melimpah dan benar-benar layak untuk
dibanggakan sebagai tambang industri pariwisata yang masih
luas dan belum banyak terjamah. Dengan kekayaan alam dan
budaya

inilah

pariwisata

diharapkan

mampu

melakukan

pengemasan yang berkualitas. Pendayagunaan secara maksimal


harus direkayasa sedemikian rupa agar tidak rusakNYA penyangga
kekayaan alam-budaya. Sehingga mampu secara optimal memberi
nilai tambah ekonomis bagi setiap daerah pemilik potensi wisata
tersebut.
Kawasan

pesisir

pada

saat

ini

kondisinya

sangat

memprihatinkan karena tidak dijaga dengan baik. Bencana banjir


yang sering terjadi saat ini bukan cuma dikarenakan perubahan
iklim tetapi keadaan wilayah pesisir yang mengalami degradasi
lingkungan. Kawasan hutan mangrove hampir habis dikarenakan
terjadi konversi terhadap wilayah hutan mangrove menjadi kawasan
pertambakan, permukiman dan daerah industri. padahal kawasan
hutan mangrove berfungsi sangat strategis dalam menciptakan
ekosistem pantai yang layak untuk kehidupan organisme aquatik.
Konservasi mangrove diyakini sebagai usaha adaptasi dampak
perubahan iklim di kawasan pesisir yang paling efektif. Beberapa
ahli

mengemukakan

bahwa

perubahan

iklim

yang

merekomendasikan kegiatan pelestarian mangrove mampu menjaga


kawasan pesisir dari abrasi, kenaikan air laut, dan juga cuaca yang
semakin buruk akibat perubahan iklim. Selain itu fungsi hutan
mangrove yang diyakini sebagai bagian dari perlindungan ekosistem
pesisir yang berkelanjutan. Konservasi mangrove sering terkendala
dengan

kepentingan

pembangunan

lainnya

yang

tidak

kalah

pentingnya bagi kemajuan pada suatu wilayah. Tumpang tindih


kepentingan inilah menjadi salah satu penyebab rusak dan bisa
menyebabkan hilangnya hutan mangrove di beberapa wilayah.
Sehingga

perlunya upaya secara terpadu dan tegas dalam

konservasi mangrove kedepan. Sinergitas pengelolaan mangrove


yang

berkelanjutan

dengan

perencanaan

tata

ruang

dan

kepentingan kegiatan lainnya perlu dikembangkan sebagai acuan


yang jelas dalam pengelolaan mangrove di di Desa Minasa Upa
Kecamatan

Bontoa

Kabupaten

Maros.

Terkait

dengan

kondisi

tersebut maka perlu adanya dialog antar pemangku kepentingan


dalam

pengelolaan

masyarakat,

mangrove.

universitas,

dan

seperti

LSM

untuk

pemerintah,

swasta,

menyusun

strategi

konservasi mangrove yang jelas di masa yang akan datang.


B. ISU-ISU DAN PERMASALAHAN
1) Terjadinya degradasi lahan.
2) Adanya kerusakan pada sebagian akses jalan menuju objek
wisata.
3) Adanya alih fungsi lahan dari mangrove ke pertambakan.
4) Kurangnya komunikasi antar pemerintah dan masyarakat dalam
pengembanagan kawasan
5) Kapasitas ekonomi yang lemah menyebabkan upaya investasi di
tingkat masyarakat tidak jalan.
6) Minimnya ketersediaan infrastruktur ekonomi dalam mendukung
distribusi hasil produksi, penanganan kualitas produksi dan
dukungan modal usaha bagi masyarakat.
7) Kesiapan masyarakat secara sosial yang masih relatif kurang
terbuka dalam proses pengembangan ekowisata.
8) Kurangnya tindakan promosi untuk memperkenalkan kawasankawasan potensial ekowisata bahari yang terdistribusi di setiap
wilayah, disamping untuk menarik investasi di bidang ekowisata
bahari.

9) Kurangnya penguatan pada regulasi yang mendukung


pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, terutama
dalam mempertahankan kawasan-kawasan konservasi yang
telah ditetapkan dalam rencana umum tata ruang wilayah
maupun tata ruang wilayah pesisir dan laut.
10) Rendahnya hasil produksi diakibatkan peralatan yang
digunakan tergolong sangat tradisional.
C. TUJUAN
1. Mengetahui kondisi objek daya tarik wisata mangrove di Desa
Minasa Upa Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros.
2. Mengetahui kondisi sarana dan prasarana pendukung dalam
pengembangan ekowisata mangrove di Desa Minasa Upa
Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros.
D. KERANGKA PEMIKIRAN
Kondisi hutan mangrove yang ada saat ini berada dalam
situasi yang sangat mengkhawatirkan. Hal ini terlihat dari luas
hutan

mangrove

yang mengalami penyusutan tiap tahunnya.

Keadaan ini tidak terlepas dari kerusakan yang disebabkan oleh


alam, dan terutama oleh manusia. Lestarinya kawasan hutan
mangrove

sangat

dipengaruhi

oleh

aktifitas

yang

terjadi

di

sekitar hutan itu sendiri. Adapun aktifitas yang dapat membantu


pelestarian

hutan

mangrove

itu

adalah

adanya

partisipasi

masyarakat yang timbul secara berkelanjutan dalam pelestarian


hutan mangrove.
Partisipasi
diperlukan

masyarakat

untuk

disekitar

mensukseskan

hutan

kegiatan

mangrove

sangat

pelestarian

hutan

mangrove. Oleh sebab itu sangat diperlukan masyarakat yang


memiliki jiwa partisipasi yang tinggi. Namun tingkat partisipasi tiaptiap masyarakat berbeda. Hal ini disebabkan oleh karakteristik
individu tiap
karakteristik

masyarakat

tersebut

individu masyarakat

itu

berbeda-beda.
adalah umur,

Adapun
jumlah

anggota keluarga, lama masa bermukim, tingkat pendapatan, dan


tingkat pendidikan.

Tingkat
penanaman

partisipasi

masyarakat

bibit

dari

(baik

dapat

lembaga

berupa

desa

kegiatan

maupun

individu

masyarakat), kegiatan pemeliharaan hutan mangrove, pengawasan


terhadap hutan mangrove, hingga pemanfaatan yang bersifat
yang

diharapkan

dari

adanya

partisipasi

dalam pelestarian hutan mangrove adalah terciptanya

Partisipasi

masyarakat

Masyarakat

lestari. Hasil

kawasan hutan mangrove yang lestari. Keadaan ini juga akan


pengaruh

Tingkat

memberikan

kepada

lingkungan

mangrove, dapat berupa manfaat

di

sekitar

hutan

ekologi (lingkungan), manfaat

biologi, hingga manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan itu.


Namun

pada

kenyataannya

ada

beberapa

kendala

yang

mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian


hutan

mangrove.

masyarakat
mangrove.

untuk

Kendala
ikut

ini

dalam

dapat

menghambat

kegiatan

pelestarian

partisipasi
kawasan

E. DATA
1. Gambaran Umum Lokasi
Secara Geografis Desa Minasa Upa terletak di Kec. Bontoa
Kab. Maros, dengan luas wilayah 8.60 km2, berada pada posisi
455-257 LS dan 1193-3634 BT, dengan batas wilayah
sebagai berikut :
a. Sebalah Utara

: Desa Japing-japing Kab Pangkep

b. Sebelah Selatan

: Desa Tunikamaseang Kab. Maros

c. Sebelah Timur : Desa Bonto Lempangan / Salenrang Kab.


Maros
d. Sebelah Barat

: Desa Tupabiring / Ampekale Kab. Maros

Desa Minasa Upa termasuk daerah pesisir dan kondisi tanah


yang datar , terdiri dari 5 Dusun yaitu Dusun Cammbayya, Dusun
Pappaka, Dusun Kalupenrang, Dusun Sikapayya, dan Dusun
Buamata. Jarak Desa Minasa Upa dengan Ibu Kota Kecamatan
yaitu 3.5 km, sedangkan jarak Ibu Kota Kabupaten yaitu 10
km, dan jarak dari Ibu Kota Propinsi yaitu 40 km.
2. Kondisi Ekosistem Mangrove
Hutan Mangrove yang ada di Desa Minasa Upa di Kabupaten
Maros diperkirakan sudah berumur puluhan tahun, khususnya
yang ada sepanjang sungai, dilihat dari diameter batang pohon
yang mencapai 40 50 cm dan tinggi mangrove yang mencapai
antara 8 - 15 meter, kondisi seperti ini menunjukan bahwa di

sepanjang
sungai
mangrovenya.

tersebut

masih

terjaga

kelestarian

a. Komposisi Jenis Mangrove


Jenis mangrove yang dijumpai di Desa Minasa Upa di Kabupaten
maros yaitu terdapat 5 jenis mangrove yaitu Rhyzophora
mucronata, Rhyzophora Stylosa, Avicennia alba, Sonneratia alba
dan Nypa frutican. Dari kelima jenis mangrove tersebut yang
paling banyak ditemukan di sepangjang sungai adalah jenis R.
mucronate.
b. Jenis Biota
Ekosistem mangrove merupakan bentuk pertemuan lingkungan
darat dan laut (ekoton), sehingga hewan dari kedua lingkungan
ini dapat ditemukan di dalamnya (Tomlinson, 1986). Sebagian
kecil hewan menggunakan mangrove sebagai satu satunya
habitat, sebagian dapat berpindah-pindah meskipun sering
ditemukan di hutan mangrove, sedang lainnya berpindah-pindah
berdasarkan musim, tahapan siklus hidup atau pasang surut laut.
Kebanyakan orang menganggap mangrove sebagai tempat
berlumpur dan rawa-rawa becek, yang dipenuhi dengan nyamuk,
ular yang member rasa tidak nyaman. Namun apabila
diperhatikan dengan teliti berjalan-jalan di kawasan mangrove
merupakan perburuan besar. Di bawah kerimbunan hutan
mangrove terdapat beberapa jenis burung, ikan, reptil dan
crustacean, sehingga menarik untuk di telusuri. Kawasan
mangrove di Desa Minasa Upa memiliki berbagai macam biota,
diantaranya jenis Ikan, Burung, reptil dan crustacea.
Ikan
Hutan mangrove merupakan tempat aman bagi berbagai jenis
ikan untuk mencari makan, bersarang dan tinggal.
Kebanyakan ikan yang hidup di mangrove juga ditemukan di
laut sekitar pantai. Ikan ini tinggal di hutan mangrove pada
waktu atau tahap tertentu, misalnya pada waktu muda dan
musim kawin. Terdapat pula jenis ikan air tawar yang hidup di
area mangrove. Ketersediaan makanan dan perlindungan
merupakan faktor terpenting yang menyebabkan ikan
bermigrasi keluar masuk lingkungan ini. Beberapa jenis ikan
yang ditemukan di kawasan mangrove di Desa Minasa Upa
Kab. Maros. Adapun ikan yang di temukan di sekitar mangrove
di Desa Minasaupa yaitu jenis Bandeng, Mujair dan balanak.
Ikan ini semuanya ditemukan dalam keadaan terjerat gillnet
yang dipasang oleh penduduk setempat.
Burung

Hutan mangrove merupakan tempat mencari makan dan


perlindungan bagi beberapa jenis burung, selain itu mangrove
juga merupakan sebagai tempat bersarang. Adapun jenis
burung yang di temukan saat pengamatan yaitu jenis kokokan
laut, pergam laut dan bangau.
Reptil
Hutan mangrove merupakan habitat dari berbagai jenis satwa
yang beranekaragam salah satunya adalah reptil. Jenis reptil
yang ditemukan pada adalah kadal dan biawak. Menurut
informasi dari masyarakat setempat bahwa sering ditemukan
ular pohon pada hutan mangrove. Reptil menjadikan hutan
mangrove ini sebagai tempat untuk bertelur, tempat
mengasuh anak dan juga menjadi tempat mencari makan.
Jenis-jenis reptil yang di temukan yaitu kadal biawak dan ular
pohon
Crustacea
Hutan mangrove merupakan habitat yang sangat sesuai untuk
crustacea. Beberapa jenis crustacea hidup di sekitar
mangrove untuk mencari makan dan sebagai tempat
perlindungan. Ada beberapa jeniscrustacea yang ditemukan
dilokasi adalah jenis udang dan kepiting. Jenis-jenis crustacea
yang ditemukan di sekitar mangrove di Desa Minasa Upa.
3. Sarana dan Prasarana dasar yang mendukung ekowiata
mangerove di Desa Minasa Upa Kec. Bontoa Kab. Maros
a) Prasarana yang terdapat di sekitar hutan mangrove
Dermaga kecil
Dermaga merupakan salah satu prasarana yang terdapat di
sekitar hutan mangrove di Desa minasa Upa Kab. Maros.
Dermaga ini sering digunakan penduduk sekitar untuk
berlabuh kapalnya, dermaga ini juga dijadikan sebagai
tempat jual beli ikan pada pagi hari. Dan pada sore hari
dermaga ini digunakan oleh pendududk sekitar sebagai
tempat memancing ikan.
Ketersediaan air
sumber air tawar yang ada di Desa Minasa Upa berasal dari
sumur. Ketersediaan air tawar di Desa Minasa Upa masih
sangat kurang karena hanya beberapa rumah yang
mempunyai sumur.
Ketersediaan listrik
Di tempat wisata Minasa Upa ketersediaan listrik berasal
dari rumah peduduk, berjarak kira-kira 50 meter. Listrik di
tempat wisata Minasa Upa apabila siang hari digunakan
oleh pedagang untuk menyalakan kulkas, membuat jus,

dan menyalakan TV. Apabila malam hari digunakan sebagai


penerangan di dermaga dan juga dinyalakan di penginapan
apabila ada pengunjung yang menginap di tempat wisata.
Ketersediaan listrik sangat baik untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang ada di Desa Minasa Upa dan
mendukung hutan mangrove di Desa Minasa Upa untuk di
jadikan sebagai daerah ekowisata.
b) Sarana yang terdapat di sekitar hutan mangrove di Desa
Minasaupa .
Akomodasi
Fasilitas akomodasi terdiri dari tempat menginap, makanan,
minuman dan lainnya. Akomodasi merupakan salah satu
komponen yang sangat penting serta merupakan kebutuhan
dasar bagi wisatawan selama mereka berada di daerah tujuan
wisata (Cooper, 1996 dalam Nasrullah, 2006). Di sekitar hutan
mangrove terdapat penginapan. Penginapan ini sering di
gunakan oleh pengunjung yang berwisata di Desa Minasa Upa
Kec. Bontoa Kab. Maros.
F. KESIMPULAN
Hutan
mangrove
sepatutnya
dikembangkan
untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan memanfaatkan
potensi mangrove untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan
ekowisata alternatif. Hal ini merupakan yang sangat rasional
dikembangkan di kawasan pesisir karena dapat di peroleh manfaat
ekonomis tanpa mengeksploitasi mangrove.
Pengembangan
ekowisata mangrove juga akan mengurangi pemanfaatan mangrove
yang bersifat eksploitatif, misalnya konversi mangrove untuk area
pertambakan.
Ekowisata mangrove yang ada di Desa Minasa Upa kec.
Bontoa Kab. Maros sekarang ini sudah ditutup karena kurangnya
pengunjung yang datang ke lokasi tersebut, hal ini di sebabkan
karena lokasi yang jauh dari jalan raya dengan kondisi jalan yang
kurang baik atau rusak. serta kurangnya informasi kepada
masyarakat tentang keberadaan wisata tersebut.
G. DAFTAR PUSTAKA
-

Yulianda, F. 2007. Ekowisata bahari sebagai alternatif pemanfaatan


sumberdaya pesisir berbasis konservasi. Makalah Seminar Sains 21
Februari 2007. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK
Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Selvi T. 2004. Kajian Pengembangan Ekowisata Mangrove Berbasis


Masyarakat di Taman Wisata Teluk Youtefa Jayapura Papua. Bogor :
Institut Pertanian Bogor
Bahar, A. 2004. Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem
Mangrove untuk Pengembangan Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke
Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai