Anda di halaman 1dari 22

4

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Karakteristik Limbah Indusri


Setiap industri mempunyai karakteristik yang berbeda, sesuai dengan

produk yang dihasilkan. Demikian pula dengan industri tahu mempunyai


karakteristik limbah industri textil yang berbeda, menurut Keputusan Gubernur
KDH Tingkat I Jawa Timur No. 45 Tahun 2002 limbah cair industri tahu
mempunyai karakteristik dan baku mutu antara lain:
a)

Biological Oxigen Demand (BOD)


Merupakan parameter yang menunjukan banyaknya oksigen yang
digunakan untuk menguraikan senyawa organik yang terlarut dan
tersuspensi dalam air oleh aktifitas mikroba. Standart baku mutu BOD
adalah 50 mg/lt.
(Handbook of Environmental Management anf Technology, Hal 239)

b)

Chemical Oxygen Demand (COD)


Adalah nilai kebutuhan oksigen dalam ppm atau miligram/liter (mg/lt)
yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan benda organik
secara kimiawi. Standart Baku Mutu COD adalah 150 mg/lt.
(Sugiharto,Dasar dasar pengolahan air limbah,hal 6)

c)

pH (Derajat Keasaman)

Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

5
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
Merupakan istilah untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa
sutau larutan. Standart pH yang diijinkan adalah 6 sampai 9.
(Handbook of Environmental Management anf Technology, Hal 239)

d)

TSS (Total Suspended Solid)


Suatu endapan yang dapat disaring (filtrable residu) dan dapat membentuk
suatu sludge blanket yang terdiri dari bahan-bahan organik. Standart Baku
Mutu TSS yang diijinkan adalah 50 mg/lt.
(Handbook of Environmental Management anf Technology, Hal 239)

2.2.

Bangunan Pengolahan Air Buangan


Bangunan Pengolahan Air Buangan mempunyai kelompok tingkat
pengolahan, pengolahan airs buangan dibedakan atas:

2.2.1. Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment)


Proses pengolahan yang dilakukan untuk membersihkan dan
menghilangkan sampah terapung dari pasir agar mempercepat proses pengolahan
selanjutnya.
Unit pengolahannya meliputi :
a. Sumur pengumpul dan pemompaan.
Sumur pengumpul merupakan unit penyeimbang, sehingga debit dan
kualitas limbah yang masuk ke instalasi dalam keadaan konstan. Pemompaan
digunakan untuk mengalirkan limbah ke unit pengolahan selanjutnya.
Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

6
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
TABEL 2.1 Macam-Macam Karakteristik Pompa
KlasifikasiUtama
Kinetik

Type Pompa
Centrifugal

Kegunaan Pompa
Air limbah sebelum diolah

Penggunaan lumpur kedua

Peripheral

Pembuangan effluent
Limbah logam, pasir lumpur,

Rotor

air limbah kasar


Minyak, pembuangan

gas

permasalahan zat-zat kimia


pengaliran lambat untuk air
Posite Displacement

SCREW

Diafragma Penghisap

dan air buangan


Pasir, pengolahan
pertama dan kedua

Air limbah pertama

Lumpur kasar
Permasalahan zat kimia

Limbah logam

Pengolahan lumpur pertama


dan

kedua

(permasalahan

Air Lift

kimia)
Pasir,

Pneumatic Ejektor

pembuangan lumpur kedua


Instalasi
pengolahan
air

sirkulasi

limbah skala kecil


Rumus yang digunakan :
V

td = Q
V = Ax H
dengan :
V

lumpur

= volume sumur pengumpul (m3)

Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

dan

7
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
A

= luas permukaan sumur pengumpul (m2)

= debit air buangan yang dipompa (m3/dt)

td

= waktu detensi (dt)

= kedalaman air (m)

Sumber :

Metcalf and Eddy, Wastewater engineering Treatment, Disposal and Reuse,


McGraw-Hill, Inc, 1991, hal 224.
3 m
1m

0,5 m
0,7m
0,9m

2 m

1m

0,5m

1,4 m

4m

2,5 m

0,5 m

Gambar 2.1 Sketsa Pemompaan

2.2.2. Pengolahan Pertama (Primary Treatment)


Pada tingkat ini umumnya mampu mereduksi BOD antara 25 30 % dan
mereduksi TSS 50 60 %. Pada proses ini terjadi proses fisik dengan unit
pengolahan meliputi:
a. Netralisasi

Air buangan industri dapat bersifat asam atau basa/alkali, maka sebelum
diteruskan ke badan air penerima atau ke unit pengolahan secara biologis
dapat optimal. Pada sistem biologis ini perlu diusahakan supaya pH berbeda
Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

8
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
diantara nilai 6,5 8,5. Sebenarnya pada proses biologis tersebut
kemungkinan akan terjadi netralisasi sendiri dan adanya suatu kapasitas
buffer yang terjadi karena ada produk CO2 dan bereaksi dengan kaustik dan
bahan asam.
Larutan dikatakan asam bila

: H+ > H- dan pH < 7

Larutan dikatakan netral bila

: H+ = H- dan pH = 7

Larutan dikatakan basa bila

: H+ < H- dan pH > 7

Ada beberapa cara menetralisasi kelebihan asam dan basa dalam limbah cair,
seperti :
-

Pencampuran limbah.

Melewatkan limbah asam melalui tumpukan batu kapur.

Pencampuran limbah asam dengan Slurry kapur.

Penambahan sejumlah NaOH, Na2CO3 atau NH4OH ke limbah asam.

Penambahan asam kuat (H2SO4,HCl) dalam limbah basa.

Penambahan CO2 bertekanan dalam limbah basa.

Pembangkitan CO2 dalam limbah basa.

Inffluen
pH sensor
Pipa Injeksi

Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

Effluen
Pengaduk

9
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
Gambar 2.2 Netralisasi
Proses pencampuran dilakukan dengan cara :
Mekanisme mixing : membuat aliran turbulen dengan tenaga penggerak
motor dimana bak pengaduk dilengkapi dengan peralatan mekanis, seperti
a. Paddle dengan putaran 2 150 rpm.
b. Turbine dengan putaran 10 150 rpm
c. Propeller dengan putaran 150 1500 rpm

Gambar 2.3 Jenis jenis Impeller


( Sumber : McGrow Hill, Water Resources and Environmental Engineering
Third edition, 1998, hal 204 )

Tabel 2.2 Nilai konstanta KL dan KT


Type Impeller
Propeller, pitch of 1,3 blades
Propeller, pitch of 2,3 blades
Turbine, 4 flat blades, vaned disc
Turbine, 6 flat blades, vaned disc
Turbine, 6 curved blades
Fan turbine, 6 blades at 45o
Shcrouded turbine, 6 curved blades
Shcrouded turbine, with stator, no baffles
Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

KL
41.0
43.5
60.0
65.0
70.0
70.0
97.5
172.5

KT
0.32
1.00
5.31
5.75
4.80
1.65
1.08
1.12

10
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
Flat paddles, 2 blades (single paddle),Di/Wi = 4
Flat paddles, 2 blades ,Di/Wi = 6
Flat paddles, 2 blades ,Di/Wi = 8
Flat paddles, 4 blades ,Di/Wi = 6
Flat paddles, 6 blades ,Di/Wi = 6

43.0
36.5
33.0
49.0
71.0

2.25
1.70
1.15
2.75
3.82

Table 2.3 Detention Times and Velocity Gradients of


Rapid-MixingResins
DETENTION TIME 9sec)

G (fps/ft or sec; mps/m or s)

20

1000

30

900

40

790

50 or More

700

( Sumbe r:Reynold, Richards Unit Operetion and Processes in Environmental


engineering, Second edition, 1996, hal 184)
Rumus yang digunakan :
- Debit bak netralisasi
Q

Q1 = bak
Dimana :
Q1

= Debit tiap bak netralisasi (m3/dt)

= Debit dari sumur pengumpul (m3/dt)

bak Jumlah

bak Netralisasi

- Volume tiap bak (V)


V = Q . td
Dimana :
V = Volume tiap bak netralisasi (m3)
Q = Debit dari sumur pengumpul (m3/dt)
Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

11
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
td = Waktu detensi (detik)
- Volume = A x h bak
V = . . d2 . h

h bak =1 - 1,25x d (kriteria Reynold)

- Lebar Baffle(b baffle) = 0,1 x d........(jumlah baffle = 4)


Dimana :
V = Volume bak (m3)
= 3,14
d = Diameter bak (m)
h = Ketinggian bak (m)
- Power Impeller (Reynold ,hal 181 Rumus 8.9)
P = G2 x x V
Dimana :
P = Power Impeller
G = Velocity Gradien ( mps/m or S-1)............Tabel 8.1 Reynold hal 184
= Viskositas absolute air (N.S/m2)
V = Volume (m3)
- Diameter Impeller (Reynold ,hal 181 Rumus 8.11)
P = KT x n3 x Di5 x
Di =

3
Kt .. n .

Dimana :
Di = Diameter turbin (m)
P = Power Impeller (Hp)
n = Kecepatan putaran turbin (rps)
KT= Konstanta Impeller (Reynold ,hal 181 Rumus 8.2)
= Densitas Cairan (N/m3).....Appendix C Reynold
- Cek Diameter Impeller
Di

Untuk Turbine = 30 50%


- Jarak Impeller dengan dasar bak
Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

12
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
Jarak Impeller = Di
- Agar aliran tetap turbulen Cek NRE
Cek NRE > 10.000
Di 2 n

NRE =
Dimana :

Di = Diameter turbin (m)


P = Power Impeller (Hp)
n = Kecepatan putaran turbin (rpm)
= Densitas Cairan (N/m3)
= Viskositas absolute air (N.S/m2)
Selama grafitasi berpengaruh, NFR diperlukan <10-5, agar tidak terjadi
pengendapan
NFR =

Di n 2
g

- Cek P (Power)
Karena Di ada pembulatan dari nilai hasil rumus 8.11 dibandingkan
dengan rumus 8.9 (Reynold).
- Bak Pembubuh Kapur (Ca(OH)2)
- Debit Bak Pembubuh Kapur (Qbpk)
Qbpk = 2-5% Q Bak Netralisasi
- Volume Bak
V = Qbpk x td
Dimana :
V

= Volume bak pembubuh kapur (m3)

Qbpk = Debit bak pembubuh kapur (m3/dt)


td

= waktu detensi (detik)..........sesuai dgn KP bak Netralisasi

- Direncanakan bak berbentuk tabung


Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

13
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
Volume = A x h bak
V = . . d2 . h

h bak =1 - 1,25x d (kriteria Reynold)

Lebar Baffle(b baffle) = 0,1 x d........(jumlah baffle = 4)


Dimana :
V = Volume bak (m3)
= 3,14
d = Diameter bak (m)
h = Ketinggian bak (m)
- Jenis Pengaduk (Impeller)
Power Impeller (Reynold ,hal 181 Rumus 8.9)
P = G2 x x V
Dimana :
P = Power Impeller
G = Velocity Gradien ( mps/m or S-1)
= Viskositas absolute air (N.S/m2)
V = Volume (m3)
- Diameter Impeller (Reynold ,hal 181 Rumus 8.11)
P = KT x n3 x Di5 x
Di =

3
Kt .. n .

Dimana :
Di = Diameter turbin (m)
P = Power Impeller (Hp)
n = Kecepatan putaran turbin (rps)
KT= Konstanta Impeller (Reynold ,hal 181 Rumus 8.2)
= Densitas Cairan (N/m3).....Appendix C Reynold
- Cek Diameter Impeller
Di

Untuk Turbine = 30 50%


Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

14
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
- Jarak Impeller dengan dasar bak
Jarak Impeller = Di
- Agar aliran tetap turbulen Cek NRE
Cek NRE > 10.000
Di n

NRE =
Dimana :

Di = Diameter turbin (m)


P = Power Impeller (Hp)
n = Kecepatan putaran turbin (rpm)
= Densitas Cairan (N/m3)
= Viskositas absolute air (N.S/m2)
Selama grafitasi berpengaruh, NFR diperlukan <10-5, agar tidak terjadi
pengendapan
NFR =

Di n 2
g

- Hitung Dosing Pump


Data yang Harus ada : Q (Debit m3/jam)
(Efisiensi Pompa)
P (Power Pompa Kw)
(Diameter mm)
H (Head Pompa)....dari Grafik Pompa yang
diplot dg Q
- Perhitungan Head Pompa
P

H = 9,81 Q
Dimana : H = Head Pompa (m)
P = Power Pompa (Kw)
= Efisiensi Pompa
Q = Debit Pompa (m3/dt)
- Perhitungan Headloss
Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

15
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
- H = Hstatik + Hsuction + Hdischarge
= Hstatik + (Hf Mayor + Hf Minor)suction + (Hf Mayor + Hf Minor)dis
- Cari Nilai Hf Minor :
- Hf Minor (suct+disc) = H [Hstatik + Hf mayor (s+d)]
Cari nilai Kecepatan dan di cek Vmixing Jet (velocity = 6-7,6 m/s)
V2

- Hf min = K
2g

V=

2 g Hf min : K

- Cek nilai Head


Hperhitungan < Hgrafik........OK!
- Hitung Orifice
d=

0
,
785

Dimana :

0,5

d = Diameter Orifice (m)


Q = Debit (m3/dt)
v = Kecepatan Pompa (m/jam)

a. Koagulasi-Flokulasi
Tingkat pengolahan air buangan selalu meningkat karena
perkembangan industri yang kompleks dan meningkatnya populasi penduduk.
Populasi yang ada dalam air terdiri dari bahan-bahan organik dan an-organik
terlarut, bakteri dan plankton, dan bahan an-organik yang tersuspensi.
Komponen kasar seperti pasir dan lumpur dapat dipisah dengan cara
pengendapan secara sederhana, sedangkan partikel-partikel halus tidak dapat
dipisah dengan cara sederhana tetepi harus dilakukan flokulasi untuk
menghasilkan partikel besar yang dapat dipisahkan. Koloid adalah substans
yang berdiameter 0.1 milimikcron-100 milimicron yang sukar dipisahkan
Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

16
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
dengan cara sedimentasi sederhana. Untuk dapat mengatasinya(hydroxide)
yang bermuatan positif. Hydroxide ini akan menetralisir koloid yang
bermuatan negatif.
Koagulasi dapat didefinisikan sebagai proses pembentukan partikel
tak stabil dan penggabungan awal dari partikel awal tak stabil dengan cara
penambahan bahan kimia yang disebut koagulan. Untuk keperluan ini
diperlukan energi yang cukup besar dalam waktu yang relatif singkat yaitu
antara 30-60 detik, dengan gradien kecepoatan 200-500/detik. Flokulasi
adalah transportasi partikel tak stabil sehingga terjadi kontak antara partikel.
Pada flokulasi dilakukan pengadukan lambat untuk mengabungkan partikel
yang tidak stabil sehingga membentuk flok yang cepat mengendap. Nilai
gradien kecepatan bewrkisar antara 10-90/detik, dengan waktu kontak 5-10
menit.
(sumber: Putu wesen Teknologi Pengolahan Lombah Cair Industri 2000)

Pengolahan dengan proses koagulasi selalui diikuti proses flokulasi.


Fungsi dari proses koagulasi untuk memberikan koagulan(alumunium sulfat,
garam besi, dan kalium hidroksida) pada air buangan. Sedangkan fungsi dari
proses flokulasi adalah untukm membentuk flok-flok. Perbedaan proses
flokulasi dan koagulasi pada kecepatan pengadukannya, proses koagulasi
memerlukan yang relatif cepat dibanding proses flokulasi.
Jenis-jenis koagulan yang sering digunakan adalah:
a. Koagulan Alumunium Sulfat
Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

17
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
Alumunium sulfat dapat digunakan sebagai koagulan dalam pengolahan
air buangan. Koagulan ini membutukkan kehadiran alkalinitas dalam air
untuk membentuk flok. Dalam reaksi koagulasi, flok alum dituliskan
sebagai Al(OH)3. Mekanisme koagulasi ditentulkan oleh Ph, konsentrasi
koagulan dan konsentrasi koloid. Koagulan dapat menurunkan pH dan
alkalinitas karbonat. Rentang pH agar koagulasi dapat berjalan dengan
baik antara

6-8. Didalam air koagulan alum akan mengalami proses

disosiasi, hidrolisa dan polimerisasi.


Reaksi disosiasi:
Al2(SO4)3

2Al. 3SO4-

Reaksi hidrolisa:
Al2(SO4)3 + 6H2O

2Al(OH)3 +3H2SO4

Reaksi polimerisai ion komplek


[Al(H2O)6]3+ + H+O

[Al(H2O)5 OH]2+ +H2O

[Al(H2O)5 OH]2+ +H2O

[Al(H2O)4 (OH)2]4+ +H2O

b. Koagulan Ferri Clorida


c. Koagulan Chlorinated Copperas (Fe(SO4)3), Fe Cl3 . 7H2O
d. Koagulan Poly Aluminium Chloride(PAC)
Komponen-komponen pengaduk lambat/mekanismnya diantaranya adalah:
-

Impeler

Motor

Controller

Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

18
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
-

Reducer

Sist Transmisi

Shaft

Bearing

Kendala yang yang ada pada pengaduk lambat adalah:


-

Kurang Fleksibel Terhadap Perubahan Kualitas Air Baku

Sulit Beradaptasi Terhadap Perubahan Debit

Headloos Besar

Jenis-jenis flokulasi, yaitu:


1. Flokulasi mekanis
2. Flokulasi hidrolis
-

Baffle channel flocculator

Gravel bed flocculator

Hidrolic jet flokulator

3. Flokulasi pneumatis
Pengolahan dengan proses koagulasi selalu diikuti dengan proses
flokulasi. Pengolahan dengan cara ini diperlukan untuk mengolah limbah
yang tingkat kekeruhannya cukup tinggi yang disebabkan oleh zat
pencemar.
Perbedaan proses koagulasi dengan flokulasi adalah pada
kecepatan pengadukannya. Koagulasi diperlukan pengadukan yang relatif
cepat sedangkan flokulasi pengadukannya secara perlahan.
Rumus yang digunakan:
Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

19
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
1. Koagulasi
P
C

G=

P = .G2 . C

Dimana :
P

= Tenaga motor (gr.cm/dtk)

G = Gradient kecepatan ( detik 1 )


C = Kapasitas ( cm 3 )
= Viskositas absolut ( 10-2 gr.massa/cm.dtk )
(besarnya tergantung temperatur)
-

Untuk blade :
P = 1,44 x 10-4 CD [(1 K) n]3 b (r4-ro4)
Dimana:
n

= Putaran per menit

= Koefisien gosokan

= massa jenis air

= Jarak dari as kebagaian luar paddle

ro = jarak dari as ke bagian dalam paddle


2. Flokulasi
-

P = C . G2

P = 1,44 x 104 CD [(1 K) n]3 b (r4-ro4)

V= R

.S
n

Dimana :
Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

20
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
R = jari jari hidrolis
S

= kemiringan saluran

= 0,015

V = kecepatan aliran (m/dt)


-

Kecepatan air pada saluran lurus :


VH = (15 45) cm/dt

Kecepatan air pada belokan :


VB = ( 2 3,5 ) . VH
Motor

Inffluen

Effluen

Inffluen

Effluen

Gambar 2.10. Koagulasi Flokulasi


Sumber: Unit Operasi. Agus Slamet, hal III-3 / III-4

2.2.3. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)


Pengolahan sekunder akan memisahkan koloidal dan komponen organik
terlarut dengan proses biologis. Proses pengolahan biologis ini dilakukan secara
aerobik maupun anaerobik dengan efisiensi reduksi BOD antara 75 - 90 % serta
90 % SS.
a. Upflow Anaerobik Sludge Blanket (UASB)
Pada prinsipnya reaktor UASB terdiri dari lumpur padat yang
berbentuk butiran. Lumpur atau sludge tersebut ditempatkan dalam suatu
reaktor yang didesain dengan aliran ke atas. Air limbah mengalir melalui dasar
Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

21
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
bak secara merata dan mengalir secara vertikal, sedangkan butiran sludge akan
tetap berada atau tertahan dalam reaktor.
Karakteristik pengendapan butiran sludge dan karakteristik air limbah
akan menentukan kecepatan upflow yang harus dipelihara dalam reaktor.
Biasanya kecepatan aliran ke atas berada pada rentang 0,5 0,3 m/jam. Untuk
mencapai formasi sludge blanket yang memuaskan, pada saat kondisi hidrolik
puncak (debit puncak) kecepatan dapat mencapai antara 2 6 m/jam.
Gas yang terperangkap dalam butiran sludge sering mendorong
sludge tersebut ke bagian atas reaktor, yang disebabkan oleh berkurangnya
densitas butiran. Untuk itu diperlukan pemisahan butiran sludge di luar reaktor
dan kemudian dikembalikan lagi ke dalam reaktor. Hal ini dapat dilakukan
dengan membuat gas-solid-liquid separator yang ditempatkan di bagian atas
reaktor. Gas yang terbentuk dapat ditampung dalam separator tersebut dan
sludge dikembalikan lagi ke reaktor.
Masalah yang dihadapi pada UASB terutama adalah sludge yang
bergerak naik yang disebabkan oleh turunnya densitas sludge. Disamping itu
juga turunnya aktivitas spesifik butiran. Beragamnya densitas sludge
memberikan ketidak seragaman sludge blanket sehingga sebagai akibatnya
sludge akan ikut keluar reaktor
Tingginya konsentrasi suspended solid dan fatty mineral dalam air
limbah juga merupakan masalah operasi yang serius. Suspended solid dapat
menyebabkan penyumbatan (clogging) atau channeling. Adsorbsi suspended

Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

22
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
solid pada sludge juga akan mempengaruhi proses dan air limbah yang
mengandung protein atau lemak menyebabkan pembentukan busa.
Keuntungan :
-

Kebutuhan energi rendah

Kebutuhan lahan sedikit

Biogas berguna

Kebutuhan nutrien sedikit

Sludge mudah diolah/dikeringkan

Tidak mengeluarkan bau dan kebisingan

Mempunyai kemampuan terhadap fluktuasi dan intermitten load

Gambar 2.4 Upflow Anaerobik Sludge Blanket


Tingginya konsentrasi suspended solid dan fatty mineral dalam air
limbah juga merupakan masalah operasi yang serius. Suspended solid
dapat menyebabkan penyumbatan (clogging) atau channeling. Adsorbsi
suspended solid pada sludge juga akan mempengaruhi proses dan air

Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

23
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
limbah yang mengandung protein atau lemak menyebabkan pembentukan
busa.
Keuntungan :
-

Kebutuhan energi rendah

Kebutuhan lahan sedikit

Biogas berguna

Kebutuhan nutrien sedikit

Sludge mudah diolah/dikeringkan

Tidak mengeluarkan bau dan kebisingan

Mempunyai kemampuan terhadap fluktuasi dan intermitten load

Gambar 2.26. Upflow Anaerobik Sludge Blanket

Pengolahan Lumpur

Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

24
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
Dari pengolahan air limbah maka hasilnya adalah berupa lumpur yang
perlu diadakan pengolahan secara khusus agar lumpur tersebut tidak mencemari
lingkungan dan dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan kehidupan. Sludge
dalam disposal sludge memiliki masalah yang lebih kompleks. Hal ini disebabkan
karena :
a. Sludge sebagian besar dikomposisi dari bahan-bahan yang responsibel untuk
menimbulkan bau.
b. Bagian sludge yang dihasilkan dari pengolahan biologis dikomposisi dari
bahan organik.
c. Hanya sebagian kecil dari sludge yang mengandung solid (0,25% - 12%
solid).

Tujuan utama dari pengolahan lumpur adalah :


-

Mereduksi kadar lumpur

Memanfaatkan lumpur sebagai bahan yang berguna seperti pupuk dan sebagai
penguruk lahan yang sudah aman.

Sludge Drying Bed


Sludge drying bed merupakan suatu bak yang dipakai untuk
mengeringkan lumpur hasil pengolahan dari thickener. Bak ini berbentuk
persegi panjang yang terdiri dari lapisan pasir dan kerikil serta pipa drain
untuk mengalirkan air dari lumpur yang dikeringkan. Waktu pengeringan
paling cepat 10 hari dengan bantuan sinar matahari. Rumus yang dipakai:

Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

25
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan

Vi

V 1 p
1 pi

dengan :
Vi = volume cake kering, m3/hari
V = volume lumpur mula-mula, m3/hari
p

= kadar air mula-mula (%)

pi = kadar air yang diharapkan (%)

Gambar 2.32. Sludge Drying Bed


Sumber:

Hand Book of Environmental Engineering, hal 6.230

Mahendra S.Putra ( 0352010056 )

Anda mungkin juga menyukai