Anda di halaman 1dari 6

Laporan Fisiologi Manusia

LATIHAN 10
ANALISIS SEMEN

Nama : Rosdiana
NPM

: 143112620120048

FAKULTAS BIOLOGI-BIOMEDIK
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA

I. Ancara Latihan : ANALISIS SEMEN


II. Tujuan Latihan :
1.
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan semen seorang dan ssecara makroskopis
2.

dan mikroskopis.
Menganalisis hasil pemeriksaan dan dapat menarik kesimpulan mengenai hasil
pemeriksaan, apakah seorang pria dalam keadaan fertile atau infertile.

III. Dasar Teori

Analisa

semen

dapat

dilakukan

untuk

mengevaluasi

gangguan

fertilitas

(kesuburan) yang disertai dengan atau tanpa disfungsi hormon androgen. Dalam hal ini
hanya beberapa parameter ejakulat yang diperiksa (dievaluasi) berdasarkan buku
petunjuk WHO Manual for the examination of the Human Semen and Sperm-Mucus
Interaction.
Semen merupakan cairan putih atau abu-abu yang dikeluarkan dari uretra pada
saat ejakulasi. Sperma terdapat atau bagian dari semen disamping cairan-cairan lainya.
Kuantitas dan kualitas penting sekali dalam fungsi reproduksi. Pada semen yang baik,
sperma akan dapat survive, berenang dan akhirnya mencapai sel ovum di saluran
reproduksi wanita. Sperma dan ovum akan bersatu dalam suatu proses yang disebut
fertilisasi (pembuahan) membentuk zygot. Zygot inilah calon individu baru yang
mewarisi setengah sifat ayah dan setengah sifat ibu.
Spermatogenesis merupakan peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif
membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan
struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada
tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone.
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi
spermatosit primer.
a. Spermatogonia
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi
(membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari
sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
b. Spermatosit Primer

Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan
mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu
spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan
segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II. Sitokenesis
pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi
masih

berhubungan

sesame

lewat

suatu

jembatan

(Interceluler

bridge).

Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.


3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu
fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa
empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu
jenis kelamin wanita X. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan
ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan
dipertahankan.
Analisis sperma meliputi volume, konsentrasi, motilitas, dan morfologi. Volume
sperma yang normal pada sekali ejakulasi saja minimal adalah 2 ml. Jika kurang dari
jumlah tersebut, maka disebut aspermia yang berarti tidak ada semen. Konsentrasi
sperma pada ejakulat yang normal paling sedikit adalah 20 juta/ml. Bila kurang,
disebut oligozoospermia. Atau jika sperma tidak ditemukan sama sekali pada cairan
ejakulat, disebut azoospermia. Motilitas sel sperma yang normal, baik yang lemah dan
yang cepat adalah lebih dari 50%, atau >25% sel sperma yang bergerak cepat, jika
kurang, disebut asthenozoospermia. Pada morfologi yang normal tidak didapatkan
kelainan bentuk. Namun jika bentuk normal dijumpai kurang dari 15%, maka termasuk
teratozoospermia. Uji-uji lain selain analisis sperma adalah Uji MAR yaitu untuk
menguji adanya penyakit autoimun dimana didapatkan antibodi antisperma. Uji lain
adalah uji viabilitas sperma, penghitungan leukosit, kultur bakteri, uji Chlamidya PCR,
dan interaksi sperma dengan lendir serviks. Sperma yang kurang baik tidak akan
mampu membuahi sel telur yang letaknya cukup jauh dari vagina. Ejakulasi yang kuat
saja tidak cukup, sebab kemampuan membuahi tergantung pada kualitas dan
kuantitas sperma. Berdasarkan hasil analisa sperma dapat diketahui kelainan kelainan
pada sperma seperti :

1.

Oligospermia : jumlah sperma lebih kecil dari normal, normalnya jumlah sperma

2.

adalah lebih dari 40 juta/ ejakulasi.


Asthenozoospermia : motilitas sperma kurang dari normal, motilitas sperma yang

3.

normal menurut World Health Orgaization (WHO) adalah lebih dari 50%
Teratozoozpermia : sperma normal kurang dari 14%
III.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alat dan Bahan

Gelas Ukur
Botol kaca
Pipet tetes
Object glass
Indikator pH
lidi
Bilik hitung
Mikroskop
Semen (sperma)

IV. Cara Kerja:


V.

Data hasil Percobaann


terlampir pada lembar data latihan 5.

VI.

Pembahasan
Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap pertama untuk menentukan

kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah pada
sistim produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi biang ketidaksuburan. Perlu
diketahui, hamper setengah pasangan yang tidak berhasil memperoleh keturunan, disebabkan
karena ketidaksuburan pasangan prianya. Ada dua tahap penting pada pemeriksaan sperma,
yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap pemeriksaan sperma. Pada tahap pengambilan
sampel, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Pria yang akan diambil semennya dalam keadaan sehat dan cukup istirahat. Tidak dalam
keadaan letih atau lapar.
2. Tiga atau empat hari sebelum semen diambil, pria tersebut tidak boleh melakukan aktifitas
seksual yang mengakibatkan keluarnya semen. WHO bahkan merekomendasikan 2 7

hari harus puasa ejakulasi, tentunya tidak sebatas hubungan suami istri, tapi dengan cara
apapun.
3. Semen (sperma) dikeluarkan melalui masturbasi di laboratorium (biasanya disediakan
tempat khusus). Sperma kemudian ditampung pada tabung terbuat dari gelas.
4. Masturbasi tidak boleh menggunakan bahan pelicin seperti sabun, minyak, dll. Sedangkan
pada tahap kedua, dilakukan pemeriksaan sampel semen di laboratorium.
Dari hasil analisis sprema Mr. X yang dilakukan maka didapatkan data yang terdapat
pada lembar data. Diketahui bahwa kondisi sperma Mr. X berwarna putih keabu-abuan, berbau
khas tajam namun tidak busuk. Volume 5 ml volume tersebut diketahui dalam kondisi normal.
Pria subur rata-rata mengeluarkan 2 hingga 5 cc semen dalam satu kali ejakulasi. Secara
konsisten mengeluarkan kurang dari 1,5 cc (hypospermia) atau lebih dari 5,5 cc
(hyperspermia) dikatakan abnormal. Volume lebih sedikit biasanya terjadi bila sangat sering
berejakulasi, volume yang lebih banyak terjadi setelah lama berpuasa. pH 8 yang
menandakan bahwa kondisi sperma tersebut masih dala m keadaan normal namun sedikit
basah sebgaimana diketahui bahwa kondisi pH norma rata-rata diantara 7,2 - 7,8. Viskositas
atau kekentalan 4,5 cm yang menandakan kondisi semen dalam keadaan normal, apabila, <3
cm mengindikasikan bahwa semen tersebut dalam keadan encer, demikian pula sebaliknya
jika ukuran kekentalannya > 5 cm mengindikasikan bahwa kondisi semen terlalu kental

likuivasi/pencairan 17 menit. Motilitas 69% (normal). Sperma terdiri dari dua jenis, yaitu yang
dapat berenang maju dan yang tidak. Hanya sperma yang dapat berenang maju dengan
cepatlah yang dapat mencapai sel telur. Sperma yang tidak bergerak tidak ada gunanya.
Menurut WHO, motilitas sperma digolongkan dalam empat tingkatan:
Kelas a: sperma yang berenang maju dengan cepat dalam garis lurus seperti peluru kendali.
Kelas b: sperma yang berenang maju tetapi dalam garis melengkung atau bergelombang,
atau dalam garis lurus tetapi lambat.
Kelas c: sperma yang menggerakkan ekornya tetapi tidak melaju.
Kelas d: sperma yang tidak bergerak sama sekali.
Sperma kelas c dan d adalah sperma yang buruk. Pria yang subur memproduksi paling tidak
50% sperma kelas a dan b. Bila proporsinya kurang dari itu, kemungkinan akan sulit memiliki
anak. Motilitas sperma juga dapat terkendala bila sperma saling berhimpitan secara kelompok
sehinga menyulitkan gerakan mereka menuju ke sel telur. Motilitas sperma juga dapat
terkendala bila sperma saling berhimpitan secara kelompok sehinga menyulitkan gerakan
mereka menuju ke sel telur.
Morfologi normal 70%, dan abnormal 30%. Berdasarkan pengamatan, spermayang
selain memiliki bentuk kepala oval juga

berbentuk

teramati

bulatdengan ekor lurus pendek. Sperma

yang bentuk kepala bulat adalah spermaabnormal dan tidak dapat membuahi telur. Jumlah
sperma normal 70% dari jumlah keseluruhan sperma. Pada pengamatan, tidak

ditemukan

adanya : sperma berkepala dua (bicephalic), sperma berekor dua atau bercabang (bicaudal),
sperma berkepala sangat kecil (microcephalic), dan sperma berkepala sangat besar
(macrocephalic).
Hasil pemeriksaan sperma yang normal menurut WHO
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan nilai acuan untuk analisa sperma/air
mani yang normal, sebagai berikut :
1. Volume total cairan lebih dari 2 ml
2. Konsentrasi sperma paling sedikit 20 juta sperma/ml
3. Morfologinya paling sedikit 15% berbentuk normal
4. Pergerakan sperma lebih dari 50% bergerak kedepan, atau 25% bergerak secara acak
kurang dari 1 jam setelah ejakulasi
5. Adanya sel darah putih kurang dari 1 juta/ml
6. Analisa lebih lanjut (tes reaksi antiglobulin menunjukkan partikel ikutan yang ada kurang
dari 10 % dari jumlah sperma)
VII.
Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan

Dari hasil praktikum analisis semen yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap pertama untuk menentukan
kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah
pada sistim produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi biang ketidak
suburban. Dari hasil anlisis semen Mr. X yang dilakuakan maka disimpulkan bahwa
semen dalam kondisi normal dan dalam keadaan fertile.
b. Saran
Saran praktikan melalui praktikum ini adalah agar sarana dan prasarana dalam
laboratorium ditambah jumlahnya demi kelancaran proses praktikum. Praktikan juga
menyarankan agar, semua pengguna laboratorium agar tetep menjaga kebersihan
laboratorium agar kenyamanan pada saat praktikum dapat terealisasikan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito.Hermanto
Hadiwidjaja DB
http://kamuseliz.wordpress.com/2008/07/26/analisis-sperma-pada-infertilitas-pria/.
http://informahealthcare.com/doi/abs/10.3109/01485017908988405.
http://google.com/pemeriksaan-sperma.html.
http://google.com/standar-sperma-normal-who.html.

H.H.

dan

Anda mungkin juga menyukai