SKRIPSI
ABSTRACT
The high number of the defective product that occur in each company can affect quality. PT.
X is a company engaged in the pulp and paper product. Lean approach does not allow for waste, in
this case, defective product. Product defects that often arise in this industry are paper holes, dirty
paper, folded, size variations and foreign contamination. The purpose of this study is to identify the
causal factors in the production line of a product defect based on six sigma stages. The solution that
can reduce the number of defects. The stages of six sigma are define, measure, analyze, improvement
and control. The results of calculation of the value sigma of paper holes for two months was 4.66 and
4.58. Dirty paper has a sigma value of 4.99 and 5.06. The sigma level indicates that the performance
of the production is above average Indonesian company. The costumer complaint coming into the
company for folded paper, size variations and foreign contamination has decreased from 2010 to
2011. But it has not reached the six sigma target. Therefore, the company needs to be improved using
the Lean tool, that is Kaizen Blitz.
RINGKASAN
PT. X merupakan salah satu perusahaan penghasil kertas dengan bahan baku berupa pulp.
Selama iniindustri kertas mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut
menyebabkan persaingan pasar yang ketat dan memerlukan upaya untuk memenangkan persaingan
pasar tersebut. Salah satu kunci untuk memenangkan persaingan tersebut yaitu dengan melakukan
perbaikan kualitas.Lean merupakan suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan
(waste) dan meningkatkan nilai tambah produk agar memberikan nilai kepada pelanggan (Gasperz
2006). Pemborosan dalam hal ini adalah timbulnya produk cacat.
Six sigma merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memperbaiki kualitas produksi
dengan konsep dasar DMAIC (Define, Measurement, Analyze, Improvement dan Control). Perbaikan
dengan menggunakan six sigma diharapkan dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan kualitas
produk sehingga dapat bertahan dalam persaingan. Perusahaan penghasil kertas merupakan
perusahaan yang juga harus mengendalikan kualitas produk, terutama di bagian produksi.Tujuan dari
penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi faktor penyebab timbulnya cacat produk pada departemen
produksi berdasarkan tahapan six sigma yaitu define, measure, dan analyze. (2) menetapkan solusi
yang dapat diambil untuk mengurangi jumlah produk cacat pada departemen produksi berdasarkan
tahapan six sigma yaitu improvement.
Penelitian ini mengambil studi kasus di PT. X yang berlokasi di Tangerang, Banten pada
bulan Maret sampai April 2012. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang dimulai dari tahap
studi pustaka yang berkaitan dengan topik penelitian sampai didapatkannya kesimpulan penelitian.
Penelitian ini terbagi atas tiga tahap. Tahap pertama adalah tahap pra-penelitian yang diawali dengan
studi pustaka untuk mendukung dan menambah wawasan tentang penelitian yang akan dilakukan.
Tahapan kedua adalah pengumpulan data, input data, pengolahan data, dan analisis data perusahaan.
Pengolahan data dilakukan dengan menghitung nilai sigma dari kinerja produksi di PT. X.Tahap
ketiga adalah tahap akhir yaitu pembuatan pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan dari
keseluruhan proses penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini diawali dengan fase define. Pada fase define ditemukan bahwa salah
satu permasalahan yang dihadapi oleh departemen produksi adalah adanya produk cacat di setiap
proses produksi. Jenis-jenis produk cacat tersebut adalah holes paper, dirty paper, foreign
contamination, folded dan size variation.
Fase measurement dilakukan untuk mengetahui kualitas produksi. Hasil yang diperoleh
untuk jenis defect holes paper pada bulan Januari hingga Maret adalah 4,66;4,58 dan 4,66 sigma.
Sedangkan untuk dirty paper pada bulan Januari dan Februari memiliki nilai sigma sebesar 4,99; 5,06
dan 5,07 sigma. Foreign contamination dan folded merupakan jenis defect yang paling sering
dikomplain oleh pelanggan. Size variationtelah memiliki standar panjang dan lebar untuk seluruh
produk kertas. Standar panjang dan lebar tersebut tidak boleh kurang dari ukuran yang telah
ditetapkan dan maksimal 2 mm lebih dari ukuran kertas yang seharusnya. Jika tidak memenuhi
standar tersebut, maka kertas tidak memenuhi standar. Pada fase analyze bahwa produk gagal yang
dihasilkan oleh bagian produksi disebabkan oleh beberapa faktor. Penyebab produk cacat tersebut
adalah faktor manusia, metode, mesin, bahan baku dan lingkungan. Pada fase improvement ditetapkan
beberapa solusi perbaikan, berdasarkan penyebab-penyebab defect tersebut. Agar dapat mencapai
tingkatan enam sigma, bagian produksi harus dapat menekan produk cacatnya hingga nilai defect per
unitnya sebesar 0,0000034.
Pada fase control, digunakan c-chart sebagai alat control. Terlihat bahwa kertas yang dihasilkan
masih berada di dalam batas kendali. Apabila sampel berada dalam batas kendali maka berarti proses
produksi terkendali dan solusi perbaikan yang telah ditetapkan dapat terus dilanjutkan. Namun, bila
sampel berasa di luar batas kendali maka pihak manajemen harus memeriksa kembali solusi perbaikan
yang ditetapkan. penyimpangan terjadi karena solusi yang ditetapkan belum sesuai, baik pada fakor
manusia, metode, mesin, bahan baku maupun lingkungan.
Usulan perbaikan dilakukan dengan menggunakan kaizen blitz. Kaizen blitzmerupakan proses
perbaikan yang intens dan cepat di mana tim atau departemen mencurahkan semua sumberdayanya ke
dalam suatu proyek perbaikan dalam periode jangka pendek, dan bukannya mengikuti aplikasi kaizen
tradisional, yang biasanya dilakukan separuh waktu. Biasanya membutuhkan waktu kurang lebih satu
minggu.
ANALISIS PENGURANGAN PRODUK CACAT PADA
INDUSTRI KERTAS DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA
SKRIPSI
Oleh
F34080016
BOGOR
2012
Judul Skripsi : Analisis Pengurangan Produk Cacat pada Industri Kertasdengan
Pendekatan Lean Six Sigma
Nama : Fika Aras Ardita
NIM : F34080016
Menyetujui,
Pembimbing,
Mengetahui:
Ketua Departemen,
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Pengurangan
Produk Cacat pada Industri Kertasdengan Pendekatan Lean Six Sigmaadalah hasil karya saya
sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Skripsi. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian
atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
BIODATA PENULIS
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 4 April 1990, merupakan
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Subardja dan Eni Suliastuti.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK ABA Al-Anab Yogyakarta (1994 -
1996), SDN Sonosewu Yogyakarta (1996-1997), SD Kartika I-2 Medan
(1997-1998), SDN Panaragan 2 Bogor (1998-2002), SMP Negeri 4 Bogor
(2002-2003), SMP Negeri 7 Medan (2003-2005), SMA Kartika I-2 Medan
(2005-2008) dan kemudian penulis diterima di Departemen Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI pada tahun 2008.
Selama menjalani pendidikan di departemen Teknologi Industri
Pertanian penulis bergabung dengan Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai
bendahara Lembaga Struktural Red’s Co (Red’s Corporation) pada tahun 2010 dan sebagai bendahara
di departemen PSDMS (Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa Strategis) pada tahun berikutnya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
sarjana pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Skripsi ini membahas tentang Analisis Pengurangan Produk Cacat pada Industri
Kertasdengan Pendekatan Lean Six Sigma. Pengendalian kualitas merupakan hal yang sangat penting
bagi keberlangsungan sebuah perusahaan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Sukardi, MM. sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Purwoko, M.Si. dan Muhammad Arif Darmawan, S.TP. MT selaku dosen penguji atas
saran-sarannya untuk perbaikan skripsi ini.
3. Ibu Imelda selaku Kepala Department Compliance and Development yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian di Department Compliance and Development.
4. Bapak Sonny M. Salim selaku pembimbing lapangan yang telah memberi arahan selama
penelitian di PT. X.
5. Seluruh karyawan PT. X yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.
6. Mama, Papa dan adikku yang selalu memberi semangat dan do’a untuk penulis.
7. Rif’atul Aliyah, Wisma Fitrianurrohmah Wahda, Lintang Zulqaida Fitrihani, Hardiyanti,
Rachel Jessica, Pramita, Renny, Aldian Farabi, Hazirur dan teman-teman TIN 45 yang telah
memberikan banyak masukan kepada penulis.
8. Yuliyanti, Winda, Hani, Yuke, Fiki yang telah banyak memberikan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................................1
1.3 TUJUAN PENELITIAN.....................................................................................................2
1.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN...................................................................................2
1.5 MANFAAT PENELITIAN................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................3
2.1 KERTAS.............................................................................................................................3
2.2 KUALITAS.........................................................................................................................3
2.3 DEFECT.............................................................................................................................4
2.4 LEAN...................................................................................................................................4
2.5 SIX SIGMA..........................................................................................................................6
2.6 LEAN SIX SIGMA...............................................................................................................7
2.7 KAIZEN...............................................................................................................................7
2.8 PROSES PRODUKSI.........................................................................................................8
2.9 BAHAN PENUNJANG PROSES....................................................................................10
III. METODOLOGI PENELITIAN...............................................................................................13
3.1 LANDASAN BERFIKIR.................................................................................................13
3.2 TAHAPAN PENELITIAN...............................................................................................13
3.3 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN.........................................................................15
3.4 JENIS DATA....................................................................................................................15
3.5 ANALISIS DATA............................................................................................................15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................16
4.1 PENERAPAN SIX SIGMA...............................................................................................16
4.2 DEFINE............................................................................................................................16
4.3 MEASURE.........................................................................................................................17
4.4 ANALYZE..........................................................................................................................22
4.5 IMPROVEMENT...............................................................................................................29
4.6 CONTROL.........................................................................................................................32
4.7 KAIZEN BLITZ.................................................................................................................33
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................35
5.1 KESIMPULAN.................................................................................................................35
5.2 SARAN.............................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................36
LAMPIRAN...........................................................................................................................................37
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
v
I. PENDAHULUAN
1
Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Faktor apa saja yang memicu timbulnya cacat produk?
2. Bagaimana cara mengurangi jumlah cacat dalam rangka meningkatkan kualitas?
3. Bagaimana usulan pengawasan mutu berdasarkan pendekatan Lean Six Sigma?
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KERTAS
Kertas secara tradisional didefinisikan sebagai lembaran yang dikempa pada screen dari
larutan fiber . Produk kertas saat ini umumnya sama dengan definisi tersebut, tetapi produk kertas
kebanyakan juga mengandung bahan aditif non serat. Kertas atau yang dalam bahasa Inggris disebut
paper diturunkan dari nama sebuah tanaman, papyrus. Orang Mesir kuno memproduksi material
pertama yang digunakan untuk menulis dengan cara mengepres lapisan batang secara bersamaan
(Smook 1994). Bahan utama pembuat kertas adalah pulp. Serat pulp biasanya berasal dari tumbuhan,
tetapi binatang, mineral atau serat sintetik dapat digunakan untuk aplikasi tertentu (Smook 1994).
Menurut Departemen Perindustrian (1982), kertas adalah lembaran yang terdiri dari serat-
serat selulosa yang saling tempel-menempel dan jalin-menjalin. Pada beberapa jenis kertas tertentu
ditambahkan beberapa bahan penolong berupa zat organik atau anorganik pada umumnya kertas yang
diproduksi dapat dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan penggunaannya, yaitu:
a. Kertas Budaya
Terdiri atas kertas koran, kertas cetak, kertas tulis dan kertas untuk keperluan bisnis.
b. Kertas Industri
Terdiri atas kertas pengemas, kertas kraft, kertas rokok, karton dan kertas pembungkus.
c. Kertas lain
Kertas lain yaitu kertas yang tidak termasuk ke dalam golongan tersebut, misalnya kertas tissue.
2.2 KUALITAS
Definisi kualitas menurut the American National Standards Institut (ANSI) dan the American
Society for Quality (ASQ) adalah keseluruhan ciri dan karakteristik suatu produk atau jasa yang
menunjukkan kepuasan terhadap produk yang telah diberikan.Kualitas dapat didefinisikan dengan
berbagai cara, tergantung siapa yang mendefinisikannya ( Russell & Taylor 2006).
Russell & Taylor (2006) melihat kualitas dari dua sisi, yakni dari sisi konsumen dan sisi
produsen. Konsumen umunya melihat kualitas suatu produk berdasarkan seberapa baik produk
tersebut dapat digunakan. Dimensi kualitas khususnya untuk produk berupa barang umumnya dilihat
dari aspek kinerja, fitur, keandalan, ketepatan, daya tahan, kemudahan pelayanan reparasi, estetika,
keamanan , serta persepsi seperti merek dan iklan. Sedangkan dilihat dari segi produsen, kualitas
dinilai sebagai ketepatan produk dalam memenuhi spesifikasi yang diinginkan.
Kata kualitas memiliki definisi yang berbeda dan bervariasi mulai dari yang konvensional
sampai yang lebih strategik. Definisi yang konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan
karakteristik langsung dari suatu produk, seperti : kinerja (performance), keandalan (realibility),
mudah dalam penggunaan (easy of use), estetika (esthetics), dan sebagainya. Sedangkan definisi
strategik menyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan dan
kebutuhan pelanggan (Gasperz 2003). Menurut Juran dalam Nasution (2004), kualitas adalah
kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Penggunaan kecocokan ini didasarkan atas lima karakteristik utama berikut:
1. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan.
2. Psikologis, yaitu cita rasa atau status.
3. Waktu, yaitu keandalan.
4. Kontraktual, yaitu adanya jaminan.
5. Etika, yaitu sopan santun, ramah atau jujur.
3
Goetsch dan Davis (2000), menyatakan bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan
pasar. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu
produk yang akan dihasilkan (Deming dalam Nasution 2004).
Nasution (2004), menjelaskan konsep kualitas dari dua sudut, yaitu dari sudut manajemen
operasional dan manajemen pemasaran. Dilihat dari sudut manajemen operasional, kualitas produk
merupakan suatu kebijakan penting dalam meningkatkan daya saing produk yang harus memberi
kepuasan kepada konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan mutu produk pesaing. Dilihat dari
sudut manajemen pemasaran, kualitas produk merupakan salah satu unsur utama dalam bauran
pemasaran (marketing mix) yakni produk, harga, promosi dan saluran distribusi yang dapat
meningkatkan volume penjualan dan pangsa pasar perusahaan.
Kualitas merupakan indikator efisiensi dari sistem ekonomi yang produktif, dimana pada
sistem yang efisien memungkinkan diproduksi barang dan jasa yang dapat diterima dengan harga
yang ekonomis. Output yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi umum, sementara biaya diperoleh
melalui optimisasi alokasi sumber daya. Disisi lain, kualitas juga menghasilkan efisiensi proses dan
mampu mengindikasi performa yang baik.
2.3 DEFECT
Menurut Breyfogle (2003), defect merupakan ketidaksesuaian karakteristik kualitas dari level
yang dimaksudkan. Defective adalah produk yang tidak sesuai yang setidaknya mengandung satu
cacat atau memiliki kombinasi beberapa ketidaksempurnaan yang menyebabkan unit tersebut tidak
dapat memenuhi kebutuhan. Produk tanpa cacat (zero defects) adalah kondisi ideal yang selalu
didambakan, baik oleh pembuat barang (produk atau jasa) maupun pelanggan atau konsumen yang
menggunakannya. Bagi perusahaan manufaktur, zero defects dapat menekan waste (pemborosan).
2.4 LEAN
Lean merupakan suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan
meningkatkan nilai tambah produk agar memberikan nilai kepada pelanggan. Tujuan lean adalah
meningkatkan secara terus menerus customer value melalui peningkatan secara terus-menerus rasio
antara nilai tambah terhadap pemborosan (waste). Fokus pendekatan konsep lean yaitu pada
pereduksian biaya (cost reduction) dengan mereduksi aktivitas-aktivitas yang tak bernilai tambah
(non-value added activities).
Lean dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan sistemik dan sistematik untuk
mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai
tambah melalui peningkatan terus-menerus secara radikal dengan cara mengalirkan produk dan
informasi menggunakan sistem tarik dari pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar keunggulan
dan kesempurnaan.
Menurut Gasperz dan Fontana (2011), kelemahan terbesar dari manajemen perusahaan-
perusahaan industri di Indonesia adalah kurangnya pemahaman terhadap pemetaan proses produk
sepanjang value stream untuk menghilangkan pemborosan. Pendekatan Lean berfokus pada
peningkatan terus-menerus customer value melalui identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas tidak
bernilai tambah yang merupakan pemborosan (waste).
4
Terdapat lima prinsip dasar lean (Gasperz 2006), yaitu:
1. Mengindentifikasi nilai produk berdasarkan perspektif pelanggan, dimana pelanggan
menginginkan produk bermutu superior dengan harga yang kompetitif dan penyerahan yang
tepat waktu.
2. Mengidentifikasi pemetaan proses pada value stream untuk setiap produk. Sebagian besar
perusahaan industri di Indonesia hanya melakukan pemetaan proses kerja, bukan melakukan
pemetaan proses produk.
3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktivitas sepanjang
proses value stream ini.
4. Mengorganisasikan agar material, informasi dan produk itu mengalir secara lancar dan
efisien sepanjang proses value stream menggunakan sistem tarik (pull system).
5. Terus-menerus mencari berbagai teknik dan alat peningkatan untuk mencapai keunggulan
dan peningkatan terus-menerus.
Lean berfokus pada identifikasi dan mereduksi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah yang
merupakan pemborosan dalam desain, produksi (untuk bidang manufaktur) atau operasi (untuk bidang
jasa) dan manajemen suplai yang berkaitan langsung dengan pelanggan.
Waste dapat didefinisikan sebagai segala aktivitas kerja yang tidak menghasilkan nilai
tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream. Waste harus
dihilangkan guna meningkatkan nilai produk dan selanjutnya meningkatkan costumer value (Ahlstrom
1998).
Pada dasarnya dikenal dua kategori utama pemborosan, yaitu type one waste dan type ywo
waste. Type one waste merupakan aktivitas kerja yang tidak menciptakan nilai tambah dalam proses
transformasi input menjadi output sepanjang value stream, namun aktivitas itu pada saat sekarang
tidak dapat dihindarkan karena berbagai alasan. Type two waste merupakan aktivitas yang tidak
menciptakan nilai tambah dan dapat dihilangkan dengan segera. Biasanya disebut dengan waste saja
karena benar-benar merupakan pemborosan yang harus dapat diidentifikasi dan dihilangkan segera.
Pada dasarnya dikenal dua kategori utama pemborosan, yaitu Type One Wastedan Type Two
Waste. Type One Waste adalah aktivitas kerja yang tidak menciptakan nilai tambah dalam proses
transfromasi input menjadi output sepanjang value stream, namun aktivitas itu pada saat sekarang
tidak dapat dihindarkan karena berbagai alasan. Misalnya, aktivitas inspeksi dan penyortiran dari
perspektif Lean merupakan aktivitas tidak bernilai tambah sehingga merupakan waste, namun pada
saat sekarang kita masih membutuhkan inspeksi dan penyortiran karena mesin dan peralatan yang
digunakan sudah tua sehingga tingkat keandalannya berkurang. Demikian pula, pengawasan terhadap
orang, misalnya, merupakan aktivitas tidak bernilai tabah berdasarkan perspektif lean, namun pada
saat sekarang kita masih harus melakukannya, karena orang tersebut baru saja direkrut oleh
perusahaan sehingga belum berpengalaman. Dalam konteks ini, aktivitas inspeksi, penyortiran dan
pengawasandikategorikan sebagai type one waste. Dalam jangka panjang Type One Waste harus dapat
dihilangkan atau dikurangi. Type One Waste ini sering disebut Incidental Activity atau incidental
work yang termasuk ke dalam aktivitas tidak bernilai tambah (non-value-adding work or activity).
Type Two waste merupakan aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan dapat
dihilangkan dengan segera. Misalnya, menghasilkan produk cacat (defect) atau melakukan kesalahan
(error) yang harus dapat dihilangkan dengan segera. Type Two Waste ini sering disebut sebagai waste
saja, karena benar-benar merupakan pemborosan yang harus dapat diidentifikasi dan dihilangkan
dengan segera.
Metode yang digunakan untuk identifikasi pemborosan adalah menggunakan lembar kerja E-
DOWNTIME dalam rangka mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai
5
tambah di tempat kerja. E-DOWNTIME merupakan akronim untuk memudahkan praktisi bisnis dan
industri mengidentifikasi 9 jenis pemborosan yang selalu ada dalam bisnis dan industri, yaitu:
E = Environtmental, Health and Safety(EHS) merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena
kelainan dalam memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip EHS.
D = Defect merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau kegagalan produk (barang
atau jasa).
O = Overproduction, merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena produksi melebihi kuantitas
yang dipesan oleh pelanggan.
W = Waiting, merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena menunggu.
N = Not utilizing employees knowledge, skills and abilities, merupakan jenis pemborosan sumber daya
manusia (SDM) yang terjadi karena tidak menggunakan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan secara optimum.
T = Transportation, merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena transportasi yang berlebihan
sepanjang proses value stream.
I = Inventories, merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena inventories yang berlebihan.
M = Motion, merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena pergerakan yang lebih banyak daripada
yang seharusnya sepanjang proses value stream.
E = Excess processing, merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena langkah-langkah proses yang
lebih panjang daripada yang seharusnya sepanjang proses value stream.
6
- Improve, mengoptimalkan proses menggunakan analisis-analisis seperti Design Of
Experiment(DOE) untuk mengetahui dan mengendalikan kondisi optimum.
- Control, melakukan pengendalian terhadap proses secara terus menerus untuk meningkatkan
kapabilitas proses menuju target Six Sigma.
2.7 KAIZEN
Konsep Kaizen erat kaitannya dengan manajemen kualitas. Manajemen kualitas merupakan
suatu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus (continious performance improvement)
pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan
menggunakan semua sumberdaya manusia dan modal yang tersedia (Gasperz 1997).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manajemen kualitas tidak hanya terfokus kepada
produk saja namun juga kepada seluruh aspek yang ada di perusahaan yang dapat dimanfaatkan.
Kaizen merupakan salah satu alat lean. Kaizen blitz merupakan proses perbaikan yang intens dan
cepat di mana tim atau departemen mencurahkan semua sumberdayanya ke dalam suatu proyek
perbaikan dalam periode jangka pendek, dan bukannya mengikuti aplikasi kaizen tradisional, yang
biasanya dilakukan separuh waktu (Evans & Lindsay 2007).
Menurut Imai (1998), perbaikan dalam Kaizen bersifat kecil dan berangsur-angsur, namun
proses Kaizen mampu membawa hasil yang dramatis mengikuti waktu. Konsep Kaizen menjelaskan
mengapa perusahaan tak dapat tetap statis untuk waktu lama di Jepang. Manajemen Barat sangat
memuja inovasi, perubahan secara besar-besaran melalui terobosan teknologi, konsep manajemen atau
teknik produksi mutakhir. Inovasi memang dramatis, punya daya tarik istimewa yang besar. Kaizen
sebaliknya, seringkali tidak dramatis bahkan biasa-biasa saja. Namun inovasi merupakan upaya sekali
tembak dan hasilnya seringkali membawa dampak sampingan masalah. Lain halnya dengan Kaizen
yang diterapkan berdasarkan akal sehat dan berbiaya rendah, menjamin kemajuan berangsur-angsur
yang memberikan hasil dalam jangka panjang.
Tiga keuntungan menjalankan kaizen dibandingkan metode lainnya adalah sebagai berikut
(Manos 2007):
1. Waktu: waktu yang dialokasikan untuk melakukan kaizen telah terjadwal. Dengan penjadwalan
ini, pelaksana kaizen akan semakin proaktif dan tepat waktu untuk membuat suatu peningkatan.
2. Kerja tim: pada akhir kaizen, pelaksana akan merasakan seberapa nyamannya bekerja sebagai
tim. Dan ini akan merubah kebiasaan orang untuk bekerja sendiri.
3. Bukti: dengan melihat hasil kaizen, orang akan mengerti bahwa mereka harus lebih mengontrol
area kerjanya lebih daripada yang dipikirkannya.
7
2.8 PROSES PRODUKSI
Proses produksi merupakan usaha untuk mengubah sesuatu barang menjadi barang lainnya
atau usaha untuk mewujudkan suatu usaha. Untuk melakukan perubahan dan transformasi tersebut
diperlukan faktor-faktor produksi. Di samping itu diperlukan pula bahan mentah atau barang setengah
jadi yang akan di transformasikan menjadi barang lain (Sukirnoet al. 2006).
Kegiatan memproduksi dikelola oleh bagian atau departemen produksi dan operasi. Dengan
demikian hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan kegiatan memproduksi digolongkan sebagai
manajemen produksi dan operasi (production and operation management). Hal-hal yang berhubungan
dengan usaha mentranfsormasikan sesuatu barang menjadi barang lain merupakan tanggung jawab
dari manajemen produksi. Tanggung jawab tersebut meliputi merancang dan melaksanakan proses
transformasi atau konversi yang paling efisien. Keefektifan manajemen produksi dan operasi biasanya
diukur dari kemampuannya untuk menciptakan barang atau jasa yang bermutu, meminimumkan biaya
produksi dan dalam jangka panjang mampu mengembangkan barang atau jasa sesuai dengan
perkembangan selera konsumen (Sukirnoet al. 2006).
Proses pembuatan kertas berdasarkan proses produksi di PT. X dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan bahan baku (Stock Preparation)
2. Tahap pembentukan lembaran kertas (Paper Machine Process)
3. Tahap penyelesaian (Finishing dan converting)
9
Selanjutnya lembaran kertas mengalami pengeringan kedua.
10. Calendering
Calendering berfungsi untuk melicinkan permukaan kertas.
11. Reeling
Prosess reeling merupakan proses penggulungan kertas sehingga menjadi jumbo roll.
Selanjutnya jumbo roll ini akan di proses di cutter dan finishing.
2.8.4 FINISHING
Big sheet yang telah dihasilkan dari cutter rewinder akan disortir terlebih dahulu untuk
menghindari defect yang lolos saat akan packing. Setelah disortir, big sheet di bungkus dan siap
dikirim. Ada sebagian big sheet yang dibawa ke converting untuk dipotong menjadi kertas yang
berukuran lebih kecil.
2.8.5 CONVERTING
Proses converting merupakan proses mengubah kertas menjadi produk-produk seperti
amplop, devider, sticky notes, kertas warna, buku dan lain-lain. Kertas dalam bentuk roll akan
diproses di mesin will. Dengan mesin will, maka roll kertas akan langsung di potong di mesin will dan
langsung di pack sesuai dengan ukuran. Kemudian big sheet yang berasal dari finishing akan dipotong
menjadi ukuran yang lebih kecil di mesin pollar. Setelah dipotong sesuai dengan ukuran, kertas-kertas
tersebut akan di-pack. Untuk proses pengepakan itu sendiri dilakukan dengan mesin dan juga manual.
Pengepakan dengan mesin dilakukan oleh mesin autopack. Sedangkan pengepakan secara manual
dilakukan oleh operator.
10
3. Menstabilkan moistur kertas
2.9.4 DYES/PIGMEN
Dyes/Pigmen merupakan pewarna yang dapat berasal dari bahan organik ataupun
nonorganik. Penggunaan dye/pigmen dengan CaCl2 akan meningkatkan kekuatan pulp dalam
menyerap dye/pigmen.
2.9.5 STARCH
Starch berfungsi untuk:
1. Merekatkan serat-serat kertas sehingga kertas menjadi lebih halus dan kuat
2. Memperbaiki kualitas cetak
3. Memperbaiki surface sizing supaya bahan-bahan penunjang lain lebih kuat terikat
4. Memperbaiki coating
5. Mempertinggi kekuatan kertas
6. Sebagai bahan perekat
2.9.7 ALUM
Rumus kimia yang dipakai adalah Al2(SO4)3.18H2O berupa padatan putih serta larut dalam
air. Alum berfungsi sebagai bahan koagulan untuk mengikat sizing agent dengan serat kertas.
Ikatan ini menghasilkan koloid dalam kertas sehingga penambahan sizing agent lebih efektif
dan mengatur pH kertas.
2.9.8 MIKROBIOSIDA
Mikrobiosida digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan mematikan mikroorganisme
dalam buburan pulp.
2.9.9 DEFOAMER
Defoamer merupakan bahan untuk mencegah busa. Defoamer mempunyai pH 10,5±1.
2.9.10 NaOH
Kausatik soda berfugsi sebagai pencuci dan penetralisir pada white water.
2.9.11 CaCl2
Bersama degan dye pigmen, kalsium klorida berfungsi meningkatkan kekuatan pulp dalam
menyerap dye/pigmen.
11
2.9.12 PAC
PAC (Poly Aluminium Chloride) yang berfungsi untuk menstabilkan pH dan mengikat serat.
Larutan PAC setara dengan 1,3 kg bahan yang belum diencerkan. Konsistensi pada saat
dipakai adalah 10% PAC ditambahkan di bagian Silo Pit dan white water pit.
2.9.13 AKD
AKD (Alkyl Ketene Dimer) berfungsi meningkatkan water resistance (daya tahan kertas
terhadap penyerapan tinta). AKD merupakan internal sizing agent yang sangat reaktif dalam
pembuatan kertas alkaline (basa). Apabila water resistance dinaikkan dari standar, maka
pemakaian AKD boleh ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan.
12
III. METODE PENELITIAN
Persaingan
Pengurangan defect
Keunggulan bersaing
Kepuasan konsumen
13
penelitian, perumusan masalah dan tujuan penelitian, membuat rancangan pengumpulan
data berupa identifikasi data yang dibutuhkan, metode pengumpulan data, dan pemilihan
teknik analisis data.
2. Tahap kedua
Tahapan kedua adalah pengumpulan data, input data, pengolahan data, dan analisis
data. Pengumpulan data diperoleh dari data primer yang dilakukan dengan cara observasi
dan wawancara. Data sekunder didapat dari studi pustaka, internet, jurnal, dan dokumen-
dokumen. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan tahapan
six sigma. Hasil pengolahan data akan menjadi bahan untuk pencarian solusi yang
didasarkan pada Lean.
3. Tahap ketiga
Tahap ketiga adalah tahap akhir yaitu pembuatan pembahasan hasil penelitian dan
kesimpulan dari keseluruhan proses penelitian ini.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Idetnifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, dan pemilihan teknik analisis.
Pengumpulan Data:
Pengolahan data
Analisis Data:
Analisis data kuantitatif dan kualitatif berdasarkan 5 tahapan Six Sigma, yaitu Define,
Measure, Analyze, Improve, dan control.
14
3.3 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan sejak Maret hingga April 2012. Penelitian ini dilakukan di PT. X
Tangerang.
Y pada rumus tersebut adalah yield. Yang dimaksud dengan yield adalah area yang berada di
bawah kurva diantara garis toleransi. Dari distribusi poisson, didapat nilai yang sama dengan zero
failure. Nilai defect per unit (DPU) didapat dari perbandingan antara defect yang terjadi dengan
jumlah unit produksi.
Distribusi poisson dapat digunakan untuk menentukan variabel Z. Cara menyelesaikannya
dengan menentukan nilai Z untuk defect per unit (DPU) melalui tabel distribusi normal. Nilai Z
didefiniskan sebagai variabel Z equivalent (Zequiv) dan terkadang diselesaikan dengan hubungan Z
long-term (ZLT) dan Z short-term (ZST).
1,5
ZST dapat dikonversi menjadi part per milliondefect rate (ppm) dengan menggunakan tabel
konversi variabel Z ke ppm (Lampiran 5).
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 DEFINE
Menurut Brett dan Queen (2005), phase define merupakan fase yang paling penting untuk
kesuksesan proyek lean Six Sigma. Fase ini merupakan situasi, masalah dan hasil yang ingin
diharapkan di masa kini.Untuk produk kertas di PT. X sendiri, timbulnya defect masih sulit untuk
dihindari. Penyebab defect yang paling dominan terjadi di area produksi. Hampir seluruh proses
produksi dilakukan oleh mesin. Mulai dari stock preparation, paper machine, cutter rewinder, hingga
converting. Pada proses sortir,penyortitran dilakukan secara manual oleh operator. Lampiran 3
menunjukkan area-area di stock preparation dan paper machine yang berpeluang menimbulkan
defect.
Defect yang sering terjadi di dalam proses produksi kertas adalah holes (lubang), dirty
(kotor), size variation (variasi ukuran), foreign contamination dan folded (terlipat). Holes paper dan
dirty paper paling sering terjadi di bagian stock preparation dan paper machine. Sedangkan jenis
defect yang sering terjadi di mesin cutter adalah size variation. Terkadang folded dan foreign
contamination juga mungkin terjadi di cutter. Folded dan foreign contamination lebih dominan terjadi
di bagian sortir. Untuk data lengkap macam-macam defect yang terjadi di PT. X terlampir pada
Lampiran 4.
16
Defect berupa holes paper merupakan defect berupa lubang yang timbul pada lembaran
kertas. Holes paper yang terjadi dapat berupa lubang kecil atau bahkan lubang yang besar setelah
keluar dari paper machine. Sebagian besar defect ini terjadi pada proses di paper machine.
Sama halnya dengan holes paper , dirty paper juga terjadi di hampir seluruh proses produksi.
Mulai dari bahan baku, proses di stock preparation, paper machine, cutter, finishing hingga
converting. Bahan baku menentukan hasil jadi suatu produk. Bahan baku yang baik tentu akan
menghasilkan produk yang baik juga.
Foldedmerupakan defect berupa lipatan pada kertas yang terjadi selama proses produksi.
Baik terjadi di mesin ataupun akibat kesalahan manusia.Foreign contamination merupakan
kontaminan yang terikut bersama tumpukan kertas yang telah dipotong menjadi ukuran tertentu.
Kontaminan ini bisa berupa sobekan kertas, plastik, serangga dan bahan non produk lainnya. Namun
yang paling umum terjadi adalah kontaminan berupa sobekan kertas yang terikut di dalam tumpukan
kertas. Jika lolos sortir, maka kontaminan akan sampai ke tangan pelanggan dan tidak menutup
kemungkinan untuk dikomplain.
Size variation biasanya terjadi di mesin cutter saat proses pemotongan kertas. Jika pisau
pemotongan kertas tidak stabil, maka akan mengakibatkan ukuran kertas yang tidak seragam. Ukuran
kertas yang tidak seragam dapat dilihat secara kasat mata saat kertas-kertas tersebut ada dalam
tumpukan. Saat berada dalam tumpukan, kertas yang ukurannya bervariasi ini akan mudah rusak jika
bersinggungan dengan benda lainnya.
4.3 MEASURE
Holes paper yang terjadi selama produksi bulan Januari hingga Maret terlampir di dalam
Lampiran 4. Jumlah holes paper yang terjadi pada bulan Januari adalah sebanyak 8,677 ton dengan
jumlah produksi kertas sebanyak 10792,82 ton. Dengan begitu didapat nilai defect per unit sebesar
0,0008. Dari tabel distribusi normal(Lampiran 7) , didapat nilai ZLT sebesar 3,16. Nilai ZST adalah
sebagai berikut:
3,16 1,5
4,66
Proses produksi pada bulan Januari dengan jenis kegagalan holes paper dapat dikatakan
sebagai 4,66level kualitas sigma. Dengan cara yang sama, pada bulan Februari, didapat sebanyak 6,3
ton holes paper dengan jumlah produksi pada bulan itu sebanyak 5723,06 ton. Sehingga didapat nilai
defect per unit sebesar 0,0011. Dari tabel distribusi normal, didapat nilai ZLT sebesar 3,08. Nilai ZST
adalah sebagai berikut:
3,08 1,5
4,58
Sehingga pada bulan Februari, nilai sigma untuk holes paper adalah sebesar 4,58. Pada bulan
Maret, sebanyak 6,9 ton holes paper dengan produksi kertas sebanyak 8619,712 ton. Nilai DPU pada
bulan Maret adalah 0,0008. Dari tabel distribusi normal, didapat nilai ZLT sebesar 3,16. Nilai ZST
adalah sebagai berikut:
3,16 1,5
4,66
17
Sehingga pada bulan Maret, nilai sigma untuk holes paper adalah sebesar 4,66 sigma.
Dengan begitu dapat dibandingkan bahwa nilai sigma untuk holes paper ini mengalami peningkatan
selama bulan Januari hingga Maret. Nilai sigma ini menunjukkan bahwa kinerja produksi berada di
atas rata-rata perusahaan indonesia. Rata-rata perusahaan di Indonesia berada di level 2 sigma seperti
yang terlihat pada Tabel 1. Untuk mengetahui ppm, nilai sigma tersebut di konversikan ke tabel S
untuk mendapatkan nilai part per million defect (ppm)pada Lampiran 5.
Pada tabel S di Lampiran 5, nilai sigma 4,66 ada diantara nilai sigma 4,6 dan 4,7. Untuk
mengetahui nilai ppm dari sigma 4,66 dilakukan interpolasi antara nilai sigma 4,6 dan 4,7 berikut ini:
Dengan begitu nilai ppm defect untuk level sigma 4,66 (pada bulan Januari dan Maret)
adalah 799,388. Hal ini berarti bahwa pada level sigma 4,66 memiliki tingkat defect sebesar 799,388
ppm.Untuk level sigma 4,58 adalah sebagai berikut:
Untuk nilai sigma 4,58 didapat 1044,13 ppm. Hal ini berarti bahwa pada level sigma 4,58
memiliki tingkat defect sebesar 1044,13 ppm.Untuk menekan jumlah holes paper yang dihasilkan
agar mencapai nilai 6 sigma, maka perusahaan harus menekan ppm hingga mencapai 3,4. Pada level 6
sigma, defect per unit yang terjadi adalah sebagi berikut:
1,5
6 = ZLT + 1,5shift
ZLT = 4,5
Nilai defect per unit dilihat melalui tabel A pada Lampiran 7. Nilai 4,5 memiliki nilai DPU
sebanyak 0,0000034. Pada level sigma 4,66 memiliki nilai DPU sebesar 0,0008 dan memiliki nilai
DPU sebesar 0,0011 pada level sigma 4,58. Sehingga nilai tersebut harus ditekan hingga mencapai
0,0000034 DPU.
Untuk jenis defect berikutnya adalah dirty paper. Dirty paper yang terjadi selama bulan
Januari hingga Maret terlampir dalam Lampiran 6. Jumlah holes paper pada bulan Januari adalah
sebanyak 2,55 ton dengan jumlah produksi total pada bulan tersebut sebanyak 10792,82 ton. Dengan
18
jumlah itu maka didapat nilai defect per unit sebesar 0,00024. Dengan menggunakan nilai DPU dari
tabel distribusi normal, didapat nilai ZLT sebesar 3,49. Nilai ZST adalah sebagai berikut:
3,49 1,5
4,99
Untuk itu dapat dikatakan bahwa pada bulan Januari untuk jenis defect dirty paper memiliki
nilai sigma sebesar 4,99. Pada bulan berikutnya jumlah dirty paper adalah 1,1 ton dengan jumlah total
produksi sebesar 5723,055 ton. Sehingga didapat nilai defect per unit sebesar 0,00019. Dari tabel
distribusi normal, didapat nilai ZLT sebesar 3,56. Nilai ZST adalah sebagai berikut:
3,56 1,5
5,06
Jadi nilai sigma untuk dirty paper pada bulan Februari adalah level 5,06. Pada bulan Maret,
jumlah defect pada bulan tersebut adalah 1,5 ton dengan total jumlah produksi sebanyak 8619,712
ton. Nilai DPU-nya adalah 0,00017, sehingga pada tabel distribusi normal didapat nilai ZLT sebesar
3,57. Nilai ZST adalah sebagai berikut:
3,57 1,5
5,07
Dengan begitu dapat dibandingkan bahwa nilai sigma untuk dirty paper ini mengalami
peningkatan selama bulan Januari dan Ferbuari. Nilai sigma ini menunjukkan bahwa kinerja produksi
berada di atas rata-rata perusahaan indonesia. Rata-rata perusahaan di Indonesia berada di level 2
sigma seperti yang terlihat pada Tabel 1. Bahkan mencapai level 5 sigma yang berarti sejajar dengan
perusahaan di Jepang. Untuk mengetahui ppm, nilai sigma tersebut di konversikan ke tabel S untuk
mendapatkan nilai ppm pada Lampiran 5.
Pada tabel S di Lampiran 5, nilai sigma 4,99 berada di antara nilai sigma 4,9 dan 5. Untuk
mendapat nilai ppm pada level sigma 4,99 adalah sebagai berikut:
Nilai ppm untuk level sigma 4,99 adalah 243,101.Hal ini berarti bahwa pada level sigma 4,99
memiliki tingkat defect sebesar 243,101 ppm. Untuk nilai sigma 5,06, nilai ppm berada di antara nilai
5 dan 5,1. Maka nilai ppm nya adalah sebagai berikut:
5,1 5 5,06 5
159,15 232,67 232,67
19
0,1 0,06
73,52 232,67
0,1 – 23,267 = - 4,4112
0,1 =18,8558
= 188,558
Nilai ppm untuk level sigma 5,06 adalah 188,558. Hal ini berarti bahwa pada level sigma
5,06 memiliki tingkat defect sebesar 188,558 ppm. Untuk bulan Maret, pada level sigma 5,07
memiliki nilai ppm di antara level sigma 5 dan 5,1, dengan begitu untuk menghitung nilai ppm-nya
adalah sebagai berikut:
5,1 5 5,07 5
159,15 232,67 232,67
0,1 0,07
73,52 232,67
0,1 – 23,267 = - 5,1464
0,1 = 18,1206
= 181,206
Nilai ppm untuk level sigma 5,07 adalah 181,206. Hal ini berarti bahwa pada level sigma
5,07 memiliki tingkat defect sebesar 181,206 ppm.Untuk menekan jumlahdirty paper yang dihasilkan
agar mencapai nilai 6 sigma, maka perusahaan harus menekan ppm hingga mencapai 3,4. Pada level 6
sigma, defect per unit yang terjadi adalah sebagi berikut:
1,5
6 = ZLT + 1,5shift
ZLT = 4,5
Nilai defect per unit dilihat melalui Tabel A pada Lampiran 7. Nilai 4,5 memiliki nilai DPU
sebanyak 0,0000034. Dengan begitu, untuk mencapai level 6 sigma, perusahaan harus menekan nilai
DPU hingga 0,0000034.
90
85
80 80
70 67
60
52
Value
50
40
30
26
20
10 Value
0
Accumulation
Jenis Cacat
Gambar 4 berikut ini merupakan diagram pareto yang menggambarkan jenis-jenis komplain
yang diterima dari konsumen selama tahun 2011. Untuk komplain yang paling tinggi adalah foreign
contamination dengan 15 kasus, size variation 13 kasus, dirty 11 kasus, folded 8 kasus dan holes
paper 6 kasus.
21
60
53
50
47
40 39
Value
30 28
20
15
10 Value
0 Accumulation
Jenis Cacat
4.4 ANALYZE
Pada departemen produksi terdapat beberapa jenis defect, yaitu holes paper, dirty paper,
foreign contamination, folded dan size variation. Dari kelima jenis defect tersebut dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor sehingga defect tersebut muncul dan menyebabkan penurunan kualitas kertas.
Faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut dapat dijelaskan dalam diagram sebab akibat. Gambar 5
merupakan diagram sebab akibat untuk holes paper.
23
b. Benang felt pada press part tidak sempurna; benang felt pada press part yang tidak
sempurna, misalnya ada satu bagian benang yang menonjol dapat menyebabkan holes paper.
Hal ini terjadi saat ada benang yang cacat atau bahkan ada benang yang terputus sehingga
menempel pada lembaran pulp masuk ke dalam press part. Saat pengepressan, felt yang tidak
sempurna ini akan menyebabkan lubang pada lembaran kertas.
c. Canvas dryer cacat; sama halnya dengan felt pada press part, canvas dryer yang cacat juga
dapat menyebabkan holes paper saat lembarann kertas melalui permukaan dryer.
d. Terkena jatuhan kertas; sisa-sisa kertas yang masih menempel di press part mungkin terjatuh
ke dalam lembaran kertas. Hal ini dapat oleh disebabkan doctor yang berfungsi untuk
membersihkan press part dari sisa-sisa kertas tidak terpasang dengan sempurna.
2. Faktor bahan baku
Pada faktor bahan baku, penyebab terjadinya holes paper adalah:
a. Tapioka terciprat ke lembaran kertas; hal ini dapat terjadi akibat tapioka disemprotkan secara
langsung ke lembaran kertas sehingga memungkinkan untuk terciprat ke daerah lain pada
lembaran kertas.
b. Tapioka terciprat ke lembaran kertas; hal ini juga dapat terjadi akibat diameter press yang
terlalu kecil sehingga tapioka terciprat ke bagian lain pada lembaran kertas.
3. Faktor manusia
Pada faktor manusia, penyebab terjadinya holes paper adalah:
a. Adanya karyawan yang tidak mengikuti standar kerja
b. Kurang terampilnya karyawan dalam bekerja
4. Faktor metode
Pada faktor metode, penyebab terjadinya holes paper adalah pada metode pemanasan steam.
Lembaran kertas harus dipanaskan dengan panas steam secara bertahap.
5. Faktor lingkungan
Pada faktor lingkungan, penyebab terjadinya holes paper adalah:
a. Lingkungan yang berdebu; lingkungan yang berdebu dapat menyebabkan segala macam
kotoran masuk ke dalam sistem.
b. Size press kotor; size press yang kotor ini disebabkan oleh tapioka yang mengering.
24
Gambar 6. Diagram Tulang Ikan Dirty Paper
Pada Gambar 6 disajikan diagram tulang ikan untuk dirty paper. Dirty merupakan salah satu
jenisdefect pada kertas. Dirty sendiri banyak penyebabnya. Faktor penyebab dirty pada kertas dapat
berasal dari machine (mesin), material (bahan), man (manusia), method (metode)dan environment
(lingkungan).
Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 6, terjadinya holes paper dipengaruhi oleh
lima faktor, yaitu:
1. Faktor mesin
Pada faktor mesin, penyebab terjadinya dirty paper adalah:
a. Pulp menempel di wire; pulp dari headbox dibentuk lembaran di atas wire. Ketika shower
yang berfungsi untuk membersihkan wire dari sisa-sisa pulp tidak bekerja dengan optimal,
maka semakin lama akan menimbulkan slime. Slime yang menempel pada wire tersebut akan
mengganggu kinerja wire sehingga saat pembentukan lembaran kertas ada slime yang terikut
di lembaran kertas dan ter-press saat pressing dan akan menimbulkan kotoran.
b. Benang felt pada press part tidak sempurna; benang felt pada press part yang tidak
sempurna, misalnya ada satu bagian benang yang menonjol dapat menyebabkan dirty paper.
Hal ini terjadi saat ada benang yang cacat atau bahkan ada benang yang terputus sehingga
menempel pada lembaran pulp masuk ke dalam press part. Saat pengepressan, felt yang tidak
sempurna ini akan menyebabkan kotoran pada lembaran kertas.
c. Dryer kotor; dryer kotor dapat disebabkan oleh doctor yang berfungsi membersihkan sisa-
sisa kertas pada dryer tidak bekerja dengan maksimal.
2. Faktor bahan baku
Pada faktor bahan baku, penyebab terjadinya dirty paper adalah:
a. Retention aid yang terakumulasi di dalam pipa akan menyebabkan dirty.
b. Benda asing masuk ke pulper melalui broke.
3. Faktor manusia
25
Pada faktor manusia, penyebab terjadinya dirty paper adalah:
a. Adanya karyawan yang tidak mengikuti standar kerja
b. Kurang terampilnya karyawan dalam bekerja
4. Faktor metode
Pada faktor metode, penyebab terjadinya dirty paper adalah:
a. Cara memasukkan bahan ke dalam pulper; saat memasukkan pulp ke dalam pulper, ada
kemungkinan bahan lain yang terikut ke dalamnya. Seperti serpihan palet ataupun kawat
pengikat pulp. Selain itu juga dapat disebabkan oleh broke yang tidak dibersihkan
sebelumnya.
b. Tangan operator yang tidak bersih saat proses ballingdan packing.
c. Tidak ada jadwal pembersihan wire.
d. Waktu operasi yang panjang.
5. Faktor lingkungan
Pada faktor lingkungan, penyebab terjadinya holes paper adalah:
a. Oli mesin yang tertetes ke lembaran kertas.
b. Broke yang tidak segera dibersihkan di callender pit.
c. Size press kotor; size press yang kotor ini disebabkan oleh tapioka yang mengering.
d. Mesin yang terbuka sehingga jika ada kotoran akan langsung kontak ke dalam sistem. Selain
itu bentuk atap pabrik yang terbuka sehingga kotoran dari luar dapat bebas masuk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya defect berupa folded disajikan dalam diagram
tulang ikan pada Gambar 7.
26
Gambar 7. Diagram Tulang Ikan Folded
Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa penyebab folded antara
lain adalah:
1. Faktor manusia
Pada faktor manusia, penyebab folded adalah:
a. Adanya operator yang tidak mengikuti standar kerja
b. Kurang terampil dalam bekerja
2. Faktor mesin
Pada faktor mesin, penyebab folded adalah:
a. Kertas tidak jatuh sempurnadari mesin cutter; setelah kertas dipotong di mesin cutter, kertas
akan langsung tersusun secara rapi dari mesin. Tetapi ada kemungkinan kertas tersebut
terlipat saat baru keluar dari mesin cutter hingga sampai di tumpukan kertas.
b. Kertas terselip di antara konveyor atas dan bawah pada mesin cutter; hal ini dapat terjadi
akibat perbedaan tension dari kedua konveyor, sehingga menyebabkan kertas terselip dan
terlipat.
c. Kertas terselip pada doctor; sama halnya dengan konveyor, kertas juga mungkin akan terselip
di doctor yang berguna untuk menjaga kertas tetap stabil saat dipotong.
d. Pinggiran kertas berada di antara ruang kosong konveyor.
3. Faktor lingkungan
Pada faktor lingkungan, penyebab folded adalah:
a. Terkena benturan; tumpukan kertas berpeluang terkena benturan sehingga menyebabkan
kertas yang terlipat.
b. Terkena tirai saat transportasi dengan forklift.
4. Faktor metode
Pada faktor metode, penyebab folded adalah kertas terlipat saat penyortiran. Operator
tidak menyadari ada kertas yang terlipat sehingga lolos sortir. Mungkin juga terjadi saat operator
sedang menyortir, kertas terlipat tanpa sepengetahuan penyortir. Hal tersebut juga mungkin
terjadi saat pengepakan.
27
Gambar 8. Diagram Tulang Ikan Foreign Contamination
4. Faktor metode
Pada faktor metode, penyebab foreign contamination adalah:
28
a. Metode sortir yang hanya dilakukan satu kali.
b. Mengganjal mesin dengan kertas; ganjalan tersebut dapat ikut terbawa sehingga menjadi
foreign contamination.
c. Penyortir tidak memeriksa hingga ke bagian tengah permukaan kertas, sehingga jika ada
kontaminan yang berada di tengah-tengah permukaan kertas lolos sortir.
d. Sheet break ikut terpotong di cutter.
e. Sambungan di rewinder ikut terpotong.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya defect berupa size variation disajikan dalam
diagram tulang ikan pada Gambar 9. Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 9 dapat dilihat
bahwa penyebab produk cacat antara lain adalah:
1. Faktor manusia
Pada faktor manusia, penyebab size variation adalah:
a. Adanya operator yang tidak mengikuti standar kerja
b. Operator yang kurang teliti
c. Kurang terampilnya karyawan dalam bekerja
2. Faktor mesin
Pada faktor mesin, penyebab size variation adalah:
a. Tension roll tinggi, sehingga menyebabkan perbedaan tegangan yang mengakibatkan size
variation.
b. Perbedaan laju feeder pada mesin cutter.
c. Mesin cutter tidak stabil; mesin cutter yang tidak stabil dapat disebabkan oleh letak slitter
yang tidak pas saat memotong. Selain itu juga dapat disebabkan oleh adanya gap antara
konveyor atas dan bawah sehingga kertas tidak stabil saat dipotong.
d. Cutter memotong terlalu pendek; setiap kali mesin berhenti tiba-tiba, kertas yang terpotong
akan lebih pendek dari ukuran yang seharusnya.
4.5 IMPROVEMENT
Tujuan six sigma adalah untuk mempercepat proses perbaikan dan mencapai tingkat kinerja
yang belum pernah terbayangkan sebelumnya dengan cara berfokus pada karakteristik yang terpenting
bagi pelanggan, serta mengidentifikasi dan mengeliminasi penyebab kesalahan atau kecacatan dalam
proses. Improvement dilakukan untuk menetapkan tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah yang
ada, yaitu cacat produk. Langkah-langkah perbaikan dilakukan di setiap bagian produksi berdasarkan
karakteristik masing-masing defect.
30
4.5.2 DEFECT HOLES
Di area stock preparation
a. Operator harus memastikan bahwa tidak ada bahan selain pulp/broke yang terikut masuk ke
dalam pulper.
b. Penumpukan palet broke tidak boleh miring saat akan dimasukkan ke dalam pulper supaya
palet tidak terjatuh dan masuk ke dalam pulper.
c. Memasukkan broke secara bertahap agar tidak ada bahan lain yang ikut masuk ke dalam
pulper.
d. Pembersihan mesin-mesin secara teratur.
e. Mengontrol kualitas buburan di stock preparation untuk memastikan buburan terbebas dari
kotoran yang dapat menghambat proses pembentukan lembaran kertas di paper machine.
f. Menjaga kebersihan di area stock preparation.
31
a. Penyortiran dilakukan setidaknya dua kali oleh dua orang yang berbeda untuk memperkecil
kemungkinan adanya dirty paper yang lolos.
b. Operator menyortir tumpukan kertas secara menyeluruh (mulai dari sisi kertas hingga ke
bagian sisi kertas yang lainnya.
c. Menjaga kebersihan di area cutter rewinder, finishing dan converting.
4.6 CONTROL
32
Fase control bertujuan untuk melakukan pengendalian terhadap proses secara terus menerus
untuk meningkatkan kapabilitas proses menuju target Six Sigma. Pada fase ini alat yang digunakan
adalah c-chart. Menurut Breyfogle (2003), c-chart dapat digunakan untuk memonitor proses.
Parameter c-chart dapat adalah sebagai berikut:
0,1
0,09
0,08
0,07
0,06
Value
UCL
0,05
0,04 LCL
0,03 c‐bar
0,02 DPU
0,01
0
1 2 3
Sample
0,045
0,04
0,035
0,03
0,025
Value
UCL
0,02 LCL
0,015
c ‐ bar
0,01
DPU
0,005
0
1 2 3
Sample
33
Berdasarkan grafik pada Gambar 11, terlihat bahwa kertas yang dihasilkan masih berada di
dalam batas kendali, yaitu dengan nilai defect per unit sebesar 0,000236 ton, 0,000192 ton dan
0,000174 ton dengan batas atas (UCL) sebesar 0,043 dan batas bawah (LCL) sebesar 0. C-Chart
memiliki garis pusat sebesar 0,000201 ton.
Apabila sampel berada dalam batas kendali maka berarti proses produksi terkendali dan solusi
perbaikan yang telah ditetapkan dapat terus dilanjutkan. Namun, bila sampel berada di luar batas
kendali maka pihak manajemen harus memeriksa kembali solusi perbaikan yang ditetapkan.
penyimpangan terjadi karena solusi yang ditetapkan belum sesuai, baik pada faktor manusia, metode,
mesin, bahan baku maupun lingkungan.
34
Tahap 5: Tim mempresentasikan hasil yang telah dicapai kepada top management disertai
dengan diskusi dan tanya jawab dengan pihak top management termasuk mendapatkan kesepakatan
untuk melakukan Kaizen Blitz yang selanjutnya.
Tindak lanjut: Tim bersama top management bekerja sama untuk mewujudkan Lean Six
Sigma pada seluruh tahapan proses dan sistem serta memonitor hasil-hasil yang telah dicapai.
Peningkatan secara terus-menerus harus menjadi suatu keputusan bersama yang harus dicapai.
35
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tingginya jumlah produk cacat yang terjadi di setiap perusahaan sangat berpengaruh
terhadap kualitas.PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pulp dan kertas. Pendekatan
lean tidak memperbolehkan adanya pemborosan, dalam hal ini cacat produk. Produk cacat yang sering
timbul dalam industri tersebut adalah kertas bolong, kotor, terlipat, variasi ukuran dan kontaminasi
asing.Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor penyebab timbulnya cacat produk pada
departemen produksi berdasarkan tahapan Six Sigma dan menetapkan solusi yang dapat diambil untuk
mengurangi jumlah produk cacat pada departemen produksi berdasarkan tahapan Six Sigmayaitu
define, measure, analyze, improvement dan control. Hasil dari perhitungan nilai sigma terhadap kertas
berlubang selama dua bulan adalah 4,66; 4,58 dan 4,66. Sedangkan untuk kertas kotor memiliki nilai
sigma sebesar 4,99; 5,06 dan 5,07. Nilai sigma ini menunjukkan bahwa kinerja produksi berada di atas
rata-rata perusahaan indonesia. Sedangkan untuk costumer complaint yang masuk ke perusahaan
untuk jenis cacat kertas terlipat, variasi ukuran dan kontaminasi asing mengalami penurunan dari
tahun 2010 ke tahun 2011. Namun belum mencapai target 6 sigma. Sehingga masih perlu ditingkatkan
dengan kaizen blitz. Keuntungan yang didapat dari Kaizen Blitz ini adalah tidak membutuhkan biaya
yang tinggi dan juga hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu, namum hasil yang
diperoleh dapat berdampak jangka panjang.
Pada fase control, kertas yang dihasilkan masih berada di antara batas kendali.Apabila
sampel berada dalam batas kendali maka berarti proses produksi terkendali dan solusi perbaikan yang
telah ditetapkan dapat terus dilanjutkan. Namun, bila sampel berada di luar batas kendali maka pihak
manajemen harus memeriksa kembali solusi perbaikan yang ditetapkan. penyimpangan terjadi karena
solusi yang ditetapkan belum sesuai, baik pada fakor manusia, metode, mesin, bahan baku maupun
lingkungan.
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya hendaknya dilakukan terhadap seluruh jenis defect yang terjadi
di area produksi untuk memperkecil kemungkinan adanya produk yang cacat. Penelitian selanjutnya
juga dapat dilakukan dengan melihat dampak yang terjadi terhadap pengaruh penerapan KaizenBlitz di
PT. X.
36
DAFTAR PUSTAKA
[Departemen Perindustrian]. 1982. Perkembangan Industri Kertas dan Pulp di Indonesia dan Dunia.
Biro Data dan Analisis.
Aboelmaged MG. 2010. Six Sigma Quality: A Structured Review and Implications For Future
Research. The International Journal of Quality & Reliability Management. Vol 27. 3: 269-
318.
Ahlstrom P. 1998. Sequence in The Implementation of Lean Production. European Management
Journal. Vol. 16 No. 3 : 327-334.
Bogart S. 2007. Learning How to Leverage lean Six Sigma’s Power. Plant Engineering. Vol 61. 7: 23.
Brett C dan Patrick Q. 2005. Streamlining Enterprise Records Management with Lean Six Sigma.
Information Management Journal. Vol 39. 6: 58.
Breyfogle FW. 2003. Implementing Six Sigma : Smarter Solution Using Statistical Method. John
Wiley & Son, Inc, New Jersey.
Evans JR dan Lindsay WM. 2007. Pengantar Six Sigma. Salemba Empat, Jakarta.
Gasperz V. 1997. Manajemen Kualitas. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gasperz V. 2003. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma
untuk Organisasi bisnis dan Pemerintah.PT GramediaPustaka Utama, Jakarta.
Gasperz V. 2006. Lean Six Sigma. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gasperz V dan Avanti F. 2011.Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Vinchristo
Publication, Bogor.
Gershon M dan Rajashekharaiah J. 2011. Double Lean Six Sigma: A Structure For Applying Lean Six
Sigma. The Journal of Applied Business and Economics. Vol 12. 6: 26-31.
GoetschDL and BS Davis. 2000.Quality Management Third Edition. Prentice Hall. USA.
Imai M. 1998. Gemba Kaizen. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Kwak YH dan Anbari FT. 2006. Benefits, Obtacles and Future of Six Sigma Approach. Technovation
26 : 708-715.
Linderman K, Schroeder RG, Choo AS. 2005. Six Sigma : The Role of Goals in Improvement Teams.
Journal of Operations Management 24 : 779-790.
Manos A. 2007. The Benefits of Kaizen and Kaizen Events. Quality Progress. Vol 40. 2: 47.
Nasution MN. 2004. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Oakland JS. 1993. Total Quality Management. Clays St. Ives, Great Britain.
Russell RS dan Taylor BW. 2006. Operation Management. Wiley, United State.
Smook GA. 1994. Handbook For Pulp and Paper Technology. Angus Wilde Publications, Vancouver.
Sukirno S, Wan SH, Danny I, Charles S, Kurniawan S. 2006. Pengantar Bisnis. Kencana, Jakarta.
37
LAMPIRAN
38
Lampiran 1. Proses Produksi (Stock Preparation)
39
Lampiran 2. Proses Produksi (Paper Machine)
40
Lampiran 3a. Area terjadinya paper defect distock preparation dan paper machine
where defect originates based on where defect originates based on history
cronic/spor importa history
defect mode Description Wet End Dry End
adic nce
pulpi cleani refini mixi Head Wire Press Pre Size After Calen Pope
ng ng ng ng Box Pit part Dry Press dry der Reel
flock pada formasi kertas, dipermukaan terlihat
Blackening spot mengkilat sporadis * 0 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0
Bubbles cacat berbentuk gelembung udara kronis * 0 0 0 0 3 3 0 0 0 0 0 0
BW above
standard BW Above Standard sporadis ** 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0
BW below
standard BW Below Standard sporadis ** 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0
calender kotoran jatuh di calender PM, dipermukaan terlihat
marks area mengkilat sporadis *** 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0
defect akibat canvas PM, dipermukaan terlihat
canvas mark motif canvas PM sporadis ** 0 0 0 0 0 0 0 3 0 3 0 0
formasi kertas yang tidak rata sehingga kondisi
cookie pengeringan tidak rata kronis *** 0 0 3 0 3 3 0 3 0 3 0 0
concave permukaan kertas legok kronis ** 0 0 0 0 3 3 0 0 3 3 3 0
lipatan pada kertas/keriput mati berasal dari proses
creasing PM kronis ** 0 0 0 0 0 0 3 0 3 3 0 0
curling kertas melengkung seperti busur arah MD atau CD sporadis *** 0 0 0 0 3 0 0 3 0 3 0 0
dandy roll
marks defect dari dandy roll PM sporadis ** 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
dirty PM noda / kotoran pada kertas kronis *** 3 3 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3
dirty dyes noda / kotoran bekas dyestuff sporadis * 3 0 0 3 3 0 0 0 0 0 0 0
dryer marks defect dari dryer PM sporadis * 0 0 0 0 0 0 0 3 0 3 0 0
dryline marks defect pada formasi kertas berbentuk garis air sporadis * 0 0 1 1 3 3 0 0 0 0 0 0
dusting kertas berdebu sporadis * 0 0 0 0 0 0 0 3 0 3 0 0
flocks menggumpal pada formasi kertas sporadis * 0 0 3 0 3 3 0 0 0 0 0 0
holes kertas berlubang kronis *** 3 1 0 0 0 0 3 3 3 3 3 0
mottling kertas burik sporadis ** 0 0 3 0 3 3 0 0 0 0 0 0
41
Lampiran 3b. Area terjadinya paper defect distock preparation dan paper machine
42
Lampiran 4. Macam-macam defect
43
Lampiran 5. Tabel konversi nilai sigma ke ppm defect rate
44
Lampiran 6 a. Data holes paper selama produksi (Januari – Maret)
Bulan Januari
Defect (Kg)
Hari ke Total (ton) Total Produksi (ton) % defect
PM 1 PM 2 PM 3
1 0 0 500 0,5 368,582 0,136
2 0 0 300 0,3 354,856 0,085
3 0 200 0 0,2 416,205 0,048
4 0 0 0 0 358,604 0,000
5 0 0 127 0,127 321,843 0,039
6 100 100 400 0,6 308,630 0,194
7 0 0 100 0,1 345,309 0,029
8 0 200 300 0,5 375,570 0,133
9 0 0 0 0 339,371 0,000
10 0 0 0 0 285,434 0,000
11 0 0 100 0,1 372,932 0,027
12 0 0 500 0,5 353,895 0,141
13 200 0 0 0,2 334,540 0,060
14 0 0 300 0,3 318,863 0,094
15 0 0 0 0 357,216 0,000
16 0 250 300 0,55 304,809 0,180
17 0 0 0 0 336,072 0,000
18 0 0 0 0 366,357 0,000
19 0 0 0 0 385,575 0,000
20 0 0 600 0,6 360,632 0,166
21 0 0 500 0,5 321,936 0,155
22 0 200 0 0,2 390,385 0,051
23 0 0 300 0,3 386,749 0,078
24 0 0 100 0,1 362,124 0,028
25 0 300 0 0,3 342,769 0,088
26 0 200 0 0,2 266,540 0,075
27 0 0 200 0,2 361,987 0,055
28 0 100 800 0,9 356,547 0,25242099
29 0 100 100 0,2 372,348 0,05371314
30 0 100 100 0,2 354,444 0,05642645
31 0 400 600 1 311,701 0,32082076
45
Lampiran 6 b. Data holes paper selama produksi (Januari – Maret)
Bulan Februari
Defect (Kg)
Hari ke Total (ton) Total Produksi (ton) % defect
PM 1 PM 2 PM 3
1 0 0 100 0,1 243,73325 0,041028
2
3
4
5 STOP
6
7
8
9 stop 0 stop 0 42,55 0
10 stop 0 stop 0 94,736623 0
11 stop 300 600 0,9 152,68503 0,589449
12 stop 0 0 0 179,85684 0
13 stop 0 400 0,4 234,62204 0,170487
14 stop 0 0 0 236,85749 0
15 stop 0 200 0,2 198,71107 0,100649
16 stop 0 200 0,2 241,85401 0,082695
17 stop 0 500 0,5 244,57918 0,204433
18 0 0 0 0 284,18661 0
19 900 0 100 1 319,45303 0,313035
20 100 0 0 0,1 305,92059 0,032688
21 300 0 0 0,3 319,03572 0,094033
22 0 0 100 0,1 386,40686 0,025879
23 0 0 0 0 242,2115 0
24 0 0 0 0 321,41548 0
25 400 400 0 0,8 309,24738 0,258693
26 100 300 0 0,4 344,71059 0,116039
27 400 0 400 0,4 347,24826 0,115191
28 200 0 300 0,5 326,25497 0,153254
29 200 200 0 0,4 346,77884 0,115347
46
Lampiran 6 c. Data holes paper selama produksi (Januari – Maret)
Bulan Maret
Defect (Kg)
Hari ke Total (ton) Total Produksi (ton) % defect
PM 1 PM 2 PM 3
1 0 0 0 0 336,093 0,000
2 100 200 0 0,3 352,062 0,085
3 0 100 100 0,2 325,585 0,061
4 100 100 0 0,2 339,333 0,059
5 200 0 0 0,2 355,760 0,056
6 0 0 0 0 353,029 0,000
7 0 0 0 0 303,558 0,000
8 0 0 100 0,1 401,311 0,025
9 0 0 300 0,3 364,130 0,082
10 300 200 0 0,5 323,426 0,155
11 0 200 0 0,5 314,904 0,159
12 0 0 100 0,1 371,808 0,027
13 0 0 0 0 416,736 0,000
14 100 0 0 0,1 330,964 0,030
15 0 0 0 0 289,848 0,000
16 800 0 100 0,9 313,436 0,287
17 300 0 0 0,3 333,567 0,090
18 300 100 0 0,4 324,734 0,123
19 0 0 300 0,3 361,784 0,083
20 0 0 1300 1,3 301,904 0,431
21 Stop stop stop
22 Stop stop stop
23 300 0 0 0,3 365,206 0,082
24 0 0 0 0 357,022 0,000
25 0 0 100 0,1 368,275 0,027
26 0 500 100 0,6 312,962 0,192
27 200 0 0 0,2 402,274 0,050
47
Lampiran 7 a. Data dirty paper selama produksi (Januari – Maret)
Bulan Januari
Defect (Kg)
Hari ke Total (ton) Total Produksi (ton) % defect
PM 1 PM 2 PM 3
1 0 0 0 0 368,582 0
2 0 0 0 0 354,856 0
3 0 0 0 0 416,205 0
4 0 0 0 0 358,604 0
5 300 0 0 0,3 321,843 0,093213
6 0 0 0 0 308,630 0
7 0 400 500 0,9 345,309 0,260636
8 0 0 0 0 375,570 0
9 0 0 0 0 339,371 0
10 0 200 0 0,2 285,434 0,070069
11 0 0 0 0 372,932 0
12 0 0 0 0 353,895 0
13 0 0 0 0 334,540 0
14 0 0 0 0 318,863 0
15 0 0 0 0 357,216 0
16 0 250 0 0,25 304,809 0,082019
17 0 0 0 0 336,072 0
18 0 0 100 0,1 366,357 0,027296
19 0 0 0 0 385,575 0
20 0 100 0 0,1 360,632 0,027729
21 200 0 0 0,2 321,93566 0,062124
22 200 100 0 0,3 390,38502 0,076847
23 0 0 0 0 386,74922 0
24 0 0 0 0 362,12391 0
25 100 0 0 0,1 342,76949 0,029174
26 0 0 0 0 266,5401 0
27 0 0 0 0 361,98706 0
28 0 0 0 0 356,54721 0
29 0 0 0 0 372,34835 0
30 0 100 0 0,1 354,4437 0,028213
31 0 0 0 0 311,70053 0
48
Lampiran 7 b. Data dirty paper selama produksi (Januari – Maret)
Bulan Februari
Defect (Kg)
Hari ke Total (ton) Total Produksi (ton) % defect
PM 1 PM 2 PM 3
1 0 0 0 0 243,73325 0
2
3
4
5 STOP
6
7
8
9 stop 0 stop 0 42,55 0
10 stop 0 stop 0 94,736623 0
11 stop 0 0 0 152,68503 0
12 stop 100 0 0,1 179,85684 0,0556
13 stop 0 0 0 234,62204 0
14 stop 0 0 0 236,85749 0
15 stop 0 0 0 198,71107 0
16 stop 0 0 0 241,85401 0
17 stop 0 0 0 244,57918 0
18 0 0 200 0,2 284,18661 0,070376
19 0 0 0 0 319,45303 0
20 0 100 0 0,1 305,92059 0,032688
21 0 0 0 0 319,03572 0
22 0 0 0 0 386,40686 0
23 0 0 0 0 242,2115 0
24 300 0 0 0,3 321,41548 0,093337
25 0 0 0 0 309,24738 0
26 0 0 0 0 344,71059 0
27 0 0 400 0,4 347,24826 0,115191
28 0 0 0 0 326,25497 0
29 0 0 0 0 346,77884 0
49
Lampiran 7 c. Data dirty paper selama produksi (Januari – Maret)
Bulan Maret
Defect (Kg)
Hari ke Total (ton) Total Produksi (ton) % defect
PM 1 PM 2 PM 3
1 0 500 0 0,5 336,093 0,149
2 0 0 0 0 352,062 0,000
3 0 0 0 0 325,585 0,000
4 0 0 0 0 339,333 0,000
5 100 0 0 0,1 355,760 0,028
6 0 100 0 0,1 353,029 0,028
7 0 0 0 0 303,558 0,000
8 0 0 0 0 401,311 0,000
9 0 0 0 0 364,130 0,000
10 0 0 0 0 323,426 0,000
11 0 0 0 0 314,904 0,000
12 0 0 0 0 371,808 0,000
13 0 0 0 0 416,736 0,000
14 0 0 0 0 330,964 0,000
15 0 0 0 0 289,848 0,000
16 0 0 0 0 313,436 0,000
17 0 200 0 0,2 333,567 0,060
18 0 100 0 0,1 324,734 0,031
19 0 100 0 0,1 361,784 0,028
20 0 100 0 0,1 301,904 0,033
21 Stop stop stop
22 Stop stop stop
23 0 0 0 0 365,206 0,000
24 0 0 0 0 357,022 0,000
25 0 0 0 0 368,275 0,000
26 0 0 0 0 312,962 0,000
27 0 0 300 0,3 402,274 0,075
50
Lampiran 8. Tabel distribusi normal
Zα .00 .01 .02 .03 .04 .05 .06 .07 .08 .09
1.5 .0668 .0655 .0643 .0630 .0618 .0606 0594 .0582 .0571 .0559
1.6 .0548 .0537 .0526 .0516 .0505 .0495 .0485 .0475 .0465 .0455
1.7 .0446 .0436 .0427 .0418 .0409 .0401 .0392 .0384 .0375 .0367
1.8 .0359 .0351 .0344 .0336 .0329 .0322 .0314 .0307 .0301 .0294
1.9 .0287 .0281 .0274 .0268 .0262 .0256 .0250 .0244 .0239 .0233
2.0 .0228 .0222 .0217 .0212 .0207 .0202 .0197 .0192 .0188 .0183
2.1 .0179 .0174 .0170 .0166 .0162 .0158 .0154 .0150 .0146 .0143
2.2 .0139 .0136 .0132 .0129 .0125 .0122 .0119 .0116 .0113 .0110
2.3 .0107 .0104 .0102 .00990 .00964 .00939 .00914 .00889 .00866 .00842
2.4 .00820 .00798 .00776 .00755 .00734 .00714 .00695 .00676 .00657 .00639
2.5 .00621 .00604 .00587 .00570 .00554 .00539 .00523 .00508 .00494 .00480
2.6 .00466 .00453 .00440 .00427 .00415 .00402 .00391 .00379 .00368 .00357
2.7 .00347 .00336 .00326 .00317 .00307 .00298 .00289 .00280 .00272 .00264
2.8 .00256 .00248 .00240 .00233 .00226 .00219 .00212 .00205 .00199 .00193
2.9 .00187 .00181 .00175 .00169 .00164 .00159 .00154 .00149 .00144 .00139
3 .00135 .03988 .03687 .03483 .03337 .03233 .03159 .03108 .04723 .04481
4 .04317 .04207 .04133 .05854 .05541 .05340 .05211 .05130 .06793 .06479
5 .06287 .06170 .07996 .07579 .07333 .07190 .07107 .08599 .08332 .08182
6 .09987 .09530 .09282 .09149 .010777 .010402 .010206 .010104 .011523 .011260
51
52