Anda di halaman 1dari 11

Indonesia Chimica Acta, ,

Vol.7. No. 2, Desember 2015

Nasir, dkk.

ISSN 2085-014X

DESILIKASI KARBON AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI ADSORBEN Hg PADA


LIMBAH PENGOLAHAN EMAS DI KABUPATEN BURU
PROPINSI MALUKU
Nasir La Hasan1, Muhammad Zakir2, Prastawa Budi2
1

Graduate Student of Chemistry, University of Hasanuddin


Department of Chemistry, Faculty of Sciences Hasanuddin University

Abstrak. Penelitian tentang desilikasi karbon aktif sekam padi sebagai adsorben Hg pada
limbah pengolahan emas di Kabupaten Buru Propinsi Maluku telah dilakukan. Penelitian
ini bertujuan untuk menentukan karakteristik karbon aktif sekam padi yang didesilikasi
dan tanpa desilikasi; menentukan pengaruh variasi waktu kontak dan konsentrasi terhadap
adsorpsi ion logam Hg; menentukan kapasitas adsorpsi karbon aktif sekam padi terhadap
ion logam Hg; serta menentukan parameter kinetika (orde reaksi dan nilai k) adsorpsi ion
logam Hg oleh karbon aktif sekam padi yang didesilikasi dan tanpa desilikasi. Metode
analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah X-ray fluorescence (XRF),
Spektrofotometer Infra Merah (FTIR), Scanning Electron Microscopy (SEM),
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), persamaan analisis kinetika reaksi orde satu semu
dan orde dua semu dan persamaan analisis Langmuir dan Freundlich. Hasil penelitian
menunjukan bahwa karakteristik karbon aktif yang dihasilkan berupa kadar air, kadar abu,
zat yang mudah menguap serta daya serap larutan iodin sesuai dengan Standar Industri
Indonesia No.0258-79. Dalam proses desilikasi karbon sekam padi, konsentrasi tertinggi
diperoleh pada NaOH 10M dengan presentasi penurunan silika sebesar 68,24%. Kajian
pengaruh waktu kontak dan konsentrasi menunjukan bahwa adsorpsi terjadi secara fisika.
Adsorpsi logam Hg oleh karbon aktif sekam padi dan karbon aktif sekam padi yang
didesilikasi sesuai dengan model isoterm adsorpsi Freundlich dengan kapasitas adsorpsi
masing-masing adalah 16,8035 mg/g dan 14,4045 mg/g. Kinetika reaksi logam Hg sesuai
dengan orde kedua semu dengan nilai k masing-masing untuk interaksi dengan karbon
aktif sekam padi dan karbon aktif sekam padi yang didesilikasi adalah 0,0685, 0,0237
g.mg-1.menit-1.
Kata kunci: desilikasi, karbon aktif, adsorpsi, logam Hg.

Abstract. Research on desilikasi rice husk activated carbon as Hg adsorbent in gold


processing waste in Buru Maluku has been done. This study aims to: (1) determine the
characteristics of active carbon rice husk processed with desilication and without
desilication; (2) determine the effect of the variation of contact time and concentration on
Hg metal ion adsorption; (3) determine the adsorption capacity of active carbon rice husk
against Hg metal ions; and (4) determine the kinetic parameters (reaction order and k
value) of Hg metal ion adsorption by active carbon rice husk processed with desilication
and without desilication. The results indicate that the produced active carbon has moisture
and ash. It can be regarded as a volatile substance, and the absorption of iodine solution is
in accordance with the Standard Industrial Indonesia No. 0258-79. In the process of rice
husk carbon desilication, the highest concentration was obtained in NaOH 10M with a
silica reduction percentage of 68.24%. The analysis of the influence of contact time and
concentration shows that the adsorption happens as a physic reaction. Hg adsorption by the
rice husk active carbon and rice husk active carbon with desilication is in accordance with
the adsorption isotherm model of Freundlich, with adsorption capacity of 16.8035 mg/g,
and 14.4045 mg/g respectively. Reaction kinetics of Hg is in accordance with the pseudo
second order. The k values of interaction with rice husk active carbon and rice husk active
carbon with desilication are 0.0685, and 0.0237 g.mg-1.menit-1 respectively.
Keywords: desilication, active carbon, adsorption, Hg
1

Alamat korespondensi: achil321@yahoo.co.id


1

Indonesia Chimica Acta, ,


Vol.7. No. 2, Desember 2015

Nasir, dkk.

ISSN 2085-014X

(Widayanti, 2012). Metode adsorpsi


umumnya berdasarkan interaksi ion
logam dengan gugus fungsional yang ada
pada permukaan adsorben melalui
interaksi gaya van der waal, ikatan
hidrogen,
pertukaran
ion
atau
pembentukan kompleks dan biasanya
terjadi pada permukaan padatan yang
kaya gugus fungsional (Yusuf, 2013).
Bahan baku alami yang murah dan
berlimpah seperti limbah pertanian yang
dikenal sebagai biosorben telah banyak
diteliti untuk menghilangkan polutan dari
perairan. Penelitian ini termasuk gambut,
kulit kayu pinus, kulit pisang, dedak padi,
kedelai dan biji kapas, kulit kacang,
cangkang kemiri, sekam padi, serbuk
gergaji, serat wol, kulit jeruk, umbi
kunyit, tempurung kelapa, cangkang
kakao (Milenkovic, 2009). Sebuah
kelemahan dari biosorben adalah
kapasitasnya relatif rendah. Kapasitas
adsorpsi dapat ditingkatkan dengan cara
desilikasi sebelum di aktivasi. Proses
desilikasi
dilakukan
dengan
cara
mengekstraksi silika pada karbon
sebelum proses aktivasi, hal ini dilakukan
untuk memperluas permukaan karbon
aktif, memperbaiki sifat permukaan dari
suatu bahan serta mengetahui kualitas
karbon aktif yang dihasilkan (Wei X.,
dkk, 2011)
Karbon aktif yang dihasilkan dari
proses desilikasi dan tanpa desilikasi
digunakan untuk mengadsorpsi ion logam
merkuri untuk meminimalisir terjadinya
pencemaran
lingkungan.
Tujuan
khususnya
yaitu
menentukan
karakteristik karbon aktif, menentukan
pengaruh variasi waktu kontak dan
konsentrasi,
menentukan
kapasitas
adsorpsi serta menentukan parameter
kinetika adsorpsi ion logam Hg oleh
karbon aktif sekam padi yang didesilikasi
dan tanpa desilikasi pada limbah
pengolahan emas di Kabupaten Buru
Propinsi Maluku.

PENDAHULUAN
Pencemaran lingkungan oleh logam
berat di indonesia dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Merkuri merupakan
salah satu logam berat yang paling
berbahaya dan berada di lingkungan
dalam
berbagai
bentuk.
Sumber
pencemaran merkuri dapat berasal dari
proses geologi dan biologi, tapi tidak
sebanding dengan pencemaran merkuri
yang disebabkan oleh aktifitas manusia
seperti proses penambangan (Widowati,
2008).
Kabupaten Buru Propinsi Maluku
telah menjadi areal tambang emas
tradisional terbesar di Maluku sejak akhir
tahun 2011. Proses penambangan dilakukan
secara amalgamasi menggunakan bahan
kimia yaitu merkuri (Hg). Kegiatan tersebut
membutuhkan aliran
air
untuk
memisahkan material emas dan amalgam

(campuran merkuri dan emas) yang


dialirkan
ke
kolam penampungan
limbah (tailling) (Kitong, 2012)
Berbagai
metode
telah
dikembangkan sebagai upaya untuk
mengurangi atau menghilangkan logam
berat (merkuri) yang melampaui ambang
batas, diantaranya mentreatment tanah
atau air yang tercemar secara fisik atau
kimiawi (Raharjo, 2012), remediasi
secara biologis atau fitoremediasi
menggunakan tumbuhan yang mampu
menyerap
ion
logam
merkuri
(Rohmawati, 2008) serta isolasi dan
identifikasi bakteri resisten merukuri
yang
dapat
digunakan
untuk
mendetoksifikasi
limbah
merkuri
(Nofiani 2004. Fatimawali, 2011).
Metode adsorpsi merupakan salah
satu cara untuk mengurangi pencemaran
oleh logam merkuri dari proses
penambangan emas secara tradisional
dimana limbah ditritmen sebelum
dibuang ke perairan. Teknik ini lebih
menguntungkan daripada teknik yang
lain dilihat dari segi biaya yang tidak
begitu besar serta tidak adanya efek
samping zat beracun serta mampu
menghilangkan bahan-bahan organik
2

Indonesia Chimica Acta, ,


Vol.7. No. 2, Desember 2015

Nasir, dkk.

ISSN 2085-014X

24 jam, kemudian dicuci sampai netral


(pH=7), disaring dengan kertas wathman
42 dan dipanaskan pada suhu 400C
selama 1 jam.

BAHAN DAN METODE


Bahan penelitian
Bahan-bahan yang akan digunakan
pada penelitian ini adalah sekam padi
dari Kabupaten Buru Propinsi Maluku,
limbah
pengolahan
emas
secara
amalgamasi, larutan aktivator ZnCl2,
Aquades, aquabides, NaOH, HCl, HNO3,
Larutan Standar Hg(NO3)2.H2O.

4.

Karakterisasi Karbon Aktif


XRF digunakan untuk mengetahui
presentasi kandungan silika pada karbon
baik sebelum dan sesudah diekstrasi,
FTIR digunakan untuk mengetahui gugus
fungsi baik sebelum dan sesudah
desilikasi maupun sebelum dan sesudah
diinteraksikan dengan logam Hg, AAS
digunakan untuk mengetahui jumlah
konsentrasi ion logam Hg yang
teradsorpsi dan SEM digunakan untuk
mengetahui bentuk permukaan dari
karbon
aktif baik sebelum maupun
sesudah diinteraksikan dengan logam Hg.

Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain; tanur, oven,
kerta saring whatmant, termometer,
pengaduk magnetik, cawan porselin, labu
semprot plastik, lumpung, pompa vakum,
desikator, seperangkat alat gelas, kertas
pH, ayakan ukuran 100 mesh, neraca
analitik, X-ray Fluorescence (XRF),
Spektrofotometer
UV-Vis,
Atomic
Absorption Spectrofotometer (AAS),
Fourier Transform Infrared Spectroscopy
(FTIR)
dan
Scanning
Electron
Microscopy (SEM).

5.

Pengujian Kualitas Karbon Aktif

Pengujian kualitas karbon aktif


dilakukan sesuai standar industri
indonesia
No.
0258-79
dengan
menggunakan empat parameter yaitu:

Prosedur Penelitian

Kadar air
1 gram karbon aktif ditimbang dan
dimasukkan ke dalam cawan porselin,
dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC
selama 4 jam. Kemudian didinginkan
dalam eksikator dan ditimbang (sampai
berat tetap). Pengulangan 3 kali
dilakukan.

1.

Pembuatan Karbon aktif


Sekam padi dicuci dengan air sampai
bersih dan dibilas dengan aquades,
kemudian dijemur sampai kering dan
dikarbonisasi dalam furnace dengan suhu
4000C selama 2 jam. Karbon yang
dihasilkan selanjutnya digerus sampai
halus dan diayak dengan ayakan 100
mesh.

Kadar abu
1 gram karbon aktif diabukan
dalam tanur pada suhu 750oC selama 6
jam. Kemudian didinginkan dalam
eksikator dan ditimbang. Pengulangan 3
kali dilakukan.

2.

Proses Desilikasi
Karbon yang diperoleh diekstraksi
silikanya dengan larutan NaOH 2,5M,
5M dan 10M dengan perbandingan 1:5
selama 1 jam pada suhu 95oC, kemudian
disaring, diambil endapannya dan
dikeringkan pada suhu 1050C selama 1
jam.

Zat yang mudah menguap


1 gram karbon aktif dimasukkan
dalam krus dan ditutup. Kemudian
dipanaskan pada suhu 950oC dalam tanur
selama 10 menit. Setelah suhu dicapai,
krus dan isinya dibiarkan dingin dalam
tanur (tidak berhubungan dengan udara
luar). Setelah dingin dimasukkan dalam

3.

Aktivasi Karbon
Karbon dan karbon hasil ekstraksi
silika dengan variasi konsentrasi di
rendam dalam larutan ZnCl2 10% selama
3

Indonesia Chimica Acta, ,


Vol.7. No. 2, Desember 2015

Nasir, dkk.

ISSN 2085-014X

eksikator dan ditimbang. Pengulangan 3


kali dilakukan.

Mr = massa molekul relatif metilen biru


(320,5 g/mol)

Daya serap terhadap larutan I2


1 gram karbon aktif dimasukkan ke
dalam
erlenmeyer,
selanjutnya
ditambahkan 25 ml larutan iodin 0,1 N,
kemudian dikocok selama 15 menit pada
suhu kamar dan selanjutnya disaring.
Filtrat sebanyak 10 mL dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
sehingga berwarna kuning muda lalu
diberikan beberapa tetes amilum 1% dan
titrasi dilanjutkan sampai warna biru
tepat hilang. Untuk perbandingan
digunakan larutan blanko dengan cara
yang sama. Pengulangan 3 kali
dilakukan.

7.

6.

Penentuan
Kondisi
Adsorpsi Ion Hg

Optimum

Waktu Kontak
Sebanyak masing-masing 1 g karbon
aktif diinteraksikan dengan 50 mL
larutan Hg(NO3)2.H2O 100 ppm. Setelah
itu dilakukan pengadukan selama 5, 10,
20, 40, 60, 80, 100, 120 menit. Larutan
yang
diperoleh
disaring
untuk
memisahkan filtrat dan endapan. Fitrat
yang diperoleh diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer serapan
atom metode VGA.
Konsentrasi
Sebanyak masing-masing 1 g karbon
aktif sekam padi, karbon aktif sekam padi
diinteraksikan dengan 50 mL larutan
Hg(NO3)2.H2O dengan konsentrasi 25,
50, 75, 100, 125, 150 mg/L. setelah itu
dilakukan pengadukan selama waktu
optimum. Larutan yang diperoleh
disaring untuk memisahkan filtrat dan
endapan. Fitrat yang diperoleh diukur
absorbansinya
menggunakan
AAS
metode VGA.

Penentuan
Luas
Permukaan
dengan Metode Metilen Biru

Langkah (i) ditentukan panjang


gelombang maksimum metilen biru,
absorbansi
diukur
pada
panjang
gelombang 660-669 nm. (ii) dibuat kurva
standar berdasarkan absorbansi dari deret
larutan standar yang ditentukan pada
panjang gelombang maksimum. (iii)
dilakukan pengukuran pada sampel
karbon aktif sekam padi dengan variasi
konsentrasi NaOH 0M, 2.5M, 5M dan
10M dengan cara; 50 ml larutan metilen
biru 300 ppm dimasukan ke dalam
erlenmeyer 100 ml, ditambahkan 1 gram
karbon aktif, ditutup dengan aluminium
foil dan diaduk dengan magnetik stirer
selama 30 menit, kemudian disaring dan
filtrat
yang
diperoleh
diukur
absorbansinya
dengan
UV-Vis.
Pengukuran luas permukaan spesifik
karbon sekam padi digunakan rumus:
. .
=

keterangan:
s = luas permukaan adsorben (m2/g)
N = bilangan avogadro (6,022.1023
mol-1)
Xm = berat adsorben teradsorpsi (mg/g)
a = luas penutupan oleh 1 molekul
metilen biru (197.10-20 m2)

8.

Uji Perlakukan ke Sampel Limbah


Pengolahan Emas

Sebanyak masing-masing 1 g karbon


aktif diinteraksikan dengan 50 mL
larutan sampel, setelah itu dilakukan
pengadukan selama waktu optimum.
Larutan yang diperoleh disaring untuk
memisahkan filtrat dan endapan. Fitrat
yang diperoleh diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer serapan
atom metode VGA.
9.

Analisis Data Pengukuran

Data penelitian yang diperoleh


dilakukan kajian kinetika dan isotermal
adsorpsi serta dihitung nilai energi bebas
Gibbs-nya.

Indonesia Chimica Acta, ,


Vol.7. No. 2, Desember 2015

Nasir, dkk.

ISSN 2085-014X

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Karakterisasi Karbon Aktif

1. Desilikasi Karbon
Desilikasi dimaksudkan untuk
mengeluarkan kandungan silika yang
terdapat pada karbon. Proses ini
dilakukan dengan cara mengekstraksi
silika dengan natrium hidroksida dengan
memvariasikan konsentrasi NaOH 2,5M,
5M dan 10M. Karbon yang diperoleh
setelah ekstraksi dikarakterisasi dengan
XRF dan FTIR. Hasil yang diperoleh
adalah
Tabel 1. Pengukuran silika pada karbon
sekam padi

Tabe l2. Data uji kualitas karbon aktif


sesuai SII No.0258-79

No

Perlakuan

Ekstraksi
NaOH 0M
Ekstraksi
NaOH 2,5M
Ekstraksi
NaOH 5M
Ekstraksi
NaOH 10M

1
2
3
4

Kandungan
Silika (m/m
%)

% Penurunan
kandungan
silika

95,69

84,90

11,28

34,97

63,45

30,39

68,24

No

Jenis Uji

Syarat

CASP

CASP.E

1
2

Kadar air
Kadar abu

<10%
<25%

5,33
22,66

4,66
19,67

<15%

13,97

12,51

>20%

20,73

21,65

3
4

Zat yang
mudah hilang
(9500C)
Daya serap
Iodin

Hasil uji kualitas karbon aktif


sekam padi dan karbon aktif sekam padi
yang didesilikasi berupa kadar air, kadar
abu, zat yang mudah menguap pada
pemanasan 9500C serta daya serap
terhadap larutan iodin menunjukan
bahwa karbon aktif yang dihasilkan
memenuhi syarat kualitas sesuai SII
No.0258-79.
Penentuan kadar air dimaksudkan
untuk mengetahui sifat higroskopis dari
karbon aktif. Terikatnya molekul air pada
karbon aktif mengakibatkan penurununan
kemampuan adsorpsi (Yusuf, 2013).
Rendahnya kadar air ini menunjukan
bahwa kandungan air bebas dan air
terikat yang terdapat pada bahan telah
menguap selama proses karbonisasi.
Pengukuran kadar abu pada karbon
aktif sekam padi dan tempurung kelapa
bertujuan untuk mengetahui persentase
kandungan mineral. Makin tinggi
kandungan mineral, maka makin tinggi
kadar abu (Zakir dkk, 2012). Selain itu,
abu dapat mengganggu proses adsorpsi
karena kandungan abu yang berlebihan
dapat
menyebabkan
terjadinya
penyumbatan pori-pori karbon aktif
sehingga
menurunkan
kemampuan
adsorpsi (Masitoh, 2013)
Daya serap terhadap larutan iodin
ditentukan dengan tujuan mengetahui
kemampuan adsorpsi yang dihasilkan
terhadap larutan berbau. Semakin tinggi
daya serap iodin maka semakin baik
kualitas karbon aktif (Suhendarwati,
2014)

Data tersebut menunjukan bahwa


semakin tinggi konsentrasi NaOH maka
silika yang terekstraksi semakin besar.
Hal ini didungkung dengan data FTIR
pada Gambar 1 yang memperlihatkan
serapan gugus silika pada bilangan
gelombang
1100-750
cm-1
yang
mengalami penurunan yang signifikan
pada intensitas serapan.

d
c
b
a

Gambar 1. Perbandingan Spektrum FTIR dari (a)


karbon sekam padi tanpa ekstraksi, (b)
ekstraksi NaOH 2,5 M, (c) ekstraksi
NaOH 5 M dan (d) ekstraksi NaOH 10
M

Indonesia Chimica Acta, ,


Vol.7. No. 2, Desember 2015

Nasir, dkk.

pembentukan kompleks dan biasanya


terjadi pada permukaan padatan yang
kaya gugus fungsional.

3. Penentuan Luas Permukan dengan


Metode Metilen Biru
Penentuan daya serap metilen biru
dapat digunakan untuk mengetahui luas
permukaan
(Diantariani,
2010).
Banyaknya molekul metilen biru yang
dapat diadsorpsi sebanding dengan luas
permukaan biosorben (Widihati, 2010).
Luas
permukaan
menunjukan
kemampuan
karbon
aktif
dalam
mengadsorpsi. Luas permukaan karbon
aktif yang semakin besar mampu
mengadsorpsi larutan metilen biru
semakin banyak, hal ini diakibatkan
karena semakin besarnya bidang kontak
yang menyerap adsorbat.

Gambar 2. Data FTIR CASP sebelum dan sesudah


adsorpsi logam Hg(II)

Tabel 4. Perbandingan spektra infra merah


CASP
Frekwensi (cm-1)
CASP
CASP - Hg
3444,87
3442,94
2926,01
2926,01
2306,86
2360,87
1645,28
1618,28
1099,43
1095,57
800,46
798,53

Tabel 3. Luas permukaan spesifik karbon


aktif
No
1
2

Sampel
CASP
CASP.E

MB
teradsorpsi
(mg/g)
0,01496
0,00456

ISSN 2085-014X

Luas
permukaan
adsorben
(m2/g)
55,3953
16,8719

Gugus
fungsi
-OH
-CH
-CN
-C=C
-Si-O
-Si-C

Hasil tersebut menunjukan bahwa


karbon aktif sekam padi memiliki daya
serap terhadap larutan metilen biru yang
jauh lebih besar. Daya serap metilen biru
yang tinggi oleh karbon aktif sekam padi
diprediksi oleh adanya peran gugus
silanol (Alzaydien, 2009)

Gambar 3. Data FTIR CASP-E sebelum dan


sesudah adsorpsi logam Hg(II)

4. Karakterisasi Karbon Aktif

Tabel 5. Perbandingan spektra infra merah


CASP-E
Frekwensi (cm-1)
CASP.E
CASP.E-Hg
3442,94
3419,79
2376,30
2362,80
1541,12
1612,49
1394,53
1382,96
1184,29
1263,37
1018,41
1051,20
750,31
754,17

Karakterisasi dengan FTIR


Karbon aktif setelah kontak dengan
ion Hg2+, daerah serapan pada masingmasing
gugus
fungsi
mengalami
pergeseran dengan perbedaan intensitas
serapan. Pergeseran pita serapan yang
tidak terlalu besar diprediksi bahwa
proses interaksi yang terjadi secara fisika
yang disebabkan oleh adanya gaya van
der waals maupun ikatan hidrogen. Hal
ini sesuai dengan apa yang disampaikan
oleh Yusuf (2013) bahwa interaksi ion
logam dengan gugus fungsional yang ada
pada permukaan adsorben dapat terjadi
melalui interaksi gaya van der waal,
ikatan hidrogen, pertukaran ion atau

Gugus
fungsi
-OH
-CN
-C=C
-C-H
-OH
-C-O
-C-C

Karakterisasi dengan SEM


SEM merupakan salah satu metode
surface analysis untuk mengetahui bentuk
permukaan dari suatu bahan. Bentuk
permukaan merupakan salah satu faktor
yang berperan didalam kemampuan suatu
adsorben untuk mengadsorpsi adsorbat.
Hasil karakterisasi menggunakan SEM
6

Indonesia Chimica Acta, ,


Vol.7. No. 2, Desember 2015

Nasir, dkk.

ISSN 2085-014X

memperlihatkan
bahwa
struktur
permukaan karbon aktif sebelum adsorpsi
dan setelah adsorpsi logam Hg yang
diperoleh berbeda satu sama lain.

Gambar 7. CASP.E setelah interaksi Hg


CASP.E memiliki ukuran pori yang
lebih besar dari CASP. Besarnya ukuran
pori ini karena terekstraknya silika. Hal
ini sesuai dengan apa yang disampaikan
Wei
X.,
(2011)
bahwa
proses
penghilangan silika dapat memperbaiki
sifat permukaan dari suatu bahan serta
meningkatkan kualitas karbon aktif yang
dihasilkan. Pori-pori yang terdapat pada
karbon aktif dapat meningkatkan
kemampuan
karbon
aktif
untuk
mengadsorpsi adsorbat karena pori
tersebut
merupakan
celah
yang
memperluas permukaan karbon aktif.
Oleh karena itu diprediksi bahwa terjadi
penyerapan logam Hg pada permukaan
yang berlapis maupun pori dari karbon
aktif baik yang didesilikasi maupun yang
tidak didesilikasi.

Gambar 4. CASP sebelum interaksi Hg

Gambar 5. CASP setelah interaksi Hg

5. Kondisi Optimum Adsorpsi


Waktu kontak
Salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi adsorpsi adalah waktu
interaksi adsorben dengan adsorbat.
Gambar 8 terlihat dengan meningkatnya
waktu maka logam Hg yang teradsorpsi
juga semakin meningkat. Adsorpsi
optimum karbon aktif sekam padi terjadi
pada waktu 100 menit dengan jumlah
logam Hg yang teradsorpsi sebesar 2,525
mg/g serta karbon aktif sekam padi yang
didesilikasi terjadi pada waktu 80 menit
dengan jumlah logam Hg yang diadsorpsi

Gambar 6. CASP.E sebelum interaksi Hg

Indonesia Chimica Acta, ,


Vol.7. No. 2, Desember 2015

Nasir, dkk.

sebesar 2,25 mg/g. Karbon aktif sekam


padi memiliki kemampuan adsorpsi yang
besar bila dibandingkan dengan karbon
aktif sekam padi yang didesilikasi dan
karbon aktif tempurung kelapa. Hal ini
diprediksi peran silika dalam proses
adsorpsi melalui interaksi ion logam Hg
dengan gugus siloksan maupun silanol.
selain peran silika, luas permukaan serta
bentuk permukaan memberikan pengaruh
terhadap daya adsorpsi karbon aktif.
Hasil analisis permukaan dengan metode
metilen biru menunjukan bahwa karbon
aktif sekam padi memiliki luas
permukaan yang besar, hal ini berkorelasi
dengan kemampuannya dalam menyerap
ion logam Hg. Data hasil citra SEM
menunjukan susunan yang berlapis
dengan pori-pori yang terdistribusi secara
heterogen memungkinkan kemampuan
karbon aktif sekam padi dalam menjerap
logam Hg.

ISSN 2085-014X

masing karbon aktif. Jumlah logam Hg


yang
diadsorpsi
sebagai
fungsi
konsentrasi ditentukan untuk menghitung
kapasitas adsorpsi. Menurut teori
adsorpsi Langmuir, pada permukaan
adsorben terdapat sejumlah tertentu situssitus aktif yang sebanding dengan luas
permukaan. Selama situs-situs aktif
adsorben belum jenuh oleh adsorbat,
maka penambahan konsentrasi adsorbat
yang diinteraksikan akan meningkatkan
secara linier jumlah adsorbat yang
teradsorpsi. Apabila situs-situs aktif
adsorben telah jenuh, maka penambahan
konsentrasi selanjutnya tidak akan
meningkatkan jumlah adsorbat yang
teradsorpsi (Oscik, 1982).

Gambar 9. Hubungan konsentrasi dengan


logam Hg yang teradsorpsi

6. Interaksi Karbon Aktif


Limbah Pengolahan Emas

dengan

Limbah pengolahan emas di


Kabupaten Buru Propinsi Maluku dengan
konsentrasi 2,485 ppm yang telah
dianalisis diinteraksikan dengan karbon
aktif sekam padi dan karbon aktif sekam
padi yang didesilikasi. Hasil yang
diperoleh pada Gambar 10.

Gambar 8. Hubungan waktu kontak dengan


logam Hg yang teradsorpsi

Konsentrasi
Daya serap karbon aktif sekam padi
dan karbon aktif sekam padi yang
didesilikasi pada berbagai variasi
konsentrasi menunjukan peningkatan.
Jumlah peningkatan Hg yang teradsorpsi
berbanding lurus dengan konsentrasi
dimana konsentrasi Hg yang tinggi akan
menyebabkan makin banyak Hg yang
berinteraksi dengan pori maupun
permukaan dari karbon aktif sehingga
jumlah Hg yang teradsorpsi semakin
banyak. Selain itu, hal ini juga ditentukan
oleh kapasitas adsorpsi dari masing-

0.12385
0.1238
0.12375

0.1237
0.12365
CASP

CASP.E

Gambar 10. Grafik


perbedaan
adsorpsi
logam Hg oleh CASP dan
CASP.E.
8

Indonesia Chimica Acta, ,


Vol.7. No. 2, Desember 2015

Nasir, dkk.

Energi Bebas Gibbs (G)


Penentuan jenis adsorpsi logam Hg
oleh karbon aktif sekam padi dan karbon
aktif sekam padi yang didesilikasi
berdasarkan pada energi bebas Gibbs
(G) (Tabel 9) dapat dikategorikan
sebagai adsorpsi fisika. Hal ini didukung
oleh Lynam (1995) yang menyatakan
bahwa energi adsorpsi kimia berada
dalam kisaran 42-420 KJ/Mol dan lebih
kecil dari 42 KJ/Mol adalah adsorpsi
fisika. Nilai negatif dari energi bebas
Gibbs menunjukan bahwa adsorpsi
berlangsung secara spontan.
Tabel 9. Energi bebas Gibbs

Hasil analisis menunjukan bahwa


jumlah logam Hg yang teradsorpsi oleh
karbon aktif sekam padi 0,1238 mg/g
sedikit lebih besar bila dibandingkan
dengan karbon aktif sekam padi yang
didesilikasi dengan nilai q 0,1237 mg/g.
dengan penurunan konsentrasi Hg pada
limbah pengolahan emas sebesar 99,5%.
dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dengan pemanfaatan sekam padi
yang dijadikan sebagai karbon aktif dapat
mengurangi pencemaran logam berat Hg
pada daerah pengolahan emas tradisional
sebelum limbah tersebut di buang ke
perairan.
7. Kajian Isotermal
Adsorpsi

dan

Kinetika

No
1
2

Isotermal Adsorpsi
Tabel 6. Model isotermal Langmuir
Sampel
CASP-Hg
CASP.E-Hg

Model Langmuir
b
3,9184
0,083
3,8417
0,0647

Qo (mg/g)

CASP-Hg
CASP.E-Hg

Model Freundlich
N
16,8035
3,045
14,4045
2,886
k (mg/g)

R2
0,9683
0,9628

Kinetika Adsorpsi
Data pada Tabel 8 diperoleh nilai
R2 yang terbesar dan mendekati 1 pada
reaksi orde dua semu. Hal ini
menunjukan bahwa adsorpsi logam Hg
oleh karbon aktif sekam padi mengikuti
model kinetika orde dua semu.
Tabel 8. Kinetika reaksi
CASP-Hg
CASP.E-Hg

Orde satu semu


R2
k1
0,2724 0,0174
0,7702 0,0209

G (KJ/Mol
-8,04
-8,71

KESIMPULAN
1. Konsentrasi tertinggi dalam proses
desilikasi karbon sekam padi,
diperoleh pada konsentrasi NaOH
10M dengan presentasi penurunan
silika sebesar 68,24%.
2. Data karakteristik karbon aktif yang
dihasilkan berupa kadar air, kadar
abu, zat yang mudah menguap serta
daya serap larutan iodin sesuai
dengan standar Industri Indonesia
No.0258-79.
3. Waktu kontak optimum adsorpsi ion
logam Hg oleh karbon aktif sekam
padi dan karbon aktif sekam padi
yang didesilikasi adalah 100 menit
dan 80 menit sedangkan pada variasi
konsentrasi, jumlah ion logam Hg
yang teradsorpsi terus mengalami
peningkatan dengan bertambahnya
jumlah konsentrasi.
4. Adsorpsi logam Hg oleh karbon aktif
sekam padi dan karbon aktif sekam
padi yang didesilikasi sesuai dengan
model isoterm adsorpsi Freundlich
dengan kapasitas adsorpsi masingmasing adalah 16,8035 mg/g dan
14,4045 mg/g.

0,9363
0,9284

Berdasarkan harga R2 yang


diperoleh pada Tabel 22 menunjukkan
kecocokan model isoterm adsorpsi
Freundlich Hal ini menunjukkan proses
adsorpsi terjadi pada banyak lapisan.
Model isotherm ini mengasumsikan
bahwa adsorpsi terjadi secara fisika
(Sembodo, 2005).

Sampel

Sampel
CASP-Hg
CASP.E-Hg

R2

Tabel 7. Model isotermal Freundlich


Sampel

ISSN 2085-014X

Orde dua semu


R2
k2
0,9975 0,0685
0,9841 0,0237

Indonesia Chimica Acta, ,


Vol.7. No. 2, Desember 2015

Nasir, dkk.

5. Kinetika reaksi logam Hg sesuai


dengan orde kedua semu dengan nilai
k masing-masing untuk interaksi
dengan karbon aktif sekam padi dan
karbon aktif sekam padi yang
didesilikasi adalah 0,0685 dan 0,0237
g.mg-1.menit-1.
6. Logam Hg yang teradsorpsi oleh
karbon aktif sekam padi pada limbah
pengolahan emas di Kabupaten Buru
Propinsi Maluku rata-rata 0,12 mg/g
adsorben
dengan
penurunan
konsentrasi Hg pada limbah sebesar
99,5%.

ISSN 2085-014X

Lumpur Lapindo Menggunakan


Metode Kontinyu. Kimia Student
Journal, 1(2): 182-187.
Fatimawali, Badaruddin F., Yusuf I.
(2011). Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Resisten Merkuri dari
Muara Sungai Sario Yang Dapat
Digunakan Untuk Detoksifikasi
Limbah Merkuri. Jurnal Ilmiah
Sains, 11(2): 282-288.
Hsu H.W. & Luh B.S. (1980). Rice Hull.
Dalam Rice
Produck And
Utilization. Editor: Bor Shiun Luh.
New York: Avi Publishing
Company Inc. Hal. 736-740.

DAFTAR PUSTAKA

Iller R.K. (1991). Silika Chemistry in


Natural and Industry. J.Physical
Chemistry. 95: 4063-4069.

Alzaydien S.A. (2009). Adsorption of


Methylene Blue from Aqueous
Solution onto a Low-Cost Natural
JordanianTripoli. American Journal
of Environmental Sciences, 5 (3):
197-208.

Jin X., Bailey G.W., Yu Y.S. & Lynch


A.T. (1996). Kinetics of Single and
Multiple Metal Ion Sorption
Processes on Humic Subtances. J.
Soil Sci., 161: 509-519.

Arafah M., Zakir M., Raya I. (2014).


Kinetics and Thermodynamics
Study Adsorption Eosin On Rice
Husk Based Activated Carbon
Under Sonication. Indo.Chim.Acta,
7(1): 9-18.

Kitong T.M., Abidjulu J. & Koleangan


J.S.H. (2012). Analisis Merkuri
(Hg) dan Arsen (As) di Sedimen
Sungai
Ranoyapo
Kecamatan
Amurang Sulawesi Utara. Jurnal
MIPA UNSRAT Online, 1 (1): 1619.

Atkins P. W. (1994). Physical Chemistry


Fifth Edition. Oxford: Oxford
University Press.

Kolasinski K.W. (2008). Surface


Science: Foundation of Catalysis
and Nanoscience. Edisi ke-2.
London: John Wiley & Sons Ltd.
Hal. 22-23, 27.

Diantariani N. P. (2010). Peningkatan


Potensi Batu Padas Ladgestone
Sebagai Adsorben Ion Logam Berat
Cr(III) dalam Air Melalui Aktivitas
Asam dan Basa. Jurnal Kimia,
4(1): 91-100.

LaGrega M.D., Buckingham P.L. &


Evans J.C. (2001). Hazardous
Waste Mangement. Edisi ke-2. New
York: McGraw Hill. Hal. 117, 196,
202, 478-479.

Fan T., Liu Y., Feng B., Zeng G., Yang


C., Zhou M., Zhou H., Tan Z.,
Wang X. (2008). Biosorption of
cadmium(II), zinc(II), and lead(II)
by
penicillium
simplicissium:
Isoteherm,
kinetics
and
thermodynamics.
Journal
of
Hazardous Materials, 160: 655661.

Lynam M.M., Kliduff J.E. & Weber Jr.


W. J. (1995). Adsorption of pNitrophenol from Dilute Solution.
J. Chem. Educ. 72: 80-84.
Liou T.H. (2004). Evalution of Chemistry
and Morphology During the

Farid A.F., Triandi R.T. & Darjito.


(2013). Ekstraksi Silika dalam

10

Indonesia Chimica Acta, ,


Vol.7. No. 2, Desember 2015

Nasir, dkk.

ISSN 2085-014X

Carbonization and Cambustion of


Rice Husk. Elsevier, 42: 785-794.

Teraktivasi. Jurnal Sumber Daya


Alam dan lingkungan, 1(1): 19-25.

Masitoh F.Y. & Sianita B.M.M. (2013).


Pemanfaatan Arang Aktif Kulit
Buah Coklat (Theobroma cacao L.)
Sebagai Adsorben Logam Berat Cd
(II) dalam Pelarut Air. Unesa
Journal of Chemistry, 2(2): 23-27.

Wei X., Xiau L., Jin Z., & Ping S.


(2011).
Nanoporous
Carbon
Derived From Rice Husk For
Electrochemical
Capacitor
Aplication. Advanced Materials
Research, 242: 2101-2106.

Milenkovic D.D., Dasic P.V. &


Veljkovic V.B. (2009). Ultrasoundassisted adsorption of copper(II)
ions on hazelnut shell activated
carbon, Ultrason. Sonochem., 16:
557-563.

Widayanti, Isa I. & Aman L. (2012).


Studi Daya Aktivasi Arang Sekam
Padi pada Proses Adsorpsi Logam
Cd. Jurnal Sainstek, 6(5): 1-7.
Widihati I.A.G., Ratnayani O., &
Angelina Y. (2010). Karakterisasi
Keasaman dan Luas Permukaan
Tempurung Kelapa Hijau (Cocos
nucifera) dan Pemanfaatannya
Sebagai Biosorben Ion Cd2+. Jurnal
Kimia, 4(1): 7-14.

Nofiani R. & Gusrizal. (2004). Bakteri


Resisten Merkuri Spektrum Sempit
dari Daerah Bekas Penambangan
Emas Tanpa Izin (PETI) Mandor,
Kalimantan Barat. Jurnal Natur
Indonesia, 6(2): 67-74.

Widowati W., Sastiono A. & Jusuf R.


(2008). Efek Toksit Logam:
Pencegahan dan Penanggulangan
Pencemaran. Yogyakarta: C.V
Andi Offset.

Oscik J. (1982). Adsorption. John Wiley


and Sons Inc, West Sussex.
Raharjo D., Mustamir E. & Suryadi E. U.
(2012). Uji Efektifitas Beberapa
Jenis Arang Aktif dan Tanaman
Akumulator Logam pada Lahan
Bekas Penambangan Emas. Jurnal
Perkebunan & Lahan Tropika,
2(2): 15-22.

Widwiastuti H., Mulyasuryani A. &


Sabarudin A. (2013). Extraction of
Pb2+ Using Silica From Rice Husk
Ash (RHA) - Chitosan As Solid
Phase. J. Pure App. Chem. Res.
2(1): 42-47.

Rohmawati L. (2008). Studi Kinetika


Adsorpsi Merkuri (II) Pada
Biomassa Daun Enceng Gondok
(Eichhornia crassipes) (Skripsi).
Malang: Universitas Islam Negeri
Malang.

Wilson I. D., Michael C., Colin F. P.,


Edward R. A. (2000). Encyclopedia
of Separation Science. Academic
Press. 118-119.
Yusuf A.M. & Tjahjani S. (2013).
Adsorpsi Ion Cr (IV) oleh Arang
Aktif Sekam Padi. Unesa Journal
of Chemistry, 2(1): 84-88.

Sembodo B.S.T. (2005). Isoterm


Kesetimbangan Adsorsi Timbal
Abu Sekam Padi. Ekuilibrium.
4(2): 100-105.

Zakir M., Maming, Raya I., Karim A. &


Santi. (2012). Pemanfaatan Energi
Gelombang
Ultrasonik
dalam
Adsorpsi Ion Logam Berat Cu(II)
pada Biosorben Karbon Aktif dari
Sekam Padi. Indo.Chim.Acta, 5(2):
1-9.

Shukla S.P. (2011). Investigation In to


Tribo Potential of Rice Husk (RH)
Char Reinforced Epoxy Composite
(Thesis).
Rourkela:
National
Institute of Technology Rourkela.
Suhendarwati L., Suharto B., & Dewi
L.S. (2014). Pengaruh Konsentrasi
Larutan Kalium Hidroksida pada
Abu
Dasar
Ampas
Tebu
11

Anda mungkin juga menyukai