Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN

Diagnosis Dermatitis Atopik (DA) pada kasus ini dibangun berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang beracu pada metode Hanifin dan Rajaka yang dimodifikasi oleh
William (1994), kriteria diagnostik DA sekurang-kurangnya harus memiliki 3 kriteria mayor
dan 3 kriteria minor. Melalui anamnesis didapatkan seorang anak perempuan berusia 12
tahun, pelajar, datang ke poliklinik kulit RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dengan
keluhan gatal di badan sejak 1 bulan yang lalu. Menurut kepustakaan DA sering terjadi
selama masih bayi dan anak-anak yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Terdapat 1530% anak-anak dan 2-10% orang dewasa di negara maju menderita DA.(3)
Keluhan pasien berupa gatal terasa di tangan, kaki, dan leher. Gatal lebih terasa saat
berkeringat. Awalnya gatal timbul di ujung-ujung tangan dan sela-sela jari dan menjalar ke
lengan dan lipat siku, selain itu juga muncul pada leher, lipat paha, lutut dan menjalar ke
kaki. Gatal dirasakan terus menerus. Selain itu terdapat bercak-bercak berukuran kecil
berwarna merah dan gatal, semakin lama bercak semakin meluas dan kulit bersisik dan luka
dan nyeri. Menurut kepustakaan Gejala utama pada penderita DA adalah rasa gatal yang
dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibat dari
garukan pasien timbul kelainan kulit berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, eksoriasi,
eksudari dan krusta.(1)
Pada pemeriksaan dermatologis terdistribusi regional, bilateral terdapat di lipat paha
,lutut, leher, tangan dan kaki. Pada efloresensi ditemukan likenifikasi, skuama, plak
hiperpigmentasi berbatas tidak tegas, ekskoriasi, patch eritema, nodula, ulkus,erosi, skuama
Menurut kepustakaan Dermatitis Atopik pada anak (2 bulan sd 2 tahun), lesi bisa muncul di
muka (dahi, pipi) berupa eritema, papulovesikel yang halus, bila digosok dan pecah terjadi
eksudatif dan terbentuk krusta. Lesi bisa meluas ke tempat lain yaitu ke leher, pergelangan
tangan lengan dan tungkai. Sedangkan Dermatitis Atopik pada Anak (Usia 2 sd 10 tahun),
dapat merupakan kelanjutan dari infantil atau muncul sendiri. Lesi lebih kering, banyak
papul, likenifikasi dan sedikit skuama. Predileksi di lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan
bagian fleksor, kelopak mata dan leher. Dermatitis Atopik pada remaja dan dewasa, biasanya
lesi kulit dapat berupa plak eritematosa, berskuama, plak likenifikasi, yang gatal. Pada DA
remaja predileksi di lipat siku, lipat lutut, dahi dan sekitar mata. Pada DA dewasa, predileksi
terdapat di pergelangan tangan, tungkai bawah, lengan dan leher.(1)

Berdasarkan metode Hanifin dan Rajaka yang dimodifikasi oleh William (1994), pada
pasien ini terdapat 3 kriteria mayor yaitu pruritus, dermatitis di ekstensor dan ada riwayat
atopik pada pasien yaitu asma bronkial. Pasien juga memiliki 3 kriteria minor seperti kulit
kering, gatal bila berkeringat, dan dermatitis non spesifik. Pasien ini dapat didiagnosis
dengan Dermatitis Atopik karena menurut Hanifin dan Rajaka untuk kriteria diagnostik
Dermatitis Atopik sekurang-kurangnya harus memiliki 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor.
Kriteria Mayor sendiri dapat berupa ; Pruritus, dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi
dan anak, dermatitis fleksura pada dewasa, dermatitis kronis atau residif (Menahun dan
kambuhan), riwayat atopik pada penderita atau keluarga. Sedangkan Kriteria Minor dapat
berupa ; Xerosis (kulit kering), infeksi kulit (S. aureus dan virus herpes simplek), dermatitis
non sfesifik pada tangan dan kaki, iktiosis, ptiriasis alba, keratosis pilaris (bintil keras di siku/
lutut), hiperliniar palmar (garis telapak tangan lebih jelas), dermatitis di papilla mamae, white
dermografisme dan delayed blanch respon, gatal bila berkeringat, perjalanan penyakit
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi, tes kulit alergi tipe dadakan positif, kadar
IgE di dalam serum meingkat, hipersensitif terhadap makanan, intoleran terhadap wol dan
pelarut lemak, konjuntivitis berulang, muka pucat atau eritem, orbita menjadi gelap,
aksentuasi perifolikular, kelitis, keratokonus.
Pada pasien ini diberikan terapi berupa Loratadine sistemik dan desoksimetason
topikal yang dikombinasikan dengan asam fusidat 1-3%. Menurut kepustakaan untuk
penatalaksanaan Dermatitis Atopik terbagi menjadi non farmakologis dan farmakologis.
Farmakologis bisa secara topikal seperti hidrasi kulit, kortikosteroid topikal, imunomodulator
topikal, preparat tar dan antihistamin maupun secara sistemik yang meliputi kortikosteroid,
antihistamin, anti-infeksi, interferon dan siklosporin.

Anda mungkin juga menyukai