Anda di halaman 1dari 1

jika kiblat adalah saklar bukankah berarti manusia tidak bisa secara langsung

terhubung pada Tuhan lampu ,, apakah perlu saklar bagi lampu yang punya
energy sendiri? Tuhan yang mahapendengar, mahatau, mengapa harus masih
melalui menghadap ke kiblat Kabbah?
bukankah juga kiblat itu sebelumnya bukan mengarah ke mekkah (Kabbah) namun
ke Yerusalem?

Jika ada reinforcement,, bukankah motivasi masuk ke surga menjadi tergeser,


bukannya mau bertemu dan bersekutu kembali dengan Pencipta, malah mencari
hal-hal yang lain. Bukankah anggur, bidadari( wanita), dll itu adalah sesuatu yang
dilarang di oleh orang muslim di dunia, tapi knp malah diperbolehkan di syurga?

Mengapa nabi melakukannya dan menyuruhnya??


Mengapa hal yang tidak diperbolehkan di dunia diperbolehkan di syurga ( anggur ,
kenikmatan bebas wanita?, dll)

Bukankah alquran kekal?? Jika kekal, bukankah konteksnya juga kekal? Tapi
mengapa kok kontekstual? Ada ayat yang muncul karena kejadian ini ,itu,dsb
bukankah kalau kekal berarti mencangkup keseluruhan bahkan saat ini juga? Tapi
mengapa kok yang dicatat hanya saat pada jaman nabi?

Bagaimana jika ibu itu belum melahirkan , belum mengandung, belum


bersuami/menikah? Anak siapa yang dia kasihi?? Jika Tuhan mahakasih bahkan saat
manusia belum dijadikan, siapa yang Dia kasihi? Bukankah kasih sayang/cinta itu
harus ada subyek untuk dikasihi?? Kalau tidak ada subyek mau mengasihi siapa??

Anda mungkin juga menyukai