Oleh
Vicky Octaviani
030.11.297
Pembimbing
dr. Thomas Harry Adoe, Sp.A
KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD BEKASI
PERIODE 1 AGUSTUS-8 OKTOBER 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN TRISAKTI
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Pasien
Ayah
Ibu
Nama
By. Ny D
Tn. D
Ny. D
Jenis kelamin
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
28 hari
33 tahun
29 tahun
Usia
Alamat
Tanggal lahir
10-08-2016
A/S
6/7
BBL
1300 gram
PB
39 cm
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis dengan Ibu kandung pasien dan
data di status pasien, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang dilakukan
pada:
Lokasi
: Ruang Perinatologi RSUD Bekasi
Tanggal
: Rabu, 7 September 2016
Tanggal masuk
: Rabu, 7 September 2016
Keluhan utama
: Sering berhenti napas
Keluhan tambahan
: Bayi lahir kurang bulan, berat badan lahir rendah
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Bayi dirujuk dari RS Rawa Lumbu Bekasi pada tanggal 7 September 2016, dengan
keluhan bayi sering berhenti napas, lahir kurang bulan dan berat badan lahir rendah.
Bayi lahir dari ibu P2A0, sectio caesarea, atas indikasi gemelli, usia gestasi 35-36
minggu (HPHT: 2 Desember 2015), ditolong oleh dokter spesialis obstetri dan
ginekologi. Sebelumnya ibu pasien dan bidan yang biasa memeriksa tidak mengetahui
bahwa kehamilan gemelli. Bayi lahir pada tangga 10 Agustus 2016 2016 di RS Rawa
Lumbu dengan berat badan lahir 1300 gram, panjang badan 39 cm, dan APGAR
Score 6/7, anggota tubuh lengkap, anus (+). Bayi dirawat di NICU RS Rawa Lumbu
atas indikasi Respiratory Distress Syndrome, selama di NICU pasien mendapatkan
susu formula dan ASI. Riwayat trauma selama hamil disangkal. Riwayat konsumsi
obat-obatan atau jamu selama hamil disangkal. Ibu pasien mengalami muntah-muntah
hingga usia kehamilan 6 bulan sehingga ibu menjadi malas makan dan sudah berobat
ke bidan dan diberikan vitamin.
Umur
-
Penyakit
Difteria
Diare
Kejang
Gastritis
Varicela
Asma
Umur
-
Penyakit
Jantung
Ginjal
Darah
Radang Paru
Tuberkulosis
Morbili
Umur
-
RIWAYAT MAKANAN
Umur (bulan)
ASI
Buah /
Bubur Susu
Nasi Tim
Biskuit
02
ASI
Susu Formula
RIWAYAT KELUARGA
Corak Reproduksi
N
o
Usia
Jenis
kelamin
Lahir
Lahi
Hidu
mati
-
1.
9 tahun
Laki-laki
Ya
2 hari
Laki-laki
Ya
28 hari
Laki-laki
Ya
Keteranga
Abortu
Mati
(sebab)
n
kesehatan
Lemah
jantung
Pasien
Riwayat Pernikahan
Ayah
Ibu
Nama
Tn. D
Ny. D
Perkawinan ke-
19 tahun
23 tahun
Pendidikan terakhir
Tamat SMA
Tamat SMA
Agama
Islam
Islam
Suku bangsa
Jawa
Jawa
Keadaan kesehatan
Sehat
Sehat
Keadaan Umum
:
S
: 44 mg/dl
T
: 37o C
A
: Napas spontan,
RR: 24x/menit
B
: Sianosis -, pallor-,
140x/menit
L
: Leu: 24.6
115
E
CRT <3, HR :
Hb 5.2
Ht 14.4
Tr:
:-
Data Antropometri
Berat Badan sekarang
Panjang Badan sekarang
Lingkar kepala
: 1470 gram
: 40 cm
: 35 cm
Status Generalisata
Kepala
Bentuk dan ukuran
Mata
Hidung
Telinga
Bibir
Mulut
: Bentuk simetris
Leher
: Trakea ditengah
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi
: Gerak napas kedua hemitoraks simetris, retraksi (-), areola dan papilla
mammae (+), areola mamae datar < 1 mm.
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Genitalia
Anggota gerak
: Akral hangat, sianosis (-), CRT <3 detik, plantar crease 2/3
anterior.
Tulang belakang
Kulit
Refleks
Hasil
Nilai Rujukan
5.2
14.4
24.6
115
44
38
11-14.5 g/dL
40-54 %
5-10 ribu/uL
150-400 ribu/uL
60-110 mg/dL
60-110 mg/dL
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
8
GDS (08.30)
GDS (10.30)
9 September 2016
Pemeriksaan
GDS
30
75
60-110 mg/dL
60-110 mg/dL
Hasil
78
Nilai Rujukan
60-110 mg/dL
Hasil
56
Nilai Rujukan
60-110 mg/dL
Hasil
53
Nilai Rujukan
60-110 mg/dL
Hasil
59
Nilai Rujukan
60-110 mg/dL
Hasil
91
Nilai Rujukan
60-110 mg/dL
10 September 2016
Pemeriksaan
GDS
11 September 2016
Pemeriksaan
GDS
12 September 2016
Pemeriksaan
GDS
13 September 2016
Pemeriksaan
GDS
Radiologi
Cor: tidak dinilai
Pulmo: corakan bronkovaskular
normal, tampak bercak kesuraman
di paracardial kanan dan kiri
Kesan: gambaran bronkopneumonia
duplex
V. RESUME
Bayi laki-laki, usia 28 hari, dirujuk dari RS Rawa Lumbu Bekasi pada tanggal
7 September 2016, dengan keluhan bayi sering berhenti napas, lahir kurang
bulan dan berat badan lahir rendah. Bayi lahir dari ibu P2A0, sectio caesarea,
atas indikasi gemelli, usia gestasi 35-36 minggu (HPHT: 2 Desember 2015),
ditolong oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi. Bayi lahir pada tanggal
9
10 Agustus 2016 di RS Rawa Lumbu dengan berat badan lahir 1300 gram,
panjang badan 39 cm, dan APGAR Score 6/7, anggota tubuh lengkap, anus
(+). Bayi dirawat di NICU RS Rawa Lumbu atas indikasi Respiratory Distress
Syndrome, selama di NICU pasien mendapatkan susu formula dan ASI.
Riwayat trauma selama hamil disangkal. Riwayat konsumsi obat-obatan atau
jamu selama hamil disangkal. Ibu pasien mengalami muntah-muntah hingga
usia kehamilan 6 bulan sehingga ibu menjadi malas makan dan sudah berobat
ke bidan dan diberikan vitamin.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit berat,
S: 44 mg/dl, T: 37o C, HR: 140x/menit, RR: 24x/menit, BB: 1470 gram, PB:
40 cm, status gizi (Fenton) BB: <3%, TB: 50%, LK: 50% kulitterkelupas,
vena tidak terlihat, konjungtiva anemis +/+,collumelar(),pinna memutar
penuh, lunak, sudah recoil, areola mamae datar <1mm, lipatan plantar 2/3
anterior,testisdibawah,rugaekurangjelas,refleksmoro(+),ballardscore:30
(36minggu),APGARScore6/7,kurvaLubchenco:KMK,KB
PadapemeriksaanpenunjangHb:5.2 g/dL, Ht: 14.4%, Leu: 24.6 ribu/uL, Tr:
115 ribu/uL. Pada pemeriksaan GDS didapatkan:
07/09/16 10.0044 mg/dL
19.0038 mg/dL
08/09/1 6 08.30 30 mg/dL
10/09/16 56 mg/dL
11/09/16 53 mg/dL
12/09/16 59 mg/dL
VI. DIAGNOSIS
- BeratBadanLahirSangatRendah
- Prematuritas
- Anemia
VII. TATALAKSANA
Inkubator
Ventilasi dengan CPAP, PIP 14/6, FiO2 21 %
IVFD N5+KCL+Ca Glukonas (100cc/kgBB) 147 cc 6 cc/jam
Cinam 2x110 mg ( 150 mg/kgBB per 6-8 jam)
Amikacin 2x11 mg (7.5 mg/kgBB per 12 jam)
Caffein 1x1 (20 mg/kgBB)
Minum 8x20 mL via OGT
10
IX. FOLLOW UP
08/09
10/09
S: 30 mg/dL
T: 37.5oC
A: retraksi (-)
B: sianosis (-) mottle (-) pallor
(-)
L: E: IVFD N5+KCL+CG 6
cc/jam
Cinam 2x110 mg
Amikacin 2x11 mg
Caffeine 1x1
Minum 8x20 mL
S: 78 mg/dL
T: 37.8oC
A: retraksi (-)
B: sianosis (-) mottle (-) pallor
(-)
L: E: IVFD N5+KCL+CG 6 cc/jam
Cinam 2x110 mg
Amikacin 2x11 mg
Caffeine 1x1
Minum 8x25 mL
09/09
S: 75 mg/dL
T: 37.8oC
A: retraksi (-)
B: sianosis (-) mottle (-) pallor (-)
L: E: IVFD N5+KCL+CG 6 cc/jam
Cinam 2x110 mg
Amikacin 2x11 mg
Caffeine 1x1
Minum 8x25 mL
11/09
S: 53 mg/dL
T: 37.6oC
A: retraksi (-)
B: sianosis (-) mottle (-) pallor (-)
L: E: IVFD N5+KCL+CG 6 cc/jam
Cinam 2x110 mg
Amikacin 2x11 mg
Caffeine 1x1
Minum 8x25 mL
11
12/09
S: 59 mg/dL
T: 37.8oC
A: retraksi (-)
B: sianosis (-) mottle (-) pallor
(-)
L: E: IVFD N5+KCL+CG 6 cc/jam
Cinam 2x110 mg
Amikacin 2x11 mg
Caffeine 1x1
Minum 8x25 mL
13/09
S: 91 mg/dL
T: 37oC
A: retraksi (-)
B: sianosis (-) mottle (-) pallor (-)
L: E: IVFD N5+KCL+CG 6 cc/jam
(stop)
Cinam 2x110 mg(stop)
Amikacin 2x11 mg(stop)
Caffeine 1x1
Minum 8x25 mL
Ceptik 3x5 mg
14/09
S: T: 37.2oC
A: retraksi (-)
B: sianosis (-) mottle (-) pallor
(-)
L: E: Caffeine 1x1
Minum 8x27.5 mL
Ceptik 3x5 mg
15/09
S: T: 37.1oC
A: retraksi (-)
B: sianosis (-) mottle (-) pallor (-)
L: E: Caffeine 1x1
Minum 8x27.5 mL
Ceptik 3x5 mg
16/09
S: T: 36.2oC
A: retraksi (-)
B: sianosis (-) mottle (-) pallor
(-)
L: E: Caffeine 1x1
Minum 8x27.5 mL
Ceptik 3x5 mg
17/09
S: T: 36.2oC
A: retraksi (-)
B: sianosis (-) mottle (-) pallor (-)
L: E: Caffeine 1x1
Minum 8x27.5 mL
Ceptik 3x5 mg
18/09
S: T: 36.8oC
A: retraksi (-)
B: sianosis (-) mottle (-) pallor
(-)
L: E: Caffeine 1x1
Minum 8x30 mL
Ceptik 3x5 mg (stop)
19/09
S: T: 37.2oC
A: retraksi (-)
B: sianosis (-) mottle (-) pallor (-)
L: E: Caffeine 1x1
Nymiko 3x0.5 cc
San B plex 1x0.3 cc
Minum 8x30 cc
12
20/09
S: T: 37.1oC
A: retraksi (-)
B: sianosis (-) mottle (-) pallor
(-)
L: E: Caffeine 1x1 (stop)
Nymiko 3x0.5 cc
San B plex 1x0.3 cc
Minum 8x32.5 cc
21/09
S: T: 37.1oC
A: retraksi (-)
B: sianosis (-) mottle (-) pallor (-)
L: E: Nymiko 3x0.5 cc
San B plex 1x0.3 cc
Minum 8x32.5cc
BAB III
ANALISA KASUS
13
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. 1
Sumber lain mendefinisikan
%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program
perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7 %.4
Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat
kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya. Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi
plasenta, kurang baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan
pertumbuhan dari bayinya sendiri.
Bayi dengan berat lahir rendah sering diklasifikasikan berdasarkan :
1. Berat badan lahir
a. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), dengan berat lahir <1000
gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), dengan berat lahir 1001-1500 gram.
c. Bayi berat lahir rendah (BBLR), dengan berat badan 1501-2499 gram .
2. Usia kehamilan
a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan belum mencapai
38 minggu.
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 38-42
minggu.
15
c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan lebih dari 42
minggu.
3. Usia kehamilan dan berat badan lahir
a. Masa kehamilan kurang dari 38 minggu dengan berat yang sesuai dengan
berat badan untuk usia kehamilan (sesuai untuk masa kehamilan=SMK),
dimana masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid
yang teratur.
b. Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya
(kecil untuk masa kehamilan=KMK)
c. Bayi yang beratnya lebih dari berat semestinya menurut masa kehamilannya
(besar untuk masa kehamilan=BMK)
Etiologi
Etiologi BBLR ada yang berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Berikut akan dikelompokkan etiologi BBLR berdasarkan 3 faktor di atas.
Faktor Ibu :
Toxemia
dsb.
Faktor Janin :
Anomali kongenital
16
Radiasi
Kehamilan ganda
Hipoplasi pankreas
Defisiensi insulin
dsb.
Faktor plasenta :
Infark plasenta
Plasenta terpisah
dsb.2
Patofisiologi
Dari berbagai etiologi di atas, secara garis besar terjadinya BBLR
adalah sebagai berikut :
Plasenta
Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan
luas permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer
oksigan juga transfer oksigen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada
berbagai penyakit vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang
terjadi sering berakibat gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh lima
sampai tiga puluh persen kasus gangguan pertumbuhan janin dianggap
sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta pada kehamilan
dengan komplikasi penyakit vaskular ibu. Keadaan klinis yang meliputi
aliran darah plasenta yang buruk meliputi kehamilan ganda, penyalahgunaan obat, penyakit vaskular (hipertensi dalam kehamilan atau
17
Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan
janin, yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama
hamil. Ibu dengan berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang
berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan ibu dengan berat normal
atau berlebihan. Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek
kecil terhadap pertumbuhan janin. Hal ini karena kebanyakan wanita
memiliki cukup simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat.
Meskipun demikian, pada fase pertunbuhan trimester ketiga saat
hipertrofi seluler janin dimulai, kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi
persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu rendah. Data upaya menekan
kelahiran BBLR dengan pemberian tambahan makanan kepada populasi
berisiko tinggi (riwayat nutrisi buruk) menunjukkan bahwa kaloi
tambahan lebih berpengaruh terhadap peningkatan berat janin dibanding
pernmbahan protein.
Infeksi
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin.
Wanita-wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan
bayi dengan gangguan pertumbuhan maupun bayi kecil di samping
memiliki insidensi infeksi perinatal yang lebih tinggi. Bayi-bayi yang
menderita infeksi rubella kongenital dan sitomegalovirus (CMV)
umumnya terjadi gangguan pertumbuhan janin, tidak tergantung pada
umur kehamilan saat mereka dilahirkan.
Faktor genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan
kontribusi genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki
kecendrungan untuk berulang kali melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah atau keil untuk masa kahamilan (tingkat pengulangan 25%-50%),
dan kebanyakan anita tersebut dilahirkan dalam keadaan yang sama.
Hubungan antara berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua ras.2
18
Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir
bayi dalam jangka waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan
anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1) Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR :
Umur ibu
2) Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara
lain :
Berat badan
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
Kulit keriput.
19
3) Pemeriksaan penunjang
Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan
kurang
bulan
dimulai
pada
umur
jam
atau
USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih.5
Tatalaksana
1) Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
o Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 310 hari, dan umur 4-6 minggu).4
2) Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan
dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau
pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk
menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau
selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :
o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
20
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut :
Berat lahir 1750 2500 gram
Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering
(contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah
bayi stabil.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2
hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
o
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
Bayi Sakit
o
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan IV secara perlahan.
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
22
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan intravena secara perlahan.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
o
23
b. Tumbuh kembang
o Pantau berat badan bayi secara periodik
o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan
berat lahir <1500>
o Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
-
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala
setiap minggu.
24
25
Pernafasan cepat
Sianosis perioral
d. Hipoglikemia.
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa
hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Kecepatan glukosa yang
diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan
plasenta dan janin yang menyebabkan terhentinya pemberian glukosa.
Tanda klinis hipoglikemia
Gemetar
Sianosis
Apatis
Kejang
Apnea Intermiten
Hipoglikemia pada neonatus terjadi bila gula darah < 47 mg/dl, Pada
hipoglikemia berat didapatkan hasil gula darah < 25 mg/dl, dan hipoglikemia
ringan/sedang jika kadar gula darah >25 - <47 mg/dl.
e. Perdarahan Intrakranial
Pembuluh darah pada bayi prematur masih sangat rapuh dan mudah pecah,
sehingga perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir,
diseminated
27
Letargi
Apnea
Kejang
f. Hiperbilirubinemia
Terjadi karena belum maturnya fungsi hepar, dimana terjadi kekurangan enzim
glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk
belum sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin
dari jaringan ke hepar berkurang. Kadar bilirubin normal pada bayi prematur 10
mg/dL. Jika terjadi hiperbilirubinemia pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi
dapat menjadi kern ikterus yang akan menimbulkan gejala yang permanen.
Tanda klinis hiperbilirubinemia :
Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna
kuning
Letargi
Kejang
Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai
hiperbilirubinemia adalah :
Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan
12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.
28
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Dalmanik Sylvia M. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi.
Dalam : Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI 2008 ; 11-30.
2. Stoll Barbara, Chapman. The High-Risk Infant, In : Kliegman RM, Behrman
RE, Jenson HB, Stanton BF, editors. Nelsons Textbook of Pediatrics. 18th Ed.
Philadelphia : Saunders, 2007 ; p 701-10.
3. Dogra
VS.
Intrauterine
Growth
Retardation.
Available
at:
www.emedicine.com.
4. Kosim, Sholeh. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012
29
5. Subramanian
KS.
Low
Birth
Weight
Infant.
Avaliable
from
http://www.emedicine.com.
6. Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi.
Avaliable from : http://www.IDAI.or.id.
7. Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Sanglah, Denpasar.
8. Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In : Nelson
Textbook of pediatrics; 17 th ed. California: Saunders. 2004; 550-8.
30