Anda di halaman 1dari 34

Kompre Pajak / Rna 99

UMUM
PAJAK , RETRIBUSI, dan BEA CUKAI
Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan UU (dpt dipaksakan) dgn tidak
mendapatkn jasa timbal balik (kontra prestasi) yg langsung dpt ditunjukkan dan yg digunakan u/
membayar pengeluaran umum.
Fungsi Pajak:
1. Budgeter alat (sumber) pemasukan uang ke kas negara untuk membiayai pengeluaran
negara (rutin/pembangunan).
2. Reguler fungsi mengatur, sbg alat mencapai tuj ttt di luar bid keu. (ek, pol, bud, hankam)
contoh: perubahan tarif dan memberikan/menarik u/ masalah tertentu.
Manfaat pajak:
1. sumber penerimaan negara
2. alat pemerataan
3. alat pendorong investasi
Pajak vs Retribusi
Pajak manfaat diterima WP tdk dpt diidentif sec langsung
Retribusi manfaat/jasa diberikan pem sec langsung
Prinsip pajak adil Mengenakan pajak secara umum dan merata sesuai kemampuan masingmasing, dan adanya kesimbangan antara hak dan kewajiban bagi WP
Retribusi iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan mendapatkan jasa balik secara
langsung dapat ditunjuk.
Bea Cukai :
- Bea merupakan pungutan yang dikenakan atas jumlah harga barang yang masuk/keluar
pabean berdasarkan tarif yang ditetapkan untuk masing-masing kelompok barang.
- Cukai merupakan pungutan yang dikenakan atas barang-barang tertentu antara lain : Rokok,
Minuman Keras, Tembakau, Gula, dll.
Pajak dan Negara
1. Negara yg tdk memungut pajak Kuwait, Arab Saudi, & Brunai Darussalam
2. Pajak dihubungkan dgn investasi dan pendapatan negara
Pajak menunjang investasi melalui pemberian fasilitas investasi meningkat
penerimaan pajak meningkat pendapatan negara bertambah.
3. Perkiraan PPh lebih banyak dari PPN
menunjukkan negara dlm keadaan :
1. Agraris
2. Masih tergantung impor untuk bahan baku produksi.
PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK
Karikpa vs KPP
Karikpa Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak
Pemeriksaan untuk seluruh jenis pajak dan merupakan Pemeriksaan Lapangan.
KPP Kantor Pelayanan Pajak
Pemeriksaan hanya per jenis pajak dan merupakan Pemeriksaan Sederhana Kantor dan
Pemeriksaan Sederhana Lapangan.

Kompre Pajak / Rna 99

KPP menetapkan SKP berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya sendiri maupun
yang dilakukan oleh KARIKPA atau Tim Gabungan DJP-BPKP.
Pemeriksaan vs Penyidikan Pajak
pemeriksaan pajak serangkaian keg u/ mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan
atau ket lainnya dlm rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakn
berdasarkan ketent peraturan per-UU-an perpajakan (UU No. 9/94 ps 1 s dan KMK no.
625/KMK.04/1994 ps 1a)
Penyidikan Pajak serangkaian tindakan yg dilakukan penyidik u/ mencari serta
mengumpulkan bukti yg dengan bukti membuat terang tindak pidana di bid perpajakan yg
terjadi dan menemukan tersangkanya (UU No.9/94 ps 1 x)
Yang berwenang adalah Pejabat PNS DJP yang diangkat Menkeh sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam UU No 8/81 tentang KUHAP
Jaksa juga berwenang apabila hasil penyidikan telah disampaikan oleh penyidik ke pada
Jaksa Penuntut Umum sesuai ketentuan yang diatur dalam UU No 8/81 tentang KUHAP
Prosedur pemeriksaan
- dilakukan oleh seorang atau lebih
- dilaksanakan di kantor atau di lapangan atau ditempat lain yang ditentukan DJP
- dilaksanakan pada jamkerja atau di luar jam kerja
- hasil pemeriksaan dituangkan pada laporan pemeriksaan pajak
- dibuat surat penyataan persetujuan hasil pemeriksaan
- dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan atas temuan yang tidak disetujui WP
- diterbitkan SKP sepanjang tidak dilanjutkan dengan penyidikan
Prosedur Penyidikan sama, merupakan tindak lanjut pemeriksaan, harus memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum.
Jaksa juga berwenang apabila hasil penyidikan telah disampaikan oleh penyidik ke pada
Jaksa Penuntut Umum sesuai ketentuan yang diatur dalam UU No 8/81 tentang KUHAP
UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
Tujuan reformasi pajak 1994
a. Meningkatkan tabungan pemerintah (peningkatan penerimaan sektor pajak)
b. Menciptakan kesederhanaan di bidang UU Pajak (sistem pemungutan dan tarif)
c. Pencapaian kewajaran pemungutan pajak yang berdasar Pancasila
d. Pencapaian suasana pemungutan pajak yang adil (hak dan kewajiban yang seimbang)
UU PPh no. 10 tahun 1994, tujuan reformasi:
a. menuju kemandirian bangsa dlm pembiayaan negara dan pembiayaan pembangunan yg
sumber utamanya berasal dari penerimaan pajak
b. lebih memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat u/ berpartisipasi dlm
pembiayaan pembangunan sesuai kemampuannya.
c. menunjang kebijakan pemerintah pemerintah u/ meningkatkan pertumbuhan pemerataan
pembangunan dan investasi
d. menunjang usaha peningkatan ekspor, terutama ekspor non migaas, barang hasil olahan, dan
jasa u/ meningkatkan devisa.
e. menunjang usaha pengembangan koperasi u/ mengoptimalkan pengembangan potesinya dan
u/ mengentaskan kemiskinan

Kompre Pajak / Rna 99

f. menunjang usaha terciptanya aparat perpajakan yg makin mampu dan makin bersih,
peningkatan pelayanan kepada WP termasuk penyederhanaan dan kemudahan prosedur
pemenuhan kewajiban perpajakan.
Harapan u/ adanya UU pajak
1. sbg jaminan kepastian hukum dan sebagai landasan hukum bagi negara/pemerintah dalam
menerapkan tatacara dan pelaksanaan perpajakan.
2. Dapat menjamin terpenuhinya perlindungan akan hak dan kewajiban Wajib Pajak
3. Dapat menjamin tercapainya tujuan penerapan pajak (fungsi Budgetair dan Regulerend)
Perbedaan UU PPH lama dan baru
Uraian

Lama

Baru

1. Fiskal LN

deductible

2. Penghapusan piutang

dibuat daftar nominatif, Bila sudah ada keptsan


debitur
bukan
PS, pengadilan atau diserahkan
dilampirkan di SPT
ke BPUPLN

3. PM
yg
dikreditkan

tdk

merp lredit pajak PPh Badan


(100%)

dpt
deductible

4. Tambahan dan perluasan


obyek PPh 21, 23 dan 26

Non deductible
-

jasa di DN oleh WPLN


(ps.26)
5. daluwarsa
pajak

penagihan

jasa org pribadi (ps.21)


jasa
konstruksi
&
borongan (ps. 23 1,5%
bruto)
jasa di LN oleh WPLN
(ps.26)

5 tahun
10 tahun

Perbedaan Lain:
1. Tarif PPh 21
2. fiskal LN sbg kredit pajak PPh 25 Badan
3. Penyusutan fiskal u/ kelomp bukan bangunan, dpt memilih metode
4. Pemisahan beban langsung u/ mempero/ penghasilan obyek pajak dan bukan obyek pajak
5. PM tdk dpt dikrkeditkan krn FP Standar tdk lengkap non deductible
JENIS PAJAK
1. Menurut obyek:
Pajak Penghasilan, PPN, PPnBM, PBB.
2. Menurut Pengelola/pemungut pajak:
Pajak Pusat dan Pajak Daerah
contoh: PPN (pusat), pajak kendaraan (daerah)
3. Penanggung pembayaran pajak dan bagaimana pajak ditanggung pembayar pajak dibagi:
Pajak Langsung dan Pajak Tak Langsung
4. Pertimbangan yg dilakukan pemungut pajak:
Pajak Subyektif dan Pajak Obyektif

Kompre Pajak / Rna 99

Pajak kendaraan bermotor dengan PPN dan PPn

Pajak Kendaraan Bermotor


Obyek pajak adalah kendaraan
bermotor yang ada dan terdaftar di
daerah
Ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Hanya berlaku di seluruh di suatu
Propinsi
Subyek
pajak
adalah
pemilik
kendaraan bermotor yang berdomisili
di daerah tersebut

PPN /PPn
- Obyek pajak adalah seluruh BKP/JKP
- Ditetapkan dengan UU
- Berlaku sama di seluruh Indonesia
- Subyek pajak adalah Pengusaha Kena
Pajak (PKP)

ISTILAH PERPAJAKAN
1. Tax planning
fungsi perencanaan pajak yang dilakukan perusahaan dengan cara mengestimasi jumlah
pajak yang akan dibayar dan hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari pajak (a.l
dengan mengatur cash flow, sumbangan)
2. Tax avoidance penghindaran pajak
3. Tax deductible biaya yg dpt dikurangkan dr penghasilan (?)
4. Pajak terselubung
Pungutan yang diperlakukan oleh pemerintah pusat/daerah untuk melakukan pengendalian
terhadap suatu produk atau kegiatan yang menjadi obyek pajak tersebut yang tidak diatur
dengan undang-undang.
5. Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak
a. Ekstensifikasi Pajak perluasan cakupan obyek pajak, sebelumnya bukan merp obyek
ajak dijadikan obyek pajak
C/: jasa di LN o/ WPLN
b. Intensifikasi Pajak pengumpulan pajak terhd obyek pajak yg ada dgn lbh giat/sering
TAX AVOIDANCE DAN TAX EVASION
Tax avoidance penghindaran pajak
Tax evasion usaha meringankan beban pajak dengan cara yang melanggar UU (penggelapan
pajak)
KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN
SISTEM PERPAJAKAN INDONESIA
1. Self Assesment System, dengan tarif progresif
2. Azas domisili untuk WPDN, azas sumber untuk WPLN
3. Stelsel riil
4. Sanksi perpajakan yang ada adalah sanksi administratif berupa
- bunga 2% perbulan
- Denda Administrasi
- Kenaikan 50-100 %

Kompre Pajak / Rna 99

5. Sanksi Pidana UU No. 9 th 1996 tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan pasal
38 dan 39berupa denda pidana, pidana kurungan, dan/atau pidana penjara
KUP 95 memberikan kepastian hukum
1. self assesment, WP diperbolehkan menghitung penghasilan, mempeerhitungkan, membayar
dan melaporkan sendiri pajak terutang
2. keberatan pajak jk waktu keputusan pasti: maks 12 blan sejak keberatan diterima.
Kewajiban WP
1. mendaftarkan diri pd kantor DJP u/ mendpt NPWP (ps 2)
2. mengisi SPT, menandatangani, menyampaikan ke DJP (ps. 3)
3. menyelenggarakan pembukuan (ps 28)
SISTEM PERPAJAKAN DI INDONESIA DAN SANKSINYA
Sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem Self Assesment System,
tarif
- progresif % makin besar bila jumlah yang dikenai pajak makin besar (PPh)
- proporsional % tetap untuk berapapun jumlah yang dikenai pajak (PPN 10 %)
- Tetap jumlah yang tetap terhadap berapaun jumlah yang dikenai pajak ( Bea Materai)
- Degresif % makin turun bila jumlah yang dikenai pajak makin besar (tidak
digunakan)
Azas
- domisili untuk WPDN pajak dikenakan thd seluruh penghasilan baik yang dari DN
maupun LN
- sumber untuk WPLN pajak dikenakan untuk penghasilan yang berasal dari DN
- kebangsaan untuk WPLN untuk WNA yang bedomisili di Indonesia
Stelsel riil pengenaan pajak berdasarkan pada obyek (penghasilan nyata)
Sanksi perpajakan
sanksi administratif berupa
- bunga 2% perbulan
- Denda Administrasi
- Kenaikan 50-100 %
Sanksi Pidana berupa denda pidana, pidana kurungan, dan/atau pidana penjara
NORMA PERHITUNGAN
1995 WP orang pribadi, syarat:
1. omzet suami, istri , anak (belum dewasa) 1tahun < 600 juta
2. lapor ke KPP minimal 3 bulan sejak awal tahun/mulai usaha
3. membuat cat. omzet pisah terutama kena PPN or tdk, simpan bukti 10 tahun.
Norma Perhitungan Penghasilan Netto KMK no. 594/KMK.04/94
1. Pajak Keluaran = Nilai peredaran bruto yg terutang PPN x tarif PPN ps 2(1)
2. Pajak Masukan yg dpt dikreditkan: ps 2 (3)
a. penyerahan BKP = 70% PK
b. penyerahan JKP = 40% PK
NORMA PERHITUNGAN
WP yg melakukan pembukuan sederhana dpt meminta dikenakan pajak dgn Norma Perhitungan
wajib membuat catatan sesuai ps 3 (1) dan (2):

Kompre Pajak / Rna 99

PKP wajib membuat catatan nilai peredaran bruto sbg dasar pengenaan pajak
SELF ASSESMENT
suatu sistem pemungutan pajak si mana WP menentukan sendiri jumlah pajak yg terutang.
WP diberi kepercayaan untuk:
1. menghitung pejak teritung
2. mempehitungkan pajak terutang
3. membayar pajak yg hrs dibayar
4. melaporkan sendiri jumlah pajak terutang
Ciri-ciri: (WP aktif awal akhir, fiskus hanya mengawasi)
1. ada kepastian hukum
2. mudah perhitungannya
3. mudah pelaksanaannya
4. lebih adil dan merata
5. penghitungan pajak dilakukan WP
OFFICE ASSESMENT, KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA
Official assessment
Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP
Ciri
- Fiskus yang berwenang menentukan besarnya pajak
- WP bersifat pasif
- Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya ketetapan pajak oleh fiskus
With Holding
Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh WP
BANDING UU 9/1994 : KUP ps 27
1. permohonan banding ditulis dlm bhs Ind, diajukan WP maks 3 bulan setelah SKP diterima,
dilampiri salinan SKP
2. permohonan ditujukan kpd Majelis Pertimbangan Pajak or Badan Peradilan Pajak
3. Putusan BPP/MPP merupakan putusan akhir dan bersifat tetap tidak menunda kewajiban
membayar pajak
STP ( Surat Tagihan Pajak)
surat u/ melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
SSP (Surat Setoran Pajak)
Surat yang oleh WP digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke
Kas Negara atau tempat pembayaran lain yang ditentukan oleh Menkeu
SPT dan MEKANISMENYA
SPT Surat Pemberitahuan Tahunan yang digunakan WP untuk melaporkan penghitungan dan
pembayaran pajak yg terutang dalam suatu Tahun Pajak. (untuk PPh 21 lapor paling lambat 31
Maret tahun berikut, bayar paling lambat 25 Maret).
Sanksi WP yg tdk lapor (tdk bikin SPT) denda: bunga 2%, maks 24 bulan

Kompre Pajak / Rna 99

SPT DAN MEKANISMENYA, KODE SPT, SANKSI WP YG TDK LAPOR (TDK BIKIN
SPT)
- denda SPT Masa Rp. 25.000, SPT Tahunan Rp. 50.000
- SPT tidak lengkap/tidak benar alpa pidana kurungan max 1 tahun dan denda max 2
x pajak terutang
- SPT tidak lengkap/tidak benar sengaja pidana kurungan max 6 tahun dan denda
max 4x pajak terutang yang kurang/ tidak bayar
u/ penundaan yang ternyata pajak terutang < pajak terutang sebenarnya denda: bunga
2%, maks 24 bulan
Batas
SPT Masa
waktu
Penyamp PPh Pasal 21, 23, 25, 26, dan
aian
PPN Umum tanggal 20 bulan
takwim berikutnya
PPh pasal 22, 14 bulan setelah
masa pajak berakhir PPn BC 7
Pembaya hari setelah penyetoran
ran
PPh 21 tanggal 10 bulan
takwim
berikutnya
setelah
masa Pajak berakhir
PPh 22 Impor, PPN & PPnBMimpor
bersama
dengan
pembayaran bea masuk atau
saat penyelesaian dokumen
impor
PPh 22 DJBC, PPN & PPnBMDJBC
sehari
setelah
pemungutan pajak dilakukan
PPh 22 bendaharawan hari
yang
sama
dengan
pelaksanaan pembayaran
PPh 23, 26 tanggal 10 bulan
takwim
berikutnya
setelah
bulan saat terutangnya pajak
PPh 25, PPn & PPnBM 15 bulan
takwim
berikutnya
setelah
masa Pajak berakhir

SPT PPh
SPT Pasal
Tahunan
21
3
bulan 3
bulan
setelah
akhir setelah
tahun Pajak
akhir tahun
Pajak
25
bulan
ketiga setelah
tahun
pajak
atau
bagian
tahun
pajak
berakhir,
sebelum
SPT
disampaikan

SKP
Adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah pajak terutang, jumlah kredit pajak
dan :

Kompre Pajak / Rna 99

1. jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, jumlah yang masih harus dibayar, dan sanksi
administrasi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
2. jumlah kelebihan pembayaran pokok pajak Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Jika Jumlah Kredit Pajak = Jumlah Pajak terutang
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tambahan (SKPKBT) tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan
PAJAK PENGHASILAN UMUM
SUBYEK PAJAK
a. Perorangan
- org pribadi
- warisan yg belum dibagi
b. Badan PT, CV, Persero lain, Firma, Kongsi, Kop/yayasan, BUMN/D, Persekutuan,
Lembaga, Dana Pensiun, Persero lain
c. Badan Usaha Tetap
WAJIB PAJAK
Orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan termasuk pemungut pajak atau pemotongan
pajak tertentu
SUBYEK PAJAK
- Orang pribadi dan warisan yang belum terbagi
- Badan
- Bentuk Usaha Tetap ( BUT) bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi luar
negeri atau badan luar negeri untuk menjalankan usaha/kegiatan di Indonesia. contoh :
Kantor Perwakilan, tempat kedudukan manajemen
Subyek Pajak Dalam Negeri
Orang pribadi
- Bertempat tinggal atau berada di Indonesia
> 183
hari dalam 12 bulan
- dalam tahun pajak berada di Indonesia
berniat bertempat tinggal di Indonesia
Badan
- yang didirikan /bertempat kedudukan di
Indonesia
Warisan
Yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak
Wajib SPT

Subyek Pajak Luar Negeri


Orang pribadi
- bertempat tinggal atau berada di Indonesia <=
183
hari dalam 12 bulan yang
memperoleh penghasilan dari Indonesia
meski bukan dari menjalankan usaha atau
pekerjaan
Badan
- yang tidak didirikan /bertempat kedudukan di
Indonesia yang:
- menjalankan usaha/kegiatan melalui BUT
di Indonesia
- menerima/memperoleh penghasilan dari
Indonesia tidak melalui BUT di Indonesia
Tidak Wajib SPT

Mulai dan berakhirnya kewajiban pajak

Kompre Pajak / Rna 99

subyektif
Mulai

Berakhir

DN orang pribadi
- saat dilahirkan
- saat meninggal
- saat berada di Indonesia/berniat bertempat - saat meninggalkan indonesia selama-lamanya
tinggal di Indonesia
DN Badan
- saat didirikan atau bertempat kedudukan di - saat dibubarkan atau tidak lagi berkedudukan
Indonesia
di Indonesia
LN non BUT
- saat mempunyai penghasilan di Indonesia
- saat tidak lagi mempunyai penghasilan di
LN BUT
Indonesia
- saat mulai melakukan usaha atau kegiatan
melalui BUT di Indonesia
- saat tidak lagi melakukan usaha atau kegiatan
melalui BUT di Indonesia
Warisan Belum terbagi
Saat timbulnya warisan

Saat warisan selesai dibagikan

Pendapatan vs Penghasilan
Penghasilan
Pendapatan
setiap tambahan kemampuan ekonomis yg segala perolehan dalam bentuk apapun yang
diterima atau diperoleh WP baik yang
merupakan gunggungan jumlah uang
berasal dari Indonesia maupun dari luar
dan/atau nilai uang yang diperoleh
Indonesia yg dpt dipakai u/ konsumsi or
seseorang selama satu tahun takwim yang
menambah kekayaan WP ybs, dgn nama
berasal
dari
sumber
pendapatan
dan dlm bentuk apapun (UU PPh
(Ordonansi Pajak pendapatan 1944 Stb 17
No.9/1994)
th 1944)
Penghasilan neto dan penghasilan bruto
Penghasilan Neto = penghasilan bruto WP setelah dikurangi biaya-biaya yang diperkenankan
oleh UU PPh
Penghasilan Bruto adalah penghasilan WP sebelum dikurangi biaya-biaya yang
diperkenankan oleh UU PPh
Pemotongan pajak vs pemungutan pajak

Kompre Pajak / Rna 99

Pemungut
1. Merupakan
pembayaran
Pajak
Penghasilan dalam tahun berjalan yang
dipungut sehubungan dengan pembayaran
atas penyerahan barang, dan kegiatan di
bidang impor atau kegiatan usaha
dibidang lain

2. Dilakukan oleh badan

Pemotong
1. Terhadap pajak yang dikenakan atas
penghasilan WP orang pribadi dalam
negeri yang berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan lain seperti yang dinyatakan
dalam pasal 21 UU PPh
2. Dapat dilakukan oleh orang pribadi atau
badan

UU no 10/94 ttg Hub Istimewa (ps 18 ayat 4 butir 4):


a. WP mepy penyertaan modal 25% atau lebih pada WP lain
b. WP menguasai WP lain sec langsung or tdk langsung
c. Terdpt hub keluarga sedarah/semenda dlm satu derajat

10

Kompre Pajak / Rna 99

JENIS PAJAK PENGHASILAN


Definisi
PPh
Pasal
21

22

23

24
25
26
29

Pengertian
Pajak yang dikenakan atas penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan lain seperti
yang dinyatakan dalam pasal 21 UU PPh
Merupakan pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha dibidang lain
Merupakan pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan yang dipotong atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk
Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang telah dipotong ajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,
yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau Subyek Pajak Badan
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya
Merupakan kredit pajak luar negeri yang dilakukan dalam tahun digabungkannya
penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan di Indonesia
Merupakan angsuran Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak
untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan
Mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesia yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap
Mengatur tentang pelunasan atas kekurangan pajak terhutang apabila pajak
penghasilan yang terutang untuk suatu tahun pajak lebih besar daripada jumlah
kredit pajak

Jenis PPh
1. Pasal 21 pemotongan, penyetoran dan pelayanan pajak atas penghasilan sehub dgn
pekerjaan, jasa atau keg dgn nama dan dgn membentuk apapun yg diterima/diperoleh WP
orang probadi DN, wajib dilakukan oleh:
a. pemberi kerja
b. bendaharawan pemerintah
c. dana pensiun atau badan lain yg membayarkan pensiun dan pembayaran lain dgn nama
apapun dlm rangka pensiun
d. badan yg membayar honorarium/pembayaran lain sbg imbalan hub dgn jasa termasuk
jasa tenaga ahli yg melakukan pekerjaan bebas.
2. Pasal 22 Menkeu dpt menetapkan bendaharawan pem u/ memungut pajak WP yg
melakukan kegiatan di bid impor atau keg usaha di bid lain
3. Pasal 23 pemotongan pajak atas WPDN oleh PKP krn penyerahan kena pajak
4. Pasal 26 pemotongan pajak atas WP LN oleh PKP krn penyerahan kena pajak
5. Pasal 29 pajak terutang atas penghasilan badan tahunan

11

Kompre Pajak / Rna 99

OBYEK PAJAK
OBYEK PAJAK
1. Penggantian/imbalan: perk/jasa termsk:
gaji, tunjangan, upah, honor, komisi,
bonus, gratifikasi, pensiun, or dlm bentuk
lain
2. Hadiah
undian,
pekerjaan/kegiatan,
penghargaan
3. Keuntungan krn pengalihan/penjualan
harta;
a. kpd
badan
sbg
pengganti
saham/penyertaan modal
b. pengalihan dr PT kpd sekutu, PS,
anggota
c. likuidasi, merger, peleburan, dll
d. pengalihan:
hibah,
bantuan,
sumbangan, kec
4. pengembalian LB pajak
5. bunga: premium, diskonto, imbalan krn
jaminan pengembalian utang
6. dividen, SHU kop kec.. (see.. sebelah)
7. Laba Usaha
8. Royalti
9. Sewa or penghasilan penggunaan
10. Penerimaan berkala
11. Keuntungan pembebasan utang
12. Keuntungan selisih kurs
13. premi asuransi, kec.
14. iuran anggota berdasar volume

BUKAN OBYEK PAJAK


1. Penggantian/imbalan
.
berupa
natura/kenikmatan
2. Hibah :
a. sedarah lurus satu derajat
b. badan agama, pendidikan, sos, koperasi,
pengusaha kecil
c. tdk ada hub usaha, pekerjaan/pemilikan
3. warisan, if tdk menghasilkan
4. Pembayaran dr asuransi kpd pribadi: ass.
jiwa, kecelakaan, kesehatan, beasiswa
5. harta, setoran tunai sbg penyertaan modal
6. Premi asuransi : Iuran dana pensiun
7. Dividen:
a. bagian laba u/ anggota CV. Fa,
Persekutuan, Kongsi
b. div PT dr penyertaan WP DN
8. Bunga obligasi o/ reksa dana
9. Modal Ventura, u/ pasangan:
a. kecil/ menengah
b. saham tdk diperdag. di Bursa Efek Ind

HIBAH
Bukan obyek syarat:
a. bid keagamaan semata-mata, non profit motive
b. bid pendidikan TK,SD, Sekolah menengah, PT, non profit motive
c. bid sosial kesehatan, kompo, yatim, terlantar, cacat
d. usaha kecil /kop omzet < 600 juta setahun
Penentuan Nilai non pembukuan:
1. HP A diketahui u/ penerima = HP
2. hanya tahun pero/: sebelum 1986( NJOP PBB 86), sesudah 1986 (NJOP pero/)
3. NJOP PBB paling awal tersedia or Surat Ket KP PBB
4. selain tanah/bangunan 60% MV saat transaksi
LABA USAHA
a. Persediaan Perpetual/Physical Invent
Physical penjualan bruto (tunai + kredit), Pot/return(realisasi)
12

Kompre Pajak / Rna 99

b. bahan baku berdasar harga perolehan, FIFO or rata-rata


c. kesusutan pemakain bahan baku/pembantu dpt dipertj sec rasional
d. Pemakaian bahan baku/pembantu selain u/ produksi terpisah
e. Kehilangan dll ada Berita Acara dan Lap Kepolisian
f. Pemusnahan hrs ada Berita Acara dan otorisasi
WARISAN:
if menghasilkan merp obyek PPh karena memberikan tambahan kemampuan ekonomi
bagi ahli waris yg dpt dipakai u/ konsumsi or menambah kekayaan ahli waris.
if tdk menghasilkan bukan obyek pajak.
Investasi pd perusahaan anak
Penghasilan investasi yang diterima oleh induk perusahaan bukan merupakan obyek pajak
karena penghasilan anak perusahaan telah dikenakan Pajak Penghasilan
Penghasilan WTS memenuhi persyaratan sbg obyek pajak dlm praktek sulit, tdk ada
standar harga, perbuatan amoral
PAJAK FINAL
yaitu: pemungutan pajak yg tdk dpt dikreditkan dgn pajak terutang suatu th pajak tdk
dilaporkan dlm SPT
PPh pasal 21 (tarif 10%, 15%, 30%)
1. Gaji, upah, honorarium, tunjangan (merp imbalan pekerjaan)
2. Uang Pensiun
3. Honorarium (jasa tenaga ahli)
Pemotong/Pemungut
Pemberi kerja
Bendaharawan Pem
Dana Pensiun
Badan Lain
Perusahaan Lain

Penghasilan dr
Gaji, honorarium, upah, tunjangan,
imbalan
Gaji, honorarium, upah, tunjangan
Uang Pensiun
Honorarium, imbalan jasa
Pembayaran sehub pelaks keg

PPh 23 15% (dipotong o/ yg wajib membayar)


1. bunga (termasuk premium, diskonto, imbalan jaminan pengembalian utang)
2. bunga simpanan yg dibayar koperasi, max. 144.000/bulan
3. Obligasi di Bursa Efek (u/ WP LN:20%) kec: Bank di Ind, Dana Pensiun, Reksadana,
Perwakilan Asing
4. dividen, royalti
5. sewa
6. Hadiah dan penghargaan (selain PPh 21)
7. imbalan jasa teknik, manajemen, konstruksi, konsultan (selain PPh 21)
Penjualan Saham di Bursa
1. semua 0.1%

13

Kompre Pajak / Rna 99

2. saham pendiri 5% kec saham milik modal ventura, 0,5% dari nilai penutupan 96 or
penawaran umum I
INVESTASI SAHAM
- Dengan metode cost
- Penilaian FIFO atau rata-rata per jenis saham
- Rugi diakui saat realisasi
- Transaksi dibursa efek kena pajak final
- 0,1 % x jumlah bruto nilai transaksi penjualan atas semua transaksi
- tambahan 5 % x jumlah bruto nilai transaksi penjualan atas transaksi penjualan
saham sendiri, kec modal ventura
Hadiah Undian 20%
PPh pasal 22
- penyalur/dealer,agen produk Pertamina dan premix
- penyalur/grosir tepung terigu dan gula pasir
- penyalur/distributor rokok
Penjualan Tanah/Bangunan
5% nilai bruto pengalihan yg merp persediaan, yayasan, perorangan
2% RSS, RS Rumah susun
if tdk final keuntungan dan kerugian masuk SPT
perorangan kec. <= 60 juta, <= PTKP
Nilai bruto pengalihan nilai pengalihan dan NJOP, mana yg lebih tinggi
Sewa tanah/bangunan
badan (6%), perorangan (10%)
Pelayaran DN 1,2% peredaran bruto
Pelayaran or Penerbangan LN 2.64% peredaran bruto
Perwakilan Dagang Asing 0,44% nilai ekspor bruto
Revaluasi AT 10% selisih nilai penilaian kembali NBF (setelah kompensasi rrpiah yg
belum habis dikompensasi)
Jasa
konstruksi 2% imbalan bruto
perencanaan/pengawasan konstruksi, konsultan (selai konsultan hukum dan pajak) 4%
imbalan bruto
BIAYA PENGURANG PENGHASILAN

1.

DEDUCTIBLE
NON DEDUCTIBLE EXPENSES
biaya mendapatkan, menagih, memelihara 1. pembagian laba
penghasilan
2. biaya u kepentingan pribadi PS, sekutu,

14

Kompre Pajak / Rna 99

2.
3.
4.

penyusutan dan amortisasi


iuran kepd dana pensiun
kerugian krn penjualan/pengalihan harta
yg digunakan
5. kerugian selisih kurs
6. biaya litbang di Ind
7. biaya bea siswa, magang, penelitian
Kompensasi kerugian s.d. 5 th berturutturut
PTKP
PM yg tdk dpt dkreditkan
bunga if: sehub utang yg dianggap
penyertaan, pinjaman pribadi, u/ beli saham
kerugian tak tertagih (realisasi)
entertaintmen dgn daftar nominatif

anggota,WP
3. pembentukan cad. kec:
a. piutang u/ Bank/SGU opsi
b. premi u/ perush asuransi
c. reklamasi u/pertambangan
4. premi asuransi orang pribadi kec dibayar
perush
5. penggantian/imbalan
dlm
natura/kenikmatan kec. pekerjaan or daerah
ttt
6. juml melebihi kewajaran pembayaran kpd
PS or Hub istimewa
7. harta yg dihibahkan yg bukan obyek PPh
8. PPh
9. Gaji kpd sekutu,anggotaCV, Fa, no saham
10. sanksi perpajakan
pengeluaran masa manfaat > 1 th
amortisasi
PPh 47/94:
- biaya u/ penghasilan bukan obyek pajak
- biaya u/ penghasilan pajak final
- PPh ditanggung perush, kec PPh ps. 26
Holding Company
- semata-mata penyertaan
- 2 kegiatan alokasi

CADANGAN
1. Bank max 3% rata-rata piutang
2. SGU opsi max 2,5% rata-rata piutang
3. Asuransi Kerugian 40% yg disepakati + proses
4. Asuransi Jiwa aktuaris
5. Pertambangan metode satuan produksi atas dasar taksiran biaya reklamasi
SWAP and FORWARD
SWAP pertukaran 2 valas : pembelian/penjualan tunai dgn pembelian/penjualan kembali
berjangka
perpajakan selisih nilai tukar j.t. (realisasi) merp keuntungan: obyek PPh
Forward transaksi jual beli valas dgn penyerahan di kemd hari dgn kurs yg disepakati
perpajakan Potongan PPh 23 final
PTKP
jumlah maksimum yg ditetapkan Menkeu sbg penghasilan yg digunakan u/ memenuhi
kebutuhan fisik minimum WP.

15

Kompre Pajak / Rna 99

1. Diri sendiri/kawin
2.880.000/tahun
2. Tambahan istri
1.440.000/tahun
Anggota keluarga (maks. 3)
1.440.000/tahun

144.000/bulan = 1.728.000/ tahun


72.000/bulan =

864.000/tahun

72.000/bulan =

864.000/tahun

Sumbangan kepada GNOTA SE-33/PJ.421/1996, tanggal 2 September 1996


Sumbangan ke GNOTA deductible sepanjang WP bisa menunjukkan bukti setor/ transfer uang ke
BRI a.n lembaga GNOTA no.rek. 31-50-1784.5 sebagai bukti pembayaran
PERHITUNGAN PAJAK
MEKANISME PENGENAAN PPh BADAN
1. Pembayaran sendiri oleh wajib pajak untuk setiap masa pajak yaitu selisih Pajak Penghasilan
terutang tahun pajak yang lalu dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan pajak (diatur
dalam PPh pasal 21, 22, 23, 24) dibagi dengan banyaknya masa pajak dalam suatu tahun
pajak
2. Pembayaran pajak melalui orang atau badan baik swasta atau pemerintah berupa kredit pajak
yang dapat diperhitungkan dengan jumlah pajak terutang selama tahun pajak
Sedang PKP ditentukan dengan menggunakan pembukuan
PPh Badan:
1. Obyek pajak usaha dan luar usaha
2. Obyek Pajak Final
3. Bukan Obyek Pajak
PAJAK PEGAWAI
1. Pegawai tetap cari penghasilan neto sebulan kalikan 12 (disetahunkan) atau dikalikan
jumlah bulan sejak mulai bekerja (untuk pegawai yang mulai bekerja setelah bulan Januari)
a. Bukan berdasar masa gaji sebulan penghasilan sebulan = gaji seminggu x 4 atau gaji
sehari x 26
b. Rapel kenaikan gaji Rapel : Jumlah bulan perolehan rapel ditambahkan ke gaji
sebelum kenaikan
c. Jasprod, tantiem, dsb PPh psl 21 disetahunkan ditambah dengan Jasprod dsb PPh
psl 21 disetahunkan tanpa ditambah dengan Jasprod dsb
2. Biaya Jabatan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
besarnya 5% dari penghasilan brutto, maksimal Rp. 648.000 setahun atau Rp 54.000 sebulan.
3. Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai PKP = Penghasilan Brutto-PTKP
4. Pegawai yang menerima upah untuk penghasilan yang .. Rp. 144.000 sebulan atau tidak
dibayarkan secara bulanan atau bukan pegawai tetap PKP = Penghasilan brutto PTKP ( Rp.
14.400 sehari); bila tidak memenuhi syarat diatas digunakan PTKP sebenarnya.
5. Contoh PERHITUNGAN LENGKAP
Gaji pokok/bulan
400.000
Tunjangan/bulan
2.000.000
Penghasilan bruto/bulan
2.400.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan = 5% bruto, max. 200
200.000
16

Kompre Pajak / Rna 99

ribu
IHT = 2% gaji pokok
Penghasilan netto/bulan
Penghasilan netto 1 tahun
PTKP
Penghasilan Kena Pajak

8.000

(208.000)
2.192.000
26.304.000
(2.880.000)
23.424.000
xxx

PPh 21 = 10% x 23.424.000


Tarif pajak dan cara menghitung PPh
Contoh: 100 juta rupiah
10% x 25 juta
: 2,5 juta
15% x 25 juta
: 3,75 juta
30% x 5o juta
: 15 juta
KREDIT PAJAK: UU 10/94 ps 28
potongan/pembayaran pajak yg dpt dikurangkan dr pajak terutang suatu th pajak bagi WPDN
dan BUT (pajak yg telah dilunasi dlm th berjalan, dibayar sendiri oleh WP or dipotong/dipungut
oleh pihak lain)
Kredit Pajak PPh Badan
1. Pasal 21 pemotongan pajak atas penghasilan dan pekerjaan, jasa, keg lain.
2. pasal 22 pemungutan pajak atas penghasilan dan keg di bid impor/keg usaha di bid lain
3. pasal 23 pemotongan pajak atas peghasilan berupa dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah,
penghargaan, dan imbalan jasa lain.
4. pasal 24 pajak yg dibayar/terutang atas penghasilan dr LN yg boleh dikreditkan
5. pasal 25 pembayaran oleh WP sendiri
6. pasal 26 pemotongan pajak atas penghasilan yg tdk bersifat final
Kredit Pajak LN
1. PPh terutang atas Penghasilan DN dan LN
2. Penggabungan: saat penghasilan/div. diterima
3. No kompensasi kerugian
4. PPh terutan/dibayar LN dpt dikreditkan di DN:
a. max jumlah LN or perbandingan LN dan PHKP
b. do tiap negara
c. if > max not deduct, no restitusi, noo perhit.
d. pengajuan: LK, SPT + dokumen
Cara menghitung menjumlahkan pungutan dan potongan pajak yang telah disetor (dilunasi)
Contoh
PPh Terutang
a
Kredit Pajak:
PPh Psl 21
b
PPh Psl 22
b
PPh Psl 23
b
PPh Psl 24
b
Fiscal Luar Negeri
b
Jumlah Angsuran Pajak lewat pihak ketiga
(b)
17

Kompre Pajak / Rna 99

c
Pajak yang dibayar/diangsur sendiri:
PPh Psl 25
Pembayaran atas ketetapan

d
d
(e)
f

Pajak yang lebih/kurang setor

PERPAJAKAN AKTIVA TETAP


PENYUSUTAN FISKAL
Metode penyusutan : metode garis lurus atau metode saldo menurun (hanya untuk harta
berwujud bukan bangunan.)
Kelompok Harta
Berwujud
I. Bukan
Bangunan
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
II. Bangunan
Permanen
Tidak
Permanen

Masa
Manfaat
(Tahun)

Tarif Penyusutan
Garis Lurus (%)
Saldo Menurun
(%)

4
8
16
20

25
12,5
6,25
5

50
25
12,5
10

20
10

5
10

PERTUKARAN
1. diterima/diserahkan sesuai harga pasar
2. selisih dgn BV merp gain/loss
3. Fiskal: tdk dibedakan sejenis/tdk
AKTIVA DIBANGUN SENDIRI
1. pengeluaran u/ membangun merup unsur harga pokok, dibedakan deductible dan non
deductible
2. penyusutan thd AT dibedakan: akuntansu dan fiskal
REVALUASI AKTIVA TETAP
UU Perpajakan No.7/1983 belum mengatur
UU No 10/1994 sudah mengatur " selisih lebih karena penilaian kembali aktiva tetap
obyek pajak

18

Kompre Pajak / Rna 99

KETENTUAN
FORMAL
1. Pelaku: WP Badan DN, kewajiban pajak
terpenuhi
2. Syarat Aktiva Tetap:
a. berwujud termasuk tanah kec. gol I
b. dimiliki > 5 th, masih digunakan di Ind,
bukan u/ persediaan or dijual/dialihkan
3. Penilai diakui pemerintah biaya PPh
final, not deductible
4. Dasar revaluasi MV
Perhitungan
1. PPh final 10% selisih after kompensasi rugi
selisih masuk kelompok modal
2. Selisih dpt dibagikan sbg saham
bonus/tambahan, cad. modal bukan
obyek pajak
3. If tdk sesuai ketentuan: tarif pasal 17
4. Revaluasi tanah boleh lebih dari 1 kali, not
tanah: 1 kali
5. Pengalihan harta : tanah/bangunan (5 th),
lain (3 th) kecuali Business Combination
If sebelum PPh final 15%, untung/rugi
masuk SPT

MASALAH
1. Tdk adil dr sisi pelaku, bagaimana
kewajiban pajak daerah dan proses SKP
2. Syarat AT
a. bgmn u/ eks gol II masuk gol I
b. kepemilikan or disusutkan
c. SGU opsi: sejak lease or sejak opsi
3. Dasar Revaluasi not use NJOP PBB?
Pemeriksaan koreksi dan proses banding
rugi fiskal
Pembukuan PPh final terpisah or
menguransi selisih
saham bonus krn kap. agio/revaluasi AT
dividen not objek pajak

kepd pem or penyitaan sebelum jk. waktu


sales and leaseback atas AT revaluasi before jk
waktu

AKTIVA TAK BERWUJUD/ LAIN-LAIN


Amortisasi
1. tarif sesuai AT berwujud bukan bangunan
2. Biaya pendirian dan perluasan modal dibebankan or amortisasi
3. amortisasi tambang migas use satuan produksi
4. amortisasi tambang, hutan, SDA satuan produksi, max. 20% setahun
5. pre operating exp (manfaat > 1th) dikapitalisasi
6. pengalihan NBSF merp kerugian, penggantian merp keuntungan
Goodwill
1. amortisasi gol III, 10% NSBF
2. metode purchase, kecuali u/ merger or perush akan go public.
FASILITAS PERPAJAKAN
Tujuan keberhasilan sektor ekonomi yg berprioritas tinggi dlm swasta nasional, penggalakan
ekspor, mendorong perkemb daerah terpencil
1. Penyusutan
Tarif Penyusutan
Masa
Kelompok Harta
Manfaat
Garis Lurus (%)
Saldo Menurun
Berwujud
(Th)
(%)
I.
Bukan
19

Kompre Pajak / Rna 99

Bangunan
2
Kelompok I
4
Kelompok II
8
Kelompok III
10
Kelompok IV
II. Bangunan
Permanen
10
Tidak
5
Permanen
2. Kompensasi Kerugian s.d. 10 tahun
3. Pengurangan PPh atas div Ps. 26

50
25
12,5
10

100
50
25
20

10
20

20

Kompre Pajak / Rna 99

METODE PENYUSUTAN MENURUT PAJAK,


Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus atau metode saldo menurun
(hanya untuk harta berwujud bukan bangunan).
Amortisasi
Tarif Penyusutan
Masa
Kelompok Harta
Garis
Saldo
Manfaat
Berwujud
Lurus
Menurun (%)
(Tahun)
(%)
Kelompok I
4
25
50
Kelompok II
8
12,5
25
Kelompok III
16
6,25
12,5
Kelompok IV
20
5
10
LEASING

21

Kompre Pajak / Rna 99

SGU OPSI
Syarat
1. Pembayaran SGU + SV > HP +
keuntungan
2. Masa SGU:
Gol. I > 2 th
Gol II > 3 th
Gol III > 7 yh
3. Ketentuan opsi
Lessor
1. penghasilan obyek: pembayaran SGU
angsuran pokok
2. no depr
3. cad penghapusan piutang ragu-ragu
max. 2,5% rata-rata so/ awal +akhir
piutang
If tak tertagih cad. : sisa (penghasilan),
kurang (deductible)
4. angsuran PPh 25: lap triwulanan disetujui
5. pembayaran SGU: tdk terutang PPn dan
PPh 23
Lesse
1. No depr s.d. opsi digunakan: BV
2. Pembayaran SGU: deductible dan tdk
dipot. PPh 23
PPN
1. tdk terutang, Lessor bukan PKP : jasa
2. Pengalihan BKP krn SHU: terutang PPN
saat barang diserahkan (bagi lessee merp
PM yg dpt dikreditkan)
PPh 23
Pembayaran SGU tdk dipot PPh

SGU NON OPSI


Tidak memenuhi ketentuan

1. pembayaran SGU
2. Depresiasi sejak dileasekan
3. No!

4. Idem
5. Terutang PPN Dipotong PPh
1. No!
2. Deductible, dipotong PPh 23 (6%)
1. Terutang PPN, lessor = PKP
2. Penyerahan barang bukan BKP
3. PPN 10%: lessor (PK), lessee (PM)
Dipotong PPh 23

PELAKSANAAN LEBIH CEPAT


HUB ISTIMEWA

NO HUB ISTIMEWA

22

Kompre Pajak / Rna 99

PPh
1. kec force majeur mjd op lease
2. default:
a. pembetulan SPT
b. depr o/ lessor
c. pemot PPh 23 atas masa SGU lalu
3. Ekonomis
a. pembetulan SPT
b. depr o/ lessor s.d. pembelian opsi (spt
jual beli)
c. pemotongan PPh 23 atas masa SGU
lalu

HUB ISTIMEWA
PPN
1. masa SGU < term, sesuai KMK: tetap
2. masa SGU < KMK, mjd op lease
a. PM yg telah dikreditkan wajib
repayment
b. terutang PPN u/ masa yg lewat.
(penerbitan SKP dgn DPP: SGU +
denda)
c. u/ tahun berikut terutang PPN

1. no perubahan pajak, but perub


penghasilan/biaya
2. force majeur:
a. penghasilan: asuransi, hasil penjualan
b. kerugian: cost pembayaran SGU
c. kew. lessee: merp utang or dihapuskan
3. default
a. syarat: ada upaya hukum
b. BM ditarik, kew lessee merp piutang
lesso dan utang lessee
4. ekonomis
a. syaat :ada kesepakatan
b. lessor: ada keuntungan fiskal =
akumulasi jasa SGU + denda
c. lessee: pengeluaran = akuulasi SGU +
dendan + SV (mrp cost AT)

NO HUB ISTIMEWA
1. force majeur
a. if diasuransi ganti: PM wajib
repayment
b. if PM baru: tdk wajib but PM baru tdk
dpt dikreditkan
2. default sebagian
a. sesuai % BV dr AT
b. if < ith, hrs dibayar semua u/ > 100.000
3. ekonomis no!
4. Opsi tdk digunakan = default
5. Sales and Lease Back = default

LEASING
Operating lease
- jumlah pembayaran SGU < HP barang Modal + keuntungan
- tidak memuat ketentuan opsi
Lessor
Lesse
- Penerimaan pembayaran merupakan - Jumlah SGU yang dibayar/terutang tahun ybs
obyek pajak
deductible
- Melakukan Penyusutan
- Tidak boleh menyusutkan
- Memungut PPN
- Memungut PPh 23
= 15% x 40 % jumlah brutto untuk WP
Badan/ BUT
23

Kompre Pajak / Rna 99

= 15% x 80 % jumlah brutto WP Pribadi


Financial Leasing ( dengan hak opsi)
- jumlah pembayaran SGU + SV >= HP barang Modal + keuntungan
- tidak memuat ketentuan opsi
- masa SGU barang modal Gol I
> 2 tahun
Gol II & III > 3 Tahun
Bangunan > 7 Tahun
Lessor
- Obyek PPh
- Tidak boleh menyusutkan
- Dapat membentuk cadangan
piutang sanksi (2,5 % x ratarata saldo awal dan akhir
piutang) deductible
- Kerugian piutang
sisa Penghasilan
kurang deductible
- angsuran PPh bagi lessor
- pembayaran
SGU
tidak
terutang PPN dan tidak
dipotong PPh 23

Lesse (pengguna)
Akuntansi
PPh
- dicatat terpisah dengan aktiva - tidak
tetap
menyusutkan
- boleh menyusutkan
- deductible
- beban = penyusutan dan bunga
SGU

boleh

SGU dipercepat
- force mayeur
- tidak dapat penggantian asuransi PM yang dikreditkan tidak wajib dibayar kembali
- mendapat penggantian uang PM yang dikreditkan dibayar kembali
- mendapat penggantian barang
- PPN-M barang baru tidak dapat dikreditkan
- PPN-M barang lama tidak dibayar kembali
- default PM yang dikreditkan dibayar kembali kecuali < Rp. 100.000 (% Nilai sisa
Buku x PM yang dikreditkan)
- sebab ekonomis PM yang dikreditkan tidak wajib dibayar kembali
lesse tidak menggunakan hak opsi PM yang dikreditkan dibayar kembali
BADAN / USAHA KHUSUS
BANK
1. Pendapatan dan beban akrual
2. Aktiva Produktif
3. Cad piutang ragu-ragu 3% swasta or 6% pemerintah
4. Cad piutang tak tertagih : tdk kumulatif, max 3% if lebih: income, kurang: deductible

24

Kompre Pajak / Rna 99

KONTRAK KAJANG
1. PPh final 2% bruto
2. Persentase penyelesaian
3. PPh ditanggung pem all/sebag BLN, yg terima dr kontrktor: pph 21/26, dpt dikreditkan,
tdk bisa direstitusi
LAPANGAN GOLF
1. Penghasilan = iuran + jaminan + uang pangkal + tambahan
2. Sist keanggotaan:
a. PS penerimaan dan penyertaan bukan obyek
b. bukan PS obyek PPh
3. Jaminan/ deposito dan jaminan keanggotaan klub
a. refundable penghasilan
b. pengembalian: deductible, if dr utang: not
DANA PENSIUN
1. Obyek pajak
penghasilan bukan dr iuran
dipotong PPh, biaya: deductible
2. Not obyek
iuran dr pemberi kerja or peg (bagi pembayar: deductible)
sumber iuran: bunga/diskonto BI, bunga obligasi pasar modal Ind, div dr PT- Bursa Efek
Ind
tidak dipotong, biaya tdj deductible
IMPOR INDEN a.n. indentor
INDEN
1. cap pd PIUD
2. pelunasan pajak dan kredit pajak o/
indentor
3. komisi: terutang PPN importir (PM),
indentor (PK)

1.
2.
3.
4.

BIAYA SENDIRI
penyerahan BKP: PPN
Penghasilan netto : norma perhitungan
PPN Impor PPh pasal 22 dpt dikreditkan
importir
Harga jual: wajar o/ DJP

YAYASAN

1.
2.
3.
4.
5.

OBYEK
Dana Pembangunan: selama 4 tahun tdk
digunakan: dana iddle dan denda
Penghasilan/jasa + bunga
Sewa/imbalan use aktiva
Keuntungan pengalihan harta
pembagian keuntungan kerja sama

1.
2.
3.
4.

BUKAN OBYEK
Dana pembangunan dan pendidikan
catat dan laporkan, dan pernyataan
Sumbangan, Bantuan, Hibah not hubungan
istimewa
Dividen dr penyertaan BU Ind
Bantuan pemerintah

25

Kompre Pajak / Rna 99

MODAL VENTURA
Perlakuan perpajakan:
1. Usaha modal Ventura bukan merupakan obyek PPh sepanjang penghasilan yang diterima atau
diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia dengan syarat badan usaha
tersebut :
a. merupakan perusahaan kecil, menengah atau menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor
usaha yang ditetapkan menteri Keuangan (dimana penjualan bersih/penerimaan
brutopada tahun pajak sebelumnya Rp.5 miliar); dan
b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
c. penyertaan modal tidak melebihi jangka waktu 10 tahun
2. Atas penghasilan dari transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada
perusahaan pasangan usahanya dikenakan PPh final sebesar 0,1 % dari jumlah bruto nilai
transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal.
3. Usaha modal ventura wajib membukukan secara terpisah penghasilan yang merupakan obyek
pajak penghasilan dan yang bukan;
4. Apabila tidak memenuhi syarat a dan b diatas maka pajak yang dikenakan adalah sesuai
dengan UU No.10/1994
Dasar peraturan:
Keputusan Menteri Keuangan No. 250/KMK.04/1995 tanggal 2 Juni 1995 tentang perusahaan
kecil dan menengah pasangan usaha dari Perusahaan modal ventura dan perlakuan perpajakan
atas penyertaan modal perusahaan modal ventura Jo. SE-33/PJ.4/1995 tanggal 21 Juni 1995
tentang perusahaan kecil dan menengah pasangan usaha modal ventura dan perlakuan perpajakan
atas penyertaan modal perusahaan modal ventura
merupakan insentif bagi perusahaan ventura karena memberikan keringanan pajak bagi
perusahaan ventura yang sedang berkembang.
Ps 1. Perus kecil dan menengah pasangan usaha perush modal ventura
Ps 2.
1. Penyertaan modal perush ventura dilakukan selama pasangan tsb belum menjual saham di
bursa efek dan jk waktu tdk lebih 10 tahun
2. Penghasilan (bag laba) yg diterima dr pasangan modal ventura, bukan obyek pajak
3. Bila pasangan usaha menjual saham, perush modal ventura hrs menjual saham pasangan
usaha paling lama 36 bulan sejak diijinkan Bapepam
4. Penghasilan bag laba setelah lewat 36 th, merp obyek pajak penghasilan
merp insentif bagi prush modal ventura, mendorongnya u/ menanam modal di perush
kecil dan menengah.
KOPERASI
1. bagi penerima obyek PPh
2. tdk dipotong PPh 23
3. not deductible expense
BUSINESS COMBINATION
1. Penggabungan usaha adalah penggabungan dari dua badan usaha atau lebih dengan cara
tetap mempertahankan berdirinya salah satu badan usaha dan melikuidasi badan usaha
lainnya yang menggabung

26

Kompre Pajak / Rna 99

2. Peleburan adalah penggabungan dari dua atau lebih badan usaha dengan cara mendirikan
badan usaha baru dan melikuidasi badan-badan usaha yang bergabung tsb
3. Pemekaran adalah pemisahan satu badan usaha menjadi dua badan usaha atau lebih dengan
cara mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan sebagian aktiva dan pasiva kepada badan
usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa melakukan likuidasi badan usaha lama
PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN
- Pengalihan harta berdasarkan nilai buku
- Syarat seluruh hutang pajak dilunasi
sisa kerugian dari badan usaha lama tidak boleh dialihkan
mengajukan permohonan ke Direktur JPKeuntungan Umum
Keuntungan yang dari likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha merupakan obyek pajak
Keputusan Menteri Keuangan
1. o/ perbankan/financinf, ingin go public hub ist kewjb pajak terpenuhi, no kompensasi
rugi lama
2. revaluasi AT sebelum BC tdk diakui fiskal
3. penjualan saham: max 1 th after ijin kec. force majeur
4. pembukuan: BV, penyusutan sesuai sisa manfaat
5. pengecualian PPh atas pengalihan AT
6. angsuran PPh 25 penerima > = angsuran wajib pengalih
7. PPh: bayar, pungut, potong, tdk dpt dipindahbukukan
Tidak Sesuai KMK keuntungan atas pengalihan berdasar MV.
BADAN USAHA TETAP
1. Perorangan tdk tinggal di Indonesia, < 183 hari dlm 1 tahun
2. Badan: tdk didirikan or berkedudukan di Indonesia
OBYEK
BUKAN OBYEK
1. Penghasilan harta /usaha
1. PHKP PPh ditanam kembali:
2. penghasilan Kantor pusat dr usaha sejenis
a. pd perush di Ind
BUT
b. current or next tahun fiskal
3. penghasilan ps. 26 hub efektif
c. no pengalihan, max 2 th after produksi
komersial
4. deductible: sebanding peredaran BUT/
2. Non deductible: royalti, jasa manajeme,
dunia
bunga kec. perbankan
DIVIDEN dan PERPAJAKAN
UU 10/94 ps 4(1)g menganut pengertian div dlm arti luas:
a. pembagian laba sec lgs/tdk dgn nama/bentuk apapun
b. pembayaran kembali krn likuidasi yg melebihi jumlah modal disetor
c. pemberian saham bonus tanpa penyetoran
d. pembagian laba dlm bentuk saham
e. pencatatan tambahan modal tanpa penyetoran
f. jumlah yg melebihi jumlah setoran sahamnya (krn pembelian kembali saham)
g. pembayaran kembali modal diseor if dlm th lampau dipero/ keuntungan (kec pengecilan
modal dasar)
h. pembayaran/penebusan tandatanda laba
27

Kompre Pajak / Rna 99

i. bag laba sehub pemilikan obligasi


j. biaya perus u/ pribadi PS
k. Bag laba yg diterima pemegang polis
l. pembagian SHU kpd anggota koperasi
tdk dpt dikurangkan dr penghasilan
DIVIDEN
Dividen yang merupakan obyek PPh yang diterima
- WPDN dipotong PPh 23 = 15 % x jumlah bruto (tidak final)
WPLN dipotong PPh 26 = 20 % xjumlah bruto (kec diatur dlm tax treaty) final
Bukan Obyek Pajak
1. Deviden diterima PT dr penyertaan pd BU lain yg didirikan dan dioperasikan di Ind
2. Keuntungan dari pembayaran kembali seluruh/sebagian modal disetor karena penurunan
modal disetor sec sah
3. saham bonus tanpa penyetoran
Dividen terselubung
1. Imbakan bunga kpd PS > wajar
2. Pembayaran pegawai PS > lain
3. Penjualan kpd PS < MV
4. Pemberian kpd PS > MV
5. Penghapusan piutang PS
6. Pembayaran keperluan pribadi
SELISIH KURS
1. Perpajakan:
Keuntungan Obyek PPh, Kerugian Deductible
Pengakuan (syarat taat azas)
a. Kurs tetap secara konsisten R/L selisih diakui saat realisasi
b. Kurs tengah BI or kurs pasar R/L selisih diakui tiap akhir tahun
c. Rugi selisih kurs dibukukan dalam perkiraan sementara di neraca dan
pembebanannya bertahap berdasarkan realisasi valas tsb
2. Akuntansi .
SELISIH KURS
Menurut Akuntansi
Dibebankan ke laporan R/L berjalan
Satu periode selisih diakui seluruhnya
Lebih dari satu periode diakui untuk setiap periode dengan memperhitungkan perubahan
kurs setiap periode
Dalam kondisi hedging tidak dapat dilakukan selisih kurs yang timbul dapat dikapitalisasi
ke aktiva yang bersangkutan sebagai nilai tercatat (tidak boleh melampaui jumlah terendah
antara replacement cost dan amount recoverable.
PEMBUKUAN: AKUNTANSI vs PAJAK
AKUNTANSI
1. Dasar akrual

PAJAK
akrual stelsel dan kas stelsel campuran

28

Kompre Pajak / Rna 99

2. Proper matcing cost against revenues


Pendapatan

Beban

Proper matching taxable inc and deductible


exp
Penghasilan dibagi 3:
1. Penghasilan bukan pajak
2. penghasilan PPh final
3. penghasilan bukan obyek pajak
Expenses: deductible and non deductible

3. Konservatisme
Tidak boleh, dilarang membentuk cadangan/
penyisihan, kec: Bank, SGU dgn opsi,
asuransi, pertambangan
4. kerugian piutang
metode langsung
metode penyisihan
5. Materialitas
a. biaya lain-lain tdk dirinci
b. biaya tdk material tanpa bukti
c. praktek akuntansi tdk sehat

Metode langsung
Tidak memperhatikan materialitas
1. non deductible
2. non deductible
3. non deductible

6. Penyusutan akuntansi, dimulai sejak


digunakan, dihitung 1 bulan penuh
Penyusutan fiskal, dimulai sejak perolehan
a. metode garis lurus, saldo menurun, dan dihitung 1 tahun penuh
jumlah angka tahun, kapasitas residu c. metode garis lurus/saldo menurun
b. ada nilai residu
d. tdk ada nilai residu
KOREKSI FISKAL
koreksi atas L/K berdasarkan prinsip/standar akuntansi u/ menyesuaikan dgn ketentuan
perpajakan
1. Beda tetap terdpt pendptn/biaya mnrt akuntansi namun bukan merupakan obyek
pajak/pengurang penghasilan.
2. Beda waktu perbedaan waktu membukukan, timbul penangguhan pajak: penyusutan dan
rugi selisih kurs
Koreksi fiskal Positif mengurangi biaya menambah PKP, koreksi fiskal negatif menambah biaya
mengurangi PKP
a. penyisihan retur penjualan
b. penyisihan potongan penjualan
c. persediaan dgn comwil or LIFO
d. PPh peg yg dibayar perush
e. Pemberian imbalan dlm bentuk natura
f. Biaya perjalanan dinas lumsum
g. biaya piknik/rekreasi
h. biaya kendaraan perush yg dibawa karyawan

29

Kompre Pajak / Rna 99

RUGI FISKAL
Dapat dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai
dengan 5 tahun
Kerugian yang diderita diluar negeri tidak dapat dikompensasikan

30

Kompre Pajak / Rna 99

PPN & PPnBM


PPN vs PAJAK PENJUALAN
Pajak penjualan
pajak yang dikenakan atas penyerahan barang, jasa dan/atau impor barang dimana, pajak
tersebut dihitung dari seluruh harga atau nilai dari barang dan/atau jasa tersebut.
Sistem pemungutan: satu kali saja di tingkat pabrikan, pengusaha jasa tertentu atau pada
waktu impor
PPn sudah tidak berlaku, diganti dengan PPN yang dikenakan bila ada SELISIH antara harga
perolehan dengan harga penyerahan
No
PPN
.
1. Mengatur
tentang
pengertian
hubungan istimewa
2. Mengatur
tentang
Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak
3. Pajak dikenakan atas pertambahan
nilai pada tiap mata rantai produksi
4. Tarif pajaknya
5. Pajak terutang saat terjadi penyerahan
barang atau jasa atau pada saat impor
6. Mengatur mengenai faktur pajak dan
cara penghitungan pajak

Pajak Penjualan
Tidak diatur
Tidak diatur
Pajak dikenakan sekali saja pada tingkat
pabrikan atas seluruh nilai barang
Tarif pajaknya
Pajak terutang saat pelunasan harga jual
atau penggantian
Tidak diatur

PKP pengusaha kena pajak


1. orang pribadi/badan
2. dlm lingk perush/pekerjaannya menghasilkan, mengimpor, mengekspor, melakukan usaha
perdagangan, melakukan penyerahan BKP/JKP.
OBYEK PPN:
a. penyerahan BKP dlm daerah pabean oleh PKP
b. impor BKP
c. penyerahan JKP di daerah pabean oleh PKP
d. Pemanfaatan BKP tdk berwujud dr luar daerah pabean di dalam daerah pabean
e. Pemanfaatan JKP dr luar daerah pabean di dlm daerah pabean
f. ekspor BKP oleh PKP
Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa
barang bergerak maupun barang tidak bergerak maupun barang tidak berwujud yang dikenakan
pajak berdasarkan UU PPN.
Barang tidak kena pajak idem tapi yang tidak dikenakan pajak berdasarkan UU PPN, contoh
lihat jawaban no 13, ditambah impor bukan BKP, barang bawaan yang tidak melebihi batas nilai
barang yang dibebaskan bea masuk berdasarkan berdasarkan UU Pabean, dan barang pindahan
bekas pakai dari luar negeri untuk keperluan keluarga yang dibebaskan ari pungutan bea masuk.
Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkansuatu perikatan atau perbuatan
hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk

31

Kompre Pajak / Rna 99

dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak berdasarkan
UU PPN
Faktur pajak tdk dpt dikreditkan apabila FP standar tdk lengkap
Penyerahan Tidak Kena Pajak
Penyerahan yang berjumlah cukup besar tapi tidak kena PPN (UU 11/94 ps 1d(2))
a) Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana diatur dalam KUHD
b) penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang
c) Penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang dan sebaliknya dalam hal Pengusaha Kena Pajak
memperoleh ijin pemusatan tempat pajak terutang
d) Penyerahan BKP dalam rangka perubahan bentuk usaha atau penggabungan usaha atau
pengalihan seluruh aktiva perusahaan yang diikuti dengan perubahan pihak yang berhak atas
BKP
Penjelasan UU 11/94 angka 7 pasal 4a:
a. barang hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, yg dipetik/diambil/disadap langsung dr
sumbernya.
b. barang hasil peternakan, perburuan/penangkapan, penangkaran, yg diambil lgs dr sumbernya
. s.d. i.
PAJAK MASUKAN DAN PAJAK KELUARAN
Pajak Masukan adalah PPN yang dibayar oleh PKP karena perolehan BKP dan/atau
penerimaan JKP dan/atau pemanfaatan BKP tidak berwujud/JKP dari luar daerah pabean
dan/atau impor BKP
Pajak Keluaran Masukan adalah PPN yang dipungut oleh PKP krn penyerahan BKP dan/atau
penyerahan JKP
Pajak Keluaran > Pajak Masukan selisihnya dapat dikompensasikan dalam masa pajak
berikutnya
Pajak Keluaran > Pajak Masukan selisihnya merupakan pajak yang harus disetor
Contoh : kalau PKP dlm masa pajak yg sama:
- mengimpor BKP > mengekspor BKP
- membeli BKP > menyerahkan BKP
- menerima JKP > menyerahkan JKP
SEWA
1. JKP: kecuali hotel/penginapan
2. tarif 10%, 10% x 40% SC
3. ganti listrik: not, markup: yes
4. > kontrak (kecuali listrik,air) : PPN
5. PKP dpt mengkreditkan PM
SEWA
- PPN
- PPN Sewa ruangan ( adalah JKP kec Hotel/ penginapan) = 10 % x jumlah sewa
- PPN Service Charge = 10 % x 40 % x jumlah sevice charge
- PPh final
- Yang menyewakan WPDN Badan/BUT 6 % x jumlah bruto nilai persewaan
32

Kompre Pajak / Rna 99

Yang menyewakan WPDN orang pribadi 10 % x jumlah bruto nilai persewaan


Yang menyewakan WPDN Badan/BUT a.n. WPDN Pribadi 10 % x jumlah bruto
nilai persewaan

TRANSFER PRICING/HUBUNGAN ISTIMEWA


harga jual atau penggantian BKP/JKP yg dipengaruhi hub istimewa.
Indikasi kekurangwajaran dalam :
a. Harga penjualan Harga pasar wajar
b. Harga pembelian Harga pasar wajar
c. Alokasi biaya administrasi dan umum Dibandingkan dengan porsi manfaat yang diterima
d. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham Bunga dihitung
berdasar tarif umum
e. Pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, jasa
f. Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham yang lebih rendah dari harga pasar
Harga pasar, selisih bagi pembeli diperlakukan sebagai deviden
g. Penjualan ke pihak LN melalui pihak III yang tidak mempunyai substansi usaha
Harga jual dari pihak III ke pembeli (setelah dikurangi komisi untuk pihak III
Produk hasil pabrikan Pajak yang melekat :
1. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan pada suatu produk baik karena produk tersebut
mendapatkan suatu nilai tambah akibat proses produksi oleh pabrikan
2. Pajak Penjualan atas Barang Mewah - PPnBM merupakan pajak yang dikenakan pada
suatu produk karena produk yang dihasilkan diklasifikasikan sebagai suatu barang mewah.
PAJAK BUMI dan BANGUNAN (PBB)
Pengecualian UU 12/94 ttg perub UU 12/85 ttg PBB pasal 3(1):
1. digunakan hanya u/ melayani kepent bid ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan/kebud nas, no
profit motive
2. digunakan u/ kuburan, peninggalan purbakala, atau sejenis
3. merp hutan lindung, hutan suaka alam, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nas, tanah
penggembalaan yg dikuasai desa, dan tanah negara yg belum dibebani suatu hak.
4. digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik
5. digunakan o/ badan or perwakilan orgn internasional yg ditentukan Menkeu
Perhitungan
NJOP Bumi
xxx
NJOP Bangunan
xxx
NJOP dasar pengenaan pajak
xxx
NJOP tdk Kena Pajak
(xxx)
NJOP u/ perhitungan pajak
xxx dikalikan tarif (20%)
PBB
Pajak atas properti
5% dari NJOP or harga pasar, mana yg lebih tinggi.

33

Kompre Pajak / Rna 99

BEA METERAI
Pajak atas dokumen
Tarif
- Rp. 2.000
- Akta notaris dan salinannya
- Akta dari PPAT
- Surat perjanjian
- Surat berhargan dengan nominal > Rp. 1000.000
- Dokumen untuk bukti di pengadilan
- Rp. 1.000
- Surat dengan harga nominal Rp.250.000 s.d. Rp. 1.000.000 dan cek serta bilyet giro
dengan harga nominal berapapun

34

Anda mungkin juga menyukai