CASE I - CHOLELITHIASIS Fresh
CASE I - CHOLELITHIASIS Fresh
CASE I
CHOLELITHIASIS
First Session
PROBLEM
Cholelithiasis
Cholecystitits
Acute hepatitis
Hepatic abcess
Pleuritis
A. ANATOMI
ANATOMI PERMUKAAN ABDOMEN DAN DISTRIBUSINYA
Abdomen
Abdomen adalah bagian trunkus yang berada diantara thorax dan pelvis. Memiliki
dinding musculotendinous, kecuali bagian posteriornya, dimana dindingnya mencakup
vertebra lumbalis dan diskus intervertebralisnya. Dinding abdomen menutup cavum
abdomen, yang berisi cavitas peritonealis dan ditempati hampir seluruh organ
(viscera) sistem pencernaan dan sebagian kecil sistem urogenital.
Clinicians membagi cavum abdomen menjadi 9 regio untuk memberi gambaran
tentang lokasi suatu organ abdominal atau penyebaran rasa nyeri: hypochondriaca
dextra, lumbalis dextra, inguinalis dextra, epigastrica, umbilicalis, pubica
(hypogastrica), hypochondriaca sinistra, lumbalis sinistra, dan inguinalis
sinistra. 9 regio di bagi oleh 4 bidang :
2 Horizontal :
o Bidang subcostal, melalui tepi inferior cartilago costae X di kedua sisi
o Bidang transtubercular, melalui kedua tuberculum illiacum dan corpus vertebra
L5
2 Vertikal :
o Bidang midclavicular (2), melalui titik tengah clavicula (dextra dan sinistra) ke
titik midinguinal, pertengahan garis penghubung antara SIAS dan batas superior
simfisis pubis
Untuk deskripsi klinis secara umum, clinician menggunakan 4 kuadran cavum
abdomen : right upper quadran, left upper quadran, right lower quadran, left
lower quadran. 4 kuadran ini dibagi oleh 2 bidang :
o Bidang Transumbilical : melalui anulus umbilicalis dan discus intervertebralis
antara vertebra L3 dan vertebra L4
o Bidang Median : garis longitudinal yang membagi tubuh menjadi bagian kanan
dan kiri
Cholelithiasis : ???
Page 1
[BLOK GASTROINTESTINAL]
Cholecystitis : ???
Acute hepatitis : Tes Faal liver normal, urine normal, demam (-), nausea/vomit (-)
Hepatic Abscess : demam (-) , leukosit normal
Pleuritis : tidak nyeri ketika inspirasi dalam, athralgia parah (+), pulmo normal
dan
arteri
Vena-vena yang berasal dari bagian proksimal dari ductus choledocus dan ductus
hepaticus
umumnya langsung memasuki hepar. Vena pancreaticoduodenal
superior posterior menyalurkan darah bagian distal ductus choledocus dan
bermuara ke dalam vena porta atau salah satu anak cabangnya.
B. Vesica Biliaris (fellea)
Page 2
[BLOK GASTROINTESTINAL]
Vesica biliaris (fellea) berbentuk seperti buah pear (panjang 7-10 cm), terletak
fossa vesicae biliaris pada facies viceralis hepar. Peritoneum menutup seluruh
fundus vesica biliaris (fellea) serta mengikat corpus dan collum vesicae biliaris
(fellea) pada hepar. Facies hepatica dari vesica biliaris (fellea) menempel pada
hepar melalui jaringan ikat kapsula fibrosa hepar. Vesica biliaris (fellea)
mempunyai 3 bagian:
Fundus : ujungnya melebar, menganjur (terproyeksi) dari tepi caudal hepar dan
biasanya terletak pada ujung cartilago costa IX pada MCL kanan.
Corpus : bersentuhan dengan facies visceralis hepar, colon transversum, dan
pars superior duodenum
Collum : sempit, meruncing, dan mengarah langsung ke porta hepatis
Collum berkelok seperti huruf S dan dilanjutkan sebagai ductus cysticus. Pada
bagian dalam, mukosa collum vesica biliaris (felle) berwujud sebagai lipat berulir,
yakni valvula spiralis, yang mempertahankan ductus cysticus tetap terbuka ketika
ujung distal ductus choledocus tertutup oleh sphincter ductus billiaris dan/atau
sphincter ductus hepaticopancreatica, atau ketika empedu memasuki duodenum
ketika vesica biliaris (fellea) berkontraksi. Ductus cysticus (panjangnya kira-kira 4
cm) menghubungkan collum vesica fellea dengan ductus hepaticus communis.
Ductus cysticus melintas diantara lapisan omentum minus, biasanya sejajar dengan
ductus hepaticus communis, yang bergabung untuk membentuk ductus
choledocus. Arteri cystica yang mensuplai vesica biliaris (fellea) dan ductus
cysticus, biasanya berasal dari arteri hepatica dextra di sudut antara ductus
hepaticus communis dan ductus cysticus. Variasi dari asal dan perjalanan dari arteri
cystica sering dijumpai. Vena cystica yang menyakurkan darah dari saluran
empedu dan collum vesica biliaris (fellea) dapat melintas langsung ke hepar atau
memasuki hepar melalui vena porta. Vena dari fundus dan corpus melintas
langsung ke facies visceralis hepar dan mendrainase ke dalam sinusoid hepar.
Saraf untuk vesica biliaris (fellea) dan ductus cysticus mengikuti arteri cystica dari
plexus nervosus coeliacus [simpatis dan visceral (pain) afferrent], dan N. phrenicus
dextra (somatic afferent fibers).
B. HISTOLOGI
SEKRESI EMPEDU DI HEPAR
o
Kanalikuli, bagian pertama dari sistem ductus biliaris, adalah celah tubular.
Kanalikuli hanya dibatasi membran plasma dari 2 hepatosit dan memiliki
sedikit mikrovili di bagian dalamnya. Kanalikuli biliaris membentuk suatu jalinan
beranastomosis kompleks di sepanjang lempeng lobulus hati dan berakhir di
daerah portal. Jadi, aliran empedu berlangsung dalam arah yang berlawanan
dengan aliran darah, yaitu dari pusat lobulus ke bagian tepi. Di tepi, empedu
memasuki ductulus biliaris atau kanal Hering, yang tersusun dari sel-sel
kuboid. Setelah melalui jarak yang pendek, ductulus melewati hepatosit pembatas
di lobulus dan berakhir di dalam ductus biliaris (dilapisi oleh epitel kubis atau
silindris dan memiliki selubung jaringan ikat yang berbeda) di celah portal.
Duktus duktus ini secara berangsur membesar, menyatu, dan membentuk ductus
hepaticus kiri dan kanan, yang akhirnya keluar dari hati.
Sekresi empedu basal harian sekitar 500 ml. Empedu yang dihasilkan hepatosit
mengalir melalui kanalikuli biliaris, ductulus biliaris, dan ductus biliaris.
Struktur ini secara berangsur bergabung membentuk anyaman yang
berkonvergensi membentuk ductus hepaticus dextra dan sinistra, yang bersatu
untuk membentuk ductus hepaticus communis. Ductus hepaticus communis,
setelah bergabung dengan ductus cysticus dari kandung empedu, berlanjut ke
duodenum sebagai ductus biliaris communis (ductus choledocus). Ductus biliaris
communis bergabung dengan ductus pancreaticus untuk membentuk Ampulla
Vater yang pendek sebelum memasuki duodenum.
Ductus hepaticus, ductus cysticus, dan ductus biliaris communis dilapisi membran
mukosa dengan epitel selapis silindris. Lamina proprianya tipis dan dikelilingi
Page 3
[BLOK GASTROINTESTINAL]
sedikit otot polos. Lapisan otot ini bertambah tebal dekat duodenum dan
akhirnya, pada bagian intramural, membentuk sfingter yang mengatur
aliran empedu (sphincter Oddi).
KANDUNG EMPEDU
o
o
Kandung empedu merupakan suatu kantong muskular yang dilapisi oleh epitel
selapis silindris; kandung empedu memiliki kapasitas sekitar 100 ml pada
manusia.
Submukosa yang relatif kendor kaya akan sabut sabut elastis, pembuluh darah,
dan limfatik yang mengalirkan air yang direabsorbsi dari empedu selama proses
konsentrasi. Sabut sabut lapisan muskular tersusun dalam arah
longitudinal, transversal, dan oblique tapi tidak membentuk lapisan yang
berbeda. Pada bagian luar (external), terdapat lapisan adventitial (serosal)
kolagen yang tebal yang terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfatik. Pada
collum vesicae biliaris dan extrahepatic biliary tree, kelenjar mukosa dapat
ditemukan pada submukosa; mukus menyediakan lapisan permukaan
protektif bagi tractus biliaris.
Dengan perbesaran tinggi, epitel selapis silindris yang melapisi kandung empedu
tampak terdiri dari sel sel silindris yang sangat tinggi dengan nuclei yang
terletak di basal; sejumlah mikrovili irregular pendek bertanggungjawab
terhadap ketidakrataannya permukaan lumen. Sel sel tersebut
mengkonsentrasikan empedu 5 10 kali melalui proses aktif, air yang dihasilkan
melewati limfatik yang terletak pada lamina propria.
Mukosa kandung empedu memiliki banyak lipatan yang terutama dijumpai
ketika kandung ini sedang kosong. Sel epitelnya kaya akan mitokondria. Semua
sel ini mampu menyekresi sejumlah kecil mukus. Kelenjar mukosa tubuloasinar
dekat dengan ductus cysticus dan berperan pada produksi sebagian besar mukus
yang terdapat dalam empedu.
C. FAAL
KOMPOSISI EMPEDU
Empedu terdiri atas garam empedu, pigmen empedu, dan zat lain yang
larut dalam larutan elektrolit alkalis yang mirip dengan getah pankreas. Sekitar
500 ml empedu disekresikan setiap hari. Sebagian komponen empedu
direabsorpsi
di
usus
kemudian
diekskresikan
kembali
oleh
hati
(enterohepatic circulation).
Page 4
[BLOK GASTROINTESTINAL]
Page 5
[BLOK GASTROINTESTINAL]
9095% garam empedu diserap dari usus halus. Sebagian diserap melalui difusi
nonionik, tetapi sebagian besar garam empedu diserap dari ileum terminal oleh suatu
sistem ko-transport Na+-garam empedu yg sangat efisien dan dijalankan oleh Na+-K+ATPase basolateral. Salah satu ko-transporter garam yg berperan pada sistem transport
aktif sekunder telah berhasil diklon, dan terdapat bukti bahwa setidaknya terdapat satu
ko-tranporter lain.
Sisa garam empedu sebesar 5-10% masuk ke dalam kolon dan diubah
menjadi garam asam deoksikolat dan asam litokolat. Litokolat relatif tidak
larut dan sebagian besar diekskresikan dalam tinja; hanya 1% yg diserap,
namun deoksikolat diserap.
Page 6
[BLOK GASTROINTESTINAL]
Mual: pengenalan sadar dari eksitasi subconcious dalam area medulla yang
berhubungan dekat dengan atau bagian vomiting center; bisa disebabkan
oleh:
1. Impuls iritasi yang berasal dari G.I tract
2. Impuls yang berasal dari lower brain yang berhubungan dengan motion
sickness
3. Impuls dari cortex cerebral yang menginisiasi muntah
Muntah biasanya terjadi tanpa prodromal sensation mual, menandakan hanya
bagian tertentu vomiting center berhubungan dengan sensasi mual. Mual sering
terasosiasi dengan manifestasi autonomic nervous system seperti watery
salivation dan vasokonstriksi dengan pucat (palor), berkeringat, dan
takikardia. Nausea dapat berfungsi sebagai sinyal peringatan awal terhadap
patologi
Vomiting center terletak di medulla oblongata, dicapai oleh, antara lain, via
chemoreceptor dari area postrema di bawah ventrikel 4 ( Chemoreceptor
Page 7
[BLOK GASTROINTESTINAL]
trigger zone (CTZ)), dimana blood brain barrier kurang ketat (less tight). CTZ
di aktivasi oleh dopamine agonist seperti apomorphine (therapeutic emetic) ,
oleh sejumlah obat atau toxin seperti digitalis glicoside, nikotin,
staphylococcal enterotoxin juga hipoksia, uremia dan diabetes mellitus. Sel
sel CTZ juga mengandung reseptor untuk neurotransmitter (cth: epinephrine,
serotonin, GABA , dan substansi P) yang memungkinkan neuron dapat
mengakses ke CTZ.
METABOLISME BILIRUBIN
Metabolisme dan ekskresi bilirubin
Bila sel darah merah sudah habis masa hidupnya (rata-rata 120 hari ) dan
menjadi terlalu rapuh untuk bertahan dalam sistem sirkulasi, membran selnya akan
pecah dan hemoglobin yang lepas akan difagositosis oleh makrofag jaringan
(disebut juga sistem retikuloendothelial) di seluruh tubuh. Hemoglobin pertama
kali dipecah menjadi globin dan heme, dan cincin heme di buka untuk memberikan :
(1) memberi besi bebas yang ditranspor ke dalam darah oleh transferrin, dan (2)
rantai lurus dari empat cincin pirol yaitu substrat yang nantinya akan dibentuk
menjadi pigmen empedu. Pigmen pertama yang dibentuk adalah biliverdin,
tetapi pigmen ini dengan cepat direduksi menjadi bilirubin bebas, yang secara
bertahap dilepaskan oleh makrofag ke dalam plasma. Bilirubin bebas
dengan segera bergabung sangat kuat dengan albumin plasma dan
ditranspor dalam kombinasi ini melalui darah dan cairan interstitial.
Sekalipun berikatan dengan albumin, bilirubin ini masih disebut bilirubin
bebas untuk membedakannya dari bilirubin terkonjugasi yang akan dibicarakan
nanti.
Dalam beberapa jam, bilirubin bebas diabsorbsi melalui membrane sel hati.
Kemudian bilirubin bebas akan dikonjugasikan dengan asam glukoronida pada reaksi
yang
dikatalisis
oleh
enzim
glucoronyl
transferase
(UDP
glucuronosyltransferase). Sewaktu memasuki sel hati, bilirubin dilepaskan dari
albumin plasma dan segera setelah itu kira kira 80 persen dikonjugasi
dengan asam glukoronat untuk membentuk bilirubin glukoronida, kira kira
10 persen berkonjugasi dengan sulfat membentuk bilirubin sulfat, dan
sekitar 10 persen berkonjugasi dengan berbagai zat lainnya. Dalam bentuk
ini, bilirubin dikeluarkan melalui proses transpor aktif ke dalam kanalikuli
empedu kemudian masuk usus.
Page 8
[BLOK GASTROINTESTINAL]
Page 9
[BLOK GASTROINTESTINAL]
Sekali berada di dalam usus, kira kira setengah dari bilirubin konjugasi
diubah oleh kerja bakteri menjadi urobilinogen yang mudah larut. Beberapa
urobilinogen direabsorbsi melalui mukosa usus kembali ke darah. Sebagian
besarnya dieksresikan kembali oleh hati ke dalam usus, tetapi sekitar 5
persen dieksresikan oleh ginjal ke dalam urin. Setelah terpapar dengan udara
dalam urine, urobilinogen teroksidasi menjadi urobilin; sedangkan di dalam
feses urobilinogen diubah dan dioksidasi menjadi sterkobilin.
ETIOLOGI IKTERUS
Page 10
[BLOK GASTROINTESTINAL]
Second Session
PROBLEM
D. CHOLELITHIASIS
PATOGENESIS
Page 11
[BLOK GASTROINTESTINAL]
Page 12
[BLOK GASTROINTESTINAL]
FAKTOR PREDISPOSISI
Page 13
[BLOK GASTROINTESTINAL]
SIGN
SYMPT
AND
OMS
Gejala yang
paling spesifik dan khas dari penyakit batu empedu adalah billiary colic
Nyeri visceral terdapat di epigastrium atau kuadran kanan atas (RUQ)
abdomen, menyebar ke daerah interscapular, scapula dextra, atau bahu.
Billiary colic yang muncul secara tiba-tiba dan menetap dengan intensitas
keparahan dalam waktu 30 menit 5 jam, yang dapat berkurang secara bertahap
atau dengan cepat.
Mual dan muntah seringkali menyertai episode nyeri billiary
Biliary colic dapat ditimbulkan oleh makan makanan berlemak
DIAGNOSIS
a. Plain Film (foto polos)/BOF
Page 14
[BLOK GASTROINTESTINAL]
b.
c.
d.
e.
Diagnosa pada foto polos dapat dicurigai cholelithiasis dengan adanya bintik
atau bayangan gas bulat pear shaped yang homogen pada kuadran kanan atas,
yang bentuk dan posisinya menyerupai kandung empedu. Dapat ditemukan atau
tidak ditemukan adanya air fluid level pada posisi tegak. Terkadang calculi dapat
terlihat dalam kandung empedu.
Ultrasonografi (USG) dengan dan akurasi tinggi bahkan ketika non opaque.
Inflamasi akut dari dinding kandung empedu menghasilkan hallo effect atau
hilangnya discrete acoustic outline dari kandung empedu. USG dapat
menunjukkan kandung empedu pada 90-95% pasien yang puasa normal.
Batu empedu itu sendiri adalah echogenic, cystike kandung empedu disekitarnya,
dan ada efek bayangan sonic di luar batu empedu karena sedikit penetrasi
gelombang suara melalui batu empedu.
Intravenous Cholangiography
Pada level bilirubin diatas 4 mg per 100ml sangat tidak mungkin sistem ductal akan
terlihat opaque. Tomography digunakan secara rutin dengan intravenous
cholangiography untuk hasil yang optimal. one may opacity the gallbladder
with technology obtaining a film of the gallbladder. Dalam waktu sekitar empat jam
tetapi sama lambatnya dengan 24 jam. (in approximately four hours but the same
time late as 24 hours). Untuk mengevaluasi jika terdapat retensi, akan terlihat
pelebaran duktus dan sebagian terobstruksi.
Percutaneous Cholangiography
Metode yang berguna untuk membedakan jaundice cholelithiasis dengan
jaundice karena obstruksi. Lebih lanjut saat ditemukan adanya obstruksi
percutaneous cholangiography dapat mendeteksi letaknya secara akurat.
Cholescintiography
Dapat menilai perubahan yang berhubungan dengan pengisian dan pengosongan
kandung empedu dengan sangat akurat.
KOMPLIKASI
Cholecystitis
Cholangitis
Peritonitis
Pankreatitis akut
Ileus paralitik
Page 15
[BLOK GASTROINTESTINAL]
PROGNOSIS
Pada kebanyakan orang, prognosis cholethiasis baik. Lebih dari 60 80% kasus,
individu tidak pernah mengeluhkan gejala (Chiang). Batu yang kecil seringkali
dapat memasuki intestinum tanpa kesulitan dan dieliminasi lewat feses. Ada
pilihan untuk melakukan cholecystomy, dimana keberhasilannya bagus dan
kekambuhan dapat dicegah, walaupun mungkin 5 10 %.
Third Session
PROBLEM
Leukosit= 15.000/dl
E. CHOLECYSTITIS
DEFINISI
inflamasi pada kandung empedu
KLASIFIKASI:
a. Cholecystitis akut : (terjadi pada pasien ini)
- Calculous Cholecystitis
- Acalculous Cholecystitis
- Acalculous Cholecystopathy
- Emphysematous Cholecystitis
b. Cholecystitis kronis
PATOGENESIS
Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh tiga faktor:
(1) Inflamasi mekanik yang dihasilkan oleh peningkatan tekanan intraluminal
dan distensi intraluminal yang menyebabkan iskemia mukosa dan dinding
kandung empedu.
(2) Inflamasi kimia yang disebabkan oleh pelepasan lysolecithin (karena kinerja
phospholipase pada empedu dan faktor jaringan lokal lainnya)
(3) Inflamasi bakteri, yang memainkan peran penting pada 50 85% pasien dengan
cholecystitis akut. Organisme yang paling sering diisolir pada kultur cairan empedu
pasien-pasien ini termasuk Escheria coli, Klebsiella spp., Streptococcus spp., dan
Clostridium spp.
DIAGNOSA
Page 16
Highly
Suggest
ive
[BLOK GASTROINTESTINAL]
2. Demam
3. Leukositosis 10.000 15.000 sel/mikroliter dengan differential count shift to
the left
Bilirubin serum meningkat ringan (5 mg/dL)
Radionuclide (e.g HIDA) biliary scan dapat mengkonfirmasi bila gambaran ductus
biliaris terlihat tanpa adanya visualisasi empedu.
Ultrasound akan menunjukkan calculi pada 90 95% kasus
KOMPLIKASI CHOLECYSTITIS
Hyperpyrexia
Empyema
Liver absess
Mirrizzis syndrome
Gangrene dan perforasi
Limey bille
Pembentukan fistulla dan batu ileum
MANAJEMEN CHOLECYSTITIS
a. Medical Therapy
Stabilisasi dengan rawat inap sebelum cholecystectomy
Intake oral dikurangi
Deplesi volume ekstraselular
Abnormalitas elektrolit diperbaiki
NSAID untuk analgesik: morfin
Antibiotik (i.v) = *empiris untuk e.coli, klebsiella atau streptococcus (ampisilinsulbactam,
generasi ketiga cephalosporin)
*anaerob: metronidazol
b. Surgical Therapy
Waktu optimal untuk pelaksanaan terapi pada pasien dengan cholecystitis
tergantung pada keadan pasien
Urgent (emergency cholecystectomy) pada kebanyakan pasien dengan
komplikasi akut cholecystitis seperti empyema, emphisematous cholecystitis, atau
perforasi
Delayed surgical pada pasien yang keseluruhan kondisi medisnya dapat
memperberat faktor resiko terhadap early surgical dan pasien yang diagnosa
cholecystitis akut-nya masih diragukan.
Page 17