Anda di halaman 1dari 26

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. Rohimah

Umur

: 66 Tahun

Alamat

: Jl. Mawar Merah Blok 32 No.31 Jakarta Timur

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: IRT

Agama

: Islam

Tanggal periksa

: 14 Januari 2016

No. Rekam Medik

: 82.06.01

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis : 14 Januari pukul 10.00 WIB di ruang koas Mata RSPAD Gatot Soebroto
Keluhan Utama : Penglihatan buram pada kedua mata sejak 3 bulan yang lalu, mata tidak
merah, visus turun.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien sebelumnya pernah datang kerumah sakit Ridwan pada tahun 2012 dengan
masalah refraksi dan diberi resep kacamata. Pasien merasakan melihat buram saat melihat jauh
ataupun dekat. Pasien menyangkal tidak perlu memicingkan matanya saat melihat dekat maupun
jauh
Pasien datang ke poliklinik mata RSPAD dengan keluhan penglihatan buram pada kedua
mata sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengatakan penglihatan buram terjadi secara perlahan dan
semakin lama penglihatan semakin buruk. Pasien lebih sulit melihat terutama pada malam hari
dan pada siang hari melihat dirasakan pasien silau. Pasien merasakan jika melihat seperti melihat
1

kabut atau asap pada kedua matanya, hanya saja yang lebih buram itu dirasakan pasien pada
mata sebelah kanannya. Diakui pasien tidak ada pernah riwayat trauma sebelumnya seperti
tertusuk pada matanya atau terkena bahan kimia dsb. Tidak ada pernah operasi pada mata
sebelumnya.
Pasien menyangkal mata merah, gatal, seperti kelilipan atau seperti ada benda asing di matanya,
pasien juga menyangkal adanya keluar air mata berlebihan dan juga keluar secret yang kental
dan berwarna. Nyeri pada mata juga disangkal pasien. Pasien juga mengaku lapang penglihatan
tidak berkurang dan tidak disertai nyeri kepala. Pasien sebelumnya tidak pernah trauma pada
matanya seperti terkena pukulan atau terkena bahan kimia dsb. Pasien sudah lama menderita
sakit kencing manis dan rutin minum obat dari dokter penyakit dalam dan menurut pengakuan
pasien gula darah terkontrol. Pasien menyangkal menderita tekanan darah tinggi, penyakit
jantung, asma dsb. Pasien juga sedang tidak menggunakan obat-obatan ataupun pernah
mengonsumsi alcohol dan rokok. Pasien memiliki riwayat sebelumnya pada tahun 2012 datang
ke rumah sakit Ridwan untuk masalah refraksi pada matanya sehingga dia diberikan resep
kacamata. Dan kemudian pada bulan November 2015 datang ke poli mata RSPAD dengan
keluhan mata buram tersebut dan tidak dilakukan tindakan apapun hanya diberikan obat tetes
mata Lyteers dan obat minum Neurodex dan dianjurkan untuk kontrol datang kembali sebulan
lagi.
Riwayat Penyakit Terdahulu : sudah lama menderita sakit kencing manis dan rutin minum obat
dari dokter penyakit dalam
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada yang menderita sakit kencing manis, tekanan darah
tinggi, kolesterol, tiroid dsb.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda-tanda vital

TD

: 100/70 mmHg
2

Nadi

: 84 kali/menit

Suhu

: 36,5oC

RR

: 20 kali/menit

Kepala

: normocephali

Leher

: KGB tidak terlihat membesar

Cor

: BJ I dan BJ II murni regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

: simetris, suara napas vesikuler, tidak ada suara napas tambahan

Abdomen

: simetris, datar, tidak ada nyeri tekan, bising usus normal

Ekstremitas

: tidak ada edema dan akral teraba hangat

STATUS OFTALMOLOGIS
KETERANGAN

OD

OS

1. VISUS
Tajam Penglihatan

4/60

6/60 pinhole 6/30

Koreksi

C-0,75 X 90

S+2,00 C-1,00 X 0

Addisi

S+ 3,00

S+ 3,00

Distansia Pupil

60/62

60/62

Kaca mata lama

S +2,00 C-1,00 X 170

S+2,00 C-1,00 X 0

2. KEDUDUKAN BOLA MATA


Eksoftalmus

Tidak ada

Tidak ada

Endoftalmus

Tidak ada

Tidak ada

Deviasi

Tidak ada

Tidak ada

Gerakan bola mata

Baik kesegala arah

Baik kesegala arah

Warna

Hitam

Hitam

Letak

Simetris

Simetris

3. SUPRA SILIA

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR


Edema

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri tekan

Tidak ada

Tidak ada

Ektropion

Tidak ada

Tidak ada
3

Entropion

Tidak ada

Tidak ada

Blefarospasme

Tidak ada

Tidak ada

Trikiasis

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Ptosis

Tidak ada

Tidak ada

Fisura palpebral

Tidak ada

Tidak ada

Hordeolum

Tidak ada

Tidak ada

Kalazion

Tidak ada

Tidak ada

Pseudoptosis

Tidak ada

Tidak ada

5. KONJUNGTIVA TARSAL SUPERIOR DAN INFERIOR


Hiperemis

Tidak ada

Tidak ada

Folikel

Tidak ada

Tidak ada

Papil

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Anemia

Tidak ada

Tidak ada

Kemosis

Tidak ada

Tidak ada

Injeksi konjungtiva

Tidak ada

Tidak ada

Injeksi siliar

Tidak ada

Tidak ada

Perdarahan subkonjungtiva

Tidak ada

Tidak ada

Pterigium

Tidak ada

Tidak ada

Pinguekula

Tidak ada

Tidak ada

Nevus pigmentosus

Tidak ada

Tidak ada

Punctum lakrimal

Terbuka

Terbuka

Tes Anel

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Putih

Putih

6. KONJUNGTIVA BULBI

7. SISTEM LAKRIMALIS

8. SKLERA
Warna

Ikterik

Tidak ada

Tidak ada

Kejernihan

Jernih

Jernih

Permukaan

Licin

Licin

Ukuran

12 mm

12 mm

Sensibilitas

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Ilnfiltrat

Tidak ada

Tidak ada

Ulkus

Tidak ada

Tidak ada

Perforasi

Tidak ada

Tidak ada

Arkus senilis

Tidak ada

Tidak ada

Edema

Tidak ada

Tidak ada

Tes Plasido

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Kedalaman

Dalam

Dalam

Kejernihan

Jernih

Jernih

Hifema

Tidak ada

Tidak ada

Hipopion

Tidak ada

Tidak ada

Efek Tyndall

Negative

Negative

Warna

Coklat

Coklat

Kripte

Jelas

Jelas

Bentuk

Bulat

Bulat

Sinekia

Tidak ada

Tidak ada

Koloboma

Tidak ada

Tidak ada

Letak

Ditengah

Ditengah

Bentuk

Bulat

Bulat

Ukuran

3 mm

3 mm

9. KORNEA

10. BILIK MATA DEPAN

11. IRIS

12. PUPIL

Refleks cahaya langung

Kejernihan

Keruh

Keruh

Letak

Central

Central

Shadow Test

Negative

Negative

Tidak dapat dinilai

Tak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

Batas

Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

Bentuk

Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

Warna

Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

CD ratio

Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

c. Arteri Vena

Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

d. Retina

Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

e. Makula lutea

Tak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

Nyeri tekan

Tidak ada

Tidak ada

Massa tumor

Tidak ada

Tidak ada

Tonometri manual

Tidak teraba keras

Tidak teraba keras

NCT

16,8 mmHg

13,5 mmHg

Sama dengan pemeriksa

Sama dengan pemeriksa

Refleks

cahaya

langsung

tidak

13. LENSA

14. BADAN KACA


Kejernihan
15. FUNDUS OKULI
a. Refleks fundus
b. Papil

16. PALPASI

17. KAMPUS VISI


Tes konfrontasi

IV. Resume

Pasien perempuan berusia 66 tahun dengan keluhan penglihatan buram pada kedua mata
sejak 3 bulan yang lalu. Penglihatan seperti berasap atau berkabut yang dirasakan perlahan
semakin lama semakin buruk. Mata merah, nyeri, gatal, dan juga seperti ada benda asing
disangkal. Keluar air mata dan secret juga disangkal. Lapang penglihatan dirasakan pasien masih
baik. Riwayat trauma tidak ada. Sudah lama menderita sakit kencing manis dan rutin minum obat
dan menurut pengakuan pasien gula darah terkontrol. Penyakit tekanan darah tinggi, jantung,
komsumsi obat, alcohol, dan rokok disangkal pasien. Sebelumnya kerumah sakit Ridwan untuk
masalah refraksi pada matanya dan diberi resep kacamata. Dan kemudian pada bulan November
2015 datang ke poli mata RSPAD dengan keluhan mata buram tersebut dan tidak dilakukan
tindakan apapun hanya diberikan obat tetes mata dan obat minum dan dianjurkan untuk kontrol
datang kembali sebulan lagi.
Pemeriksaan mata didapatkan penurunan visus, terdapat kekeruhan pada lensa kedua
mata dengan Shadow Test (-). Pemeriksaan funduskopi sulit dinilai karena lensa keruh.
V. Diagnosis Kerja

Katarak senilis ODS

VI. Diagnosis Banding

Glaukoma kronis
Retinopati Diabetikum

VII. Pemeriksaan Anjuran

Biometri
Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, GDS
EKG

VIII. Penatalaksanaan

Non medikamentosa : edukasi penyakit katarak


ODS: pro Operasi Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE) + IOL

IX. Prognosis
ad Vitam

: Dubia ad bonam
7

ad Functionam

: Dubia ad bonam

ad Sanantionam : Dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI BOLA MATA
Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu:
1. Sklera, merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan
bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang
bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan
kornea lebih besar dibandingkan sklera.
2. Jaringan uvea, merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang
yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut
perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Badan
siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris dibatas kornea dan sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan
lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah
sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Badan kaca mengisi
rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempel papil saraf optik,
makula dan pars plana. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan
tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.1

Gambar 1. Anatomi Bola Mata

Struktur penyusun bola mata, yaitu:


a. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat
membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu (1)
konjungtiva tarsal, yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus; (2)
konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya; dan (3)
konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva
tarsal dengan konjungtiva bulbi.1
b. Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan
pelindung isi bola mata. Sklera berhubungan erat dengan kornea dalam bentuk lingkaran
yang disebut limbus. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea. Permukaan luar
sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus yang
mengandung banyak pembuluh darah yang memasuki sklera, yang disebut sebagai episklera.1
c. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan
lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis (1) epitel, (2)
membran Bowman, (3) Stroma, (4) Membran Descement, dan (5) Endotel. Kornea
dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf
nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea,
menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Sumber nutrisi kornea
berasal dari pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Kornea merupakan bagian
mata yang tembus cahaya dan meunutup bola mata di sebelah depan dan berperan sebagai
jendela paling depan dari mata dimana sinar masuk dan difokuskan ke dalam pupil.
Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan
sinar, masuk kornea. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea.1

d. Uvea
Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Perdarahan
uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior
longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik.
Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu bentuk arteri sirkularis mayor
pada badan siliar. Iris terdiri atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak
antara iris dan koroid. Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar
ke dalam bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indikator untuk fungsi simpatis
(midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. Badan siliar merupakan susunan otot melingkar
dan mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus. Radang badan siliar akan
mengakibatkan melebarnya pembuluh darah di daerah limbus, yang akan mengakibatkan
mata merah yang merupakan gambaran karakteristik peradangan intraokuler.1
e. Pupil
Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola mata. Pada
pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi akan mengakibatkan mengecilnya pupil
(miosis) dan m.dilatator pupil yang bila berkontriksi akan mengakibatkan membesarnya
pupil (midriasis).1
f. Bilik Mata Depan
Bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi
pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata
akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata
meninggi atau glaukoma.1
g. Lensa
Merupakan struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan transparan. Memiliki tebal
sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Terletak di belakang iris. Lensa digantung oleh zonula
yang menghubungkannya dengan korpus siliaris. Dalam axis penglihatan, lensa berperan
untuk berakomodasi dan memfokuskan cahaya ke retina.1
h. Badan Kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan
retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90%

10

sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi
cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat.1
i. Retina
Merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan yang melapisi dua per tiga
bagian dalam posterior dinding bola mata. Dalam aksis penglihatan, retina berfungsi untuk
menangkap rangsangan jatuhnya cahaya dan akan diteruskan berupa bayangan benda sebagai
impuls elektrik ke otak untuk membentuk gambaran yang dilihat. Pada retina terdapat sel
batang sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang mengenal frekuensi sinar.1
j. Nervus Optikus
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut saraf, yaitu
saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan
yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik ataupun
perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi penyaluran aliran listrik.1
ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
Lensa merupakan jaringan yang berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa
di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri
dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik
mata belakang. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar.
Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior
dari kapsul lensa. Kapsul merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan
epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa memiliki beda kelengkungan, dimana
permukaan anterior lensa lebih melengkung dibandingkan bagian posterior. Kedua permukaan
ini bertemu di bagian ekuator. Dengan bertambahnya usia, kemampuan akomodasi lensa akan
berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan menurun.1,2
Struktur lensa terdiri dari :
1. Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa tersusun dari kolagen
tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul berfungsi untuk mempertahankan
11

bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul lensa paling tebal pada bagian anterior dan posterior
zona preekuator (14 um,) dan paling tipis pada bagian tengah kutub posterior (3um).2,3
2. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior. Merupakan selapis sel
kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lensa dan regenerasi serat lensa. Epitel
lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat
lensa dibagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa.2,3
3. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa yang matur adalah
serat lensa yang telah kehilangan nucleus, dan membentuk korteks dari lensa. Serat-serat
yang sudah tua akan terdesak oleh serat lensa yang baru dibentuk ke tengah lensa.2,3
4. Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)
Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya lensa, sehingga
lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium menempel pada lensa di bagian
anterior dan posterior kapsul lensa. Ligamentum suspensorium merupakan panjangan dari
corpus silliaris.2,3

12

Gambar 2. Anatomi Lensa


Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:1
-

Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi
cembung. Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk
mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk menempatkan
bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi terjadi akubat perubahan lensa
oleh badan silluar terhadap serat zonula. Saat m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akan
mengalami relaksasi sehingga lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan daya
akomodasi semakin kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus
III. Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh karena

terjadinya kekakuan pada nukelus.


Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
Terletak ditempatnya

Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:

Gambar 3. Akomodasi Mata Normal


Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:1
-

Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia


Keruh atau apa yang disebut katarak
Tidak berada ditempat atau subluksasi dan dislokasi

13

Gangguan atau keadaan patologik pada lensa yang sering terjadi dan yang merupakan penyebab
paling sering kebutaan adalah katarak. Pada pembasahan selanjutnya akan diuraikan mengenai
definisi, etiologi, klasifikasi dan tatalaksana katarak
KATARAK

Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada
orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Kata katarak berasal
dari Yunani katarraktes yang berarti air terjun. Katarak sendiri sebenarnya merupakan
kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein sehingga memberikan gambaran
area berawan atau putih.1,3

Epidemiologi
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun ke
atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan pada
usia 80 tahun keatas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak congenital pada
negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan
sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.1

Etiologi dan Faktor Risiko


Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata
menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti
merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam
bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal. Cedera pada mata seperti
pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa
sehingga menimbulkan gejala seperti katarak. Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anakanak, disebut sebagai katarak congenital. Katarak congenital terjadi akibat adanya
peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai
komplikasi penyakit infeksi dan metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.1,3

Klasifikasi

14

Katarak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan (1) morfologi, (2)
maturitas atau yang dikenal dengan stadium katarak, dan berdasarkan (3) onsetnya.
Berdasarkan morfologinya, katarak dibagi menjadi:4
- Katarak Kapsular
- Katarak Subkapsular Posterior, terdapat pada korteks di dekat kapsul posterior bagian
sentral. Gejala-gejala yang umum, antara lain glare dan penurunan penglihatan pada
kondisi pencahayaan yang terang. Kekeruhan lensa disini dapat timbul akibat trauma,
-

penggunaan kortikosteroid, peradangan, atau pajanan radiasi pengion.


Katarak Kortikal, merupakan kekeruhan pada korteks lensa. Perubahan hidrasi serat lensa

menyebabkan terbentuknya celah-celah dalam pola radial di sekeliling daerah ekuator.


Katarak Supranuklear
Katarak Nuklear, proses kondensasi normal dalam nukleus lensa menyebabkan terjadinya

sklerosis nuklear setelah usia pertengahan.


Katarak Polar.

Berdasarkan maturitasnya, katarak dibagi menjadi:


-

Katarak insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut, kekeruhan mulai dari
tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).

Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.


Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa
menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat

memberikan penyulit glaukoma.


Katarak imatur. Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai
seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma

sekunder.
Katarak matur. Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada
ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
15

mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
-

negatif.
Katarak hipermatur. Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa

sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering.


Katarak morgagni. Bila proses katarak berlanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka
korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di
dalam korteks lensa karena lebih berat.

Berdasarkan onsetnya, katarak diklasifikasikan menjadi:


-

Katarak kongenital
Merupakan katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia
kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang
cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat. Untuk mengetahui
penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti
rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakaian obat selama kehamilan. Katarak
kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita penyakit
rubella,

galaktosemia,

homosisteinuria,

diabetes

melitus,

hipoparatiroidisme,

homosisteinuria, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik dan histoplasmosis, penyakit lain


yang menyertai katarak kongenital biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter
seperti mikroftalmus, aniridia, kolobama iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa
ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Tindakan pengobatan pada katarak
kongenital adalah operasi. Operasi katarak kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak
tampak. Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan
atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.1,3,4
-

Katarak Juvenil
16

Merupakan katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya
pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan
lanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit
sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti :
1. Katarak metabolik, diantaranya (a) katarak diabetik dan galaktosemik; (b) katarak
hipokalsemik (tetani); (c) katarak defisiensi gizi; (d) katarak aminoasiduria
2. Otot : distrofi miotonik
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata, yaitu (a) kelainan kongenital dan herediter (mikroftalmia ,
aniridia , dll); (b) katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal); (c)
katarak anoksik, (d) toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal , ergot , dll), (e)
katarak radiasi, (f) lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan
kulit, tulang, dan kromosom.
Katarak memberikan pengaruh yang berbeda pada anak yang berbeda. Katarak biasanya
menyebabkan buramnya penglihatan. Semakin keruh lensa, semakin buramlah
penglihatan. Banyak anak dengan katarak pada satu mata mempunyai penglihatan yang
baik pada mata lainnya. Anak ini tidak begitu mengeluhkan masalah penglihatannya.
Anak dengan katarak bilateral merasa bahwa penglihatan mereka normal. Awalnya
mereka berpikir bahwa orang lain memiliki penglihatan yang sama dengan mereka.
Kekeruhan penglihatan tergantung pada kekeruhan lensa, bagian lensa yang keruh,
apakah terdapat mata malas, atau adanya kondisi lain pada mata yang menurunkan
penglihatan. Jika hanya sebagian kecil lensa yang kabur, jauh dari bagian sentral, anak
akan memiliki penglihatan yang bagus. Jika bagian sentral lensa yang keruh, sehingga
sangat sedikit cahaya yang masuk, anak akan memiliki penglihatan yang buruk.
Jika katarak telah timbul pada usia yang lebih kecil, anak kemungkinan akan
mengalami ambliopia. Ambliopia mempengaruhi bagian penglihatan khusus pada otak.
Otak hanya dapat melihat gambaran yang tajam yang diberikan ke mata. Jika otak tidak
diberikan gambaran yang tajam karena katarak pada mata , otak tidak dapat belajar untuk
melihat dengan jelas. Walaupun katarak telah diangkat dengan operasi , penglihatannya
akan tetap kabur karena otak tidak mengembangkan kemampuannya untuk melihat
dengan jelas.1,3
-

Katarak Senilis
17

Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
di atas 50 tahun. Katarak merupakan penyebab kebutaan didunia saat ini yaitu setengah
dari 45 juta kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara berkembang
seperti Indonesia, India dan lainnya.Katarak juga merupakan penyebab utama kebutaan di
Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang berhubungan dengan penglihatan.
Penyebab katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara pasti,diduga
multifaktorial, diantaranya antara lain.
a)
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
b)
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai
efek buruk terhadap serabu-serabut lensa.
c)
Faktor imunologik
d)
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi,
gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.
e)
Gangguan metabolisme umum (DM, Galaktosemia).
Katarak umumnya terjadi karena faktor usia, meskipun etiopatogenesis belum
jelas, namun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya katarak senilis adalah
1) Herediter. Cukup berperan dalam insidensi, onset dan kematangan katarak senilis
pada keluarga yang berbeda.
2) Sinar ultraviolet. Bila lebih banyak terekspose dengan sinar ultraviolet dari matahari
maka akan berpengaruh pada onset dan kematangan katarak
3) Nutrisi. Defisiensi nutrisi seperti protein, asam amino, vitamin (riboflavin, vitamin E,
vitamin C) dan elemen penting lainnya mengakibatkan katarak senilis lebih cepat
timbul dan lebih cepat matur.
4) Dehidrasi. Terjadinya malnutrisi, dehidrasi dan perubahan ion tubuh juga akan
mempengaruhi katarak.
5) Perokok. Merokok menyebabkan akumulasi molekul pigmen 3 hydroxykynurinine
dan kromofor, yang menyebabkan warna kekuningan pada lensa. Cyanates pada
rokok menyebabkan denaturasi protein.
Adapun faktor risiko terjadinya katarak meliputi usia diatas 50 tahun, wanita,
keadaan sosial ekonomi rendah, sering terpapar sinar ultraviolet, kolesterol tinggi, kadar
protein dan albumin tubuh rendah.

18

Patofisiologi katarak belum sepenuhnya dimengerti, walaupun demikian, pada


lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan
berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan
mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan
mungkin berupa vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran
sel-sel epitel yang meyimpang.

Manifestasi Klinis
Gejala katarak senilis biasanya berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara

progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan-akan melihat
asap/kabut dan pupil mata tampak berwarna keputihan. Apabila katarak telah mencapai stadium
matur lensa akan keruh secara menyeluruh sehingga pupil akan benar-benar tampak putih. Gejala
umum gangguan katarak menurut GOI (2009) dan Medicastore (2009) meliputi:
1
2
3
4
5

Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


Peka terhadap sinar atau cahaya.
Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata.
Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca.
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Katarak senilis adalah katarak yang berkaitan dengan usia, penurunan penglihatan, dengan
karakteristik penebalan lensa yang terjadi secara terus-menerus dan progresif 9. Katarak senile
umumnya dibagi menjadi 4 stadium yaitu (a) stadium insipien, (b) stadium imatur, (c) stadium
matur, dan (d) stadium hipermatur.1,3
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis1

Kekeruhan
Besar lensa
Cairan Lensa

Insipien
Ringan

Immatur
Sebagian

Matur
Seluruh

Hipermatur
Masif

Normal
Normal

Lebih Besar
Bertambah

Normal
Normal

Kecil
Berkurang

( Air masuk)
Iris
Bilik depan
Sudut bilik mata
Penyulit

Normal
Normal
Normal
-

Terdorong
Dangkal
Sempit
Glukoma

(Air
Normal
Normal
Normal
-

massa

lensa keluar)
Tremulans
Dalam
Terbuka
Uveitis,glaucom
19

Visus

Bayangan Iris

(+)
-

<
(++)

<<
-

a
<<<
(+/-)

Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit


yang menyertai (contoh: diabetes melitus, hipertensi, cardiac anomalies). Penyakit seperti
diabetes militus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi secara dini
sehingga bisa dikontrol sebelum operasi (Ocampo, 2009).
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subkapsuler posterior dapat membaik
dengan dilatasi pupil.
Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva, dan kornea
dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat normal. Pada lensa pasien katarak,
didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium
pada penyakit katarak senilis. Ada juga pemeriksaan-pemeriksaan lainnya seperti biomikroskopi,
stereoscopic fundus examination, pemeriksaan lapang pandang dan pengukuran TIO.
Oftalmoskop direk :

- Normal : refleks fundus merah didalam pupil


- Katarak : sulit atau tidak terlihat sama sekali seiring kepadatan kekeruhan lensa
Tatalaksana
Ada dua teknik pembedahan katarak, menurut Vaughan yaitu: 3
1. Intra-Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Mengeluarkan lensa secara bersama-sama dengan kapsul lensa. Ekstraksi jenis ini
merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. Lensa beserta
kapsulnya dikeluarkan dengan memutus zonula Zinn yang telah mengalami degenerasi.
Pengambilan lensa dilakukan secara in toto sebagai satu potongan utuh, dimana nukleus
dan korteks diangkat didalam kapsul lensa dengan menyisakan vitreus dan membrana
Hyaloidea. Kapsula posterior juga diangkat sehingga IOL tidak dapat diletakkan di bilik
mata posterior. IOL dapat diletakkan di bilik mata anterior dengan risiko infeksi kornea.
20

Selain itu tidak ada lagi batasan antara segmen anterior dan posterior yang dapat
meningkatkan kemungkinan komplikasi lainnya seperti vitreus loss, cystoid macular
edema, dan endophtalmitis. Teknik ini digunakan dalam kasus tertentu antara lain bila
terjadi subluksasio lensa atau dislokasi lensa.
2. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Nukleus dan korteks diangkat dari kapsul dan menyisakan kapsula posterior yang utuh,
bagian perifer dari kapsula anterior, dan zonula zein. Teknik ini selain menyediakan
lokasi untuk menempatkan intra ocular lens (IOL), juga dapat dilakukan pencegahan
prolaps vitreus dan sebagai pembatas antara segmen anteror dan posterior. Sebagai
hasilnya, teknik ECCE dapat menurunkan kemungkinan timbulnya komplikasi seperti
vitreusloss, edema kornea.
3. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi merupakan bentuk EKEK yang terbaru dimana menggunakan getaran
ultrasonik untuk menghancurkan nukleus sehingga material nukleus dan kortek dapat
diaspirasi melalui insisi 3 mm. Teknik operasi ini tidak berbeda jauh dengan cara
ECCE, tetapi nucleus lensa diambil dengan menggunakan gelombang suara berfrekuensi
tinggi (emulsifier). Dibanding ECCE, maka irisan luka operasi lebih kecil sehingga
setelah diberi IOL rehabilitasi visus lebih cepat, di samping itu penyulit pascabedah lebih
sedikit ditemukan.
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Adalah modifikasi dari ekstraksi katarak ekstrakapsular merupakan salah satu teknik
pilihan yang dipakai dalam operasi katarak dengan penanaman lensa intraokuler. Teknik
ini lebih menjanjikan dengan insisi konvensional karena penyembuhan luka yang lebih
cepat, astigmatisme yang rendah, dan tajam penglihatan tanpa koreksi yang lebih baik.

Prognosis
Tindakan pembedahan secara defenitif pada katarak senilis dapat memperbaiki ketajaman
penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sedangkan prognosis penglihatan untuk pasien anakanak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis.
Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat
pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman
21

pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik
pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.4

Komplikasi
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif awal,
postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular
lens, IOL).5
A. Komplikasi preoperative :
1) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat ketakutan
akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki keadaan.
2) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk mengurangi
gejala.6
3) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical preoperatif,
ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
4) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep antibiotik
selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.
B. Komplikasi intraoperative :
1) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
2) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama insisi
ke bilik mata depan.
3) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi
akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
4) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
5) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat
ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
C. Komplikasi postoperatif awal :
22

Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris,
keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.7

D. Komplikasi postoperatif lanjut :


Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative endophtalmitis,
Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan katarak sekunder
merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa waktu post operasi.

E. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL


Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucoma-hyphema
syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa toksik (toxic lens
syndrome.6,7

23

Kesimpulan
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak sendiri sebenarnya merupakan
kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein sehingga memberikan gambaran area
berawan atau putih. Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh
faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang
menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal. Untuk
mendiagnosis penyakit katarak harus melalui beberapa langkah dari anamnesis dengan gejala
khasnya seperti mata kabur, penglihatannya seperti berkabut dan seperti ada awan yang menutupi
pandangannya. Mata seringkali terasa berair dan sering merasa silau terutama pada siang hari
atau berada pada tempat yang sangat terang, sedangkan pada malam hari os merasa kesulitan
untuk melihat. Penurunan tajam penglihatan yang terjadi secara perlahan ini perlu untuk
dibedakan dengan penyakit lainnya yang memberikan keluhan serupa seperti glaukoma, maupun
retinopati.
Penatalakasaan terbaik dari katarak adalah terapi opertaif yang terdiri dari teknik
pembedahan yaitu ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) dan ECCE (Extra Capsular
Cataract Extraction) dan Faecoemulsifikasi. Prognosis dari penyakit katarak tergantung dengan
derajat katarak itu sendiri tapi secara garis besar penyakit katarak ini semakin cepat didiagnosis
dan dilakukan tindakan maka prognosisnya semakin baik.

24

Daftar Pustaka
1. Illyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h.200
2. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar
Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007
3. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17 th ed. USA : Mc
Graw-Hill; 2007.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7 th ed. China:
Elsevier : 2011. (e-book)
5. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol.
2011.
6. Vau g a n

D,

Tay l o r

A,

Paul

RE.

Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta:

WidyaMedika.2010.hal 12-14, 185-186, 193-194, 313-314.


7. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes on Ophtalmology. Ed 9th. Jakarta : Penerbit
Erlangga.2005.h.138-139

25

26

Anda mungkin juga menyukai