: Ny. Rohimah
Umur
: 66 Tahun
Alamat
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Tanggal periksa
: 14 Januari 2016
: 82.06.01
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis : 14 Januari pukul 10.00 WIB di ruang koas Mata RSPAD Gatot Soebroto
Keluhan Utama : Penglihatan buram pada kedua mata sejak 3 bulan yang lalu, mata tidak
merah, visus turun.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien sebelumnya pernah datang kerumah sakit Ridwan pada tahun 2012 dengan
masalah refraksi dan diberi resep kacamata. Pasien merasakan melihat buram saat melihat jauh
ataupun dekat. Pasien menyangkal tidak perlu memicingkan matanya saat melihat dekat maupun
jauh
Pasien datang ke poliklinik mata RSPAD dengan keluhan penglihatan buram pada kedua
mata sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengatakan penglihatan buram terjadi secara perlahan dan
semakin lama penglihatan semakin buruk. Pasien lebih sulit melihat terutama pada malam hari
dan pada siang hari melihat dirasakan pasien silau. Pasien merasakan jika melihat seperti melihat
1
kabut atau asap pada kedua matanya, hanya saja yang lebih buram itu dirasakan pasien pada
mata sebelah kanannya. Diakui pasien tidak ada pernah riwayat trauma sebelumnya seperti
tertusuk pada matanya atau terkena bahan kimia dsb. Tidak ada pernah operasi pada mata
sebelumnya.
Pasien menyangkal mata merah, gatal, seperti kelilipan atau seperti ada benda asing di matanya,
pasien juga menyangkal adanya keluar air mata berlebihan dan juga keluar secret yang kental
dan berwarna. Nyeri pada mata juga disangkal pasien. Pasien juga mengaku lapang penglihatan
tidak berkurang dan tidak disertai nyeri kepala. Pasien sebelumnya tidak pernah trauma pada
matanya seperti terkena pukulan atau terkena bahan kimia dsb. Pasien sudah lama menderita
sakit kencing manis dan rutin minum obat dari dokter penyakit dalam dan menurut pengakuan
pasien gula darah terkontrol. Pasien menyangkal menderita tekanan darah tinggi, penyakit
jantung, asma dsb. Pasien juga sedang tidak menggunakan obat-obatan ataupun pernah
mengonsumsi alcohol dan rokok. Pasien memiliki riwayat sebelumnya pada tahun 2012 datang
ke rumah sakit Ridwan untuk masalah refraksi pada matanya sehingga dia diberikan resep
kacamata. Dan kemudian pada bulan November 2015 datang ke poli mata RSPAD dengan
keluhan mata buram tersebut dan tidak dilakukan tindakan apapun hanya diberikan obat tetes
mata Lyteers dan obat minum Neurodex dan dianjurkan untuk kontrol datang kembali sebulan
lagi.
Riwayat Penyakit Terdahulu : sudah lama menderita sakit kencing manis dan rutin minum obat
dari dokter penyakit dalam
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada yang menderita sakit kencing manis, tekanan darah
tinggi, kolesterol, tiroid dsb.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital
TD
: 100/70 mmHg
2
Nadi
: 84 kali/menit
Suhu
: 36,5oC
RR
: 20 kali/menit
Kepala
: normocephali
Leher
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
STATUS OFTALMOLOGIS
KETERANGAN
OD
OS
1. VISUS
Tajam Penglihatan
4/60
Koreksi
C-0,75 X 90
S+2,00 C-1,00 X 0
Addisi
S+ 3,00
S+ 3,00
Distansia Pupil
60/62
60/62
S+2,00 C-1,00 X 0
Tidak ada
Tidak ada
Endoftalmus
Tidak ada
Tidak ada
Deviasi
Tidak ada
Tidak ada
Warna
Hitam
Hitam
Letak
Simetris
Simetris
3. SUPRA SILIA
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Ektropion
Tidak ada
Tidak ada
3
Entropion
Tidak ada
Tidak ada
Blefarospasme
Tidak ada
Tidak ada
Trikiasis
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Ptosis
Tidak ada
Tidak ada
Fisura palpebral
Tidak ada
Tidak ada
Hordeolum
Tidak ada
Tidak ada
Kalazion
Tidak ada
Tidak ada
Pseudoptosis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Folikel
Tidak ada
Tidak ada
Papil
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Anemia
Tidak ada
Tidak ada
Kemosis
Tidak ada
Tidak ada
Injeksi konjungtiva
Tidak ada
Tidak ada
Injeksi siliar
Tidak ada
Tidak ada
Perdarahan subkonjungtiva
Tidak ada
Tidak ada
Pterigium
Tidak ada
Tidak ada
Pinguekula
Tidak ada
Tidak ada
Nevus pigmentosus
Tidak ada
Tidak ada
Punctum lakrimal
Terbuka
Terbuka
Tes Anel
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Putih
Putih
6. KONJUNGTIVA BULBI
7. SISTEM LAKRIMALIS
8. SKLERA
Warna
Ikterik
Tidak ada
Tidak ada
Kejernihan
Jernih
Jernih
Permukaan
Licin
Licin
Ukuran
12 mm
12 mm
Sensibilitas
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ilnfiltrat
Tidak ada
Tidak ada
Ulkus
Tidak ada
Tidak ada
Perforasi
Tidak ada
Tidak ada
Arkus senilis
Tidak ada
Tidak ada
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Tes Plasido
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kedalaman
Dalam
Dalam
Kejernihan
Jernih
Jernih
Hifema
Tidak ada
Tidak ada
Hipopion
Tidak ada
Tidak ada
Efek Tyndall
Negative
Negative
Warna
Coklat
Coklat
Kripte
Jelas
Jelas
Bentuk
Bulat
Bulat
Sinekia
Tidak ada
Tidak ada
Koloboma
Tidak ada
Tidak ada
Letak
Ditengah
Ditengah
Bentuk
Bulat
Bulat
Ukuran
3 mm
3 mm
9. KORNEA
11. IRIS
12. PUPIL
Kejernihan
Keruh
Keruh
Letak
Central
Central
Shadow Test
Negative
Negative
Batas
Bentuk
Warna
CD ratio
c. Arteri Vena
d. Retina
e. Makula lutea
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Massa tumor
Tidak ada
Tidak ada
Tonometri manual
NCT
16,8 mmHg
13,5 mmHg
Refleks
cahaya
langsung
tidak
13. LENSA
16. PALPASI
IV. Resume
Pasien perempuan berusia 66 tahun dengan keluhan penglihatan buram pada kedua mata
sejak 3 bulan yang lalu. Penglihatan seperti berasap atau berkabut yang dirasakan perlahan
semakin lama semakin buruk. Mata merah, nyeri, gatal, dan juga seperti ada benda asing
disangkal. Keluar air mata dan secret juga disangkal. Lapang penglihatan dirasakan pasien masih
baik. Riwayat trauma tidak ada. Sudah lama menderita sakit kencing manis dan rutin minum obat
dan menurut pengakuan pasien gula darah terkontrol. Penyakit tekanan darah tinggi, jantung,
komsumsi obat, alcohol, dan rokok disangkal pasien. Sebelumnya kerumah sakit Ridwan untuk
masalah refraksi pada matanya dan diberi resep kacamata. Dan kemudian pada bulan November
2015 datang ke poli mata RSPAD dengan keluhan mata buram tersebut dan tidak dilakukan
tindakan apapun hanya diberikan obat tetes mata dan obat minum dan dianjurkan untuk kontrol
datang kembali sebulan lagi.
Pemeriksaan mata didapatkan penurunan visus, terdapat kekeruhan pada lensa kedua
mata dengan Shadow Test (-). Pemeriksaan funduskopi sulit dinilai karena lensa keruh.
V. Diagnosis Kerja
Glaukoma kronis
Retinopati Diabetikum
Biometri
Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, GDS
EKG
VIII. Penatalaksanaan
IX. Prognosis
ad Vitam
: Dubia ad bonam
7
ad Functionam
: Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI BOLA MATA
Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu:
1. Sklera, merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan
bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang
bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan
kornea lebih besar dibandingkan sklera.
2. Jaringan uvea, merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang
yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut
perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Badan
siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris dibatas kornea dan sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan
lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah
sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Badan kaca mengisi
rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempel papil saraf optik,
makula dan pars plana. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan
tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.1
d. Uvea
Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Perdarahan
uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior
longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik.
Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu bentuk arteri sirkularis mayor
pada badan siliar. Iris terdiri atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak
antara iris dan koroid. Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar
ke dalam bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indikator untuk fungsi simpatis
(midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. Badan siliar merupakan susunan otot melingkar
dan mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus. Radang badan siliar akan
mengakibatkan melebarnya pembuluh darah di daerah limbus, yang akan mengakibatkan
mata merah yang merupakan gambaran karakteristik peradangan intraokuler.1
e. Pupil
Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola mata. Pada
pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi akan mengakibatkan mengecilnya pupil
(miosis) dan m.dilatator pupil yang bila berkontriksi akan mengakibatkan membesarnya
pupil (midriasis).1
f. Bilik Mata Depan
Bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi
pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata
akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata
meninggi atau glaukoma.1
g. Lensa
Merupakan struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan transparan. Memiliki tebal
sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Terletak di belakang iris. Lensa digantung oleh zonula
yang menghubungkannya dengan korpus siliaris. Dalam axis penglihatan, lensa berperan
untuk berakomodasi dan memfokuskan cahaya ke retina.1
h. Badan Kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan
retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90%
10
sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi
cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat.1
i. Retina
Merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan yang melapisi dua per tiga
bagian dalam posterior dinding bola mata. Dalam aksis penglihatan, retina berfungsi untuk
menangkap rangsangan jatuhnya cahaya dan akan diteruskan berupa bayangan benda sebagai
impuls elektrik ke otak untuk membentuk gambaran yang dilihat. Pada retina terdapat sel
batang sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang mengenal frekuensi sinar.1
j. Nervus Optikus
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut saraf, yaitu
saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan
yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik ataupun
perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi penyaluran aliran listrik.1
ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
Lensa merupakan jaringan yang berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa
di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri
dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik
mata belakang. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar.
Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior
dari kapsul lensa. Kapsul merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan
epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa memiliki beda kelengkungan, dimana
permukaan anterior lensa lebih melengkung dibandingkan bagian posterior. Kedua permukaan
ini bertemu di bagian ekuator. Dengan bertambahnya usia, kemampuan akomodasi lensa akan
berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan menurun.1,2
Struktur lensa terdiri dari :
1. Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa tersusun dari kolagen
tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul berfungsi untuk mempertahankan
11
bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul lensa paling tebal pada bagian anterior dan posterior
zona preekuator (14 um,) dan paling tipis pada bagian tengah kutub posterior (3um).2,3
2. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior. Merupakan selapis sel
kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lensa dan regenerasi serat lensa. Epitel
lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat
lensa dibagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa.2,3
3. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa yang matur adalah
serat lensa yang telah kehilangan nucleus, dan membentuk korteks dari lensa. Serat-serat
yang sudah tua akan terdesak oleh serat lensa yang baru dibentuk ke tengah lensa.2,3
4. Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)
Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya lensa, sehingga
lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium menempel pada lensa di bagian
anterior dan posterior kapsul lensa. Ligamentum suspensorium merupakan panjangan dari
corpus silliaris.2,3
12
Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi
cembung. Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk
mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk menempatkan
bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi terjadi akubat perubahan lensa
oleh badan silluar terhadap serat zonula. Saat m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akan
mengalami relaksasi sehingga lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan daya
akomodasi semakin kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus
III. Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh karena
13
Gangguan atau keadaan patologik pada lensa yang sering terjadi dan yang merupakan penyebab
paling sering kebutaan adalah katarak. Pada pembasahan selanjutnya akan diuraikan mengenai
definisi, etiologi, klasifikasi dan tatalaksana katarak
KATARAK
Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada
orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Kata katarak berasal
dari Yunani katarraktes yang berarti air terjun. Katarak sendiri sebenarnya merupakan
kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein sehingga memberikan gambaran
area berawan atau putih.1,3
Epidemiologi
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun ke
atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan pada
usia 80 tahun keatas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak congenital pada
negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan
sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.1
Klasifikasi
14
Katarak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan (1) morfologi, (2)
maturitas atau yang dikenal dengan stadium katarak, dan berdasarkan (3) onsetnya.
Berdasarkan morfologinya, katarak dibagi menjadi:4
- Katarak Kapsular
- Katarak Subkapsular Posterior, terdapat pada korteks di dekat kapsul posterior bagian
sentral. Gejala-gejala yang umum, antara lain glare dan penurunan penglihatan pada
kondisi pencahayaan yang terang. Kekeruhan lensa disini dapat timbul akibat trauma,
-
Katarak insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut, kekeruhan mulai dari
tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).
sekunder.
Katarak matur. Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada
ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
15
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
-
negatif.
Katarak hipermatur. Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa
Katarak kongenital
Merupakan katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia
kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang
cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat. Untuk mengetahui
penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti
rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakaian obat selama kehamilan. Katarak
kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita penyakit
rubella,
galaktosemia,
homosisteinuria,
diabetes
melitus,
hipoparatiroidisme,
Katarak Juvenil
16
Merupakan katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya
pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan
lanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit
sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti :
1. Katarak metabolik, diantaranya (a) katarak diabetik dan galaktosemik; (b) katarak
hipokalsemik (tetani); (c) katarak defisiensi gizi; (d) katarak aminoasiduria
2. Otot : distrofi miotonik
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata, yaitu (a) kelainan kongenital dan herediter (mikroftalmia ,
aniridia , dll); (b) katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal); (c)
katarak anoksik, (d) toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal , ergot , dll), (e)
katarak radiasi, (f) lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan
kulit, tulang, dan kromosom.
Katarak memberikan pengaruh yang berbeda pada anak yang berbeda. Katarak biasanya
menyebabkan buramnya penglihatan. Semakin keruh lensa, semakin buramlah
penglihatan. Banyak anak dengan katarak pada satu mata mempunyai penglihatan yang
baik pada mata lainnya. Anak ini tidak begitu mengeluhkan masalah penglihatannya.
Anak dengan katarak bilateral merasa bahwa penglihatan mereka normal. Awalnya
mereka berpikir bahwa orang lain memiliki penglihatan yang sama dengan mereka.
Kekeruhan penglihatan tergantung pada kekeruhan lensa, bagian lensa yang keruh,
apakah terdapat mata malas, atau adanya kondisi lain pada mata yang menurunkan
penglihatan. Jika hanya sebagian kecil lensa yang kabur, jauh dari bagian sentral, anak
akan memiliki penglihatan yang bagus. Jika bagian sentral lensa yang keruh, sehingga
sangat sedikit cahaya yang masuk, anak akan memiliki penglihatan yang buruk.
Jika katarak telah timbul pada usia yang lebih kecil, anak kemungkinan akan
mengalami ambliopia. Ambliopia mempengaruhi bagian penglihatan khusus pada otak.
Otak hanya dapat melihat gambaran yang tajam yang diberikan ke mata. Jika otak tidak
diberikan gambaran yang tajam karena katarak pada mata , otak tidak dapat belajar untuk
melihat dengan jelas. Walaupun katarak telah diangkat dengan operasi , penglihatannya
akan tetap kabur karena otak tidak mengembangkan kemampuannya untuk melihat
dengan jelas.1,3
-
Katarak Senilis
17
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
di atas 50 tahun. Katarak merupakan penyebab kebutaan didunia saat ini yaitu setengah
dari 45 juta kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara berkembang
seperti Indonesia, India dan lainnya.Katarak juga merupakan penyebab utama kebutaan di
Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang berhubungan dengan penglihatan.
Penyebab katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara pasti,diduga
multifaktorial, diantaranya antara lain.
a)
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
b)
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai
efek buruk terhadap serabu-serabut lensa.
c)
Faktor imunologik
d)
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi,
gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.
e)
Gangguan metabolisme umum (DM, Galaktosemia).
Katarak umumnya terjadi karena faktor usia, meskipun etiopatogenesis belum
jelas, namun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya katarak senilis adalah
1) Herediter. Cukup berperan dalam insidensi, onset dan kematangan katarak senilis
pada keluarga yang berbeda.
2) Sinar ultraviolet. Bila lebih banyak terekspose dengan sinar ultraviolet dari matahari
maka akan berpengaruh pada onset dan kematangan katarak
3) Nutrisi. Defisiensi nutrisi seperti protein, asam amino, vitamin (riboflavin, vitamin E,
vitamin C) dan elemen penting lainnya mengakibatkan katarak senilis lebih cepat
timbul dan lebih cepat matur.
4) Dehidrasi. Terjadinya malnutrisi, dehidrasi dan perubahan ion tubuh juga akan
mempengaruhi katarak.
5) Perokok. Merokok menyebabkan akumulasi molekul pigmen 3 hydroxykynurinine
dan kromofor, yang menyebabkan warna kekuningan pada lensa. Cyanates pada
rokok menyebabkan denaturasi protein.
Adapun faktor risiko terjadinya katarak meliputi usia diatas 50 tahun, wanita,
keadaan sosial ekonomi rendah, sering terpapar sinar ultraviolet, kolesterol tinggi, kadar
protein dan albumin tubuh rendah.
18
Manifestasi Klinis
Gejala katarak senilis biasanya berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara
progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan-akan melihat
asap/kabut dan pupil mata tampak berwarna keputihan. Apabila katarak telah mencapai stadium
matur lensa akan keruh secara menyeluruh sehingga pupil akan benar-benar tampak putih. Gejala
umum gangguan katarak menurut GOI (2009) dan Medicastore (2009) meliputi:
1
2
3
4
5
Katarak senilis adalah katarak yang berkaitan dengan usia, penurunan penglihatan, dengan
karakteristik penebalan lensa yang terjadi secara terus-menerus dan progresif 9. Katarak senile
umumnya dibagi menjadi 4 stadium yaitu (a) stadium insipien, (b) stadium imatur, (c) stadium
matur, dan (d) stadium hipermatur.1,3
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis1
Kekeruhan
Besar lensa
Cairan Lensa
Insipien
Ringan
Immatur
Sebagian
Matur
Seluruh
Hipermatur
Masif
Normal
Normal
Lebih Besar
Bertambah
Normal
Normal
Kecil
Berkurang
( Air masuk)
Iris
Bilik depan
Sudut bilik mata
Penyulit
Normal
Normal
Normal
-
Terdorong
Dangkal
Sempit
Glukoma
(Air
Normal
Normal
Normal
-
massa
lensa keluar)
Tremulans
Dalam
Terbuka
Uveitis,glaucom
19
Visus
Bayangan Iris
(+)
-
<
(++)
<<
-
a
<<<
(+/-)
Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Selain itu tidak ada lagi batasan antara segmen anterior dan posterior yang dapat
meningkatkan kemungkinan komplikasi lainnya seperti vitreus loss, cystoid macular
edema, dan endophtalmitis. Teknik ini digunakan dalam kasus tertentu antara lain bila
terjadi subluksasio lensa atau dislokasi lensa.
2. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Nukleus dan korteks diangkat dari kapsul dan menyisakan kapsula posterior yang utuh,
bagian perifer dari kapsula anterior, dan zonula zein. Teknik ini selain menyediakan
lokasi untuk menempatkan intra ocular lens (IOL), juga dapat dilakukan pencegahan
prolaps vitreus dan sebagai pembatas antara segmen anteror dan posterior. Sebagai
hasilnya, teknik ECCE dapat menurunkan kemungkinan timbulnya komplikasi seperti
vitreusloss, edema kornea.
3. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi merupakan bentuk EKEK yang terbaru dimana menggunakan getaran
ultrasonik untuk menghancurkan nukleus sehingga material nukleus dan kortek dapat
diaspirasi melalui insisi 3 mm. Teknik operasi ini tidak berbeda jauh dengan cara
ECCE, tetapi nucleus lensa diambil dengan menggunakan gelombang suara berfrekuensi
tinggi (emulsifier). Dibanding ECCE, maka irisan luka operasi lebih kecil sehingga
setelah diberi IOL rehabilitasi visus lebih cepat, di samping itu penyulit pascabedah lebih
sedikit ditemukan.
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Adalah modifikasi dari ekstraksi katarak ekstrakapsular merupakan salah satu teknik
pilihan yang dipakai dalam operasi katarak dengan penanaman lensa intraokuler. Teknik
ini lebih menjanjikan dengan insisi konvensional karena penyembuhan luka yang lebih
cepat, astigmatisme yang rendah, dan tajam penglihatan tanpa koreksi yang lebih baik.
Prognosis
Tindakan pembedahan secara defenitif pada katarak senilis dapat memperbaiki ketajaman
penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sedangkan prognosis penglihatan untuk pasien anakanak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis.
Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat
pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman
21
pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik
pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.4
Komplikasi
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif awal,
postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular
lens, IOL).5
A. Komplikasi preoperative :
1) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat ketakutan
akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki keadaan.
2) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk mengurangi
gejala.6
3) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical preoperatif,
ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
4) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep antibiotik
selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.
B. Komplikasi intraoperative :
1) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
2) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama insisi
ke bilik mata depan.
3) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi
akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
4) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
5) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat
ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
C. Komplikasi postoperatif awal :
22
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris,
keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.7
23
Kesimpulan
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak sendiri sebenarnya merupakan
kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein sehingga memberikan gambaran area
berawan atau putih. Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh
faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang
menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal. Untuk
mendiagnosis penyakit katarak harus melalui beberapa langkah dari anamnesis dengan gejala
khasnya seperti mata kabur, penglihatannya seperti berkabut dan seperti ada awan yang menutupi
pandangannya. Mata seringkali terasa berair dan sering merasa silau terutama pada siang hari
atau berada pada tempat yang sangat terang, sedangkan pada malam hari os merasa kesulitan
untuk melihat. Penurunan tajam penglihatan yang terjadi secara perlahan ini perlu untuk
dibedakan dengan penyakit lainnya yang memberikan keluhan serupa seperti glaukoma, maupun
retinopati.
Penatalakasaan terbaik dari katarak adalah terapi opertaif yang terdiri dari teknik
pembedahan yaitu ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) dan ECCE (Extra Capsular
Cataract Extraction) dan Faecoemulsifikasi. Prognosis dari penyakit katarak tergantung dengan
derajat katarak itu sendiri tapi secara garis besar penyakit katarak ini semakin cepat didiagnosis
dan dilakukan tindakan maka prognosisnya semakin baik.
24
Daftar Pustaka
1. Illyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h.200
2. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar
Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007
3. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17 th ed. USA : Mc
Graw-Hill; 2007.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7 th ed. China:
Elsevier : 2011. (e-book)
5. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol.
2011.
6. Vau g a n
D,
Tay l o r
A,
Paul
RE.
25
26